HUKUM PIDANA
pemidanaan: atau
Keseluruhan sistem aturan/norma hukum pidana materiel untuk
Adapun alasan diakuinya hukum tidak tertulis tersebut antara lain didasarkan
pada:
a. Pasal 5 (3) sub b Undang-Undang Nomor.1 Drt. Tahun 1951 yang intinya
mengatur:
Bahwa suatu perbuatan yang menurut hukum yang hidup harus dianggap
perbuatan pidana, akan tetapi tiada bandingnya dalam Kitab Hukum Pidana
Sipil, maka dianggap diancam dengan hukum yang tidak lebih dari tiga bulan
penjara dan/atau denda lima ratus rupiah,
Adapun alasan diakuinya hukum tidak tertulis tersebut antara lain didasarkan
pada:
b. Resolusi bidang hukum pidana Seminar Hukum Nasional ke-1 Tahun 1963.
Adapun alasan diakuinya hukum tidak tertulis tersebut antara lain didasarkan
pada:
Pasal 14 (1): Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili
suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak/kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
Pasal 23 (1): Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan-alasan
dan dasar-dasar putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari
peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis.
Pasal 27 (1): Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali,
mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup.
Kedua syarat atau asas itu tidak memandang sebagai syarat yang
kaku dan bersifat absolut. Dalam hal-hal tertentu dapat memberi
kemungkinan untuk menerapkan asas strict liability, asas vicarious
liability, dan asas pemberian maaf atau pengampunan oleh hakim
(rechterlijk pardon atau judicial pardon).
Dengan demikian Teori Pembalasan yang bersifat retributif atas atas dasar
“moral guilt” yang berorientasi ke belakang tidak memperoleh tempat lagi
dalam KUHP yang akan datang.
Jangkauan ini oleh Cross dianggap tidak cukup, sehingga teori ini
harus mempertimbangkan pula aspek “denunciatory” dan
“educative” atas dasar usaha untuk mempertimbangkan patokan-
patokan perilaku manusia.
Hal ini seringkali bersifat ekstra yudisial dan hanya dapat ditemui di
dalam relitas manusia dan masyarakat dan guna memahaminya
seringkali pula bantuan dari filosofis dan teologi sangat dibutuhkan