Anda di halaman 1dari 3

UAS HUKUM PIDANA KHUSUS

Nama : Albert Dwi Cahyono


NIM : 1902010589
Kelas : A / Semester IV
Hari/Tgl : Selasa, 11 Mei 2021
Dosen Wali : Adrianus Djara Dima, S.H.,M.Hum
Dosen Pengasuh : Dr.Aksi Sinurat, S.H.,M.Hum

Soal.
1. Diluar hukum pidana umum yang pengaturannya secara khusus diluar hukum pidana
umum (baik hukum pidana materil/kuhp maupun hukum pidana formil/) mengapa harus
ada hukum pidana khusus,dan apa manfaatnya? Jelaskan secara yuridis,sosiologis, dan
secara filosofis!
Jawaban :
Untuk mengisi kekurangan ataupun kekosongan hukum yang tidak tercakup
pengaturannya dalam KUHP sehingga diperlukan dalam beberapa peraturan yang berada diluar
hukum pidana yang perlu dikaitkan dengna sanksi yang berupa pidana dengan tujuan agar
peraturan tersebut dapat ditaati walaupun sudah ada ketentuannya ditemukan dalam KUHP tetapi
pidananya ringan. Secara filosofis diartikan sebagai pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, Secara
sosiologis menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek, Secara yuridis menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna
menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

2. Bagaimana kriteria pembagian hukum pidana umum dan khusus yang anda ketahui,
Jelaskan!
Jawaban :
Pembagian hukum pidana umum dengan hukum pidana khusus dengan peraturan yang
ada, yakni bahwa hukum pidana yang diatur di dalam KUHP merupakan hukum pidana umum,
karena ketentuan di dalamnya berlaku untuk semua orang. Sedangkan hukum pidana khusus,
bisa dilihat dari peraturan perundang-undangan yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP,
misalnya UU Tindak Pidana Korupsi, UU Tindak Pidana Pencucian Uang dll.

3. Bagaimana pandangan Prof.Andi Hamzah atas kriteria pembagian hukum pidana umum
dan hukum pidana khusus, Jelaskan!
Jawaban :
Dr. Andi Hamzah memakai patokan Pasal 103 KUHP yang mengandung asas lex
specialis derogat legi generali, dengan mengemukakan istilah baru yaitu perundang-undangan
hukum pidna umum dan hukum perundang-undangan pidana khusus. Perundang-undangan
pidana umum ialah KUHP beserta semua perundang-undangan yang mengubah dan menambah
KUHP itu sedangkan perundang-undangan pidana khusus ialah semua perundang-undangan di
luar KUHP beserta perundang-undangan pelengkapnya, baik perundang-undangan pidana
maupun yang bukan pidana tetapi bersanksi pidana
4. Bagaimana kekuatan berlakunya antara hukum pidana dan hukum pidana khusus,
Jelaskan!
Jawaban :
Undang-undang mempunyai kekuatan mengikat sejak diundangkannya di lembaran
negara, kekuatan berlakunya undang-undang menyangkut berlakunya undang-undang secara
operasional. Undang-undang mempunyai persyaratan untuk dapat berlaku atau mempunyai
kekuatan berlaku. Ada tiga macam kekuatan berlaku, yaitu kekuatan berlaku yuridis, sosiologis,
dan filosofis.

5. Dasar hukum kekuatan berlakunya undang-undang Pidana Khusus diatur dimana dan
bagaimana isi atau subtansi dasar hukum yang dimaksud!
Jawaban :
Dasar hukum UU Pidana Khusus dilihat dari hukum pidana adalah Pasal 103
KUHP. Pasal 103 KUHP ini mengandung pengertian : Semua ketentuan yang ada dalam Buku 1
KUHP berlaku terhadap UU diluar KUHP sepanjang UU itu tidak menentukan lain, serta
Adanya kemungkinan UU termasuk UU pidana diluar KUHP, karena KUHP tidak mengatur
seluruh tindak pidana didalamnya.

6. Menurut anda, dimanakah diatur pemberantasan tindak pidana perdagangan orang? Dan
apakah undang-undang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang termasuk dalam
hukum pidana khusus? Jelaskan argumentasi anda!
Jawaban :
Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, Ketentuan mengenai larangan perdagangan orang pada dasarnya telah diatur
didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-undang ini tidak termasuk
dalam hukum pidana khusus karena Undang-Undang Tindak Perdagngan orang ini
bukan merupakan aturan yang mempunyai sifat kekhususan, melainkan bersifat umum baik
menyangkut Hukum Pidana Formal (Acara) maupun Materil (Substansi).

7. Dengan berlakunya undang-undang tindak pidana korupsi, apakah ketentuan-ketentuan


dalam KUHP dengan sendirinya tidak berlaku lagi?Jelaskan argumentasi anda!
Jawaban :

8. Singkatan dari apakah KUHPM, Bagaimanakah persamaan dan perbedaan sistematika


antara KUHP dan KUHPM? Jelaskan!
Jawaban :
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM) yang disebut sebagai hukum
pidana militer dalam artian materiil, merupakan KUHP yang berlaku bagi anggota militer,
Persamaan KUHP dengan KUHPM, sebagaimana terdapat dalam Buku I KUHPM, yaitu adanya
penggunaan rumusan dan istilah-istilah yang bersamaan antara judul dan Bab-bab Buku KUHP
dengan KUHPM, kecuali judul Pendahuluan yang mendahului Bab I dan terdiri dan 3 pasal serta
judul Bab Percobaan dan penyertaan yang tidak terdapat dalam KUHPM. Sistematika di
KUHPM, tidak berbeda jauh dengan sistematika KUHP, yaitu dimulai dengan ketentuan-
ketentuan umum, selanjutnya diikuti dengan kejahatan. Persamaannya antara KUHP dan
KUHPM yaitu ancaman hukumannya minimum satu hari dan maksimum lima belas tahun
menurut Pasal 12 ayat (2) KUHP, sedangkan pada KUHPM mengacu pada Pasal 12 yang ada
pada KUHP sebagaimana bunyi Pasal 11 KUHPM, yaitu, “Militer yang menjalani salah satu
pidana tersebut pada pasal terdahulu.

9. Buat contoh adanya penyimpangan dari KUHPM terhadap KUHP!


Desersi adalah tidak beradanya seorang militer tanpa izin atasannya langsung, pada suatu
tempat dan waktu yang sudah ditentukan oleh dinas, dengan lari dari kesatuan dan meninggalkan
dinas kemiliteran, atau keluar dengan cara pergi, melarikan diri tanpa ijin. Hukum pidana militer
merupakan kumpulan peraturan tindak pidana yang berisi perintah dan larangan untuk
menegakkan ketertiban hukum dan apabila perintah dan larangan itu tidak ditaati maka diancam
dengan hukuman pidana. Tindak pidana militer adalah tindak pidana yang dilakukan oleh subjek
hukumnya yaitu militer. Dalam hukum pidana militer mengenal dua bentuk tindak pidana yaitu
tindak pidana militer murni (zuiver militaire delict) dan tindak pidana militer campuran
(germengde militaire delict). Tindak pidana desersi merupakan suatu tindak pidana yang secara
khusus dilakukan oleh seorang militer karena bersifat melawan hukum dan bertentangan dengan
undang-undang khususnya hukum pidana militer. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum militer terhadap pelaku tindak pidana Desersi
dan bagaimana hubungan antara Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer dengan Kitab
Undang-undang Hukum Pidana. Dengan metode yuridis normatif disimpulkan bahwa : (1)
bahwa penerapan hukum militer terhadap pelaku tindak pidana desersi sebagai anggota militer
(TNI) ancaman hukumannya lebh berat dibandingkan dengan ancaman hukuman yang terdapat
pada KUHP (pandang kurang memenuhi rasa keadilan); karena militer dipersenjatai guna
menjaga keamaman; justru dipergunakan desersi, (2) bahwa hubungan antara KUHPM dengan
KUHP, suatu hubungan yang tidak dapat terpisahkan karena KUHPM merupakan bagian dari
KUHP; KUHP berlaku bagi setiap orang dengan demikian bagi militer (TNI) berlaku KUHP,
dan bagi militer (TNI) yang melakukan tindak pidana desersi akan diperlakukan / diterapkan
aturan khusus yakni KUHPM, hal ini merupakan penyimpangan dari KUHP.

Anda mungkin juga menyukai