Anda di halaman 1dari 9

TEMPLATE PROPOSAL PENELITIAN

(TUGAS AKHIR MK METODOLOGI PENELITIAN)


RELEVANSI PUTUSAN KORUPSI TERHADAP ATURAN UNDANG-UNDANG

Mohammad Rosyihul Ilmi


19230075
Hukum Tata Negara B

LATAR BELAKANG

Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan yang bersifat global, artinya bukan
hanya satu negara saja yang memiliki problematika demikian akan tetapi hampir di seluruh
negara mengalaminya, karena korupsi merupakan ancaman yang dapat mengakibatkan rapuh
bahkan hancurnya stabilitas dan keamanan masyarakat, lembaga-lembaga negara, nilai-nilai
demokrasi, nilai-nilai etika, dan keadilan serta menghambat pembangunan berkelanjutan serta
merusak ekonomi nasional.
Dalam praktiknya di lapangan tentang peradilan yang menangani perkara korupsi sering
terjadi sebuah perbedaan dalam menangani kasusnya, bukan saja mengenai jenis pidana serta
praktik pelaksanaan pidana tersebut. Terjadinya perbedaan perlakuan atau disparitas dalam
menangani kasus korupsi ini tidak didasari alasan yang rasional yang bisa memberikan dampak
negatif bagi proses penegakan sebuah hukum yaitu timbulnya rasa ketidak puasaan masyarakat
sebagai pencari keadilan yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap sistem peradilan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi.
Di saat situasi global yang sedang tidak kondusif seperti ini masih banyak kasus korupsi
yang terjadi di negri ini, yang menyengsarakan rakyat adalah perkara tindak pidana korupsi
terkait bantuan sosial. Semua program bantuan sosial yang berhubungan dengan bencana alam
tak pernah lepas dari korupsi. Mulai dari korupsi bantuan sosial tsunami Aceh yang ikut
menyeret lembaga International. Kemudian, bansos bencana gempa di Palu, Sulawesi Tengah
beberapa tahun lalu, pada saat itu KPK turut mengusut kasus korupsi proyek air minum bagi
warga Palu yang habis ditimpa oleh bencana. Dan belakangan ini belum genap satu bulan sudah
terjadi mega korupsi yang di lakukan oleh 2 mentri, di antaranya Mentri Perikanan dan Kelautan
dan Mentri Sosial yang terkait dengan dana bansos Covid-19. Hal ini tentu sangat ironi dan
membuat masyrakat geram.
Indonesia merupakan negara hukum, hal ini sesuai hasil amandemen ke IV undang-
undang Dasar 1945 (UUD 1945) dimana pasal 1 ayat (3) UUD 1945 disebutkan bahwa “Negara
Republik Indonesia adalah negara hukum. Permasalahan korupsi merupakan bagian dari
persoalan hukum. Sebab melalui hukum, korupsi diharapkan dapat diberantas. Hukum itu sendiri
menurut Hamaker, dirumuskan sebagai suatu refleksi daripada kehidupan dalam masyarakat.
Sedangkan Roscoe Pound menegaskan “Law is a tool of social engineriing” atau hukum sebagai
sebuah alat dalam mengatur dan mengelola masyarakat. Dengan kata lain hukum harus dapat
mengarahkan menuju masyarakat yang lebih baik1
Indonesia sudah memiliki hukum yang baik jika dilihat dari peraturan hukum itu sendiri,
sebagaimana terlampir dalam pasal 2 ayat 1 UU Tindak Pidana Korupsi dan dalam pasal 3 UU
Tipikor bahwasannya:
“setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun
dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 Miliar.
Sedangkan dalam pasal 3 berbunyi:
“Setiap orang yang bertujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada karena jabatan atau
jabatan yang dapat merugikan keuangan negara atau perokonomian negara, dipidana pidana
penjara hidup atau pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda
paling sedikit Rp 50 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik melalui untuk melakukan
penelitian dengan judul RELEVANSI PUTUSAN KORUPSI TERHADAP ATURAN
UNDANG-UNDANG.

1
Wijaya, Peradilan Korupsi (Teori dan Praktik), (Jakarta:Maharani Press, 2008) hal.1
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses penegakan Hukum terhadap para koruptor khususnya berkaitan
dengan pasal 2 ayat 1 UU tipikor dan dalam pasal 3 UU tipikor ?
2. Bagaimana relevansi Undang-undang mengenai pasal 2 dan pasal 3 UU tindak pidana
korupsi ?
3. Apakah putusan tindak pidana korupsi sudah sesuai dengan undang-undang ?

MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penilitian ini sebagai berikut:

1. Untuk meberikan sumabngsih terhadap perkembangan hukum di Indonesia,


khususnya mengenai tindak pidana korupsi.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji relevansi putusan hakim terhadap tindak pidana
korupsi.
3. Untuk mengetahui kesusaian undang-undang Tipikor di Indonesia ini.

PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang sedang dirancang ini memiliki topik yang sama dengan penelitian yang
ditulis oleh Azharul Nugraha Putra Paturusi yang berjudul Tinjauan Yuridis Tindak Pidana
Korupsi Yang dilakukan oleh karyawan Badan Usaha Milik Negara. Salah satu Penelitian
tersebut membahas tentang ke efektifan atau relevansi dari undang-undang Tipikor mengenai
pasal 2 dan pasal 3 Undang-undang tindak pidana korupsi. Dan Undang-undang tindak pidana
ini menjadi persoalan karena terkadang hukuman yang diberikan terhadap pelaku korupsi tidak
membuat jera dan tidak membuat gentar para politikus-politikus dalam mencuri atau
mengelapkan uang negara. Bahkan kasus korupsi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Undang-undang atau sebuah aturan hukum yang seharusnya dapat memberikan efek jera
terhadap pelanggarnya justru tidak menimbulkan efek sama sekali terhadap pelaku korupsi.
Tentu hal ini menjadi pertanyaan bagi banyak orang efektifkah undag-undang tersebut ? atau
Hakim yang justru kurang bertidak tegas terhadap para koruptor di negri ini ?. Keberadaan
manusia dimuka bumi ini tidak menjadi penentu dalam menegakan suatu hukum karena manusia
hidup dalam system hukum itu sendiri. Para pejabat pemerintah seharusnya tunduk terhadap
undang-undang dan aturan hukum yang berlaku bukan sebaliknya. Dan pada penelitian yang
hendak di rancang ini memiliki fokus bahasan tentang kekuatan dan kelemahan undang-undang
tindak pidana korupsi tersebut. Apakah relevan apabila digunakan sebagai acuan atau dasar
dalam memutuskan hukuman yang terjadi di Indonesia.
Lalu pada penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh: Andi
Febriansyah Alsabah, yang berjudul Kebijakan Hukum Pidana Dalam Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pembahasan dalam jurnal ini lebih condong pada perkara pidana yang dilakukan
terhadap pelaku-pelaku koruptor. Dengan mengunakan sumber data sekunder yang dikumpulkan
dari sumber-sumber primer yaitu perundang-undangan. Maka perbedaan dalam jurnal ini
menyimpulkan bahwasannya dengan mengunakan konsep KUHP dirasakan sebagai kebijakan
hukum pidana yang tepat terhadap penangulangan tindak pidana korupsi yang akan datang.
Penelitian terdahulu selanjutnya oleh: Marulak Pardede. Yang berjudul Aspek Hukum
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Oleh Korporasi Dalam Bidang Perpajakan. Perbedaan
dalam penelitian jurnal ini adalah menganalisis bagaimanakah penegakan hukum pidana
terhadap korporasi sebagai pelaku tindak pidana perpajakan, serta upaya apa yang perlu
dilakukan agar bisa menangulangi tindak pidana korupsi dalam perpajakan.
Penelitian yang sama juga dibawakan oleh Putu Ariesta Wiryawan, dengan judulnya
mengenai Analisis Hukum Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Korupsi Dan Pertangung
Jawabannya Pidananya. Jurnal ini membahas tentang terjadinya tindak pidana korupsi dan
pertanggung jawaban pidananya. Dan salah satu penyebab terjadinya korupsi adalah lemahnya
pendidikan agama, moral, dan etika serta disebabkan oleh faktor-faktor lainnya.
KERANGKA TEORI
a. Teori Intern
Teori ini tentang hukum seperti Undang-undang (UU), peraturan pemerintah,
pembuktian melalui pasal.
b. Teori Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah suatu proses yang digunakan untuk menegakan dan
memfungsikan norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam lalu
lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara 2.
Menurut Joseph Goldstein, ada tiga bagian dalam penegakan hukum, antara lain:
1. Total Enforcment
Total Enforcment merupakan ruang lingkup penegakan hukum pidana
sebagaimana yang dirumuskan oleh hukum pidana substantive (Substantive
law of crime). Penegakan hukum pidana secara total ini tidak mungkin
dilakukan sebab para penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara
pidana yang antara lain mencakup aturan-aturan penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan terdahulu. Disamping itu mungkin
terjadi hukum pidana substantive sendiri memberikan batasan-batasan.
Misalnya dibutuhkan aduan terlebih dahulu sebagai syarat penuntutan pada
delik-delik aduan (klacht delicten). Ruang lingkup yang dibatasi ini disebut
sebagai area of no enforcement.

2. Full enforcement
Setelah ruang lingkup penegakan hukum pidana yang bersifat total tersebut
dikurangi area of no enforcement dalam penegakan hukum ini para penegak
hukum diharapkan bekerja secara maksimal.
3. Actual enforcement
Menurut Joseph Goldstein full enfocement ini dianggap not a realistic
expectation, sebab adanya keterbatasan-keterbatasan dalam bentuk waktu,
personil, alat-alat investigasi, dan sebagainya, yang
kesemuanya ,mengakibatkan keharusan dilakukannya disrectiion dan sisanya
inilah yang disebut dengan actual enforcement.
Sebagai suatu proses yang bersifat sistematik, maka penegakan hukum pidana
menampakkan diri sebagai penerapan hukum pidana (criminal law application) yang

2
Dellyana, Shant. Konsep Penegakan Hukum, (Yogyakarta: Liberty, 1998), hal.32
melibatkan berbagi sub system structural berupa aparat kepolisian, kejaksaan, pengadilan
dan pemasyarakatan. Termasuk didalamnya tentu saja lembaga penasehat hukum. Dalam
hal ini penerapan hukum harus dipandang dari 3 dimensi3 :
1. Penerapan hukum dipandang sebagai sistem normatif (normative system) yaitu
penerapan keseluruhan aturan hukum yang mengambarkan nilai-nilai sosial
yang didukung oleh sanksi pidana.
2. Penerapan hukum dipandang sebagai sistem administratif (administrative
system) yang mencakup interaksi antara berbagai aparatur penegak hukum
yang merupakan sub sistem peradilan diatas.
3. Penerapan hukum pidana merupakan sistem sosial (social system), dalam
artian bahwa dalam mendefinisikan tindak pidana harus pula diperhitugkan
berbagai prespektif pemikiran yang ada dilapisan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian yang digunakan adalah Studi pustaka (Study Research) studi ini
dilakukan dengan cara melihat dan mencari literature yang sudah ada untuk memperoleh data
yang berhubungan dengan analisis pada penulisan tugas akhir. Dan penelitian ini juga
mengunakan metode Normatif yang bersifat empiris, dengan pendekatan Judicial case study
yang merupakan pendekatan studi kasus hukum yang melibatkan campur tangan pengadilan
untuk memberikan keputusan penyelesaian (Yurisprudensi).
Data dan Sumber Data Penelitian
Adapun jenis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah Mengunakan data Skunder
(data yang diperoleh dari studi kepustakaan), yang berasal dari buku atau literature yang
berkaitan dengan objek penelitian, khusunya buku yang berkaitan dengan Penegakan Hukum dan
Tindak pidana korupsi. Dan juga mengunakan pengolongan data sebagai berikut:
a. Bahan Hukum Primer, merupakan bahan hukum yang berasal dari peraturan perundang-
undangan dan ketentuan peraturan yang ada di Indonesia.
1. Undang-undang pasal 2 ayat 1 undang-undang tindak pidana korupsi.
2. Undang-undang pasal 3 undang-undang tindak pidana korupsi.
3. Kitab undang-undang hukum pidana
4. Kitab undang-undang Hukum acara pidana.

3
Deny indrayana, Hukum disarang Koruptor, (Jakarta: Kompas media nusantara,2008), hal, 63
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu yang memberi penjelasan mengenai bahan-bahan hukum
primer, seperti buku-buku, karya tulis ilmiah, tulisan artikel internet terkait atau cetak dan
dokumen-dokumen tentang pidana korupsi.
Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data mengunakan dengan cara studi kepustakaan, yang merupakan metode
pengumpulan data yang di arahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen
tertulis yang merupakan suatu pencatatan formal dengan bukti otentik yang bertujuan untuk
mengumpulkan data-data. Dalam hal ini penulis menggunakan sumber dari buku-buku, jurnal
atau artikel yang sesuai dengan topik penelitian serta dari karya tulis atau penelitian terdahulu
dan juga bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Analisis Data Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan analisa kualitatif yang melalui tahapan-tahapan
pengumpulan data, mengklasifikasikan, menghubungkan dengan teori dan masalah yang ada,
kemudian menarik kesimpulan guna menentukan hasilnya. Kemudian diuraikan secara
deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan mengambarkan sesuai dengan permasalahan
yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

Prosedur Penelitian
Sumber data yang di ambil yaitu berdasarkan hasil dari data lembaga Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebelum melakukan sebuah penelitian, penulis memilki
beberapa perencanaan agar penelitiannya berjalan dengan baik dan mendapatkan informasi yang
benar. Yaitu:
1. Melakukan kajian terhadap undang-undang tindak pidana korupsi dan sistem
penegakan hukumnya, apakah undang-undang tersebut sudah sesuai dengan tindakan
koruptor yang banyak merugikan negara atau justru undang-undang tersebut tidak
membuat jera para koruptor.
2. Mengkaji dan mengumpulkan data-data terkait Undang-undang tindak pidana
korupsi, dan tulisan karya ilmiah, atau artikel yang berkaitan dengan undang-undang
pasal 2 dan 3 Tipikor.
3. Penulis memulai penyusunan proposal atau rancangan penelitian, dan
4. Proposal diajukan kepada dosen yang bersangkutan tentang proposal yang sudah
dibuat.

Melakukan kajian terhadap undang-


undang tindak pidana korupsi dan
Perencanaan
sistem Penegakan hukumnya

Mengkaji dan mengumpulkan data


yang sesuai dengan relevansi dari
Contoh sebagian kecil diagram alir Undang-undang Tindak pidana
korupsi pasal 2 dan 3 Tipikor

Penyusunan proposal atau rancangan


Pengajuan Proposal penelitian
Penelitian

DAFTAR RUJUKAN
Wijaya, Peradilan Korupsi: Teori dan Praktik, Jakarta:Maharani Press, 2008
Dellyana Shant. Konsep Penegakan Hukum,Yogyakarta: Liberty, 1998
Deny indrayana, Hukum disarang Koruptor, Jakarta: Kompas media nusantara,2008
LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN
Contoh: Matriks Analisis Data
Penanganan Sesuai
Kasus-Kasus Bentuk Dasar Hukum yang
No Hukum yang
Mafia Korupsi Pelanggaran Dilanggar
Berlaku
1. 5 angotta Korupsi dana bantuan Undang-undang pasal Menurut pasal 2 ayat
Pemerintahan sosial di tengah 12 a, atau pasal 12 b, 1undang-undang
Kementrian ekonomi dunia yang atau pasal 11 undang- nomor 20 tahun 2001
Sosial, periode sedang terpuruk dan undang tentang
2019-2024, sedang mengalami Pemberatasan tindak Pemberantasan
terjerat kasus wabah . pidana korupsi . Tindak Pidana
korupsi dana Korupsi berbunyi;
Bansos Covid- setiap orang yang
19, senilai 17 secara melawan
miliyar rupiah. hukum melakukan
perbuatan
memperkaya diri
sendiri atau orang
lain atau suatu
korporasi dapat
dipenjara dengan
penjara seumur hidup
atau pidana penjara
paling singkat 4
tahun dan paling
lama 20 tahun.
2. Kasus Korupsi Menyalah gunakan Pasal 3 Undang- Dihukum pidana
pengadaan jabatan dan undang No. 31 tahun selama 15 tahun dan
barang dan jasa kedudukannya
1999 dan UU No. 20 pidana denda
proyek E-KTP. sebagai anggota DPR.
Setyan Novanto tahun 2001 ayat1. sejumlah Rp 500 juta.

Anda mungkin juga menyukai