Anda di halaman 1dari 7

JURNAL HUKUM

KAPITA SELEKTA HUKUM PIDANA DAN SISTEM


PEMIDANAAN
(CAPITA SELECTA CONSTITUSIONAL LAW AND THE
SENTENCING SYSTEM)

DI SUSUN OLEH :
MUHAMMAD EDRIANSYAH
502018128

DOSEN PEMBIMBING :
MARTINI, S.H., M.H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2020
KAPITA SELEKTA HUKUM PIDANA DAN SISTEM PEMIDANAAN
(CAPITA SELECTA CONSTITUSIONAL LAW AND THE
SENTENCING SYSTEM)

Muhammad Edriansyah – 502018128


medriansyah7@gmail.com
Dosen Pembimbing : Martini, S.H., M.H
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang
Jalan Jenderal Ahmad Yani 13 Ulu Seberang Ulu II, 13 Ulu, Kec. Plaju, Kota Palembang,
Sumatera Selatan 30263

Abstrak : Kapita Selekta Hukum Pidana Dan Sistem Pemidanaan. Kapita Selekta
Hukum Pidana merupakan konsentrasi hukum pidana yang mengkaji tentang berbagai
permasalahan aktual dalam hukum pidana yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat,
serta mengkaji berbagai perkembangan peraturan perundang – undangan baru di bidang
hukum pidana terutama permasalahan aktual dan perundang – undangan. Pembaharuan
Hukum Pidana pada hakikatnya adalah pembaharuan Sistem Pemidanaan dalam makna
Funsional dan Substantif. Dalam makna fungsional, pembaharuan sistem pemidanaan
meliputi pembaharuan Hukum Pidana Materiil, Hukum Pidana Formil dan Hukum
Pelaksanaan Pidana, sedang dalam makna substantif, pembaharuan sistem pemidanaan
meliputi pembaharuan Aturan Umum (General Rules) dan Aturan Khusus (Special Rules).
Dalam ketentuan perundang-undangan, baik dalam KUHP dan di luar KUHP kebijakan
perumusan sistem pemidanaan lebih berorientasi pada pelaku tindak pidana daripada
berorientasi pada korban.
Kata kunci : Kapita Selekta, Hukum pidana, Sistem Pemidaanaan
Abstract: Capita Selecta Criminal Law and Criminal System. Kapita Selekta on Criminal
Law is a criminal law controller that examines various actual problems in criminal law that
often occur in people's lives, as well as examines various developments in new regulations in
the field of law, especially actual issues and legislation. In essence, the reform of the
Criminal Law is a reform of the Criminal System in a functional and substantive sense. In a
functional sense, the reform of the penal system includes renewal of the Material Criminal
Law, Formal Criminal Law and Criminal Law, while in a substantive sense, the reform of the
penal system includes renewal of the General Rules and Special Rules. In the provisions of
the law, both in the Criminal Code and outside the Criminal Code, the policy for formulating
a criminal system is more oriented towards the perpetrator of the crime who is victim-
oriented.
Keywords: Capita selecta, Criminal law, The Sentencing System
PENDAHULUAN
Kapita Selekta Hukum Pidana merupakan konsentrasi hukum pidana yang mengkaji
tentang berbagai permasalahan aktual dalam hukum pidana yang sering terjadi dalam
kehidupan masyarakat, serta mengkaji berbagai perkembangan peraturan perundang –
undangan baru di bidang hukum pidana terutama permasalahan aktual dan perundang –
undangan.
Masalah pidana dan pemidanaan dalam sejarahnya selalu mengalami perubahan. Dari
abad ke abad keberadaannya banyak diperdebatkan para ahli. Bila disimak dari sudut
perkembangan masyarakat, perubahan demikian adalah hal yang wajar karena manusia akan
selalu berupaya untuk memperbaharui suatu hal tertentu demi meningkatkan
kesejahteraannya dengan mendasarkan diri pada pengalamannya di masa lampau.1 Sistem
pemidanaan di Indonesia diatur secara terkodifikasi melalui Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). KUHP menjadi dasar utama dari kedudukan berbagai jenis pidana yang
dapat diterapkan di Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 10 KUHP
Tinjauan Pustaka
1. Kapita Selekta Hukum Pidana
Kapita Selekta adalah bunga rampai karya ilmiah yang dianggap penting, Sedangkan
hokum pidana adalah keseluruhan aturan ketentuan hokum mengenai perbuatan-perbuatan
yang dapat dihukum dan aturan pidannya Jainah (2018, h.3).
Menurut Jainah (2018, h.2) Kapita Selekta hokum pidana merupakan kumpulan
hokum pidana yang terseleksi, didasari oleh beberapa pertimbangan :
1. Perkembangan hokum pidana formil, materiil
2. Perkembangan globalisasi khusus kepidanaan
3. Aktualisasi pada masa sekarang
2. Sistem Pemidanaan
Menurut L.H.C Hulsman, sistem pemidanaan (the sentencing system) adalah “ aturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan sanksi pidana dan pemidanaan” (the
statutory rules to penal sanctions and punishment).
PEMBAHASAN
1. Pembagian Hukum Pidana
Berikut ini penjelasan mengenai pembagian hokum pidana :
1.1 Hukum Pidana Materill dan Hukum Pidana Formil
Hukum pidana materiil berisi perbuatan-perbuatan pidana yang tidak boleh dilakukan
atau perbuatan-perbuatan harus dilakukan dengan disertai ancaman pidana. Sedangkan
hokum pidana formil adalah aturan mengenai cara bagaimana menegakan hokum pidana
materiil melalui suatu proses peradila pidana.
1.2 Hukum Pidana Dalam Arti Objektif dan Hukum Pidana Dalam Arti Subyektif
Hukum Pidana objektif yang juga disebut sebagai jus poenale sebagai perintah dan
larangan pidana yang pelanggaran terhdap larangan dan norma tersebut diancam pidana oleh
badan berhak. Sedangkan hokum pidana yang subjektif atau jus puniendi adalah hak Negara
untuk menuntut pidana.
1.3 Hukum Pidana Umum dan Hukum Pidana Khusus
Hukum pidana khusus adalah ketentuan ketentuan hokum pidana yang secra nateriil
menyimpang dari KUHP atau secara formil menyimpang dari KUHAP. Atas dasar
pengaturan tersebut, hokum pidana khusus dibagi menjadi dua bagian yaitu hokum pidana
khusus bukan dalam undang-undang pidana.
1.4 Hukum Pidana Lokal, Hukum Pidana Nasional, Hukum Pidana Internasional
Hukum pidana local adalah ketentuan hokum pidana yang dimuat dalam PerDa.
Hukum Pidana Nasional berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Hukum Hukum Pidana
Internasioan sebagai seperangkat aturan menyangkut kejahatan-kejahatan internasional yang
penegakkannya dilakukan oleh Negara atas dasar kerjasama internasional.
1.5 Hukum Pidana Tertulis dan Hukum Pidana Tidak Tertulis
Hukum pidana tertulis disebut juga dengan hokum pidana undang-undang yang terdiri
dari hokum pidana kodifikasi seperti KUHP dan KUHAP dan hokum-hukum pidana diluar
kodifikasi. Hukum pidana tidak tertulis disebut juga hokum pidana adat yang keberlakuannya
dipertahankan dan dapat dipaksakan oleh masyarakat adat setempat.
2. Fungsi Hukum Pidana
Fungsi Hukum Pidana, terbagi menjadi dua yaitu :
1. Secara umum, untuk mengatur hidup kemasyarakatn atau menyelenggarakan suatu tata
dalam masyarakat.
2. Secara Khusus, untuk melindungi suatu suatu kepentingan hokum terhadap perbuatan-
perbuatan yang melanggar.
Sebagai hokum public, hokum pidana memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi melindunggi kepentingan hokum dari perbuatan yang menyerang atau
memperkosanya.
2. Fungsi memberi dasar legitimasi bagi Negara
3. Fungsi mengatur dan membatasi kekuatan Negara
3. Sumber Hukum Pidana
Dapat dibedakan atas sumber hokum tertulis dan sumber hokum yang tidak tertulis.
Di Indonesia belum memiliki kitab UU Hukum Pidana Nasional, Sehingga masih
diberlakukkan UU Hukum Pidana warisan dari pemerintah colonial Hindia Belanda.
4. Sistem Pemidanaan di Indonesia
Terdapat tiga permasalahan pokok dalam pembaharuan pidana diindonesia yaitu :
Perbuatan yang dilarang orang yang melakukan perbuatan yang dilarang masalah penjatuhan
pidana. Pada ketiga hal tersebut masalah yang sangat kompleks dalam masyarakat adalah
dalam hal penjatuhan pidana. Adanya ke dakpuasan masyarakat maupun pelaku kejahatan
(terpidana) terhadap pejatuhan jenis pidana (strafsoort) yang dikehendaki dan penentuan berat
ringannya pidana yang dijatuhkan (strafmaat)
Sistem pemidanaan secara garis besar, mencakup 3 Tiga masalah pokok yaitu :
1. Jenis pidana (strafsoort)
2. Jumlah atau lamanya ancaman pidana (strafmaat)
3. Pelaksanaan pidana (strafmodaliteit/strafmodus)
5. Teori-Teori Pemidanaan
5.1 Teori Absolut
Teori Absolut atau Teori Pembalasan. Menurut teori ini, pidana dijatuhkan semata-mata
karena orang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana. Pidana dalam hal ini
merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang
melakukan kejahatan. Jadi, pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya
kejahatan itu sendiri.
J. Andendes berpendapat tujuan utama dari pidana menurut teori absolut adalah untuk
memuaskan tuntutan keadilan. Sedangkan pengaruh-pengaruhnya yang menguntungkan
adalah merupakan tujuan yang kedua.
5.2 Teori Relatif
Teori Relatif atau Teori Tujuan. Menurut teori ini, memidana bukanlah untuk memuaskan
tuntutan absolut dari keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai tetapi hanya
untuk melindungi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, J.Andenges menganggap teori ini
dapat disebut teori perlindungan masyarakat (the theory of social defence).
Nigel Walker berpendapat, bahwa teori ini lebih tepat disebut teori atau aliran reduktif
(the reductive point of view) karena dasar pembenaran pidana menurut teori ini adalah untuk
mengurangi frekuensi kejahatan. Oleh karena itu, para penganutnya dapat disebut golongan
reducers (penganut teori reduktif).
5.3 Teori Gabungan
Teori Gabungan merupakan teori gabungan antara teori absolute dengan teori relative.
Pellegrio Rossi (1787 - 1848) merupakan orang pertama yang mengajukan teori gabungan.
Sekalipun Pellegrio Rossi tetap menganggap pembalasan sebagai asas dari pidana, bahwa
beratnya pidana tidak boleh melebihi atau melampaui suatu pembalasan yang adil., namun
Pellegrio Rossi berpendirian bahwa pidana mempunyai berbagai pengaruh, antara lain
perbaikan suatu yang rusak dalam masyarakat dan prevensi general.
6. Perbandingan Hukum Pidana Indonesia Dengan Beberapa Negara
Perbandingan Hukum Pidana Indonesia dengan Beberapa Negara Hal ini menyangkut
ukuran nilai tiap negara. Hermann Manheim mengatakan Penal Code is The Most Faithful
Mirror of Civilization of a Nation, yaitu KUHP adalah KUHP adalah cermin yang paling
terpercaya mengenai peradaban suatu bangsa.
Sedangkan metode memperbandingkan hukum pidana (KUHP) dengan beberapa
negara ada yang membandingkan hanya bagian ketentuan umum atau yang berisi asas-asas
hukum pidana dari beberapa KUHP tanpa membandingkan rumusan delik atau ketentuan
khususnya. Jadi, yang diutamakan di sini ialah tentang asas hukum pidana di suatu bangsa.
Dalam hal ini ada pula yang hanya menyebut asas-asas itu tanpa menjelaskan apa yang sama
dan apa yang berbeda antara asas-asas itu.
PENUTUP
1. Kapita Selekta hokum pidana merupakan kumpulan hokum pidana yang terseleksi,
didasari oleh beberapa pertimbangan
2. sistem pemidanaan (the sentencing system) adalah “ aturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan sanksi pidana dan pemidanaan”
3. Pembagian Hukum Pidana yaitu : a. Hukum Pidana Materill dan Hukum Pidana Formil.
b.Hukum Pidana Dalam Arti Objektif dan Hukum Pidana Dalam Arti Subyektif. c.Hukum
Pidana Tertulis dan Hukum Pidana Tidak Tertulis. d.Hukum Pidana Lokal, Hukum
Pidana Nasional, Hukum Pidana Internasional. e.Hukum Pidana Tertulis dan Hukum
Pidana Tidak Tertulis
4. Sumber Hukum Pidana, dapat dibedakan atas sumber hokum tertulis dan sumber hokum
yang tidak tertulis.
5. Sistem pemidanaan secara garis besar, mencakup 3 Tiga masalah pokok yaitu : 1. Jenis
pidana (strafsoort) 2. Jumlah atau lamanya ancaman pidana (strafmaat) 3. Pelaksanaan
pidana (strafmodaliteit/strafmodus)
6. Teori-Teori Pemidanaan: 1. Teori Absolut 2. Teori Relatif 3. Teori Gabungan
DAFTAR PUSTAKA
Jainah, Zainab Ompu. 2018. Kapita Selekta Hukum Indonesia. Tanggerang : Tira Smart.

Anda mungkin juga menyukai