Anda di halaman 1dari 1

Pada Kasus pertama bukan merupakan peristiwa HPI dikarenakan tidak terdapat unsur asing

Peristiwa “internasional” berupa aspek territorial dan personal. Eka dan Rachmat merupakan
kewarganegaraan yang sama. Tempat terjadinya perjanjian sewa menyewa rumah dilakukan di
Indonesia bukan dilaksanakan di luar negeri. Selain itu tempat perbuatan hukum dilakukan dan
terjadinya perkara adalah di Indonesia yang tidak membayar uang sewa selama 4 bulan. Kasus
tersebut tidak menimbulkan wanprestasi dengan negara lain dalam menentukan sistem hukum
negara mana yang berlaku dan pengadilan yang berhak mengadili

Pada Kasus Kedua merupakan peristiwa HPI, dikarenakan perkawinan atau perceraian, baik antara
WNI dengan WNA yang berbeda kewarganegaraan dan tempat kedudukan badan hukum juga
berbeda. Permohonan perceraian antara WN Arab Saudi dan WNI mengingat perceraian termasuk
masalah status personal (Pasal 16 AB berlaku secara analogi), akan berlaku hukum nasional mereka
yang tidak mengenal perceraian. Padahal hukum Indonesia juga mengatur perceraian. Kasus
semacam ini memperlihatkan unsur asing yang bersifat HPI karena para pihak antara WNI atau WN
Arab Saudi yang menikah di Indonesia dan mengajukan perkara di Arab Saudi.

Dua orang WNI dan WNA tinggal di Arab Saudi, HPI yang berlaku adalah Arab Saudi dikarenakan asas
status personal menentukan ketentuan hukum mana yang berlaku bagi subjek hukum, hal tersebut
terdiri dari dua yaitu asas domisili dan asas kewarganegaraan, asas domisili maka Hukum Arab Saudi
yang dipakai, dan Asas Kewarganegaraan, karena terjadi perkawinan campuran dalam
penyelesaiannya dapat digunakan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 6 ayat (1) RGH (Regeling op de
gemengdehuwelijken) S. 1898 yaitu diberlakukan hukum pihak suami yaitu Arab Saudi

Anda mungkin juga menyukai