Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dewi Sebgy Imasitha

NPM : 17.0201.0106
Kelas / Semester : B / VII
Makul : Hukum Pidana Khusus
Dosen : Bpk. Johny Krisnan, S.H, MH

1. Coba saudara jelaskan apa urgensinya perlu adanya hukum pidana


khusus ?
Perumusan Rancangan Kitab Hukum Acara Pidana dalam satu buku
menggunakan sistem kodifikasi. Tujuannya menyederhanakan dan tersusun
secara rapih dan harmonis. Memasukkan semua tindak pidana dalam RKUHP
dimungkinkan yang bersifat umum. Namun, ketika terdapat modus kejahatan
baru di kemudian hari dan bersifat mendesak maka tetap diperlukan UU yang
bersifat khusus di luar KUHP. Ketika terjadi kondisi darurat dan belum terdapat
aturan yang mengatur modus kejahatan baru dalam RKUHP, maka disitulah
terbuka ruang membuat aturan baru di luar KUHP sepanjang tidak bertentangan
dengan Buku II KUHP. Dengan kata lain, sebagaimana diatur dalam Buku II
masih bersifat umum. Apabila terjadi perkembangan modus dalam keadaan
mendesak, buat UU tindak pidana khusus untuk menjembatani modus baru.
Harus ada terobosan khusus, jadi UU khusus tetap harus ada. keberadaan
hukum pidana terdapat dua pendapat di antaranya :
1) Menghendaki adanya hukum pidana khusus dalam UU Khusus di luar KUHP.
Alasannya, hukum pidana khusus mengatur ketentuan khusus yang berbeda
dan menyimpangi dari ketentuan umum pidana. Bahkan memuat ketentuan
hukum acara pidana yang juga menyimpangi dari norma hukum acara pidana
umum. Adanya hukum pidana khusus tidak pula bertentangan dengan asas-
asas hukum dalam pembentukan hukum. Yaitu, hukum yang khusus
mengalahkan hukum umum (lex speciali derogat legi generali ).
2) Menyatakan kebijakan kodifikasi total berarti hukum pidana nasional hanya
terdapat dalam satu tempat. Yaitu kodifikasi dan tidak mentolelir adanya
hukum pidana dalam UU di luar kodifikasi, termasuk kategori hukum pidana 
yang dimuat termasuk kategori hukum pidana umum maupun hukum pidana
khusus, kecuali hukum pidana administrasi.
Tak ada alasan hukum yang kuat untuk menolak kebijakan kodifikasi total. Sebab
masih diperlukan adanya hukum pidana khusus yang dimuat dalam UU di luar
kodifikasi.
2. Coba saudara jelaskan apa maknanya Pasal 103 KUHP bagi hukum
pidana khusus !
Pasal 103 KUHP : “Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini
juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-
undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang
ditentukan lain”. Pasal 103 KUHP sering disebut atau di istilahkan sebagai pasal
jembatan bagi peraturan atau undang-undang yag mengatur Hukum pidana
diluar KUHP. Pasal 103 KUHP berada pada buku I Aturan Umum KUHP, yang
memuat istilah-istilah yang sering digunakan dalam hukum pidana. Pasal ini
menjembatani bahwa segala istilah/pengertian yang berada dalam bab I-VIII
buku satu KUHP dapat digunakan apabila tidak diatur lain dalam undang-undang
atau aturan-aturan yang mengatur tentang hukum pidana diluar KUHP. Misalnya
tentang Percobaan dalam tindak pidana korupsi (UU No. 20 tahun 2001 jo UU no
31 tahun 1999 ttg Tindak Pidana Korupsi). UU tipikor tidak mengatur secara jelas
apa yang dimaksud dengan Percobaan dalam Tindak Pidana Korupsi, oleh karena
itu maka kita dapat menggunakan pasal 53 KUHP tentang percobaan. Inilah
tujuan dan penggunaan pasal jembatan pada pasal 103 KUHP, untuk
menghindari timbulnya kekeliruan dalam penafsiran istilah-istilah yang digunakan
dalam hukum pidana.
3. Coba saudara jelaskan apakah terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dalam hukum pidana khusus tersebut tidak
menyimpang dari system hukum pidana itu sendiri ?
Pasal 103 KUHP : “Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku ini
juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-
undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang
ditentukan lain”. Pasal 103 KUHP sering disebut atau di istilahkan sebagai pasal
jembatan bagi peraturan atau undang-undang yag mengatur Hukum pidana
diluar KUHP. Pasal 103 KUHP berada pada buku I Aturan Umum KUHP, yang
memuat istilah-istilah yang sering digunakan dalam hukum pidana. Pasal ini
menjembatani bahwa segala istilah/pengertian yang berada dalam bab I-VIII
buku satu KUHP dapat digunakan apabila tidak diatur lain dalam undang-undang
atau aturan-aturan yang mengatur tentang hukum pidana diluar KUHP. Misalnya
tentang Percobaan dalam tindak pidana korupsi (UU No. 20 tahun 2001 jo UU no
31 tahun 1999 ttg Tindak Pidana Korupsi). UU tipikor tidak mengatur secara jelas
apa yang dimaksud dengan Percobaan dalam Tindak Pidana Korupsi, oleh karena
itu maka kita dapat menggunakan pasal 53 KUHP tentang percobaan. Inilah
tujuan dan penggunaan pasal jembatan pada pasal 103 KUHP, untuk
menghindari timbulnya kekeliruan dalam penafsiran istilah-istilah yang digunakan
dalam hukum pidana.
4. Coba saudara berikan beberapa bentuk penyimpangan yang terjadi
dari hukum pidana khusus !
Beberapa bentuk penyimpangan dalam hukum pidana khusus :
1) Terdapat sistem “pertanggungjawaban pidana fiksi” dalam tindak pidana
pers yang dapat dijatuhkan kepada redaktur, padahal bukan ia yang
senyatanya menulis berita yang melanggar hukum.
2) Delik percobaan dalam tindak pidana korupsi yang dianggap delik selesai
3) Adanya kumulasi sanksi pidana pokok antara penjara dan denda.
Ketidakberlakuan asas berlaku surut ( retroactive) dalam tindak pidana HAM
berat dan paradigma in rem  (aset) dalam tindak pidana pencucian uang
yang sama sekali berbeda dengan KUHP yang mengedapkan tuntutan
kepada subjek hukum (im personal).
Pada umumnya yang menyimpang dalam hukum pidana khusus yaitu :
1. Didahulukan dari perkara lain penyidangannya terlihat dalam :
 UU tentang pemberantasan tidak pidana korupsi.
 UU tentang narotika
 UU tentang psikotropika.
2. Adanya peradilan in – abtentia (ketidak hadiran terdakwa)
 Pasal 16 (6) UU tentang tindak pidana ekonomi
 Pasal 38 UU No. 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi.
3. Kalau dinyatakan secara tersendiri tidak berlakunya KUHAP oleh peraturan
tersebut.
5. Coba saudara jelaskan bahwa posisi atau keberadaan hukum pidana
khusus ini sebagai apa dalam system hukum pidana kita !
Kedudukan Hukum Pidana Khusus dalam Sistem Hukum Pidana adalah
pelengkap dari Hukum Pidana yang dikodifikasikan dalam KUHP. Suatu kodifikasi
hukum pidana betapapun sempurnanya, pada suatu saat akan sulit memenuhi
hukum dari masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai