Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang

berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hukum dibuat

atau diciptakan tentu saja mempunyai sasaran yang hendak dicapai yang

merupakan tujuan dari hukum, yaitu pada dasarnya untuk menciptakan tatanan

masyarakat yang tertib, aman, tentram dan adanya keseimbangan dalam

kehidupan bermasyarakat, tercapainya ketertiban dalam bermasyarakat

diharapkan kepentingan manusia (subyek hukum) akan terlindungi tanpa

terbentur dengan kepentingan sesamanya. Oleh karena itu, hukum haruslah

bertugas untuk membagi hak dan kepentingan manusia, membagi wewenang,

dan mengatur cara memecahkan atau menyelesaikan jika terjadi permasalahan

dalam mempertahankan hak dan kewajibannya (H. Z. Asyhadie, dan A. Rahman,

2013: 1).

Dalam memastikan ketentaraman dan keamanan masyarakat, Hukum

Pidana yang menjadi suatu kaidah yang berisi ketentuan umum, kentuan

mengenai kejahatan dan pelanggaran serta sanksi-sanksi atau pemidanaan bagi

pelanggarnya. Selain Kepolisian, yang memiliki kewenangan menjaga ketertiban

dan keamanan rakyat atau masyarakat dalam Bidang Pertahanan Negara

yaitu Militer.

Karakterisitik militer yaitu memiliki organisasi yang penuh keteraturan,

memakai seragam, memiliki disiplin yang tinggi dan menaati hukum yang berlaku

1
2

dalam situasi peperangan atau darurat, Jika Kondisi tersebut tidak terpenuhi atau

tidak memuaskan dan terpenuhi, maka kelompok atau organisasi tersebut dilihat  

sebagai Gerombolan bersenjata(M. F. Salam, 1997: 14). Organisasi Militer yang

diberikan kewenangan oleh Hukum atau Undang-undang. Dalam hal ini di

Indonesia Organisasi militer itu adalah Tentara Nasional Indonesia.

Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang

Tentara Nasional Indonesia (yang selanjutnya disebut UU TNI) dijelaskan bahwa

peran dari TNI ialah sebagai alat negara dalam bidang pertahanan dimana dalam

menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

Dalam Pasal 6 UU TNI diatur bahwa TNI merupakan kompenen utama dalam

sistem pertahanan negara yang berfungsi sebagai penangkal terhadap setiap

bentuk ancaman militer ataupun ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri

terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, keselamatan bangsa, penindak terhadap

setiap bentuk ancaman serta berfungsi juga sebagai pemulih terhadap kondisi

atau situasi negara yang terganggu diakibatkan oleh kekacauan keamanan.

Dalam Pelaksanaan Tugasnya dan kehidupan prajurit TNI itu sendiri juga

diatur oleh Hukum, yang tentu saja Hukum itu berbeda dengan Hukum atau

Norma yang mengatur warga sipil. Hukum itu disebut Hukum Militer. Salah satu

dari Hukum Militer yaitu Hukum Pidana Militer berbeda dengan Pidana Umum

berdasarkan pembagian Hukum Pidana berdasarkan kepada siapa berlaku

Hukum tersebut serta dimasa depan atau waktu yang akan datang, pembagian

Hukum pidana antara Umum atau untuk Masyarakat Biasa dengan Militer

berdasarkan Objek perbuatannya (E. Simbolon. 2011: 18).


3

Alasan adanya Hukum yang mengatur Masalah Pidana bagi Prajurit Militer

atau anggota TNI agar jika terjadi Pelanggaran bahkan kejahatan yang dilakukan

oleh prajurit tersebut, maka Hukum Pidana Militer menjadi acuan dalam

menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan Pidana yang menyeret

prajurit TNI tersebut. Menurut Asep N. Mulyana, terdapat suatu Pandangan

bahwa ada dan berlakunya Hukum Pidana Militer (Asep N. Mulyana, 2022: 2)

sebagai Delik Khusus atau delict propria telah tepat. Sebab terdapat Perbedaan

dasar karakteristik antara subjek hukum militer dengan hukum sipil/umum dan

logika hukum militer yang terkadang bertolak belakang dari budaya dan nilai-nilai

dasar (core values) di lingkungan militer

Kejahatan atau Tindak Pidana yang dalam kehidupan ini menyeret atau

dilakukan Bukan saja oleh masyarakat biasa atau umum, bahkan orang yang

memiliki jabatan atau wewenang kekuasaan yang diatur Undang-undang atau

hukum seperti Anggota Kepolisian dan Prajurit TNI. Salah satu Tindak Pidana

Tersebut Pencurian. Pencurian yang dilakukan oleh Oknum Prajurit TNI bisa saja

dilakukan sendiri atau secara individu dan bahkan bisa dilakukan bersama oleh

warga sipili biasa. Tindak Pidana Pencurian sama-sama diatur didalam Hukum

pidana Umum (KUHP) dan Hukum pidana Militer. KUHPM hanya mengatur

subjeknya seorang prajurit Militer yang melakukan tindak pidana pencurian jika

objeknya itu berkaitan dengan Militer.

Beberapa Delik atau Tindak Pidana yang melibatkan seorang Anggota TNI

selain melakukan tindak pidana yang yang telah diatur didalam Hukum pidana

militer (KUHPM), Juga melakukan Tindak Pidana yang pengaturannya juga

berada di Hukum Pidana umum (KUHP) disebabkan yang dilakukannya selain

ada diatur juga didalam Hukum Pidaan Militer, akan tetapi diatur juga di Hukum
4

pidana umum yang juga dilihat subjek dan objek perbuatanya berasal dari umum

yang tidak berkaitan dengan Militer. Salah satu Delik atau Tindak Pidana yang

selain diatur didalam Hukum Pidana Umum (KUHP) juga diatur didalam Hukum

Pidana Militer yaitu Tindak Pidana Pencurian. Tindak Pidana Pencurian yang

dilakukan seorang anggota TNI dalam beberapa kasus selain dilakukan seorang

diri juga dilakukan bersama-sama atau dilakukan berkelompok serta dibantu

masyarakat biasa atau warga sipil. Sering Kali terjadinya Tindak Pidana

Pencurian yang dilakukan oleh Anggota TNI selain dampaknya berbahaya jika

objek perbuatannya merugikan instansinya atau objeknya didalam kekuasaan

militer seperti senjata api dan fasilitas kesatuanya yang menjadi sasaran, juga

merugikan dan mencoreng nama Organisasinya yaitu TNI itu sendiri jika seorang

prajurit TNI yang dilatih dan ditempah itu dalam aksinya menyasar dan

merugikan masyarakat umum yang seharusnya dilindungi namun dalam

realitanya ternyata menjadi sasaran kejahatan oleh oknum anggota TNI baik

dilakukan secara individu maupun berkelompok dengan sesama anggota TNI

maupun warga sipil dalam melakukan tindak pidana salah satunya pencurian.

Maka dari masalah dan persoalan diatas yang hakekat dan dasarnya

dalam penanganannya, Instansi TNI harus melakukan dan menangani sesuai

ketentuan yang berlaku sesuai subjek dan objek dari tindak Pidana terutama

pencurian yang dilakukan seorang prajurit TNI agar tercapainya kepastian hukum

dan keadilan untuk menciptakan ketentraman dan keamanan di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:
5

1. Bagaimana Ketentuan Tindak Pidana Pencurian didalam Hukum Pidana

Umum (KUHP) dan Hukum Pidana Militer (KUHPM)?

2. Bagaimana Perbandingan antara Tindak Pidana Pencurian menurut

Hukum Pidana Umum (KUHP) dan Hukum Pidana Militer (KUHPM)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Ketentuan Tindak Pidana Pencurian didalam Hukum

Pidana Umum (KUHP) dan Hukum Pidana Militer (KUHPM).

2. Untuk mengetahui Perbandingan antara Tindak Pidana Pencurian

menurut Hukum Pidana Umum (KUHP) dan Hukum Pidana Militer

(KUHPM).

D. Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi civitas akademika,

terkhusus menjadi bahan refrensi utama dalam proses mempelajari dan

mengkaji ilmu hukum, terutama tindak pidana pencurian didalam hukum

pidana materil umum dan khusus (KUHP dan KUHPM).

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi praktisi hukum dan

Kesatuan Polisi militer TNI serta Babinkum TNI dalam menangani kasus

yang terkait tindak pidana pencurian.

Anda mungkin juga menyukai