Penyatuan hukum secara nasional untuk hukum yang bersifat sensitif yaitu
hukum-hukum yang mengarah kepada pelaksanaan hukum kebiasaan sangat sulit untuk
diunifikasi karena masing-masing daerah memiliki adat istiadat yang berbeda. Misalnya,
UU Pornografiyang banyak mendapat penolakan dari masyarakat di daerah yang
menganggap jika dilaksanakan akan mempengaruhi esensi pelaksanaan kegiatan adat di
daerah mereka.
Jika disimpulkan, unifikasi hukum adalah penyatuan hukum yang berlaku secara
nasional atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional. Kemudian, kodifikasi
hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu kumpulan undang-undang dalam materi
yang sama.
Karena hukum adat bagian dari kebudayaan masyarakat, sehingga akan berubah
tergantung cara berpikir, berpengetahuan, dan cara berhukum masyarakat hukum adatnya.
Sehingga kodifikasi hukum adat bertentangan dengan kenyataan bahwa hukum adat
bukan hukum yang sekali dibuat kemudian tetap seperti KUHP
Sistem hukum di Indonesia menganut sistem hukum Eropa Kontinental atau Civil
Law. Hal ini dapat dilihat dari sejarah dan politik hukum, sumber hukum maupun sistem
penegakan hukumnya. Sistem ini digunakan di negara-negara Eropa, seperti Belanda,
Prancis, Italia, Jerman. Negara-negara bekas koloni seperti Indonesia, sebagian Asia, dan
Amerika Latin, meneruskan sistem hukum ini.
Pada sistem hukum Eropa Kontinental memiliki karakteristik sebagai berikut:
Berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa
pemerintahan Kaisar Yustinianus. Corpus Juris Civilis (kumpulan berbagai kaidah hukum
yang ada sebelum masa Yustinianus) dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan
kodifikasi hukum di negara-negara Eropa. Prinsip utamanya bahwa hukum itu
memperoleh kekuatan mengikat. Karena berupa peraturan yang berbentuk undang-
undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. Tujuan hukum adalah kepastian
hukum Adagium yang terkenal "tidak ada hukum selain undang-undang". Hakim tidak
bebas dalam menciptakan hukum baru. Karena hakim hanya menerapkan dan
menafsirkan peraturan yang ada berdasarkan wewenang yang ada padanya. Putusan
hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para pihak yang berpekara saja.
Sumber hukum utamanya adalah undang-undang yang dibentuk oleh badan legislatif.
Pada mulanya hukum hanya digolongkan menjadi dua, yaitu hukum publik (hukum tata
negara, hukum administrasi negara, hukum pidana) dan hukum privat (hukum perdata dan
hukum dagang).
Pada perkembangan perumusannya, muncul ide dari para perumus untuk
memasukkan pengaturan tindak pidana khusus ke dalam RKUHP. Dalam Bab Tindak
Pidana Khusus Buku Kedua RKUHP dimasukkan beberapa tindak pidana khusus yang
sebelumnya diatur dalam undang-undang di luar KUHP, yaitu antara lain tindak pidana
korupsi, tindak pidana berat hak asasi manusia (HAM), tindak pidana lingkungan hidup,
serta tindak pidana narkotika dan psikotropika. Ketentuan Peralihan adalah salah satu
ketentuan dalam perundangundangan yang rumusannya dapat didefinisikan “ketika
diperlukan
atau jika diperlukan” (Transition Provision)