Anda di halaman 1dari 3

NAMA : DARMONO

NIM : 031194719

SEJUMLAH OKNUM ANGGOTA TNI SERANG POLSEK CIRACAS, PERTOKOAN


HINGGA WARGA SIPIL

Publik digemparkan Markas Polisi Sektor (Polsek) Ciracas, Jakarta Timur diserang oleh
sejumlah Oknum TNI pada Sabtu (29/8/2020) dini hari. Penyerangan ini terjadi untuk
kedua kalinya (Desember 2018). Anarkistis penyerangan diduga dilakukan sekitar 100
orang berujung pada pembakaran dua unit mobil di area parkir Mapolsek Ciracas.
Amuk oknum TNI berdasarkan pengaduan setidaknya merusak 83 unit kendaaraan
bermotor dan menganiaya hingga terluka 16 orang warga sipil yang umumnya para
pengendara sepeda motor yang melalui jalur tersebut. Tidak berhenti di situ,
sekelompok oknum TNI tersebut juga merusak pertokoan, menyerang warga sipil,
pengerusakan kendaraan bermotor, fasilitas umum dan pembakaran kendaraan
bermotor di Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (29/8/2020) dini hari sebelum
menyerang Mapolsek Ciracas, Jakarta Timur. Penyerangan di Mapolsek Ciracas itu
menyebabkan dua orang anggota polisi dan 79 warga sipil terluka. Puncak kericuhan
adalah pembakaran mobil di halaman Mapolsek Ciracas yang jadi sasaran oknum-
oknum TNI.

Sebagaimana yang diberitakan, penyerangan Mapolsek Ciracas itu disebabkan adanya


peristiwa kecelakaan lalu lintas tunggal (Kamis (27/8/2020) malam) yang melibatkan
seorang anggota TNI bernama MI, namun kecelakaan itu dikhabarkan sebagai korban
penganiayaan yang disebarkan oleh MI sendiri melalui HP nya kepada teman-
temannya. Berita hoax yang disebarkan MI menimbulkan lebih kurang 100 orang
rekannya terprovokasi hingga menyebabkan kerugian perusakan gerobak di jalan,
Alfamart, fasilitas umum hingga pembakaran di Mapolsek. Namun berikutnya enam dari
sekitar 100 orang yang terlibat dalam perusakan Mapolsek Ciracas dan fasilitas umum
di Jaktim telah menjalani pemeriksaan intensif Polisi Militer Kodam Jayakarta.

Sebanyak 90 oknum TNI dari 38 satuan diperiksa, 65 oknum telah ditetapkan sebagai
tersangka (16/09/2020_Kompas.com). Para pelaku terancam hukuman kurungan
penjara dan ganti rugi sesuai peran masing-masing dari para oknum prajurt TNI itu. TNI
telah menalangi memberi ganti rugi pada sebagian besar warga sipil yang menjadi
korban.

Sebenarnya sejak awal terjadinya kecelakaan tunggal, situasinya sudah diamankan


melalui Dandim dengan memberikan pengarahan tentang hoax penganiayaan itu.
Namun dikatakan bahwa para oknum TNI itu tidak mengindahkannya dan bersikeras
melakukan kegiatan-kegiatan anarkis tersebut. Dikhabarkan bahwa hal ini menunjukkan
betapa masih rapuhnya pembinaan prajurit TNI di tingkat bawah terhadap provokasi
pergesekan sosial.-

Pertanyaan Tugas-1 Anda diminta menjelaskan secara ringkas dan padat


(maks_1000 kata):

1) Unsur-unsur perbuatan melawan hukum apa saja yang telah dipenuhi dan
dapat dikenakan sanksi kepada oknum prajurit TNI tersebut. Jelasakan!

Unsur pertama : adanya suatu perbuatan. Perbuatan disini dimaksudkan


bahwa si pelaku berbuat sesuatu (dalam arti aktif) maupun
tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif). Dalam hal penyerangan oleh oknum
TNI ini terdapat suatu perbuatan (aktif).

Unsur kedua : perbuatan tersebut melawan hokum. Perbuatan melawan


hukum diartikan sebagai perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain,
yang dimaksud hak orang lain disini adalah hak subjektif orang lain, yang
diatur oleh undang-undang, dengan demikian yang dimaksud hak subjektif
disini adalah terbatas pada sejumlah hak yang disebutkan dalam undang-
undang saja (Satrio, 1993: 168). Dalam hal penyerangan oleh oknum TNI ini
terdapat suatu tindakan melawan hokum yang bertentangan dengan hak
orang lain, yaitu melakukan penganiayaan terhadap warga.

Unsur ketiga : adanya kesalahan dari pihak pelaku. Berdasarkan Pasal 1365
KUHP agar suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan
melawan hokum, makan harus ada unsur kesalahan dan kesengajaan. Para
oknum TNI tersebut dengan sengaja melakukan kesalahan yaitu penyerangan,
penganiayaan dan pembakaran kendaraan.

2) Ada tidaknya perbuatan melawan hukum dari Oknum Prajurit TNI


langsung atau  tidak langsung) yang telah memenuhi unsur melawan hokum
militer? Jelaskan!

Dari unsur – unsur perbuatan melawan hokum diatas (nomor 1) bisa


disimpulkan perbuatan melawan hokum dari oknum Prajurt TNI telah
memenuhi unsur melawan hokum.

3) Apakah tindakan melawan hukum sejumlah oknum TNI telah memenuhi


persyaratan untuk disebut sebagai kejahatan dalam pertanggungjawaban
pidananya dan akibat perbuatan tersebut juga mencakup
pertanggungjawaban perdatanya?
Menurut saya tindakan melawan hokum sejumlah oknum TNI telah memenuhi
persyaratan untuk disebut sebagai kejahatan dalam pertanggungjawaban
pidana dan perdata.

4) Bagaimanakah yurisdiksi peradilannya terhadap Sejumlah Oknum TNI


tersebut, jelaskan pertimbangan hukumnya berdasarkan peradilan hukum
pidana umum dan peradilan koneksitas, jelaskan dengan pertimbangan
hukumnya? 

Istilah yurisdiksi peradilan sering disebut pula dengan kompetensi peradilan


atau kewenangan mengadili. Selanjutnya, istilah kewenangan mengadili sering

dipersamakan dengan kekuasaan kehakiman yang memiliki arti sebagai


“kekuasaan mengadili” (Arief 1998 : 33).

Dengan demikian, kewenangan mengadili pada dasarnya berkaitan dengan


kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara atau memiliki relevansi
dengan kewenangan pengadilan untuk memeriksa dan memutus suatu
perkara. Bertolak dari pengertian ini, yurisdiksi peradilan pada hakikatnya
memiliki hubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara atau kewenangan pengadilan untuk memeriksa dan memutus suatu
perkara.

Berdasarkan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 di


atas dapat disimpulkan bahwa kewenangan mengadili tindak pidana yang
dilakukan oleh prajurit TNI berada pada Peradilan Militer, baik tindak pidana
umum maupun tindak pidana militer. Tindak pidana militer merupakan tindak
pidana yang hanya diatur dan dirumuskan dalam KUHPM. Sedangkan tindak
pidana umum merupakan tindak pidana yang pengaturan dan perumusannya
terdapat dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan pidana lainnya
di luar KUHP.

Daftar Pustaka
Arief, Barda Nawawi, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung.
J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan Perikatan yang Lahir dari Undang-undang, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai