Mengenai SP dalam HPI di Indonesia diatur dalam Pasal 16 AB. Dalam ketentuan Pasal 16 AB terhadap
SP diberlakukan hukum sesuai kewarganegaraannya.
SP adalah keadaan-keadaan yang menunjukkan adanya kaitan antara fakta-fakta mengenai pribadi
yang ada di dalam suatu perkara dengan sistem hukum yang berlaku. Dengan demikian pada dasarnya
SP merupakan suatu kondisi dari suatu pribadi di dalam hukum yang diakui oleh negara untuk
mengamankan serta melindungi masyarakat. Dengan demikian SP meliputi masalah mengenai cukup
umur/tidak, kekuasaan orang tua, pengampuan, keabsahan seorang anak, adopsi, perkawinan,
perceraian dan sebagainya sehingga yang termasuk dalam status personal adalah keadaan-keadaan
suatu pribadi di luar perjanjian
Orang-orang yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan suatu negara tidak boleh dimasukkan
sebagai warganegara dari negara yang bersangkutan.
Suatu negara tidak boleh menentukan siapa-siapa yang merupakan warganegara suatu negara
lainnya.
Pasal 16 AB : tentang status dan wewenang seseorang. Dalam hal ini berlaku hukum nasional warga
negara yang bersangkutan (asas lex patriae). Pasal 16 AB harus dianalogikan terhadap orang asing
dimana harus dinilai. Misalnya perkawinan harus berlaku hukum nasionalnya sendiri. Pasal ini erat
hubungannya dengan traktat Den Haag 1902 tentang kawin campur internasional (yang berlaku hukum
si suami).
C.