Diterbitkan oleh:
Mahameru Press
Komplek Polri A2 no 42
Gowok Yogyakarta
Email: i.erpro79@gmail.com
Mahameru Press
HUKUM PIDANA ISLAM
Oleh:
Prof. Dr. Drs. H. Makhrus Munajat, S.H., M.Hum.
2019
Hukum Pidana Islam
Editor : Ita
Layout dan Desain Sampul : Robien
Diterbitkan oleh
Mahameru Press
Komplek Polri A2 no 42 Gowok Yogyakarta
PENGANTAR PENERBIT
Yogyakarta, 2019
Penulis.
KATA PENGANTAR
الرِحْي ِم َّ ِبِ ْـس ِم هللا
َّ الر ْْح ِن
أَ ْش َـهد اَ ْن لَ اِلهَ اِلَّ هللا َوأَ ْش َـهد اَ َّن ُمَـ َّـم ًدا َع ْـبده,ي ِ ِ اْلمد للِ ر
َ ْ ب الْ َعالَم َ ْ َْ
ِ ِ ِِ ِ ِ
أ ََّمــا,يَ ْ ص َحابِه اَ ْْجَع ْ َالسالَم َعلَى َرس ْول هللا َو َعلَى آله َو ا َّ الصالَة َو
َّ ,َوَرسـ ْـوله
بـَ ْـعد
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, karena karunia,
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini. Shalawat dan salam mudah-mudahan tercurah kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW. Sungguh suatu pekerjaan
yang tidak ringan bagi penulis dalam mencari, mengumpulkan dan
menyelekasi data, serta dalam proses penyelesaian penulisan ini.
Apalagi untuk mengupas masalah Hukum Pidana Islam di Indonesia
yang sumbernya amat langka dan tidak banyak dilirik oleh para
peneliti ketimbang persoalan lainnya.
Saat ini, perbincangan mengenai tuntutan penerapan syari’at
Islam, lebih-lebih tentang penerapan hukum Pidana Islam sedang
menghangat di Indonesia. Perdebatan panjangpun terus berlangsung
dan tak kunjung mereda. Sebagian pihak sangat mendukung, di pihak
lain menolak, bahkan ada yang mengambil posisi yang paling aman,
yakni diam.
Kondisi ini diperkeruh dengan propaganda bahwa hukum
Pidana Islam adalah sesuatu yang out of date dan dehumanis. Wajah
hukum pidana Islam yang kerap tergambar dalam media massa atau
buku-buku karya orientalis adalah sebagai sosok hukum yang kejam,
tidak manusiawi, melanggar HAM, kuno, terindikasi unsur balas
dendam.. Kesan seperti itu muncul karena hukum pidana Islam tidak
dilihat secara utuh atau parsial. Sementara di kalangan akademisi dan
dunia hukumpun telah membiarkan terjadinya ketidakadilan ilmiah
terhadap hukum pidana Islam. Ia tidak dipandang sebagai salah satu
sistem hukum yang hidup. Seharusnya ahli hukum melihat dan
menerima sistem hukum pidana Islam secara obyektif. Di Indonesia
yang penduduknya mayoritas beragama Islam, potret hukum pidana
Islam jarang dikenal dan dipelajari. Mestinya kalau kita jujur,
hukum pidana Islam harus digali dan dikaji dalam rangka
pengembangan dan pembaruan hukum di Indonesia
Penulis telah berusaha untuk menggali norma-norma yang
terkandung dalam hukum pidana Islam dalam sebuah kajian yang
komprehensif. Hal ini dilakukan guna memotret hukum Islam secara
utuh dan komprehensif.
Yogyakarta, 2019
Penulis
| vii |
B. Fase-fase dalam Tindak Pidana 38
a. Fase Pemikiran dan Perencanaan 38
b. Fase Persiapan 40
c. Fase Pelaksanaan 41
C. Pendirian Hukum Positif 41
D. Hukuman Percobaan 43
E. Tidak Selesainya Percobaan 45
F. Tidak Selesai Melakukan Percobaan
Karena Taubat 46
G. Percobaan Melakukan Jarimah Mustahil 51
| viii |
1. Maksud melawan hukum umum
dan khusus 80
2. Maksud Melawan Hukum Tertentu dan
Tidak Tertentu 81
3. Maksud Langsung dan Tidak langsung 82
C. Hal-hal yang Dapat Mempengaruhi Hukuman 83
1. Menjalankan Ketentuan Syari’at 83
2. Karena Perintah Jabatan 86
3. Keadaan Terpaksa 87
4. Pembelaan Diri 90
5. Subhat 93
6. Unsur Pemaaf 94
| ix |
2. Konsep dan Kriteria Delik Perzinaan
dalam Hukum Positif 125
3. Konsep dan Kriteria Delik Perzinaan
dalam RUU KUHP 130
C. Sanksi Delik Perzinaan dalam Islam 136
D. Transformasi Pemikiran Delik Perzinaan
dalam konteks keindonesiaan 143
E. Transformasi Pemikiran Sanksi Delik
Perzinaan dalam konteks Keindonesiaan 151
|x|
D. Konversi Agama dalam Tata
Hukum Indonesia 231
E. Transformasi Pemikiran tentang
Delik Riddah di Indonesia 248
F. Transformasi Pemikiran tentang Sanksi
Delik Riddah di Indonesia 252
| xi |
D. Jenis-jenis Jarimah Ta’zir 320
1. Jarimah Ta’zir yang Berkaitan
dengan Pembunuhan 321
2. Jarimah Ta’zir yang Berkaitan dengan
Pelukaan 323
3. Jarimah Ta’zir yang Berkaitan dengan
Kejahatan terhadap Kehormatan dan
Kerusakan Akhlak 324
4. Jarimah Ta’zir yang Berkaitan
dengan Harta 327
5. Jarimah Ta’zir yang Berkaitan dengan
Kemaslahatan Individu 328
6. Jarimah Ta’zir yang Berkaitan dengan
Kemaslahatan Umum 328
E. Hukuman terhadap Pelaku Jarimah Ta’zir 329
1. Hukuman mati 329
2. Hukuman Cambuk 331
3. Hukuman Penjara 333
4. Hukuman Pengasingan 337
5. Merampas Harta 339
6. Mengubah Bentuk Barang 340
7. Hukuman Denda 341
8. Peringatan Keras 341
9. Hukuman Berupa Nasihat 342
10. Celaan (Taubikh) 343
11. Pengucilan 344
12. Pemecatan (Al-‘Azl) 346
13. Publikasi (At-Tasyhir) 347
| xii |
BAB I BAB I
ERTIAN PENGERTIAN JINAYAH,BAB
JINAYAH, UNSUR-UNSUR I
DAN
UNSUR-UNSUR DAN
PEMBAGIANNYA PENGERTIAN JINAYAH,
PEMBAGIANNYA
UNSUR-UNSUR DAN PEMBAGIANNYA
PENGERTIAN JI
PE
Jinayah
A. Pengertian Jinayah
A. Pengertian Jinayah
merupakan bentuk
Jinayah verbal noun
merupakan (masdar)
bentuk verbal dari
nounkata (masdar) dari kata
timologi
jana. Secarajana berarti berbuat
A. Pengertian
etimologi Jinayah dosa atau
jana berarti berbuat salah,
dosa atau salah,
(masdar)Jinayah 1merupakan
1
ah diartikan perbuatan
sedangkan jinayah Jinayah dosa
merupakan
diartikan atau perbuatan
bentuk verbal
perbuatan salah.
dosa ataunoun perbuatan dari kata
salah.
alimat jana.kalimat
jana’ala Secara jana’ala
qaumihi etimologi
jinayatan jana berarti
artinya iaberbuat jana.
dosa atau
telah artinya salah,etimologi j
Secara
Seperti dalam qaumihi jinayatan ia telah
alahan sedangkan
terhadap jinayahKata
kaumnya. diartikan
jana perbuatan
juga Kata dosasedangkan
berarti atau perbuatan
jinayah diartika
melakukan kesalahan terhadap kaumnya.
salah.1 Seperti dalam kalimat jana’ala qaumihi Seperti
jana juga berarti
jinayatandalam
artinya
erti dalam kalimat
“memetik”, jana as-samarat, artinya
jana “memetikartinya “memetikkalimat jana
as-samarat,
iaseperti
telah dalam kalimat
melakukan kesalahan terhadap kaumnya. Kata jana
nnya”. Orang yang jani melakukan kesalahan terh
buah dari juga berartiberbuat
pohonnya”. Orangjahat
“memetik”, yang disebut
berbuat
seperti dalam dandisebut
jahat
kalimat jani dan
jana as-samarat,
enai perbuatan disebut mujna alaih. 2
Kata jinayah “memetik”, seperti dalam k
orang yangartinya
dikenai“memetik
perbuatan buah dari pohonnya”.
disebut mujna Orang
alaih. 2 yangjinayah
Kata berbuat
kum sering jahat disebut
disebut denganjanidelik
dan atau
orangtindak
yang pidana. buah daridisebut
dikenai perbuatan pohonnya”. Ora
dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau tindak pidana.
mujna alaih. Kata jinayah dalam istilah hukum
2
orangsering
yangdisebut
dikenai perbua
ogi jinayah
kataterminologi mempunyai beberapa pengertian,
Secara dengan delik ataujinayah
kata mempunyai
tindak pidana. beberapa pengertian,
Secara terminologi kata jinayah
ngkapkan oleh Abd al-Qadir Awdah: dalam istilah hukum sering
seperti yang diungkapkan
mempunyai oleh
beberapa Abd al-Qadir
pengertian, Awdah:
seperti yang diungkapkan oleh
Abd al-Qadir Awdah: Secara terminologi kata ji
seperti yang diungkapkan o
ـﺮﹺﹴ
ﺲ ﻧﻔﹾﹶﻰﻏﹶﻴﻋﻠﻭﺎﻞﹸﻝﹴ ﺍﹶﻔﻣﻌ ﹾﻟﺍﹶ ﺍﻭﺲﹴﻊ
ﻗﹶﻧﺀٌﻔﹾﻭ ﺍﹶﻰﻮﻠﺳﺎﻋﺮﻞﹸﻋﻌﻔﺷ ﺍﹾﻟﻡﺮﻊ ﻗﹶﺤﻣﻭ ٌﺍﻞﹲﺀﻮﻌﻓﺳ ﺎﻲﻋﺮﻫﻭﺔﹲﺷﻡﺎﻳﺮﺟﹺﻨﻣﺤ ﻞﹲﻓﻌ ﻲﻭﻫ ﺔﹲﺎﻳﺟﹺﻨ
33
ﻚـﺮﹺ ﺫﹶﺍﻟ ﻏﹶﻴ ﺍﹶﻭ3ﺎﻝﹴﻚ ﻣﻟﻧﻔﹾﺲﹴ ﺍﹶﺫﹶﺍﻭ ﻠﹶﻰﻞﹸ ﻋ
g (perbuatan (perbuatan
dilarang oleh yang
baikdilarang oleh syara’ baik perbuatan itu mengenai
yangsyara’
dilarang perbuatan
oleh syara’ itu
baikmengenai
perbuatan itu mengenai
da, atau lainnya).
jiwa, harta benda, Jadi jinayah merupakan
atau lainnya). Jadi jinayah suatumerupakan suatu
1
Luwis Ma’luf, al-Munjid, (Bairut: Dar al-Fikr, 1954), hlm. 88. yang dilarang o
(perbuatan
dilarang
tindakan oleh
yang syara’
2 dilarang karena
Ibid, hlm. oleh dapat
67. syara’menimbulkan
karena dapat menimbulkan
a,bahaya
harta, keturunan, danal-Qadir
akal Awdah, At-Tasyri’ al-Jinai al-Islami,jiwa,
(intelegensi). (Bairut:harta benda, atau l
jiwa, Abd Dar al-Ku-
3
bagi harta,
tub, 1963), I: 67.
keturunan, dan akal (intelegensi).
tindakan yang dilarang o
bahaya bagi jiwa, harta, ket
a’luf, al-Munjid,
1 (Bairut:al-Munjid,
Dar al-Fikr, | 1hlm.
1954), | 88.
Luwis Ma’luf, (Bairut: Dar al-Fikr, 1954), hlm. 88.
67. 2
Ibid, hlm. 67. 1
Luwis Ma’luf, al-Mun
adir Awdah,
3 At-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, (Bairut: Dar al-
jiwa, harta benda, atau lainnya). Jadi jinayah merupakan suatu
tindakan yang dilarang oleh syara’ karena dapat menimbulkan
bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan akal (intelegensi).
Sebagian fuqaha menggunakan kata jinayah untuk perbuatan
yang berkaitan dengan jiwa atau anggota badan, seperti membunuh,
melukai, menggugurkan kandungan dan lain sebagainya. Dengan
demikian istilah fiqh jinayah sama dengan hukum pidana. Haliman
dalam desertasinya menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
hukum pidana dalam syari’at Islam adalah ketentuan-ketentuan
hukum syara’ yang melarang untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu, dan pelanggaran terhadap ketentuan hukum tersebut
dikenakan hukuman berupa penderitaan badan atau harta.4
Dalam Undang-undang Hukum Pidana Republik Persatuan
Arab (KUHP RPA) terdapat tiga macam penggolongan tindak
pidana yang didasarkan pada berat-ringannya hukuman, yaitu
jinayah, janhah dan mukhalafah. Jinayah di sini adalah jinayah
yang disebutkan dalam konstitusi dan merupakan tindakan yang
paling berbahaya. Konsekuensinya, pelaku tindak pidana diancam
dengan hukuman berat, seperti hukuman mati, kerja keras, atau
penjara seumur hidup (Pasal 10 KUHP RPA). Sedangkan janhah
4
Penderitaan badan dan benda di sini mengecualikan jarimah
diyat (denda), karena pada suatu saat denda karena diyat tidaklah
dibebankan kepada pelanggarnya, tetapi bisa kepada kaum kerabatnya
yang bertanggungjawab kepadanya yang dinamakan aqilah atau bisa
juga denda itu dibebankan kepada perbendaharaan negara (bait al-mal)
pada kondisi jarimah tidak mampu. Sebagai contoh pembunuhan yang
dilakukan karena kesalahan (khata’). Baca desertasi Haliman, Hukum
Pidana Syari’at Islam Menurut Ajaran Ahli Sunah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1971), hlm. 64. Bandingkan dengan Ibnu Rusyd, Bidayah al-
Mujtahid Wa Nihayah al-Muqtasid, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.), II: 405.
Para ulama sepakat terhadap persoalan ganti rugi bagi pembunuhan
(tindak pidana) karena kesalahan bisa dibebankan kepada orang lain
karena ketidakmampuan pelaku tindak pidana (jarimah).
7
7
ﺮﹴﺰﹺﻳﺗﻌ ﺍﹶﻭﺪﺎ ﹺﺑﺤﻬﻨﺎﻟﹶﻰ ﻋﺗﻌ ُﺮ ﺍﷲ ﺯﺟ ﺔﹲﻴﺮﻋ ﺕ ﺷ
ﺍﻮﺭ ﻈﹸﻣﺤ
(larangan-larangan
(larangan-larangansyara’ yangyang
syara’ diancam oleh Allah
diancam olehdengan
Allahhukuman
dengan
had atau ta’zir).
hukuman had atau ta’zir).
Hukuman had adalah suatu sanksi yang ketentuannya sudah
Hukuman had adalah suatu sanksi yang ketentuannya sudah
dipastikan oleh nas. Adapun hukuman ta’zir adalah hukuman yang
dipastikan oleh nas.
pelaksanaannya Adapunsepenuhnya
diserahkan hukuman ta’zir adalah
kepada hukuman
penguasa. yang
Hukum
pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada penguasa.
ta’zir dijatuhkan dengan mempertimbangkan berat ringannya tindak Hukum
ta’zir dijatuhkan
pidana, situasi dan dengan mempertimbangkan
kondisi masyarakat, beratkepentingan
serta tuntutan ringannya
tindak Hal
umum. pidana, situasidikatakan
ini dapat dan kondisi
bahwamasyarakat, sertaditerapkan
hukuman ta’zir tuntutan
tidak secara definitif, melainkan melihat situasi
kepentingan umum. Hal ini dapat dikatakan bahwa hukuman dan kondisi, dan
bagaimana perbuatan jarimah terjadi, kapan waktunya,
ta’zir diterapkan tidak secara definitif, melainkan melihat situasi siapa
korbannya, dan sanksi apa yang pantas dikenakan demi menjamin
ketentraman dan kemaslahatan umat.8
5
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1967), 5hlm, 2; As-Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Bairut: Dar al-Fikr, 1992), II:
237. Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang,6 Abd
1967), hlm, Awdah,
al-Qadir 2; As-Sayid Sabiq, Fiqh
At-Tasyri`…, I: hlm.as-Sunnah,
67. (Bairut: Dar al-
Fikr, 1992),
7 II: 237.
Larangan-larangan syara’ yang dimaksud ada kalanya mengerjakan
perbuatan
6
Abdyang dilarang dan adakalanya meninggalkan perbuatan yang
al-Qadir Awdah, At-Tasyri`…, I: hlm. 67.
diperintah, Al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sultaniyah, (Mesir: Dar al-Bab al-Halabi,
7
1973 ), hlm. 219.
Larangan-larangan syara’ yang dimaksud ada kalanya mengerjakan
perbuatan yang dilarang dan adakalanya meninggalkan perbuatan yang
diperintah, Al-Mawardi, Al-Ahkam al-Sultaniyah, (Mesir: Dar al-Bab al-
Halabi, 1973 ), hlm. 219. Hukum Pidana Islam | 3 |
8
Abd al-Wahab Khalaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Mesir Dar al-Qalam,
1998), hlm. 198.
dan kondisi, dan bagaimana perbuatan jarimah terjadi, kapan
waktunya, siapa korbannya, dan sanksi apa yang pantas dikenakan
demi menjamin ketentraman dan kemaslahatan umat.8
Dalam hukum pidana Indonesia, hampir semua penetapan
hukuman menerapkan jarimah ta’zir, karena sifatnya yang
lebih umum dan elastis. Contohnya adalah Undang-undang No.
2 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Jalan Raya. Undang-
undang ini sistem berlakunya berbeda dengan undang-undang
sebelumnya, baik dari segi sanksi atau jenis pelanggarannya dan
kemungkinan akan berubah lagi jika muncul undang-undang yang
baru. Undang-undang tentang Linkungan Hidup, undang-undang
tentang keperdataan maupun undang-undang kepidanaan sangat
berpotensi mengalami perubahan dengan menyesuaikan situasi
dan kondisi.
Apa yang menyebabkan suatu perbuatan dianggap sebagai
suatu tindak kejahatan tidak lain adalah karena perbuatan itu sangat
merugikan kepada tatanan kemasyarakatan, atau kepercayaan-
kepercayaan atau harta benda, nama baik, kehormatan, jiwa
dan lain sebagainya, yang kesemuannya itu menurut hukum
syara’ harus dipelihara dan dihormati serta dilindungi. Suatu
sanksi diterapkan kepada pelanggar syara’ dengan tujuan agar
seseorang tidak mudah berbuat jarimah. Dengan harapan dengan
diterapkannya ancaman dan hukuman bagi pelaku jarimah akan
terwujud kemaslahatan umat. Abdul Wahab Khalaf mengatakan
bahwa tujuan umum disyari’atkan hukum adalah untuk merealisir
kemaslahatam umat9. Demikian juga hukum Islam ditegakkan
untuk melindungi lima hal, yaitu untuk perlindungan terhadap
agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta benda.
Perlindungan terhadap agama harus selalu ditegakkan,
8
Abd al-Wahab Khalaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Mesir Dar al-Qalam, 1998),
hlm. 198.
9
Ibid.
10
Jarimah qisas diyat adalah tindak pidana yang berkaitan dengan
pelanggaran terhadap jiwa atau anggota tubuh seseorang. Hukuman terhadap
tindak pidana ini adalah qisas, (yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada
terpidana sesuai dengan tindak pidana yang ia lakukan, misalnya membunuh
dibalas dengan hukuman mati) atau diyat yaitu ganti rugi dengan harta melalui
keputusan hakim, Al-Jurjani, At-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.). hlm. 354.
11
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’…, I: hlm. 70.
B. Unsur-unsur Jarimah
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa suatu perbuatan
dianggap delik (jarimah) bila terpenuhi syarat dan rukun. Adapun
rukun jarimah dapat dikategorikan menjadi 2 (dua): pertama,
rukun umum, artinya unsur-unsur yang harus terpenuhi pada
setiap jarimah. Kedua, unsur khusus, artinya unsur-unsur yang
harus terpenuhi pada jenis jarimah tertentu13.
Adapun yang termasuk dalam unsur-unsur umum jarimah
adalah:
a. Unsur formil (adanya undang-undang atau nas). Artinya setiap
perbuatan tidak dianggap melawan hukum dan pelakunya
12
Ijma’ menurut istilah ulama ushul ialah kesepakatan semua mujtahidin
di antara umat Islam pada suatu masa setelah wafanya Rasulullah, atas hukum
syar’i mengenai suatu peristiwa. Lihat Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul al-Fiqh,
alih bahasa Noer Iskandar dkk. Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Jakarta: Rajawali
Press, 1991), hlm. 64. Contoh ijma yang berkaitan dengan hukum pidana Islam
“pada waktu Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah ada seseorang yang mati
dibunuh oleh dua orang. Beliau ragu-ragu untuk menjatuhkan hukuman, maka
beliau bertanya, ”Dapatkah beberapa orang dihukum qisas lantaran membunuh
satu orang?”. Akhirnya ia mengadakan musyawarah dengan para sahabat.
Dalam musyawarah Ali bin Abi Thalib berpendapat, “Bagaimana pendapatmu
ya Khalifah, jika ada seseorang mencuri seekor kambing dan masing-masing dari
mereka menikmati bagian dari hasil curian, apakah kau akan memotong tangan
mereka sebagai hukuman?”. Umar menjawab, “Ya”. Ali akhirnya berkata, “Kalau
begitu kasus ini sama”. Sidang menyetujui pendapat Ali, akhirnya dalam kasus
tersebut Umar bin Khatab memerintahkan hukum qisas kepada semua pelaku
yang terlibat dalam pembunuhan. Selanjutnya ia berfatwa seandainya penduduk
Sana membunuh satu orang dengan cara keji, maka niscaya akan saya bunuh
semua. As-Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), II: 127.
13
Ibid, hlm. 110-111.
14
KUHP Pasal 1 ayat (1).
15
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’…, I: 121.
16
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Ajaran Ahli Sunah wal-
Jamaah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1968), hlm. 48.
17
Ahmad Hanafi, Asas-asas …, hlm. 36.
C. Macam-macam Jarimah
Ulama fiqh membagi jarimah dilihat dari berbagai segi:
1. Jarimah bila dilihat dari berat ringannya hukuman ada tiga
jenis, yaitu hudud, qisas diyat dan ta’zir.
a. Jarimah Hudud yaitu perbuatan melanggar hukum yang
jenis dan ancaman hukumannya ditentukan oleh nas,
yaitu hukuman had (hak Allah). Hukuman had yang
dimaksud tidak mempunyai batas terendah dan tertinggi
dan tidak bisa dihapuskan oleh perorangan (si korban
atau walinya) atau masyarakat yang mewakili (ulil amri).
18
Abu Zahrah, Al-Jarimah wa al-Uqubah fi Fiqh al-Islam, (Mesir: Dar
al-Bab al-Halabi wa Auladuhu, t.t.), I: 147.
19
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri`…, I: 79.
20
Qisas ialah hukuman yang berupa pembalasan setimpal (baca surat al-
Baqarah ayat 178). Maksudnya hukum balas bunuh atas orang yang membunuh,
al-Jurjani At-Ta`rifat, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 173.
21
Diyat ialah hukuman ganti rugi, yaitu pemberian sejumlah harta dari
pelaku kepada si korban atau walinya melalui keputusan hakim, as-Sayyid Sabiq,
Fiqh as-Sunah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1972), II: 107.
22
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri` al-Jinai..., I: 79.
23
Marsum, Jarimah Ta`zir, (Yogyakarta: Fakultas Hukum UII, 1988),
hlm. 2.
24
Ahmad Hanafi, Asas-asas..., hlm. 47.
25
Abd al-Qadir Awdah, Al-Tasyri’..., I:15.
26
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri`…, I: 67.
27
Ibid.
28
Ahmad Hanafi, Asas-asas…hlm. 14.
29
Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, hlm. 98.
30
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam
31
Abd Qadir Awdah, At-Tasyri’….I. hlm. 100.
A. Asas Legalitas
Kata asas berasal dari bahasa Arab asasun yang berarti dasar
atau prinsip, sedangkan kata “legalitas” berasal dari bahasa
Latin yaitu lex (kata benda) yang berarti undang-undang, atau
dari kata jadian legalis yang berarti sah atau sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Dengan demikian arti legalitas adalah
“keabsahan sesuatu menurut undang-undang”32. Secara historis
asas legalitas pertama kali digagas oleh Anselm van Voirbacht dan
penerapannya di Indonesia dapat dilihat Pasal 1 ayat (1) Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi “suatu
perbuatan tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan
peraturan perundang-undangan pidana”.
Adapun istilah asas legalitas dalam syari’at Islam tidak
ditentukan secara jelas sebagaimana yang terdapat dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana positif. Kendati demikian bukan
berarti syari’at Islam (hukum pidana Islam) tidak mengenal asas
legalitas. Bagi pihak yang menyatakan bahwa hukum pidana
Islam tidak mengenal asas legalitas, hanyalah mereka yang belum
meneliti secara detail berbagai ayat yang secara substansial
menunjukkan adanya asas legalitas.33 Bertolak dari polemik
32
Subekti dan Tjitrosudibyo, Kamus Hukum, (Jakarta: Pradnya Paramita,
1969), hlm. 63.
33
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri al-Jinai al-Islami, (Beirut: Dar al-Fikr,
t.t.), I: 118.
| 17 |
tentang ada atau tidaknya asas legalitas dalam hukum pidana
Islam, maka perlu adanya pernyataan yang tegas, yaitu bagaimana
eksistensi asas legalitas dalam hukum pidana Islam. Meskipun asas
legalitas tidak ditentukan secara tegas dalam hukum pidana Islam,
substansial
namun secaraterdapat ayat al-Qur’an
substansial terdapatdan
ayatkaidah yangdan
al-Qur’an mengisyaratkan
kaidah yang
substansial
substansial terdapat
terdapat ayat
ayat al-Qur’an
al-Qur’an dan
dan kaidah
kaidah yang
yang mengisyaratkan
mengisyaratkan
adanya asas legalitas
mengisyaratkan dalam
adanya hukum
asas pidana
legalitas Islam.
dalam hukum pidana Islam.
adanya
adanyaasas
asaslegalitas
legalitas dalam
dalam hukum
hukum pidana
pidana Islam.
Islam.
B. Sumber Hukum Asas Legalitas
B.
B. SumberHukum
B. Sumber
Sumber HukumAsas
Hukum AsasLegalitas
Asas Legalitas
Legalitas
Asas legalitas secara jelas dianut dalam hukum Islam. Terbukti
Asas
Asas
Asas legalitas
legalitas
legalitas secara
secara
secara jelas
jelas
jelas dianut dalamhukum
dianutdalam
dianut hukum Islam.
Islam. Terbukti
Terbukti
adanya beberapa ayat yang menunjukkan asas legalitas tersebut.
adanya
adanya beberapa
adanya beberapa ayat
beberapa ayat yang
ayat menunjukkan
menunjukkan asas
yang menunjukkan
yang legalitas tersebut.
asas manusia
legalitas tersebut.
Allah tidak akan menjatuhkan hukuman bagi umat dan tidak
Allah tidak
Allah tidak
Allah akan
tidakakan akanmenjatuhkan
menjatuhkan
menjatuhkan hukuman
hukuman bagi
hukuman umat manusia
bagisebelum dan
umat manusia tidak
akan meminta pertanggungjawaban manusia adanya
akan
dan meminta
akantidakmeminta pertanggungjawaban
pertanggungjawaban
akan meminta manusia manusia
pertanggungjawaban sebelum sebelum
adanya
penjelasan dan pemberitahuan melalui rasul-rasul-Nya. Demikian
penjelasan
penjelasan
adanya dan
dan pemberitahuan
penjelasan pemberitahuan melalui
melalui rasul-rasul-Nya.
dan pemberitahuan Demikian
melalui rasul-rasul-Nya.
juga kewajiban yang harus diemban oleh umat manusia adalah
juga kewajiban
juga kewajiban
Demikian yang harus
yang harus
juga kewajiban yangdiemban
diemban oleh umat manusia
harus diemban oleh umat manusia adalah
kewajiban yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, yakni
kewajiban
adalah
kewajiban yang
yang sesuai
kewajiban yang dengan
sesuai sesuai
dengandengankemampuan yang dimiliki,
kemampuan
kemampuan yang dimiliki,
yakni
taklif atau beban yang sanggup dikerjakan. Dasar hukum asas
yakni
taklif taklif
taklif atau atau beban
atau beban
beban yang yang
yang sanggup
sanggup sanggup dikerjakan.
dikerjakan.
dikerjakan. DasarDasar
hukum hukum
asas
legalitas
asas
legalitas dalam
legalitas
dalam Islam
dalam
adalah
IslamIslam sebagai
adalahadalah
sebagai berikut:
sebagai berikut:
berikut:
legalitas dalam Islam adalah sebagai berikut:
1.1. Al-Qur'an
1. Al-Qur’an
Al-Qur'an dalam
dalam
dalam Surat al-Isra
Surat
Surat ayat
al-Isra
al-Isra 15
ayatayat
15 15
1. Al-Qur'an dalam Surat al-Isra ayat 15
ًﺚ رَرﺳُﺳ ْﻮﻮﻻًﻻ
ََ ـﻌَﻌ
ـﺒْﺒﻰ ﻧَﻧ ِ
ُْ َ ﺚ َـ َْـ ﻰﺬﺬﺑِﺑْﻴْﻴ ََﻦﻦ َﺣَﺣﺘﺘ ﺎ ُﻣُﻣ َﻌَﻌﺎ ََووََﻣﻣﺎﺎ ُُﻛﻛﻨﻨ...
...
...dan
...dan Kami
Kami tidak
tidak akan
akan menyiksa
menyiksa sebelum Kami mengutus
mengutus
...dan
... dan Kamitidak
Kami tidakakan
akanmenyiksa
menyiksa sebelum
sebelum Kami
Kami mengutus
seorang
seorang
seorangRasul.
Rasul.
Rasul.
seorang Rasul.
2.
2. Al-Qur'an
2. Al-Qur'an
Al-Qur’an
Al-Qur'an dalam
dalam
dalam Surat al-Qasas
Surat
Surat ayat
al-Qasas
al-Qasas 59
ayatayat
59 59
2. dalam Surat al-Qasas ayat
ِـﺚ ِِﻓ ِـﻚ ﻣ ْﻬِﻠ
ـﻮاا
ـﻮ ـــﻠُﻠ
ْـُـ
ْـﻮْا ـ ـﺘْﺘ
ُـﻠ ـ ـﻮﻻًﻻﻻًﻳ ﻳ
َْـﻳَْﺘ
ــ
ْْـﻮ
َ ً ـﻮ
ـﺳُﺳ
ْــ ﺳـﺎ ر ـ
ُُ َـﺎ َرَر
ـ
ـﺎ
ـ
ـ ﻣََﻬﻣﻣُـﻲ أُأُأ
ـﻬَﻬ ـ
ـ
ـﻲ
ـ
ـﻲ
ـ ـﻓ َـﺚ
ـﺚ ﻓ ــ
ََ ـ
ـﻌَﻌ
ـ ـََﻌ
ـﺒْﺒ
ـ ـْْﺒـﻳﻳـﻰــ
ََـﻰ ﻳ
َـ ـﺘ
ـ ـﺮىى َﺣَﺣﺘ
َـﺮ
َ
ـ
ـ
ـﻘ
ـُُـﻚ ااﻟْﻟْﻘ
ََ ـ
ـﻚ ـ
ـ
ـ ََ ـ
ـﻚ ُﻣُ ْﻬ ﻠ ــﺎ ََنن َرَرﺑﺑ
ـ
ـ ـ
ـ
ـﺎ ََﻛﻛ
ـﺎ
ـ
ـ ـ
ــ
ـﺎَووَﻣﻣ
ـ ََ
Dan DanAllah
Dan
Dan Allahtidak
Allah
Allah tidak akan
tidak
tidak akan menghancurkan
akan
akan menghancurkan penduduk
menghancurkan
menghancurkan penduduk suatu
penduduk
penduduk suatu negeri
suatu
suatu negeri
negeri
negeri
sebelum diutusnya Rasul di tengah-tengah mereka untuk
sebelum diutusnya Rasul di tengah-tengah mereka untuk
sebelum
sebelum diutusnya
diutusnya Rasul
Rasul di tengah-tengah
tengah-tengah mereka
mereka untuk
untuk
membacakan
membacakan ayat-ayat
membacakanayat-ayat kami
ayat-ayat …
kami
ayat-ayat kami
kami …
… …
membacakan
3.
3. Al-Qur'an
3. Al-Qur’an
Al-Qur'an dalam
dalam
dalam Surat al-An'am
Surat
Surat ayat
al-An’am
al-An'am 19
ayatayat
19 19
3. Al-Qur'an dalam Surat al-An'am ayat 19
...
... ـﻠَﻠَﻠََﻎَﻎَﻎ ُﺣﻲ إِﻟَﻲ ﻫ َﺬ ا اﻟْ ُﻘ ﺮآ ُن ﻷُﻷُ ﻧﻧِْﺬِِﺬررﻛُﻛﻢﻢ ﺑِﺑِﻪِِﻪ ووﻣﻣﻦﻦ ﺑ
ـﺑﺑ ِِ وأ...
... ََ ﻲ َﻫَ َﺬ ا اﻟْ ُﻘ ْْﺮآ ُن ﻷُ ْﻧْﺬ ََرَُُﻛ ْْﻢْ ﺑِﻪ َََوََﻣَ ْْْﻦ َ ََوأُﺣ ََﻲ إِﻟ...
َـ
……dandan al-Qur’an
al-Qur’an ini
ini diwahyukan
diwahyukan kepadamu
kepadamu supaya
supaya dengannya
dengannya
… dan al-Qur’an ini diwahyukan kepadamu supaya dengannya
Aku
Aku memberi
memberi peringatan
peringatan kepadamu
kepadamu dan
dan kepada
kepada orang yang
Aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang
sampai
sampaial-Qur’an
al-Qur’an(kepadanya)
(kepadanya) … …
| 18sampai
| al-Qur’an
Hukum Pidana(kepadanya) …
Islamal-Baqarah
4.4. Al-Qur'an
Al-Qur'an dalam
dalamSurat
Surat al-Baqarah ayat
ayat 286
286
4. Al-Qur'an dalam Surat al-Baqarah ayat 286
... ُوو ْﺳْﺳﺳَﻌﻌَﻌَﻬﻬَﻬﺎﺎﺎﻻـْْﻔﻔﺴًﺴﺎﺎ إِإِﻻ
...
... اﷲُ ﻧﻧ
َـ
َ اﷲ ُُ ﻠﻻَﻻَ ﻳﻳُ َﻜَﻜﻠ
ﻒ
ﻒ
ََ ْ ُ ً ُ ُ
membacakan ayat-ayat kami …
3. Al-Qur'an dalam Surat al-An'am ayat 19
ِ ِ ِ
َﻲ َﻫ َﺬ ا اﻟْ ُﻘ ْﺮآ ُن ﻷُ ﻧْﺬ َرُﻛ ْﻢ ﺑِﻪ َوَﻣ ْﻦ ﺑ َ َوأُﺣ َﻲ إِﻟ...
... ـ ﻠَ َﻎ
……dan danal-Qur’an
al-Qur’anini diwahyukan kepadamu
ini diwahyukan kepadamu supaya
supaya dengannya
dengannya
Aku
Aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang
memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang
sampai al-Qur’an (kepadanya) …
sampai al-Qur’an (kepadanya) …
4.
4. Al-Qur'an dalam Surat al-Baqarah ayatayat
286286
Al-Qur’an dalam Surat al-Baqarah
... ﺎ ﻬ
َ ﻌ ﺳْ و ﻻ
ِ
إ
ﺎ ﺴ ﻔْ ـَ
َ ُ ًsesuai ﻧ اﷲ ﻒ ﻠ َﻜُﻳَﻻ
ُdengan
ُ
Allah tidak membebani seseorang kecuali
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya
Allah …
tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya …
Berdasarkanbeberapa
kemampuannya
Berdasarkan beberapa ketentuan
… ketentuan yang yangterdapat
terdapat dalam
dalam ayatayat
al-
Qur’an
al-Qur’an tersebut
Berdasarkan di beberapa
tersebut atas
di kemudian para yang
atas ketentuan
kemudian fuqaha merumuskan
paraterdapat
fuqaha dalam kaidah-
ayat
merumuskan al-
kaidah-kaidah
kaidah
Qur’an hukum hukum
tersebutIslam yang
di atas Islam yangdari
diambil
kemudian diambil
para substansi
fuqaha dari substansitersebut
ayat-ayat
merumuskan ayat-ayat
kaidah-di
33
tersebut di atas, seperti berikut ini:
atas,
kaidahseperti
hukum berikut
Islam ini:
yang diambil 34substansi ayat-ayat tersebut di
dari
atas, seperti berikut ini: 3
Tidak ada hukuman
Tidak ada hukumanbagi perbuatan orang berakal sebelum adanya
bagi perbuatan orang
berakal
sebelum
ketentuan nas.
adanyaada
Tidak 35
ketentuan nas.44bagi perbuatan orang berakal sebelum
hukuman
adanya ketentuan nas.4
Tidak ada
Tidak adatindak
tindakpidana
pidana dandantidaktidak ada ada hukuman hukuman
kecuali
kecuali
adanya nas.
adanya 55
hukuman adanya
nas.36 ada tindak pidana
kecuali
5
Tidak dan tidak ada
nas.
Pada asalnya semua perkara dan
perbuatan
adalah
diperbolehkan
Pada asalnya
Pada asalnya
kecuali adanyasemua
dalil perkara
semua yang
perkara dan
dan perbuatan
mengharamkan adalah
atau
perbuatan diperbolehkan
melarang
adalah perbuatan
diperbolehkan
kecuali adanya
adanya
tersebut.
kecuali 66
dalil yang
dalil yang mengharamkan
mengharamkan atau
atau melarang
melarang perbuatan
perbuatan
6 37
tersebut.
tersebut.
Ibid, hlm. 115.
34
36
33 As-Suyuti, Al-Asybah wa an-Naza’ir, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 59.
37Ibid, hlm. 115.
Al-Amidi, Al-Ihkam fi-Usul al-Ahkam. (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), I:
130; Al-Ghazali,
344
Ibid,
Ibid.,hlm.Al-Mustasfa
hlm.115.
116. min Ilm Usul, (Mesir: Dar al-Bab al-Mustofa al-
Halabi),
4
I: 63.
55Ibid.,
hlm. 116.
As-Suyuti, Al-Asybah wa an-Naza’ir, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.),
hlm. 59.
5
As-Suyuti, Al-Asybah wa an-Naza’ir, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.),
hlm. 59.66 Al-Amidi, Al-Ihkam fi-Usul al-Ahkam.Hukum
(Beirut:Pidana Islam |t.t.),
Dar al-Fikr, 19 I:|
130; Al-Ghazali,
6
Al-Amidi,Al-Mustasfa min Ilmal-Ahkam.
Al-Ihkam fi-Usul Usul, (Mesir: DarDar
(Beirut: al-Bab al-Mustofa
al-Fikr, t.t.), I:
al-Halabi), I: 63.
130; Al-Ghazali, Al-Mustasfa min Ilm Usul, (Mesir: Dar al-Bab al-Mustofa
al-Halabi), I: 63.
Pada asalnya semua perkara dan perbuatan adalah diperbolehkan
kecuali adanya dalil yang mengharamkan atau melarang perbuatan
tersebut.6
Suatuperbuatan
Suatu perbuatan atau atau sikap
sikap tidak
tidak berbuat
berbuat tidak
tidak bisa
bisa dipandang
dipandang
sebagai
sebagaisuatu
suatujarimah
jarimah sebelum
sebelum adanya
adanya nas
nas yang
yang tegas
tegas melarang
melarang
perbuatanIbid,
perbuatan
3
atau
atau sikap
hlm. 115. tidak berbuat. Apabila tidak ada ketentuan
sikap tidak berbuat. Apabila tidak ada ketentuan nas
nas yang
yang mengaturnya
mengaturnya
4
Ibid., maka maka
hlm. 116. perbuatan
perbuatan seseorangseseorang
tidak bisatidak bisa
dimintai
dimintai 5 pertanggungjawaban
pidana danpidana dan tidak dapat dipidana.38
7
pertanggungjawaban tidak dapat dipidana.
As-Suyuti, Al-Asybah wa an-Naza’ir, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.),
hlm.
59.
6
38
Ibn Hazm, Al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), I: 52.
39
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri…, I: 87.
7
Ibn Hazm, Al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), I:
| 20
52. | Hukum Pidana Islam
8
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri…, I: 87.
atau berbuat karena membela diri tidak termasuk dalam
kategori orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban
pidana.40
2. Syarat yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf. Dalam hal
ini ada unsur yang harus terpenuhi, yaitu :
a. Perbuatan ini mungkin sanggup untuk dikerjakan atau
ditinggalkan.
b. Perbuatan itu dapat diketahui dengan sempurna oleh
orang yang berakal atau mukalaf, artinya beban yang
berisi larangan atau perintah itu sudah disiarkan dan
jelas ada ancaman hukuman bagi yang melanggar aturan
tersebut.41
Dengan demikian lahirnya asas legalitas dalam hukum Islam
ada sejak diturunkannya al-Qur’an. Karenanya asas legalitas
dalam hukum Islam jauh lebih awal bila dibandingkan dengan asas
legalitas dalam hukum positif yang baru muncul pada abad XVII
(sejak Revolusi Perancis tahun 1789). Asas legalitas ini selanjutnya
dimasukkan ke dalam “pernyataan hak-hak asasi manusia”, yang
dikeluarkan pada tahun 1879 dan kemudian diakomodir oleh
negara-negara lain.
40
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), hlm. 59-60.
41
Ibid.
42
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri…, I: 316.
12 12
Ibid.
Ibid.
| 22 | Hukum Pidana Islam
anakku sendiri, maka bagaimana pendapatmu?”. Rasulullah
menjawab, “Kembalilah ke rumah, maka tidak lama kemudian
turun surat an-Nisa ayat 22 tersebut di atas.
Dengan diturunkannya surat an-Nisa ayat 22, maka bentuk
perkawinan secara mewarisi bekas istri ayahnya (ibu tiri) dalam
penyelesaian hukumnya mempunyai dua segi.
Pertama, segi kepidanaan, perkawinan itu merupakan masalah
kepidanaan sehingga pelakunya dianggap sebagai pelanggar
hukum. Akan tetapi karena bentuk perkawinan tersebut terjadi
sebelum adanya nas yang melarang dan masa yang lewat, sedang
hukum pidana Islam tidak menganut sistem berlaku surut, maka
perbuatan orang tersebut tidak bisa dikenai sanksi pidana. Dengan
demikian berlakunya ketentuan pidana bagi pelanggaran hukum
terhadap perkawinan atas bekas istri ayah (ibu tiri), baru berlaku
sejak diturunkannya ayat tersebut.44
Kedua, segi keperdataan, karena perkawinan itu merupakan
bentuk perjanjian, maka sebagai akibatnya perikatan itu harus
diputuskan, artinya perkawinan itu harus diceraikan, demikian
juga orang yang menikahi istri lebih dari empat. Dengan demikian
dari segi keperdataan hukum Islam menganut sistem berlaku
surut.45
2. Hukum Riba
Riba juga merupakan bentuk budaya jahiliyah Arab yang
mengakar, maka setelah Islam datang dengan tegas dilarang
dan pelakunya diancam pidana ta’zir. Sebagaimana firman
Allah dalam surat al- Baqarah ayat 275:
44
Ahmad Hanafi, Asas-asas ..., hlm. 82.
45
Ibid.
“Janganlah
Janganlah kamu
kamu paksa
paksa anak-anak
anak-anak gadismu melakukan
melakukan
kedurjanan, sedang
kedurjanan, sedang mereka
mereka sendiri
sendiri ingin
ingin memelihara
memelihara
kesuciannya,
kesuciannya, karena
karena kamu
kamu ingin
ingin harta
harta benda
benda dunia
dunia”
Di samping istri dan anak menjadi korban periba, ada sebagian
Di samping
mereka istri mempunyai
yang tidak dan anak menjadi
anakkorban
gadis periba, ada sebagian
dan istri, akhirnya
mereka
merekayang tidak mempunyai
menjadi budak periba anakakibat
gadis dan istri,
tidak akhirnyamelunasi
sanggup mereka
hutangnya. Sebagai akibatnya ada sebagian dari mereka yang
menjadi budak periba akibat tidak sanggup melunasi hutangnya.
akhirnyaakibatnya
Sebagai menjadi ada
perampok
sebagianterhadap para yang
dari mereka periba. Para pedagang
akhirnya menjadi
dengan banyaknya
perampok perampokan
terhadap para akhirnya
periba. Para pedagang membawa pengawal,
dengan banyaknya
perampokan akhirnya membawa pengawal, dan untuk membayar
pengawal mereka menaikkan bunga riba atas piutangnya.16
46
Marsum, Fiqh Jinayah, (Yogyakarta: UII, 1998), hlm. 7.
15
| 24 | Hukum Pidana
Marsum, Islam (Yogyakarta: UII, 1998), hlm. 7.
Fiqh Jinayah,
16
Ibid.
dan untuk membayar pengawal mereka menaikkan bunga riba
atas piutangnya.47
As-Sabuni dalam tafsirnya menjelaskan bahwa praktek riba
pada jaman jahiliyah misalnya A memberikan pinjaman kepada
B dengan batas waktu tertentu. Bila pada waktu yang telah
ditentukan B tidak bisa membayar hutangnya, maka B berkata
kepada A, “Berilah tempo buatku dan kutambah piutang tuan”.
Tambahan yang berlaku pada saat itu berkisar minimal 40%
sampai 100%.48
Praktek riba di atas itulah yang dinamakan riba nasiah, riba
karena tempo, riba yang dikenal pada jaman jahiliyah yang dikutuk
oleh al-Qur’an, oleh karenanya termasuk jarimah ta’zir.
Dengan adanya larangan riba dalam Islam, maka riba termasuk
perbuatan pidana (jarimah) sekaligus termasuk perkara perdata.
Dengan demikian nas-nas yang mengatur tentang riba berlaku
juga pada dua ketentuan, yaitu ketentuan pidana dan perdata.
Penyelesaian dari segi pidana, bahwa riba yang terjadi sebelum
diturunkannya ayat-ayat yang melarang riba (surat al-Baqarah
ayat 275, 278, dan 279), maka pelakunya tidak dapat dikenai
sanksi pidana, karena hukum pidana Islam tidak mengenal “sistem
berlaku surut”. Islam hanya menjatuhkan sanksi bagi pelaku riba
setelah ada nas yang mengharamkan riba. Sedangkan penyelesaian
dari segi perdata berlaku surut, artinya kreditur (orang yang
menghutangi) hanya berhak atas uang pokoknya saja, sedang
debitur (orang yang berhutang) hanya berkewajiban membayar
uang pokoknya saja.
3. Masalah Pencurian
Ketentuan jarimah pencurian ditegaskan oleh al-Qur’an
surat al-Maidah ayat 38:
47
Ibid.
48
As-Sabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr), II: 321.
49
Kisah ini diambil dalam kitab Lulu’ wa al-Marjan, hlm. 173.
50
As-Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), II: 349.
52
Imam Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), IV: 51.
E. Asas
E. AsasPraduga
PradugaTak TakBersalah
Bersalah
Suatu konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan dari asas
Suatu konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan dari asas
legalitas adalah asas praduga tidak bersalah (principle of
legalitas adalah asas praduga tidak bersalah (principle of lawfullness/
lawfullness/presumption
presumption of innocence).of innocence).
Menurut asas Menurut asas ini,
ini, semua semua
perbuatan
dianggap boleh, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh suatu suatu
perbuatan dianggap boleh, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh nash
23
hukum. Selanjutnya, setiap orang dianggap tidak bersalah untuk
nash hukum.
54 Selanjutnya, setiap orang dianggap tidak bersalah
suatu
untukperbuatan jahat, kecuali
suatu perbuatan dibuktikan
jahat, kecuali kesalahannya
dibuktikan pada suatu
kesalahannya pada
kejahatan tanpa ada
suatu kejahatan keraguan.
tanpa Jika suatu
ada keraguan. Jikakeraguan yang beralasan
suatu keraguan yang
muncul,
beralasanseorang
muncul,tertuduh harus dibebaskan.
seorang tertuduh harus dibebaskan.
Konsep
Konseptersebut
tersebuttelah
telahdilembagakan
dilembagakan dalam dalam hukum Islam jauh
hukum Islam jauh
mengenalnya sebelum hukum pidana positif. Empat
mengenalnya sebelum hukum pidana positif. Empat belas abad yang belas abad
yang
silamsilam Nabi Muhammad :
bersabda :
24 55
Nabi Muhammad bersabda
Hindarkan bagi
Hindarkan bagi muslim
muslim hukuman
hukuman hudud
hudud kapan
kapan saja
saja kamu
kamu dapat
dapat
dan bila kamu dapat menemukan jalan
dan bila kamu dapat menemukan jalan untuk membebaskannya. untuk
Jika imam salah, lebih
membebaskannya. Jikabaik salahsalah,
imam dalamlebih
membebaskan
baik salahdaripada
dalam
salah dalam menghukum.
membebaskan daripada salah dalam menghukum.
56
Subhat ialah ma yusbihu sabit wa laisa bisabit. berarti bertentangan
antara unsur formil dan materiilnya atau segala hal yang tetap dianggap tidak
tetap. Abd al-Qadir Audah, At-Tasyri al-Jinai…,I: 254.
57
Ibid.
58
Ibid., hlm. 256.
59
Penjelasan lebih detail untuk masalah ini lihat Abd al-Qadir Awdah,
At-Tasyri`..., hlm. 257.
60
Mazhab Syafi’i mengklasifikasikan subhat dalam tiga kategori:
(1) subhat yang berkaitan dengan tobyek; (2) subhat yang disebabkan oleh
pelakunya; (3) keraguan formal (muncul karena tidak sepakatnya para fuqaha
untuk suatu masalah). Sementara mazhab Hanafi mengklasifikasikan keraguan
ini ke dalam: (1) keraguan yang melekat dalam perbuatan itu; (2) keraguan yang
melekat pada tempatnya; dan (3) keraguan yang melekat dalam perjanjiannnya
Abd al-Qadir Audah, At-Tasyri’ al-Jinai al-Islami…, I hlm. 258-261.
61
Abdullahi Ahmad an-Naim, Dekonstruksi Syari’ah, alih bahasa, Ahmad
Syuedi, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hlm. 200.
62
M. Salim al-Awa, “The Basis of Islamic Penal Legalism”, dalam
M. Cherif Bassioni, The Islamic Criminal Justice System (London: Oceana
Publications, Inc. 1982), hlm. 143-147.
63
Ibid.
64
Mengenai dapatkah hukuman ta’zir sama beratnya dengan hudud
dan qisas (misalnya, masih ada perbedaan pendapat, dapatkah dijatuhi pidana
mati).
65
At-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, (Mesir: Dar al-Bab al-Mustafa al-Halabi,
1963), IV: 33.
66
Jaih Mubarak, Kaidah-Kaidah Fiqh Jinayah,(Bandung: Bani Quraisy,
2004), hlm. 177.
67
Abd. Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami (Beirut: Dar al-Kitab
al-Arabi, t.t.), I: 343.
68
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Adjaran Ahli Sunnah wal
Jama’ah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm.224.
69
Ibid. Lihat Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’ I: 343
| 35 |
masyarakat. Sesudah itu, hakim diberi wewenang luas dalam
menjatuhkan hukuman, di mana a bisa bergerak antara batas
tertinggi dengan batas terendah.70
Kebanyakan jarimah ta’zir bisa mengalami perubahan antara
dihukum dan tidak dihukum, dari masa ke masa, dan dari tempat
ke tempat lain, dan unsur-unsurnya juga dapat berganti-ganti
sesuai dengan pergantian pandangan penguasa-penguasa Negara.
Oleh karena itu di kalangan fuqaha tidak ada perhatian khusus
terhadap percobaan melakukan jarimah, karena percobaan ini
termasuk jarimah ta’zir.71
Kedua: Dengan danya aturan-aturan yang mencakup dari
Syara’ tentang hukuman jarimah ta’zir, maka aturan-aturan
khusus untuk percobaan tidak perlu diadakan, sebab hukuman
ta’zir dijatuhkan atas setiap perbuatan ma’siat (kesalahan) yang
tidak dikenakan hukuman had atau kifarat. Dengan perkataan
lain, setiap perbuatan yang dianggap percobaan atau permulaan
jahat dianggap ma’siat dan dapat dijatuhi hukuman ta’zir.72
Karena hukuman had dan kifarat hanya dikenakan atas jarimah-
jarimah tertentu yang benar-benar telah selesai, maka artinya
setiap percobaan (memulai) sesuatu perbuatan yang dilarang
hanya dijatuhi hukuman ta’zir, dan percobaan itu sendiri dianggap
ma’siat, yakni jarimah yang selesai juga, meskipun merupakan satu
bagian saja di antara bagian-bagian lain yang membentuk jarimah
yang tidak selesai, selama satu bagian itu sendiri dilarang. Jadi
tidak aneh kalau sesuatu perbuatan semata-mata menjadi suatu
jarimah, dan apabila bergabung dengan perbuatan lain maka akan
membentuk jarimah yang lain lagi.73
70
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1967), hlm.118-119.
71
Ibid.
72
A. Hanafi, Asas-asas..hlm. 119.
73
Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i hlm. 344.
74
Ibid. hlm, 245.
10Haliman,Hukum Pidana…hlm.224.
75
76 Haliman,
Imam Hukum
Muslim, Pidana…hlm.224.
Sahih Muslim, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Juz I: 116.
11
Imam Muslim, Sahih Muslim, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Juz I: 116.
77
A. Hanafi, Asas-asas, hlm. 227.
80
Abd. Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, I: 346-348.
81
Ahamd Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, .hlm. 124.
82
Abd. Qadir Awdah, at-Tasyri, I: 227.
D. Hukuman Percobaan
D. Hukuman Percobaan
Menurut aturan Syari’at Islam, untuk jarimah-jarimah hudud
Menurut aturan Syari’at
dan qisas, jarimah-jarimah yangIslam, untuk
selesai jarimah-jarimah
tidak hudud
boleh dipersamakan
dan qisas, jarimah-jarimah yang selesai tidak boleh dipersamakan
dengan jarimah-jarimah yang tidak selesai (percobaan). Aturan
dengan jarimah-jarimah yang tidak selesai (percobaan). Aturan
tersebut berdasarkan
tersebut hadits
berdasarkan NabiNabi
hadits s.a.w. : :
s.a.w.
Siapa yang mencapai hukuman had bukan pada jarimah hudud (yang
83
Abdurahman
lengkap) maka al-Maliki,
diat termasuk Nidzam
orang yangal-Uqubah, Beirut: 20
menyeleweng” Dar al-Ummah,
1990), 155-157.
84
A.Hanafi, Asas-asas, hlm.
18
Abdurahman al-Maliki, Nidzam al-Uqubah, Beirut: Dar al-
Ummah, 1990), 155-157.
Siapa yang mencapai hukuman had bukan pada jarimah hudud
(yang lengkap) maka diat termasuk orang yang menyeleweng”85
Aturan tersebut berlaku untuk jarimah-jarimah hudud dan
qisas, dan qisas termasuk juga hudud, karena hukuman tersebut
sudah ditentukan pula jumlahnya.
Oleh karena itu percobaan melakukan zina tidak boleh
dihukum dengan hukuman yang dijatuhkan atas perbuatan zina
sendiri yaitu jilid dan rajam.86
Demikian pula hukuman percobaan pencurian tidak bisa
dipersamakan dengan pencurian itu sendiri, yaitu potong tangan,
sebab hukuman potong tangan dijatuhkan atas jarimah yang telah
selesai.
Sudah barang tentu perbedaan antara percobaan melakukan
suatu jarimah dengan jarimah itu sendiri masih jauh, dan oleh
karena itu sudah sepantasnya kalau pembuat dijatuhi hukuman
sesuai dengan besarnya perbuatan. Apabila mempersamakan
hukuman antara percobaan jarimah dengan jarimah yang selesai,
akan medorong pembuat sesuatu jarimah untuk menyelesaikannya
sekali, sebab ia akan merasa bahwa dirinya sudah berhak akan
hukum lengkap dengan memulainya perbuatan, oleh karena itu ia
tidak perlu mengurungkan perbuatannya itu (percobaannya).
Meskipun demikian, kita dapat mempersamakan percobaan
melakukan jarimah ta’zir kepada percobaan melakukan jarimah
hudud dan qisas. Oleh karena itu, aturan tersebut diatas, yakni
tidak adanya persamaan hukuman antara jarimah percobaan
dengan jarimah lengkap, berlaku pula atas jarimah-jarimah ta’zir.
85
Imam Muslim, Sahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), I: 119.
86
Abd. Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami (Beirut: Dar al-Kitab
al-Arabi, t.t.), I: 350
87
Abd. Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami (Beirut: Dar al-Kitab
al-Arabi, t.t.), I: 351
88
A. Hanafi, Asas-asas, hlm. 128-129.
F. Tidak Selesai
F. Tidak Melakukan
Selesai MelakukanPercobaan
Percobaan Karena Taubat
Karena Taubat
Perbuatan jarimah
Perbuatan jarimah yang diurungkan
yang diurungkan (tidak
(tidak diselesaikan)
diselesaikan)
adakalanya berupa jarimah “hirabah” (pembegalan/ penggarongan)
adakalanya berupa jarimah “hirabah” (pembegalan/ penggarongan)
atau atau
jarimah-jarimah
jarimah-jarimahlain. Apabila
lain. Apabila berupa
berupajarimah
jarimah hirabah
hirabah maka
maka
pembuat tidak dijatuhi hukuman atas apa yang telah diperbuatnya.
pembuat tidak dijatuhi hukuman atas apa yang telah diperbuatnya.
Hal ini
Halsesuai dengan
ini sesuai firman
dengan Allah
firman ketika
Allah membicarakan
ketika membicarakanhukuman
hukuman
orangorang
yangyangmelakukan jarimah itu, dimana pada
melakukan jarimah itu, dimana pada penutupnya penutupnya
disebutkan sebagi
disebutkan berikut:
berikut:
sebagi
��
Kecuali orang-orang
“Kecuali yangyang
orang-orang Taubat (di(diantara
Taubat antaramereka)
mereka) sebelum
sebelum
kamukamu
dapat
dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka Ketahuilah
menguasai (menangkap) mereka; Maka Ketahuilah
bahwasanya Allah
bahwasanya Maha
Allah Pengampun
Maha Pengampunlagi
lagi Maha Penyayang.
Maha Penyayang”.
Dan terhadap dua orang
“Dan terhadap yang melakukan
dua orang perbuatan
yang melakukan perbuatankeji
kejididiantara
antara
kamu, Maka
kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, Kemudian jika
berilah hukuman kepada keduanya, Kemudian jika
keduanya bertaubat
keduanya dan
bertaubat danmemperbaiki
memperbaiki diri,diri,
MakaMaka biarkanlah
biarkanlah mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”
Maka “Maka
barangsiapa bertaubat
barangsiapa (di (di
bertaubat antara
antarapencuri-pencuri itu)
pencuri-pencuri itu)
sesudahsesudah
melakukan
melakukankejahatan
kejahatanituitudandanmemperbaiki diri, Maka
memperbaiki diri, Maka
Sesungguhnya AllahAllah
Sesungguhnya menerima
menerima taubatnya.
taubatnya. Sesungguhnya Allah
Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun
Maha Pengampunlagi lagi
MahaMahaPenyayang.
Penyayang”.
Dalam hadits Rasul s.a.w. disebutkan sebagai berikut:
Orang yang taubat dari Rasul
Dalam hadits suatus.a.w.
dosadisebutkan
maka iasebagai
seperti orangOrang
berikut: yang
tidak mempunyai dosa.suatu
yang taubat dari Dengandosa perkataan lain, orang
maka ia seperti siapa yang tidak
yang tidak
mempunyai dosa, dosa.
mempunyai maka Dengan
tidak adaperkataan
hukumanlain, hadsiapa
baginya.
yang tidak
Dalam peristiwa, “Ma’iz” yang lari setelah mendengar
mempunyai dosa, maka tidak ada hukuman had baginya.
keputusan hukuman atas “Ma’iz”
Dalam peristiwa, perbuatannya,
yang lari ketika
setelah Rasulullah
mendengar
diberitahu tentang larinya, maka Rasulullah mengatakan:diberitahu
keputusan hukuman atas perbuatannya, ketika Rasulullah “Biarkan
tentang larinya, maka Rasulullah mengatakan:
dia bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya.”. “Biarkan
89 dia
24
bertaubat, maka Allah akan menerima taubatnya.”.
Untuk hapusnya hukuman tersebut di atas, para fuqaha
Untuk hapusnya hukuman tersebut di atas, para fuqaha
memberi syarat, yaitu pada jarimah termaksud ialah jarimah yang
memberi syarat, yaitu pada jarimah termaksud ialah jarimah yang
menyinggung hak Allah, artinya jarimah-jarimah yang melanggar
menyinggung hak Allah, artinya jarimah-jarimah yang melanggar
hak masyarakat, seperti zina dan minum minuman keras, dan
hak masyarakat, seperti zina dan minum minuman keras, dan bukan
bukan jarimah
jarimah yang menyinggung hak perseorangan, seperti
yang menyinggung hak perseorangan, seperti pembunuhan
pembunuhan dan penganiayaan.
dan penganiayaan.
Menurut sebagian fuqaha masih ada satu syarat lagi yaitu
dibarenginya taubat (penyesalan) dengan tingkah laku yang baik dan
89
Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, (Mesir: Dar al-Bab al-Halabi, t.t.), II:
24
459; Syaukani, Nail Abual-Authar, VII: 259.
Dawud, Sunan Abi Dawud, (Mesir: Dar al-Bab al-Halabi,
t.t.), II: 459; Syaukani, Nail al-Authar, VII: 259.
Pendapat kedua.
Pendapat ini dikemukakan oleh imam-imam Malik dan Abu
Hanifah, serta beberapa fuqaha dikalangan mazhab Syafi’i dan
Ahmad. Menurut mereka taubat tidak menghapuskan hukuman
kecuali untuk jarimah hirabah saja yang sudah ada ketentuannya
yang jelas. Pada dasarnya taubat tidak dapat menghapuskan
hukuman, karena kedudukan hukuman ialah sebagai kifarat
ma’siat penebus (kesalahan). Perintah untuk menjatuhkan
hukuman kepada orang-orang yang berzina dan mencuri bersifat
umum, baik mereka yang bertaubat atau tidak, Rasulullah juga
menyuruh melaksanakan hukuman rajam atas diri seorang yang
bernama “Ma’iz” 91dan orang wanita dari kampung Ghamidiyyah
dan hukuman potong tangan atas diri orang yang mengaku telah
mencuri. Orang-orang tersebut datang sendiri pada Rasulullah
s.a.w. dan mengakui perbuatan-perbuatannya serta minta agar
90
A. Hanafi, Asas-asas, hlm.130-131
91
Imam al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), IV:177;
Baca Fath al-Bari, Juz. XII: 102.
Pendapat ketiga.
Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Taimiah serta muridnya
yaitu Ibnul Qayyim, dan kedua-duanya termasuk aliran mahzab
Hambali. Menurut pendapat kedua ulama tersebut, hukuman
dapat mebersihkan ma’siat, dan taubat bisa menghapuskan
hukuman jarimah-jarimah yang berhubungan dengan hak Tuhan,
kecuali apabila pembuat sendiri menginginkan penyucian dirinya
92
Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami,I: 238.
�������������
A. Hanafi, Asas-asas..hlm.132.
94
Ibid. hlm.132-134.
Jika ada seseorang yang menahan orang dan ada orang lain yang
Jika ada seseorang yang menahan orang dan ada orang lain
membunuhnya, maka bunuh
yang membunuhnya, makaorang yang
bunuh membunuh
orang dan kurunglah
yang membunuh dan
orang yang menahan
kurunglah orang yang menahan
Suatu jarimah ada kalanya diperbuat oleh seorang diri dan ada
kalanya dilakukan oleh beberapa orang. Apabila diperbuat oleh
95
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Adjaran Ahli Sunnah wal
beberapa orang, maka bentuk-bentuk kerjasama antara mereka dapat
Djamaah,Jakarta: Bulan Bintang, 1967, hlm.225.
dirumuskan
96
Asy-Syaukani, Nail al-Authar, (Mesir: Dar al-Bab al-Halabi wa
sebagai berikut:
Awladuhu), Juz. V: 169.
1
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Adjaran Ahli Sunnah wal
| 55 hlm.225.
Djamaah,Jakarta: Bulan Bintang, 1967, |
2
Asy-Syaukani, Nail al-Authar, (Mesir: Dar al-Bab al-Halabi wa
Awladuhu), Juz. V: 169.
Suatu jarimah ada kalanya diperbuat oleh seorang diri dan ada
kalanya dilakukan oleh beberapa orang. Apabila diperbuat oleh
beberapa orang, maka bentuk-bentuk kerjasama antara mereka
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pembuat melakukan jarimah bersama-sama orang lain
(memberikan bagiannya dalam melaksanakan jarimah).
Artinya secara kebetulan melakukan bersama-sama.
2. Pembuat mengadakan persepakatan dengan orang lain
untuk melakukan jarimah.
3. Pembuat menghasut (menyuruh) orang lain untuk
memperbuat jarimah.
4. Memberi bantuan atau kesempatan untuk melakukannya
jarimah dengan berbagai-bagai cara tanpa turut
berbuat.97
Untuk membedakan antara turut berbuat langsung dengan
turut berbuat tidak langsung, maka dikalangan fuqaha diadakan
dua pengolongan yaitu:
1. Orang yang turut berbuat secara langsung dalam
melaksanakan jarimah disebut “Syarik mubasyir”, dan
perbuatannya disebut “ Isytirak mubasyir”.
2. Orng yang tidak turut berbuat secara lngsung dalam
melaksanakan jarimah disebut “Syarik mutasabbib”, dan
perbuatannnya disebut “isytirak ghairul mubasyir” atau
“Isytirak bit-tasabbubi”.98
Perbedan antara kedua orang tersebut ialah kalau orang
pertama menjadi kawan nyata dalam melaksanakan jarimah, sedang
orang kedua menjadi sebab adanya jarimah, baik karena janji-
97
Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami (Beirut: Dar al-Qalam
al-Arabi, t.t.), Juz I hlm. 487.
98
A. Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1967), hlm.136-137.
99
Ibid.
100
Moeljatno, Asas-asas hukum Pidana,( Jakarta: Rineka Cipta, 1993),
hlm. 63; Mas’ad Ma’sum, Hukum Pidana, Yogyakarta, 1990, hlm. 84.
101
Abu Zahrah, al-Jarimah wa al-Uqubah fi al-Fiqh al-Islam,(Mesir: Dar
al-Bab al-Halabi wa Awladuhu, t.t.) I: 362-364.; A. Hanafi, Asas..hlm.138.
102
Abd Aziz Amir, at-Ta’zir fi Syari’ati al-Islamiyyah, Beirut: Dar al-Fikr,
1969), hlm. 122.
103
Ahmad Hanafi, Asas..hlm. 140.
104
Jaih Mubarak, Kaidah hlm. 24
105
Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jinai’ i , juz. I, hlm. 360.
106
12
106
Ibid.
107
Jaih Mubarak, Kaidah, hlm.25. Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum
Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), hlm.139-141.
108
A. Hanafi, Asas-..hlm.141.
109
Haliman, Hukum Pidana Islam, hlm. 228-229.
110
A. Hanafi, Asas, hlm. 141.
111
Ibid. hlm. 142. Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’, I: 372.
112
Haliman, Hukum Pidana Islam, hlm. 228
113
Jaih Mubarak, Kaidah, hlm.27
114
Ibn Nujaim, al-Asybah wa-An-Nadzair ala Mazhab Abi Hanifah an-
Nu’man, (Kairo: al-Muassasat ar-Risalah, 1968), hlm. 163.
115
Mahmud Syaltut, Islam, Aqidah wa Syari’ah, (Kairo: Dar al-Arabi,
t.t.), hlm.381.
116
KUHP pasal 58.
117
Haliman, Hukum Pidana Islam, hlm. 227; A. Hanafi, Asas, hlm. 142.
118
Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, juz. I hlm. 369.
119
A. Hanafi, Asas-asas, hlm. 144.
a. Persepakatan
120
Abdurahman al-Maliki, Nidzam al-Uqubah, (Beirut: Dar al-Amah,
1990), 248.
121
A. Hanafi, Asas-asas, hlm. 145-146.
122
Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Menangulangi Kejahatan Dalam
Islam,(Jakarta: Rajawali Press,2000), 251.
123
A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hlm. 146.
124
Ibid.Haliman; Hukum Pidana Islam, hlm. 232.
125
Haliman, Hukum Pidana Islam..hlm.232.
126
Abu Zahrah, al-Jarimah wa al-Uqubah fi al-Fiqh al-Islami,(Beirut: Dar
al-fikr, t.t.) Juz. I. hlm. 361.
129
A. Hanafi, Asas-asas, hlm. 148.
130
Abd Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, juz 1 hlm. 379.
131
Abd Aziz Amir, at-Ta’zir fi Syari’ati al-Islamiyyah, Beirut: Dar al-Fikr,
1969), hlm. 122.
132
A. Hanafi, Asas-asas, hlm. 149.
133
Ibid.
134
Ibid.
135
At-Turmudzi, Sunan at-Turmudzi,(Mesir: Dar al-Bab al-Halabi, 1963),
IV:33; bandingkan Ibn Nujaim, al-Asybah wa-an-Nadzair,..hlm. 127; asy-Suyuti,
al-Asybah wa an-Nadzair, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 84.
136
Haliman, Hukum Pidana Islam, hlm. 232.
137
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1967), hlm. 154.
138
Abd. Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, Beirut: Dar al-Kitab
al-Arabi, t.t), I: 380..
| 77 |
Unsurjarimah sebagai telahtidak
diuraikan pada bab unsur-unsur jarimah. 139
melawan hukum selamanya disinggung secara jelas
Unsur melawan hukum tidak selamanya disinggung
dalam ayat, adakalnya bersifat larangan yang tegas ada kalanya secara jelas
dalam ayat, adakalnya bersifat larangan yang tegas ada kalanya
bersifat pengecualian (terkecuali dengan hak) seperti dalam firman
bersifatUnsur melawan
pengecualian hukum tidak
(terkecualiselamanya
dengan disinggung secara
hak) seperti jelas
dalam
Allah:firmandalam
Allah:ayat, adakalnya bersifat larangan yang tegas ada kalanya
bersifat pengecualian (terkecuali dengan hak) seperti dalam firman
Allah:
Artinya:
Artinya: janganjangan
kamukamu membunuh
membunuh
jiwa jiwa Allah
yangdiharamkan
yang diharamkan Allah
kecualikecuali ada alasan
ada alasan
Artinya:yang yang
hak…
jangan hak…
kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
Adapun ayat-ayat yang
kecuali ada lain
alasan yangbanyak
hak… sekali yang menggambarkan
Adapun ayat-ayat
Adapun yangyang
ayat-ayat lain lain
banyak sekali yang menggambarkan
bagimana sifat melawan hukum banyak sekali
seseorang yang menggambarkan
dapat dimintai
bagimana
bagimana sifat melawan hukum seseorang dapat dimintai
sifat melawan hukum seseorang dapat dimintai
pertanggungjawaban
pertanggungjawabanpidana.pidana.
pertanggungjawaban pidana.
Artinya: Sesungguhnya
Artinya: Sesungguhnya pembalasan
pembalasan terhadap
terhadap orang-orang
orang-orang yangyang
memerangi Allah
memerangi dandan
Allah rasul-Nya
rasul-Nyadandanmembuat
membuat kerusakan
kerusakan didi muka
muka
bumi,bumi,
hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong
hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan
tangan
dandan
kaki kaki
merekamereka
dengan dengan
bertimbalbertimbal balik atau
balik atau bersilang ataubersilang
dibuang
atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian
dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu itu
(sebagai) suatu penghinaan
penghinaan untuk merekauntuk mereka
didunia, dan dididunia, dan diberoleh
akhirat mereka akhirat
mereka beroleh siksaan
siksaan yang besar. yang besar.
Ayat ini dapat diketahui adanya sifat melawan hukum dari
delik itu sendiri, yakni
Ayat ini dapatbagi siapa adanya
diketahui yang memerangi
sifat melawanhukum
hukum Allah
dari
dan Rasul-Nya, maka
delik itu sendiri, baginya
yakni adalah
bagi siapa yanghukum bunuh,
memerangi hukum disalib atau
Allah dan
dipotong tanganmaka
Rasul-Nya, dan kaki secara
baginya bersilang
adalah hukum atau diasingkan.
bunuh, disalib atau
dipotong tangan dan kaki secara bersilang atau diasingkan.
140
Syarbini al-Khatib, Mughni al-Muhtaj, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.),
IV:158
141
Haliman, Hukum Pidana,..hlm.116; Ahmad Hanafi, Asas-asas
...hlm.163.
142
Ibid. hlm.165
143
Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayah al-Muqtasid, (Beirut;
Dar al-Fikr, t.t.), hlm. 390. Syarbini al-Khatib, Mughni al-Muhtaj, IV:3
C. C. Hal-hal
Hal-hal yang Dapat yang Dapat Mempengaruhi
Mempengaruhi Hukuman
Hukuman
1. Menjalankan Ketentuan
1. Menjalankan Syari’atSyari’at
Ketentuan
DalamDalam surat an-Nisa
surat an-Nisaayat ayat 105 Allah
105 Allah C. berfirman:
berfirman: Hal-hal yang Dapat Mem
1.Menjalankan
Ketentuan
Sy
Dalam surat an-Nisa
esungguhnya Kami telah turunkan kepadamu Kitab
dengan
(ini)
membawa) kebenaran, supaya engkau menghukum diantara
manusia dengan Sesungguhnya
(faham) Kami yang telahAllah
turunkan kepadamu
tunjukkan Sesungguhnya Kitab (ini)Kami
kepadamu, dengan
dan telah turun
(membawa) kebenaran, supaya engkau menghukum diantara
anganlah engkau jadi pembela bagiyang
orang-orang (membawa)
yang khianat.” kebenaran, supaya
manusia dengan (faham) Allah tunjukkan kepadamu, dan
Dalamjanganlah
menafsirkan engkaupengertian
jadi pembela“supaya manusia
bagi orang-orang engkauyang dengan khianat.”
menghukum (faham) yang
iantara manusia dengan (faham) yang Allah tunjukkan, janganlah engkau at-Thufijadi al- pembela ba
Dalam menafsirkan pengertian “supaya engkau Dalam menghukum
Hambali mengemukakan sebagaimana yang dikutip oleh menafsirkan
Rasyid penge
diantara manusia dengan (faham) yang Allah tunjukkan, at-Thufi
Ridha bahwaal-Hambaliyang dimaksudkan
mengemukakan ialah dengandiantara
sebagaimana apa dikutip
yang yangmanusia dinashkan
oleh Rasyiddengan (faham)
leh Allah Ridha bahwa yang
kepadamu dimaksudkan
di dalam kitab,ialah dandengan jugaapa
Hambali yang
pengertian dinashkan
mengemukakan itu sebaga
imaksudkanoleh Allah kepadamu di dalam kitab,Ridha
dengan apa Allah memperlihatkan dan juga bahwa
kitab pengertian
itu yang dengan itu
dimaksudkan
dimaksudkan dengan apa Allah memperlihatkan kitab itu dengan
erantaraan perantaraan
pandanganpandanganengkau dan ijtihad oleh Allah
engkau dalam kepadamu di dalam
engkau dan ijtihad engkau dalamhukum- hukum-
ukum yanghukum tersebut yangditersebut
dalamdikitab dalamdan dan dimaksudkan
kitabdalil-dalilnya,
dalil-dalilnya, dan dan dengan
dengan apa Allah
dengan
idasarkan kepada didasarkan kepada dalil-dalil
dalil-dalil ini, maka ini, maka sesungguhnya
perantaraan
sesungguhnya Rasulullah engkau d
pandangan
Rasulullah
adalah berijtihad dalam persoalan-persoalan yang tidak ada
dalah berijtihad hukum yang tersebut di dalam ki
nasnya.dalam persoalan-persoalan
Demikian halnya dalam persoalan-persoalan yang tidak adayang nasnya. baru,
Demikian halnya dalam persoalan-persoalan yang didasarkan baru, yang kepada pada dalil-dalil in
erkembangannya merupakan persoalan khilafiah adalah berijtihad di dalam dalam persoalan
embahasan ilmu ushul fiqh.8 Demikian halnya dalam persoala
Bila dilihat lebih jauh, seperti dijelaskan perkembangannya dalam al-Qur’an suratmerupakan
Hukum Pidana Islam | 83 |
n-Nisa ayat 58 menetapkan: pembahasan ilmu ushul fiqh.8
Bila dilihat lebih jauh, sepe
an-Nisa ayat 58 menetapkan:
yang pada perkembangannya merupakan persoalan khilafiah di
dalam pembahasan ilmu ushul fiqh.144
Bila dilihat lebih jauh, seperti dijelaskan dalam al-Qur’an
surat an-Nisa ayat 58 menetapkan:
esungguhnya
Allah Sesungguhnya Allah memerintahkan
Allah memerintahkan
memerintahkan kamu menunaikan kamukamu menunaikanamanat
menunaikan
amanat amanat
epada kepada
berhak,yang berhak, dan (Ia apabila
perintahkan)
kamu apabila kamu
ak, danyang
(Iamenghukum
perintahkan) dan (Ia perintahkan)
apabila
diantara kamu supaya
manusia, menghukum menghukum
kamu menghukum dengan
iantara
a, supaya manusia,
adil.kamu supaya
Sesungguhnya
menghukum kamu
Allah menghukum
menasehati
dengan kamu Sesungguhnya
dengan
adil.dengan adil. Allah mem
sebaik-baik
esungguhnya perkara,
lah menasehati Allah karena
kamu sesungguhnya
menasehati
dengan kamuAllah
sebaik-baik dengan itu adalah maha mendengar
kepada
sebaik-baik
perkara, yang berhak, dan (I
perkara,
lagi maha melihat.”
arenaAllah
hnya sesungguhnya
itu adalahAllah mahaitu adalah maha
mendengar maha diantara
lagi mendengar lagi mahamanusia, supay
melihat.” Sesungguhnya Allah mena
Oleh karena ketentuan ayat al-Qur’an ini, maka seseorang
yang akan ditetapkan untuk menjadi hakim, mestinya karena memenuhi
sesungguhnya Allah
Oleh
na ketentuan karena ketentuan
ayat al-Qur’an ayat al-Qur’an
ini, maka ini,
seseorang maka seseorang
syarat-syarat keahlian tentang hukum, mampu berijtihad
melihat.” disamping
ang akan ditetapkan
pkan untuksyarat-syarat untuk menjadi
lainnya, dan
menjadi hakim, hakim,
apabila memenuhi
mestinya mestinya
syarat-syarat keahlianmemenuhi
tersebut
yarat-syarat
hlian tidak
tentang dipenuhi,
keahlian
hukum, maka pengangkatannya
tentang
mampu hukum,
berijtihad mampu hanyalah
disampingberijtihad bersifatOleh darurat,
disamping karena ketentu
yarat-syarat demikian pendapat
lainnya,syarat-syarat an-Nawawi.
dan apabila
145
syarat-syarat yang akan
keahlian ditetapkan untu
tersebut
nya, dan apabila keahlian tersebut
Ijma’ ulama menetapkan bahwa mendirikan suatu badan
dak dipenuhi,
maka maka pengangkatannya
peradilan adalah
pengangkatannya fardu yang
hanyalah hanyalah
harus ditegakkan
bersifat syarat-syarat
darurat,bersifat darurat,
dan sunah yang
keahlian tenta
9
atemikian harus
pendapat
an-Nawawi. an-Nawawi.Di samping menimbulkansyarat-syarat
9 dilaksanakan. rasa kasih sayang lainnya, dan
Ijma’ terhadap
ma menetapkan ulamabahwa korbannya,
menetapkan maka
mendirikan
hukuman
bahwa suatu
yang diterapkan
badan tidak
mendirikan suatu kepada maka pen
dipenuhi,
badan
dirinya tidak lain adalah merupakan salah satu cara menyatakan
eradilan
fardu adalah
yang harusfardu yang harus
ditegakkan dan ditegakkan
sunah yang dan
harus demikian
sunah yang pendapat
harus an-Naw
reaksi atau balasan dari masyarakat kepada para pelaku yang telah
ilaksanakan. Di sampingrasa
samping menimbulkan menimbulkan
kasih sayang rasa kasih sayang Ijma’
terhadap terhadap ulama menet
orbannya,
hukuman yang makaditerapkan
hukuman yang
kepada diterapkan kepada
dirinya(Beirut:
tidak lain peradilan
dirinya tidakadalah
lain fardu yan
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar,
144
Dar al-Fikr, t.t.), V: 395, Lihat
juga Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur’an al-Azim, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), I:balasan
dilaksanakan. 550. Di samping
ndalah
salahmerupakan
satu cara salah satu
menyatakan cara
reaksimenyatakan
atau reaksi
balasan atau
An-Nawawi, Syarah Sahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), IV: 375-
145
arikepada
masyarakat
377. kepada yang
para pelaku para telah pelaku melanggar
yang telah korbannya,melanggar maka hukuman
ehormatan dan
merupakan usaha merupakan
penenangan usaha padapenenangan
diri si korban. padaadalah
diri si merupakan
korban. salah sa
ujuan-tujuan
sebut | 84tersebut
dengan | Hukum
jelas dengan
Pidanadalam
terdapat jelas pernyataan
Islam terdapat dalam dari masyarakat
para pernyataan para kepada
uqaha dan dari jiwa
wa aturan-aturan aturan-aturan
syari’at Islam beserta syari’at Islam beserta
nas-nasnya. kehormatan
nas-nasnya. dan merupakan
ni dapatKondisi ini dapat dalam
digambarkan digambarkan
beberapadalam Tujuan-tujuan
kasus,beberapa kasus,tersebut den
melanggar kehormatan dan merupakan usaha penenangan pada
diri si korban. Tujuan-tujuan tersebut dengan jelas terdapat dalam
pernyataan para fuqaha dan dari jiwa aturan-aturan syari’at Islam
beserta nas-nasnya.
Kondisi ini dapat digambarkan dalam beberapa kasus, misalnya
hukum pidana Islam tidak memberi sanksi kepada orang yang
dipaksa. Hadis Bukhari yang diriwayatkan dari Shafiyah, anak
perempuan Abi ‘Ubaid adalah seorang budak milik Khalifah telah
menzinai anak perempuan dengan paksa, sehingga kehilangan
kegadisannya, maka Umar mendera dan membuangnya, dan ia
tidak mendera anak perempuan itu karena dipaksa.146 Demikian
juga dalam Sunan Baihaqi yang dikutip oleh Syarbini Khatib
bahwa ada seorang perempuan yang didatangkan kepada Umar.
Diceritakan bahwa pada suatu hari perempuan itu sangat kehausan
dan meminta air kepada seorang penggembala. Penggembala itu
enggan memberikan minum, kecuali perempuan itu memberikan
kehormatannya. Kemudian orang bermusyawarah untuk merajam
perempuan itu. Ali berkata, “Ini adalah darurat. Apakah kamu
tidak mempunyai jalan lain dari pada berbuat demikian?.147
Demikian pendapat Ibnu al-Qayim dalam Rasa’il al-Qada yang
dikutip oleh Hasbi ash-Shiediqy.148
Hakim adalah orang yang diangkat oleh uli al-amri yang
tidak dapat melaksanakan tugas secara langsung apa yang menjadi
wewenangnya, yaitu menyelesaikan sengketa diantara anggota
masyarakatnya. Dengan demikian hakim mempunyai kewajiban
dalam menyelesaikan sengketa, dan berkewajiban pula memeriksa
serta mengadili perkara yang diajukan kepadanya. Kaum muslimin
berkewajiban taat kepada keputusan hakim selaku uli al-amri.
146
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, XII: 270 – 271.
147
Syarbini al-Khatib, Mugni al-Muhtaj, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), IV: 145.
148
Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1970), hlm. 26.
13
Jalaludin as-Suyuti, Al-Jami’ al-Sagir, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.), II:
maka perintah jabatan dengan berdasar ketentuan al-Qur’an, baik
itu berkenaan dengan penghukuman, maka tindakan orang yang
diperintah masuk dalam kategori orang yang dapat dikecualikan
dalam hukuman.151 Dalam hal perintah jabatan untuk suatu
maksiat maka kewajiban untuk mentaati menjadi lenyap dan
apabila hal itu dilakukan maka orang tersebut tidak dikecualikan
dari hukuman.
Perintah taat kepada uli al-amri seperti dalam surat an-Nisa
ayat 59 (taatilah Allah, Rasul, dan ulul amri kamu sekalian)
dijelaskan oleh hadis Nabi bahwa ketaatan itu hanya terbatas
pada berbuat yang ada ketentuannya dari al Qur’an bukan untuk
maksiat. Permasalahannya akan muncul bila jabatan memerintah
kepada seseorang untuk melakukan perbuatan maksiat. Sedangkan
orang yang diperintah tidak ada jalan untuk mentaatinya, Demi
keselamatan dirinya dan keluarganya, maka tindakan orang
tersebut dianggap sebagai perbuatan yang dikecualikan dalam
hukuman, hanya saja bukan karena perintah jabatan akan tetapi
karena keadaan terpaksa.
3. Keadaan Terpaksa
Paksaan adalah membawa manusia kepada sesuatu perkara
yang secara pasti perkara itu tidak dikehendakinya, demikian
yang diungkapkan oleh Alaudin.152 Ibrahim Halabi merumuskan
istilah paksaan adalah perbuatan yang terjadi atas seseorang oleh
orang lain sehingga orang tersebut lepas dari kerelaan dan tidak
ada kemauan bebas dalam menentukan pilihan.153
Dari pernyataan Ibrahim Halabi dapat disimpulkan, bahwa
unsur paksaan ada dua, yaitu pertama tidak ada kerelaan, artinya
151
Haliman S., Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Adjaran Ahlus
Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 172.
152
Alaudin, Burrul Mutaqa, (Mesir: Bab al-Ma’rifah, t.t.) II: 428.
153
Ibrahim Halabi, Matan Multaq al-Abhur pada Syarah Majamu’ al
Anhur, (Mesir: Dar al-Bab al-Halabi, t.t.), II: 428.
154
Ar-Rahman, Majma’ al Anhur ..., II: 430.
155
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’ ..., II: 274.
156
Syarbini al-Khatib, Mugni al-Muhtaj…, hlm. 249.
157
Abu Daud, Sunan Abu Dawud, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.), II: 168.
160
Abd al-Qadir Awdah, at-Tasyri ..., I: 243.
161
Imam Malik, Al-Muwatta,(Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), hlm.173.
162
A. Rahman Ritonga, dkk., Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1997), VI: 1871.
163
M. Hasbi ash-Shieddiqi, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), hlm. 177.
164
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, (Bairut: Dar al-
Fikr, t.t), I: 214.
165
Unsur umum adalah unsur yang harus terpenuhi pada setiap jarimah
(delik), hal terdiri dari tiga, pertama ar-ruknu asy-syar’i, yaitu adanya nas yang
mengundangkannya, seperti firman Allah wamākunnā muadzibīna hattā nab’asa
rasūlā. Artinya Allah tidak menyiksa suatu kaum sebelum diutusnya seorang
Rasul. Kedua ar-rukn al-madzī, yaitu adanya perbuatan yang melanggar hukum.
Ketiga ar-rukn al-adzabi, yaitu orang yang berbuat pidana dapat dimintai
| 97 |
diberlakukan, karena hukuman dalam Islam dianggap sebagai suatu
tindakan ihktiyat, bahkan hakim dalam Islam harus menegakkan
dua prinsip:
1. Hindari hukuman hadd dalam perkara yang mengandung
hukum subhat
2. Seorang imam atau hakim lebih baik salah memaafkan
daripada salah menjatuhkan hukuman.166
Tidak ada tindak pidana dan tidak ada hukuman kecuali adanya nas.
Tidak ada
Tidak ada hukuman
hukuman bagi
bagi perbuatan
perbuatan orang
orang berakal
berakal sebelum
sebelum adanya
adanya
Tidak
Tidak ada hukuman
ada hukumanbagi
bagi perbuatan
perbuatanorang
orangberakal
berakal sebelum
sebelum adanya
adanya
nas.
ketentuan nas.
ketentuan
ketentuan
ketentuan
nas.
nas.
170
Tidak ada tindak
Tidak ada tindakpidana
pidana dan
dan tidak
tidak adaada hukuman
hukuman kecuali
kecuali adanya
adanya nas.
tindak pidana dan tidak ada hukuman kecuali adanya nas.
nas. ada tindak pidana dan tidak ada hukuman kecuali adanya nas.
Tidak
171
Suatu perbuatan atau sikap tidak berbuat tidak bisa dipandang
Suatu perbuatan atau sikap tidak berbuat tidak bisa dipandang
Suatu perbuatan atau sikap tidak berbuat tidak bisa dipandang
Suatu
sebagaiperbuatan
suatu jarimah atau sikap
jarimah sebelum
sebelum tidak berbuat
adanya
adanya nas tidak
nas yang bisa
yang tegasdipandang
tegas melarang
melarang
sebagai suatu jarimah sebelum adanya nas yang tegas melarang
sebagai
perbuatan suatu
atau jarimah
sikap tidak
sikap sebelum
tidak berbuat.
berbuat. adanya
Apabila
Apabila nastidak
yang
tidak tegas
ada
ada melarang
ketentuan
ketentuan nas
nas
perbuatan
perbuatan atau
atau sikap
sikap tidak
tidakberbuat.
berbuat. Apabila tidak
Apabila ada ada
tidak ketentuan
ketentuannas
mengaturnya maka
yang mengaturnya maka perbuatan
perbuatan seseorang
seseorang tidak
tidak bisa
bisa dimintai
dimintai
yang
nas mengaturnya
yang mengaturnya maka perbuatan
maka seseorangseseorang
perbuatan tidak bisatidak dimintai
bisa
pertanggungjawaban pidana dan tidak
pertanggungjawaban pidana dan tidak dapat dipidana. dapat dipidana.
dimintai pertanggungjawaban
pertanggungjawaban
2. Hukuman itu itu hanya
pidana dan tidak
hanya dikenakan pidana
dikenakan pada dan
dapat tidak
dipidana.
pada pelaku dapat
pelaku tindak dipidana.
tindak pidana,
pidana,
2.2. Hukuman
Hukuman ituitu hanya
hanya dikenakan
dikenakan padapada pelaku
pelaku tindak
tindak pidana,
pidana,
karena pertanggungjawaban
pertanggungjawaban tindak tindak pidana
pidana hanya
hanya didi pundak
pundak
karena
karena pertanggungjawaban
pertanggungjawaban tindak
tindak pidana
pidana hanya
hanya di pundak
di pundak
pelakunya, orangorang lainlain tidak
tidak boleh
boleh dilibatkan
dilibatkan dalamdalam tindak
tindak
pelakunya,
pelakunya, orang
orang lainlain tidak
tidak boleh
boleh dilibatkan
dilibatkan dalamdalam tindak
tindak
pidana yang dilakukan
dilakukan oleh oleh seseorang.
seseorang.
pidana yang dilakukan
pidana yang dilakukan oleh seseorang.oleh seseorang.
3. Hukuman
3. Hukuman ituitu
itu bersifat
bersifat
bersifat universal
universal
universal dan dan
dan berlaku
berlakuberlaku
bagi bagi seluruh
bagi seluruh
seluruh orang,
orang,
3. Hukuman itu bersifat
orang,pelaku
karena pelaku universal
tindak dan berlaku
kejahatan di bagi seluruh
muka hakim orang,
berlaku
karena pelaku tindak kejahatan di muka hakim berlaku sama
tindak kejahatan di muka hakim berlaku sama
karena pelaku
sama derajatnya, tindak kejahatan di mukaapakahhakim itu berlaku sama
derajatnya, tanpa membedakan apakah itu orang kaya kaya
tanpa tanpa
membedakan membedakanapakah itu orang orang
kaya atau
atau
atau miskin,
derajatnya, tanparakyat atau penguasa.
membedakan apakahSehingga
itu orang dalamkaya jarimah
atau
qisas, bila pelakunya sekalipun penguasa dikenakan hukuman
pula.172
88
Abd
Abd al-Qadir
al-Qadir Awdah,
Awdah, At-Tasyri`…,
At-Tasyri`…,I:I:115.
115.
8170
99 Ibid,
Abd hlm.
al-Qadir 116.
Awdah, At-Tasyri`…, I: 115.
171 Ibid,
Ibid, hlm.
hlm. 116.
Al-Amidi, Al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), I:
116.
9
10Ibid,
130; Al-Ghazali,hlm. 116.
10 Al-Amidi, Al-Ihkammin
Al-Mustasfa Ilm al-Ushul, (Mesir: Dar al-Bab sal-Mustafa
Al-Amidi, Al-Ihkam fifi Usul
Usul al-Ahkam,
al-Ahkam,(Beirut:
(Beirut:Dar
Daral-Fikr,
al-Fikr,t.t.),
t.t.),I:I:
al-Halabi,
130;
10 t.t.), I: 63.
Al-Amidi,Al-Mustasfa
Al-Ihkam fi min Usul al-Ahkam, (Beirut: DarDar
al-Fikr, t.t.),sal-
I:
130; Al-Ghazali,
Al-Ghazali, Al-Mustasfa
Keuniversalan hukum min
ini
Ilm
Ilm
pernah
al-Ushul,
al-Ushul, (Mesir:
dipraktikan(Mesir: Dar
oleh para
al-Bab
al-Bab sal-
Darsahabat
al-Babseperti
172
130; Al-Ghazali,
Mustafa
Mustafa Al-Mustasfa
al-Halabi,
al-Halabi, t.t.),
t.t.), I:I: 63.
63. min Ilm al-Ushul, (Mesir: sal-
Ali menguji pada Abu Suraih sebagai hakim pada saat itu. Ali berperkara dengan
Mustafa al-Halabi, t.t.), I: 63.
orang Yahudi (non-Islam), oleh hakim Suraih diputus dengan dimenangkannya
C. Gabungan Hukuman
Yang dimaksudkan dengan gabungan hukuman adalah
serangkaian sanksi yang diterapkan kepada seseorang apabila ia
telah nyata melakukan jarimah secara berulang-ulang dan antara
perbuatan jarimah yang satu dengan lainnya belum mendapatkan
putusan terakhir.177
Gabungan hukuman bagi pelaku jarimah pada intinya dapat
dibagi ke dalam dua sifat:
1. Gabungan anggapan (concurcus idealis) artinya adanya
174
Ibid.
175
Ibid, hlm. 186.
176
Ibid.
177
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’ …, I: 267.
178
Ahmad Ali al-Jurjawi, Hikmah al-Tasyri’ wa Falsafatuhu, (Kairo: al-
Maktabahal-Halabi, t.t.), II: 307.
179
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1968), hlm. 168.
180
Maslahah artinya apa yang menyangkut kepentingan manusia seperti
perolehan rizki, pemenuhan hak, dengan kata lain dapat diartikan sebagai
perlindungan kepentingan. Lihat asy-Syatibi, Al-Muwafaqat (Mesir: Dar al-Bab
al-Halabi, t.t.), II:25.
181
M. Khalid Mas’ud, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pustaka, 1996),
hlm. 245.
182
Murtandho Muthohhari, Keadilan Ilahi: Asas dan Pandangan Dunia
Islam, cet. 2 (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 53.
183
Ta’zir artinya hukuman yang jenis pelanggaran dan ketentuan
hukumannya ditentukan oleh penguasa. Lihat Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’
..., II: 185.
184
Jalaludin as-Suyuti, Al-Asybah wa al-Naza’ir, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.),
hlm. 179.
185
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, cet.
Ke-5, (Jakarta: Balai Pustaka, 1983).
186
Ahmad Hanafi, Asas-asas …, hlm. 255.
187
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ususl al-Fiqh, (Kuwait: Dar al-Qalam,
1992), hlm. 198. Lihat pula M. Abu Zahrah, Usul al-Fiqh, (Kairo: Muktabah
Muhaimar, 1957), hlm. 351.
188
Andi Hamzah dan A. Simanglipu, Pidana Mati di Indonesia di Masa
Lalu, Masa Kini dan Masa yang Akan Datang, cet. 2, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1985), hlm.15.
189
Makhrus Munajat,”Penegakkan Supremasi Hukum di Indonesia
dalam Perspektif Islam”, dalam Asy-Syir`ah, (Yogyakarta: Fakultas Syari`ah
IAIN Yogyakarta, 2001), hlm.66.
190
Ibid.
| 113 |
diperbarui.191 Jika dikatakan reaktualisasi pemikiran, maka
aktualisasinya meliputi bidang pemikiran, sikap, mental, perilaku
atau tindakan manusia yang meliputi bidang ilmu, iman, dan
amal.192
Berkaitan dengan pemahaman hukum pidana Islam yang
berorientasi pada penegakan amar ma’ruf nahi munkar, maka
tegaknya al-maqasid asy-syari’ah merupakan sebuah keniscayaan.
Perlindungan terhadap agama, jiwa, keturunan, harta dan akal.
Hukum pidana Islam, ketika menerapkan sanksi mendasarkan
kepada kepentingan kolektif di atas kepentingan pribadi atau
golongan. Reaktualisasi pemikiran hukum Islam sebenarnya
bukan hal yang baru. Umar ibn al-Khattab pernah mengadakan
penyimpangan asas legalitas dalam hukum potong tangan yang
terjadi pada musim paceklik.193 Sikap Umar bukan mengkhianati
hukum Allah, melainkan semangat menangkap ruh syari’at Islam
dengan pemahaman yang kontekstual. Hal senada juga dilakukan
oleh Rasulullah jauh sebelum peristiwa tersebut, yakni ketika
Rasulullah tidak menghukum apa-apa bagi pencuri buah-buahan
yang dimakan di tempat.194
Pengaktualisasian pemidanaan di sini bukan berarti ingin
merubah nilai dasar, akan tetapi memahami kembali teks secara
konseptual dengan tidak merubah jiwa (ruh) syari’ah.
191
Rahman Ritonga, dkk., Ensiklopedi Hukum Islam, ed. Abd Azizi
Dahlan, dkk., (Jakarta: Intermassa, 1997), hlm. 1488.
192
Umar Syihab, Hukum Islam dan Transformasi Pemikiran, (Semarang:
Dina Utama, 1996), hlm. 14.
193
Ibn al-Qayyim, I’lam al-Muwaqi’in ar-Rab al-Alamin, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1977), III: 22; Subhi Mahmasani, Falsafah at-Tasyri’ fi al-Islam, (Mesir:
Dar al-Qalam, 1945), hlm. 167.
194 Abu Yusuf, Ar-Rad ‘ala Siyar al-Auza’i, (Mesir: Dar al-Qalam, 1357
H.), hlm. 50.
195
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri al-Jina’I al-Islami, (Beirut: Dar al-Fikr,
t.t.), I: 79
196
Ibid.
197
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’…, I: 79; As-Sayid Sabiq, Fiqh as-
Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), II: 302.
198
Marsum, Fiqh Jinayah, (Yogyakarta: Fakultas Hukum UII, 1986), hlm. 86.
199
Ibn al-Qayyim, I’lam…, III: 22; Subhi Mahmasani, Falsafah…, hlm. 167.
200
Abu Yusuf, Ar-Rad…, hlm. 50.
201
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Adjaran Ahli Sunah wal
Jamaah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1968), hlm. 384.
berikut:
berikut:
berikut:
Dan janganlah kamu mendekati zina, karena zina adalah
perbuatan
Dan
Dan janganlah
janganlah kamu
kamuyang
keji dankamu
jalan mendekati
mendekati zina, karena
zina,
sangat zina,
buruk. karena zina
32) adalah
zina
(al-Isra':zina adalah
Dan janganlah mendekati karena adalah
perbuatan kejidan
perbuatan keji dan jalan
jalan yang
yang sangat
sangat buruk.
buruk. (al-Isra’:
(al-Isra': 32) 32)
perbuatan keji dan jalan yang sangat buruk. (al-Isra': 32)
Adapun dasar hukum dera atau cambuk seratus kali adalah
Adapundasar
Adapun dasar hukum
hukum deradera
atauatau cambuk
cambuk seratus
seratus kali adalah
kali adalah
Adapun dasar dalam
hukumsurat firman
deraan-Nur
atau Allah dalam
cambuk seratus surat
kalian-Nur
adalah ayat 2:
firman Allah ayat 2:
firman Allah dalam surat an-Nur ayat 2:
firman Allah dalam surat an-Nur ayat 2:
Pezina perempuan dan laki-laki hendaklah dicambuk
Pezina
Pezina seratus
perempuan kali
perempuan dan
dandan janganlah
laki-laki
laki-laki merasa
hendaklah
hendaklah belas kasihan
dicambuk
dicambuk kepada
seratuskali
seratus kali dan
dan
janganlah
janganlah
Pezina perempuanmerasa
merasa belaskasihan
danbelas kasihan
laki-laki kepada
kepada
hendaklah keduanya
keduanya
dicambuk sehingga
seratussehingga
kali dan
mencegah205
mencegahAbdullāh
janganlah kamu kamu
merasa ibn
dalamMuḥammad
dalam ibn-Qudāmah,
menjalankan
menjalankan
belas hukum
kasihan hukum al-Mughnī,
Allah,
kepadaAllah, Juz
hal VIII,
ini jika
hal ini jika
keduanya (Mesir:
kamu
kamu
sehingga
Dārberiman
al-Manār, kepada
1938 H), Allah
hlm. 181.
beriman
mencegahkepada
kamu dalam dandanhari
Allahmenjalankan hariakhir.
akhir. Dan
hukum Dan hendaklah
Allah, hendaklah dalam
hal ini jikadalam
kamu
beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah dalam
| 120 4|Abdulla>h
Hukum
4
Pidana
Abdulla>h
ibnibn Islam
Muh}ammad
Muh}ammad ibn-Quda>mah,al-Mughni>,
ibn-Quda>mah, al-Mughni>,Juz
Juz VIII,
VIII,
(Mesir: Da>r al-Mana>r, 1938 H), hlm. 181.
(Mesir:4Da>r al-Mana>r, 1938 H), hlm. 181.
Abdulla>h ibn Muh}ammad ibn-Quda>mah, al-Mughni>, Juz VIII,
(Mesir: Da>r al-Mana>r, 1938 H), hlm. 181.
keduanya sehingga mencegah kamu dalam menjalankan
hukum Allah,
menjatuhkan sanksi hal ini jika kamu
(mencambuk) beriman
mereka kepada Allah
disaksikan oleh
dan hari akhir. Dan hendaklah
sekumpulan dalam menjatuhkan
orang-orang
menjatuhkan sanksi (mencambuk) mereka disaksikan oleh yang sanksi
beriman.
(mencambuk)
menjatuhkan sanksi mereka disaksikanmereka
(mencambuk) oleh sekumpulan
disaksikan orang-
oleh
orang
yang
beriman.
sekumpulan
orang-orang
beriman.
sekumpulan orang-orang yang beriman.
yang
5
5
5
206
206
An-Nisa (4): 15.
5
An-Nisa (4): 15.
5
An-Nisa (4): 15. Hukum Pidana Islam | 121 |
5
An-Nisa (4): 15.
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;HM?FOLOBHS;
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;F
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;H
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>CN?L;JE;HM?=
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>CN
Katakanlah kepada wanita yang beriman; “Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara
E?M?FOLOB;H M?<;A;CG;H;
E?M?FOLOB;HE?M?FOLOB;H
E?M?FOLOB;H E?N?HNO;H
dan M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H;
kemaluannya, >;F;G F
-OL;H
E?N?HNO;H
E?N?HNO;H
janganlah E?N?HNO;H
>;F;G<OE;H
>;F;G
mereka >;F;G
<?L;LNC
F
-OL;H
F
-OL;H F
-OL;H
E?N?HNO;H
<OE;H
menarnpakkan <OE;H <OE;
>;F
<?L;LNC
<?L;LNE?
perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya.
%MF;G N?HN;HA
%MF;GJC>;H;
%MF;G NC>;E
%MF;G
N?HN;HA
N?HN;HA
Dan OM;B
N?HN;HA
JC>;H;
JC>;H;
hendaklah >CN?L;JE;H
JC>;H;
NC>;E
NC>;E
mereka OM;B
OM;BNC>;E
E;H OM;B
N?N;JC
>CN?L;JE;H >CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H
menutupkan >CN?L;JE;H
E;H
kain E;H E;H
N?N;JC
kudung <?L>;M;L
N?N;JC
ke N?N;JC
E;
>CN?L;JE;H
>CN?L;JE
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
E?G;GJO;H >C G;H;
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H BOEOG
E?G;GJO;H
kecuali >C
>C JC>;H;
G;H;
kepada >C
%MF;G
BOEOG
BOEOG
suami G;H;
>;J;N
BOEOG
JC>;H;
JC>;H;
mereka, >CN?L;JE;H
JC>;H;
%MF;G
atau%MF;G
>;J;N
ayah %MF;G
>;J;NGCM;FHS;
>;J;N
atau BOEOG
>CN?L;JE;H
mereka, >CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H JC>;
GCM;FHS;
GCM;F
ayah suami inereka, atau putra-putra mereka, atau putra-
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;HHS; M?J?
putra %MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka,
mereka,atau
atausaudara-saudara laki-lakilaki-laki
putra-putra saudara mereka, atau putra-
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,mereka, atau
atau putra-
TCH; G?H=OLC
TCH; G?G<OHOB
TCH;
TCH; G?H=OLC ;>;F;B
G?H=OLC
G?H=OLC G?G<OHOB
putra-putra G?G<OHOB M?MO;NO
G?G<OHOB
S;HA
;>;F;B >CF;L;HA
;>;F;B
;>;F;BM?MO;NO
M?MO;NO M?MO;NO
S;HA>;F;G
S;HA F
-OL;H
S;HA>;F;G
>CF;L;HA
>CF;L;HA >CF;L;HA
>;F;GG;
F
saudara saudara
laki-laki perempuan mereka, atau wanita-
putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
putra mereka, atau putra-putra saudara
wanita Islam,
perempuan mereka,atauatau
budak-budak
wanita-wanita yang mereka
Islam, miliki,
atau budak-
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
budak >CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEM
atau yang
pelayan-pelayan
mereka miliki, laki-laki yang tidak mempunyai
atau pelayan-pelayan laki-laki
budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (‘terhadap wanita,)belum
keinginan (‘terhadap wanita,) atau anak-anak yang atau
'?N?HNO;Hyang tidak JC>;H;
BOEOG
'?N?HNO;H
'?N?HNO;H
mengerti
anak-anak
mempunyai
'?N?HNO;H
BOEOG
BOEOG
tentang
yang belum
keinginan
%MF;G BOEOG
N?HN;HA
JC>;H;
JC>;H;
aurat wanita.
mengerti
(‘terhadap
JC>;H;
%MF;G>?FCE
%MF;G
Dan
tentang
wanita,)
TCH;
%MF;G
N?HN;HA
N?HN;HA
janganlah
aurat >?FCE
wanita.
atau
F?<CB
N?HN;HA
>?FCE
mereka
DanD?F;M
TCH; >?FCE
TCH;>;H
F?<CB TCH
N?
F?<CB
D?
anak-anak
memukulkan yang belum
kakinya mengerti
agar tentang
diketahui aurat wanita.
perhiasan Dan
yang
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCNC@)?HO
mereka>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEO
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJ
janganlah sembunyikan.
yang mereka Dan
mereka memukulkan bertaubatlah
kakinya agar
Dankamu sekalian
diketahui
perhiasan sembunyikan. bertaubatlah
kepada Allah,
perhiasan hai orang-orang
yang mereka sembunyikan. yangDan beriman supaya
bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
J?H?FCNC TCH; <;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=;L;>?@CH
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH;
kamu J?H?FCNC TCH; <;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;H
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ON
kamusekalian
beruntung.
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung.
supaya kamu beruntung.
IF?B F
-OL;H
IF?B
IF?B 'IHM?EO?HMC
IF?B
F
-OL;H
F
-OL;H
Sedangkan dasarF
-OL;H
BOEOGHS;
'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC
penetapan 'IHM?EO?HMC
N?LA;HNOHA
BOEOGHS;
BOEOGHS;
hukum E;>;L
BOEOGHS;
E?D;B;N;HHS;
N?LA;HNOHA
rajam N?LA;HNOHA
adalah N?LA;HNOHA
E;>;L
E;>;L
hadis G;E;
E;>;L
E?D;B;N;HHSB;
E?D;B;N;
Sedangkan dasar penetapan hukum rajam adalah hadis Nabi:
Nabi:
Sedangkan dasar penetapan hukum rajam adalah hadis Nabi:
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;G
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;F;G'1$
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J
>C
JC>;H;
NCH>;E
NCH>;E
F;CH
JC>;H; F;CH
JC>;H;
$;HS; J;M;F
J;M;F
$;HS; >C ;N;M
$;HS;J;M;F
J;M;F $;HS;
J;M;F
J;M;F M?<;A;CG;H;
J;M;F
J;M;F
>C
>C ;N;M NCH>;E
;N;M M?<;A;CG;H;
207;N;M
M?<;A;CG;H; M?<;A;CG;H;
>C;H=;G >?HA;H
NCH>;E JC>;H;
F;CH JC>;
F;C
>C;H=;G
>C;H=;
Ambillah dariku! Ambillah dariku! Sungguh Allah telah
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
AmbillahJ?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
dariku! Ambillah dariku! Sungguh Allah telah
memberi
Ambillahjalan
dariku! Ambillah
kepada mereka.dariku! Sungguh
Bujangan Allah
yang telah
berzina
memberi jalan kepada mereka. Bujangan yang berzina
memberi
dengan gadisjalan kepada
dijilid seratusmereka.
kali danBujangan
diasingkanyangselama berzina
satu
dengan
dengan
LME;F /;FCG
gadis
gadis
,IFCNCE
LME;F
LME;F
dijilid
$OEOG
seratus
dijilid
LME;F
,C>;H;
kali
seratus
/;FCG
%MF;G
dan
kali
,IFCNCE
>C
diasingkan
dan
%H>IH?MC;
$OEOG
selama
diasingkan
,C>;H;
!EMCMN?HMC
satu
selama
%MF;G$CMNILCM
>C %H>IH?MC;
'IHNLC<
tahun. Dan/;FCG
/;FCG
orang ,IFCNCE
,IFCNCE
yang $OEOG
$OEOG
telah ,C>;H;
,C>;H;
kawin %MF;G
yang %MF;G
>C
berzina>C
%H>IH?MC;
%H>IH?MC;
didera !EMCMN?HMC
!EMCMN?HM
$C
tahun. Dan
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M; orang yang Pidana
telahIslam
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
?J;H>;F;G
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M; diPidana
kawin
?J;H>;F;G
?J;H>;F;G Indonesia:
Pidana
yangIslam
?J;H>;F;G Peluang
IslamPidana
di
berzina Prospek
Islam Peluang
di Indonesia:
Indonesia:
didera di dan
Indonesia:
Tantang
Peluang PP
Prosp
seratus kali dan dirajam.
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
seratus kali dandirajam.
207
<> ;F
$U ;GC ><>
$Uan-Nawāw
<>
Imām ;EC Maba>
G ;GC
;F
$U
;F
$U ,>Ṣaḥ
<>d$Ui>;’;hEC
$U Awwaliyyah:
;F
$U
EC
G G ; GC
Muslim Maba>
Maba> d;i>d’EC
>bi $U
Syarḥ GUs}
u>lMaba>
i>’Awwaliyyah:
Awwaliyyah:
an-Nawāw al-Fiqhdi>’, juz
Awwaliyyah:
wa
Us}
XI, >l al-Qawa>
uUs} ual-Fiqh
(Beirut: ’id
>l al-FiqhUs}
waual-Fiqhiyy
>l waal-Fiqh
al-Qaw al-Q
Dār al-Fikr,
&;E;LN; );EN;<;B
&;E;LN;
&;E;LN; t.t.), hlm.
/;;>CSS;B
);EN;<;B
);EN;<;B 180.
&;E;LN;
,ONL;
);EN;<;B
NN
/;;>CSS;B
/;;>CSS;B BFG /;;>CSS;B
,ONL;
,ONL;
Zina adalah perbuatan tercela dan pelakunya dikenakan sanksi NN D;TOFC
NN ,ONL;
BFG
BFG Kaidah-kaidah
NN
BFG
D;TOFC
D;TOFC Fikih
Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah
D;TOFC
&;E;LN; Kaidah
Fikih
,L;H F
Zina adalah
)?>C;
BFG <>OL;BV perbuatan
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG G;HMS
/U tercela
<>OL;BV
<>OL;BV OSOG NG dan
VC;HMS
/Upelakunya
al-Asyba>
<>OL;BV
;HMS
/U Oh wa
G
SO
O SO
N C
V ;HMS
/U
NC
V
dikenakan
an-Naza> O’SO
al-Asyba>
al-Asyba> ir
h wa VC sanksi
Nfi>h al-Furu
al-Asyba>
wa
an-Naza> h
an-Naza>
’ir wa
fi>’ir
?CLON an-Na
fi>
al-Furual-
;L
sangat berat, baik itu hukum dera maupun rajam, karena alasan yang
"CEL NN BFG "CEL NN BFG
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG
sangat berat, baik itu hukum dera maupun rajam, karena alasan yang
dapat
| 122 dipertanggungjawabkan
| Hukum Pidana Islam secara moral dan akal. Dalam Islam,
dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akal. Dalam Islam,
pelaku zina dihukum dengan hukuman rajam (dilempari batu sampai
pelaku zina dihukum dengan hukuman rajam (dilempari batu sampai
meninggal dengan disaksikan orang banyak) jika ia muh}s}an. Jika ia
meninggal dengan disaksikan orang banyak) jika ia muh}s}an. Jika ia
ghairu muh}s}an, maka dihukum cambuk 100 kali. Adanya
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;HM?FOLO
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;HM
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;HM?FOL
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>CN?L;JE;
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>CN?
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>CN?L;JE
satu tahun. Dan orang yang telah kawin yang berzina
didera seratus kali dan dirajam.
E?M?FOLOB;H
E?M?FOLOB;HM?<;A;CG;H;
E?M?FOLOB;H M?<;A;CG;H;E?N?HNO;H
M?<;A;CG;H; E?N?HNO;H
E?N?HNO;H>;F;G
>;F;GF
-OL;H
>;F;GF
-OL;H <OE;H
F
-OL;H
<OE;H<?L;LNC
<OE;H
<?L;LNCE?N?HNO;
<?L;LNC
E?N?HNO
E?N
Zina adalah perbuatan tercela dan pelakunya dikenakan sanksi
%MF;G
%MF;GN?HN;HA
N?HN;HA
N?HN;HA
sangat JC>;H;
berat,JC>;H;
JC>;H;NC>;E
NC>;E
baik itu OM;B
NC>;E
hukumOM;B>CN?L;JE;H
OM;B>CN?L;JE;H
dera E;H
>CN?L;JE;HE;HN?N;JC
E;H
maupun rajam, N?N;JC>CN?L;JE;H
N?N;JC
karena >CN?L;JE;H<?L>;M
>CN?L;JE;H
alasan <?L>;
<
yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akal. Dalam
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H >C
>CG;H;
>C
Islam, pelaku zina BOEOG
G;H; BOEOGJC>;H;
BOEOG
dihukumJC>;H;%MF;G
JC>;H;
dengan %MF;G>;J;N
%MF;G
>;J;N
hukuman >CN?L;JE;H
>;J;N
>CN?L;JE;H GCM;FHS;
>CN?L;JE;H
rajam GCM;FHS;
(dilempari BOEOG
GCM;FHS;
BOEOB
batu sampai meninggal dengan disaksikan orang banyak) jika ia
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;HHS;
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;HHS
muḥṣan. Jika ia ghairu muḥṣan, maka dihukum cambuk 100 kali.
Adanya perbedaan hukuman tersebut karena muḥṣan seharusnya
TCH;
TCH; G?H=OLC
bisaG?H=OLC
G?H=OLC G?G<OHOB
lebih menjaga diri ;>;F;B
G?G<OHOB
G?G<OHOB ;>;F;B
untuk M?MO;NO
;>;F;BM?MO;NOS;HA
M?MO;NO
melakukan S;HA>CF;L;HA
S;HA
>CF;L;HA>;F;G
>CF;L;HA
perbuatan >;F;G
tercela F
-OL;H
>;F;G
F
-OL;
F
-
masih dalam ikatan perkawinan yang berarti menyakiti dan
itu, apalagi kalau masih dalam ikatan perkawinan yang berarti
mencemarkan
menyakiti dannama baik keluarganya, sementara ghairu sementara
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMCmuh}s}an
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
mencemarkan nama baik keluarganya,
belum pernah menikah sehingga nafsu syahwatnya
ghairu muḥṣan belum pernah menikah sehingga nafsu syahwatnya lebih besar
'?N?HNO;H
'?N?HNO;H
'?N?HNO;H
lebih
karena besar BOEOG
BOEOG
BOEOG
karena
didorong JC>;H;
JC>;H;
JC>;H;
rasa didorong %MF;G
%MF;G
%MF;G
rasa
keingintahuannya. N?HN;HA
N?HN;HA
N?HN;HA>?FCE
>?FCE
keingintahuannya.
Namun, TCH;
>?FCE
keduanyaTCH;F?<CB
TCH;
Namun,F?<CB
tetap D?F;M
F?<CB
D?F;M>;>
D?F;
keduanya
sangat tetap
dicela sangat
oleh Islamdicela
dan oleh
tidak Islam
bolehdan tidakbelas
diberi boleh diberi
kasihan,
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCNC@)
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIM
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCNC@
belas kasihan,
sebagaimana sebagaimana
firman Allah: firman Allah:
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH;<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=;L;
J?H?FCNC TCH; <;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=;L;
Ancaman
Ancaman keras
keras bagi
bagi pelaku
pelaku zina
zina tersebut
tersebut karena dalam
karena dalam
IF?B
IF?BF
-OL;H
F
-OL;H
F
-OL;H
pandangan
pandangan 'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC
Islam,
Islam, BOEOGHS;
BOEOGHS;
BOEOGHS;
zina merupakan
zina merupakan N?LA;HNOHA
N?LA;HNOHA
N?LA;HNOHA
perbuatan
perbuatan E;>;L
E;>;LE?D;B;N;HHS;
E;>;L
tercela
tercela E?D;B;N;HHS; G;E
E?D;B;N;HHS;
yang
yang G;
menurunkan derajat dan harkat kemanusiaan secara
menurunkan derajat dan harkat kemanusiaan secara umum. Apabila umum.
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;F;G
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;F;G
Apabila
zina tidakzina tidak diharamkan
diharamkan niscaya
niscaya martabat martabat
manusia akanmanusia akan
hilang karena
hilang karena tata aturan perkawinan dalam masyarakat
tata aturan perkawinan dalam masyarakat akan rusak. Di samping akan
$;HS;
$;HS;
$;HS; J;M;F
J;M;F
J;M;F
J;M;F
rusak.J;M;F
J;M;F
Di zina
samping>C
>C;N;M
>C ;N;M
itu, M?<;A;CG;H;
;N;M M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H;
pelaku zina NCH>;E
NCH>;E
berarti JC>;H;
NCH>;EJC>;H;F;CH
JC>;H;
mengingkari F;CH>C;H=;G
F;CH
>C;H=;G
nikmat >?HA;H
>C;H=;G
>?HA;
>
itu, pelaku berarti mengingkari nikmat Allah tentang kebolehan
Allah tentang kebolehan dan anjuran Allah untuk menikah. 208
dan anjuran Allah untuk menikah.7
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
Kecaman zina dijelaskan juga dalam hadis riwayat Bukari
Kecaman zina dijelaskan juga dalam hadis riwayat Bukari
dari Abu Hurairah:
dari Abu Hurairah:
LME;F
LME;F/;FCG
LME;F /;FCG ,IFCNCE
/;FCG ,IFCNCE
,IFCNCE $OEOG
$OEOG
$OEOG ,C>;H;
,C>;H;
,C>;H; %MF;G
%MF;G >C>C%H>IH?MC;
%MF;G >C
%H>IH?MC;
%H>IH?MC;!EMCMN?HMC
!EMCMN?HMC $CMNILCM
!EMCMN?HMC $CMNILCM $CMN'
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M; ?J;H>;F;G
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M; ?J;H>;F;G
?J;H>;F;G PidanaPidana
Pidana Islam
Islam didiIndonesia:
Islam di Indonesia:
Indonesia: Peluang
Peluang PeluangProspek Prospek
Prospek dan
danT
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
208
<>
<> ;F
$U;GC
<>Al-Jurjāw
;F
$U
;F
$U;GC Ḥikmah
>,>$U
;EC
$U
$U GG
;;EC
EC Maba>di>d’i>d’wa
Maba>
Maba>
G at-Tasyr Awwaliyyah:
Falsafatuhu,Us}
i>’Awwaliyyah:
Awwaliyyah: Us}u>luUs}
(Beirut: >l al-Fiqh
ual-Fiqh
>l Dār wa
al-Fiqh wa al-Qawa>
al-Fikr, wa al-Qawa> ’id’id al-F
al-Qawa> al’i
t.t.), hlm. 316-318. Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah Fikih
Fikih Fikih
&;E;LN;
&;E;LN;
&;E;LN; );EN;<;B
);EN;<;B
);EN;<;B
)?>C;
BFG
/;;>CSS;B
/;;>CSS;B,ONL;
/;;>CSS;B
)?>C;
BFG <>OL;BV
)?>C;
BFG <>OL;BV
<>OL;BV GG
NN
,ONL;
,ONL; NN
;HMS
/U
NN
G;HMS
/U
;HMS
/U OSO
ON
BFG
BFG
8BFG
OSO
VCN VC al-Asyba>
SO
D;TOFC
NVCal-Asyba>
D;TOFC
h hwa
al-Asyba>
h
D;TOFC
wa
an-Naza>
wa
’ir’ir
an-Naza>
an-Naza> fi>fi>al-Furu
’iral-Furu
&;E;LN;
&;E;LN
fi> al-Furu
?CLO
&
?C
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG
Tidaklah berzina seseorang pezina kalau waktu berzina ia
Hukum Pidana Islam | 123 |
dalam keadaan beriman, dan tidaklah seorang mabuk kalau
dalam keadaan mabuk dia beriman ,tidaklah sesorang pencuri
mencuri kalau dalam keadaan mencuri beriman.
dan anjuran Allah untuk menikah.
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;HM?FOLOBHS
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;F
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;H
Kecaman
Kecaman zina
zina dijelaskan
dijelaskan juga
juga dalam
dalam hadis
hadis riwayat
riwayat Bukari
Bukari
dari Abu Hurairah:
dari Abu Hurairah:
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>CN?L;JE;HM
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>CN
E?M?FOLOB;H
E?M?FOLOB;H
M?<;A;CG;H;
E?M?FOLOB;H
E?M?FOLOB;H
M?<;A;CG;H;
E?N?HNO;H
M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H; E?N?HNO;H
>;F;G
E?N?HNO;H
E?N?HNO;H
F
-OL;H F
-OL;H
>;F;G
>;F;G
>;F;G
<?L;LNC
F
-OL;H
<OE;H
F
-OL;H
<OE;H
<OE;H
<OE;H E?N?HNO;H
<?L;LNC
<?L;LN
<?L;LNC >E
E?
%MF;G N?HN;HA
%MF;G
JC>;H;
N?HN;HA
NC>;E
JC>;H;
OM;BNC>;E
>CN?L;JE;H
OM;B
209>CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H
E;H E;H
N?N;JC N?N;JC
N?N;JC
>CN?L;JE;H
N?N;JC
88
>CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H
<?L>;M;L
%MF;G
%MF;GN?HN;HA
N?HN;HA JC>;H;
JC>;H; NC>;E
NC>;E OM;B
OM;B >CN?L;JE;HE;H
E;H >CN?L;JEE
Tidaklah
Tidaklah berzina
berzina seseorang
seseorang pezina
pezina kalau
kalau waktu
waktu berzina
berzina ia
ia
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H
>CTidaklah
G;H;
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H
dalam BOEOG
>C
>C
>C G;H;
G;H;JC>;H;
berzina BOEOG
BOEOG%MF;G
BOEOG JC>;H;
>;J;N
JC>;H;
seseorangJC>;H; %MF;G
>CN?L;JE;H
%MF;G
pezina %MF;G >;J;N
>;J;N
kalau >;J;N
waktu >CN?L;JE;H
GCM;FHS;
>CN?L;JE;H BOEOG
GCM;FHS;
>CN?L;JE;H JC
GCM;FHS;
GCM;FH
dalam keadaan
keadaan beriman,
beriman, dan
dan tidaklah
tidaklah seorang
seorang mabukberzina
mabuk kalau
kalau
ia dalam keadaan
dalam beriman, dan tidaklahsesorang
seorang mabuk
dalam keadaan
keadaan mabuk
mabuk dia
dia beriman
beriman ,tidaklah
,tidaklah sesorang pencuri
pencuri
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;HHS; M?
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;
kalaukalau
mencuri dalam keadaan
dalam keadaanmabuk
mencuridia beriman ,tidaklah
beriman.
mencuri kalau dalam keadaan mencuri beriman.
sesorang pencuri mencuri kalau dalam keadaan mencuri
TCH; G?H=OLC
TCH; G?H=OLC
TCH;
TCH; G?G<OHOB
G?H=OLC G?G<OHOB
G?H=OLC
beriman. G?G<OHOB
;>;F;B M?MO;NO
G?G<OHOB ;>;F;BS;HA
;>;F;B
;>;F;B M?MO;NO
>CF;L;HA
M?MO;NO
M?MO;NO S;HA
S;HA >;F;G
S;HA>CF;L;HA
F
-OL;H
>CF;L;HA >;F;G
>CF;L;HA
>;F;G
>;F;G
F
B.
B. Konsep
Konsep dan
dan Kriteria
Kriteria Delik
Delik Perzinaan
Perzinaan
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HE
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEM
B. Konsep
7 dan Kriteria Delik Perzinaan
7 Al-Jurja>wi>, H{ikmah at-Tasyri>’ wa Falsafatuhu, (Beirut: Da>r
Al-Jurja>wi>, H{ikmah at-Tasyri>’ wa Falsafatuhu, (Beirut: Da>r
1. Kriteria
'?N?HNO;H
al-Fikr,
al-Fikr, Delik
'?N?HNO;H
BOEOG
'?N?HNO;H
'?N?HNO;H
t.t.), hlm. Perzinaan
JC>;H;
BOEOG
BOEOG
BOEOG
316-318. dalam
%MF;G Hukum
JC>;H;
N?HN;HA
JC>;H;
JC>;H; %MF;GPidana
%MF;G
%MF;G>?FCE Islam
N?HN;HA
TCH;
N?HN;HA
N?HN;HA >?FCE
F?<CB
>?FCE TCH;
>?FCE D?F;M
TCH;
TCH;F?<CB
>;H
F?<CB D?D
F?<CB
8 t.t.), hlm. 316-318.
Hukum
Ima>mIslam dan hukum positifal-Bukha>ri>,
berbeda pandangan
8Ima>m al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, juz IV, (Beirut:
al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} dalam
juz IV, (Beirut:
Da>r al-Fikr, 1948), hlm. 86. Hadis Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah.
mensikapi
Da>r al-Fikr, delik
1948), perzinaan.
hlm. 86. HadisHukum
Riwayat Islam
Bukhari memandang
dari Abu setiap
Hurairah.
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCNC@)?
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJ
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOG
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJ
hubungan kelamin di luar nikah sebagai zina dan diancam dengan
hukuman,
J?H?FCNC TCH; baik pelakunya
J?H?FCNC TCH; belum nikah atau terikat perkawinan
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=;L;>?@
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH; <;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ON
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ON
dengan orang lain. Sebaliknya, hukum positif berpandangan beda,
hubungan
IF?B F
-OL;H
IF?B
IF?B
IF?B kelamin yang
F
-OL;H
'IHM?EO?HMC
F
-OL;H
F
-OL;H dilakukan
'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC antara
BOEOGHS;BOEOGHS; laki-laki
BOEOGHS;
N?LA;HNOHA
BOEOGHS; dan perempuan
N?LA;HNOHA
E;>;L
N?LA;HNOHA
N?LA;HNOHAE?D;B;N;HHS;
E;>;L
E;>;L
E;>;LE?D;B;N;HH
G;E;
E?D;B;N;HHS
E?D;B;N;
dan dilakukan di luar perkawinan (tanpa ikatan perkawinan)
tidak dipandang sebagai zina. Hukum positif menganggap adanya
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;F;G'1
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F
perzinaan jika dilakukan oleh orang-orang yang terikat dengan
$;HS; tali perkawinan,
J;M;F
J;M;F
$;HS;
$;HS;
$;HS; selainM?<;A;CG;H;
J;M;F
J;M;F
>C ;N;M
J;M;F
J;M;F
J;M;F
J;M;F itu
>C
>C tidak
>C;N;M
;N;M dianggap
NCH>;Ezina,
;N;M M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H;
210
JC>;H;
NCH>;Ekecuali
NCH>;E
F;CH
NCH>;E dalam
JC>;H;
>C;H=;G
JC>;H;
JC>;H;F;CH
F;CH >?HA;H
>C;H=;G
F;CH
>C;H=;G
>C;H=; J
kasus hubungan kelamin di luar perkawinan tersebut melanggar
kehormatan atau adanya unsur perkosaaan.
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
Dalam hukum Islam, pelaku pelanggaran menikah secara
sah dan mempunyai pengalaman berhubungan seks di dalam
LME;F /;FCG
pernikahan LME;F
,IFCNCE
LME;F
LME;F /;FCG
$OEOG
/;FCG
/;FCG
tersebut, maka ,IFCNCE
,C>;H;
,IFCNCE
,IFCNCE $OEOG
%MF;G
$OEOG
pelaku$OEOG ,C>;H;
>C %H>IH?MC;
,C>;H;
,C>;H;
pelanggaran %MF;G
%MF;G >C>C
%MF;G
tersebut !EMCMN?HMC
>C%H>IH?MC;
disebut$CMNILCM
%H>IH?MC; !EMCMN?HMC
%H>IH?MC; 'IHN
!EMCMN?HMC $C$
!EMCMN?HM
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;?J;H>;F;G?J;H>;F;G Pidana
?J;H>;F;G
?J;H>;F;G IslamPidanaPidana
di Indonesia:
Pidana Islamdidi
Islam
Islam Peluang
diIndonesia:
Indonesia:
Indonesia: Prospek
Peluang danProspe
Peluang
Peluang Tanta
ProsP
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
209
<> ;F
$U ;
GC
<>
<>> al-Bukhār
<>
Imām $U;;F
$U
ECG
;F
$U
;F
$U ,Maba>
; GC
;GC ;;dEC
>>S{ah}
$U
$U$U i>EC
’G
;ECGG
h} Awwaliyyah:
Maba>
Maba>
Maba>
al-Bukhār di>d’i>’,Awwaliyyah:
Awwaliyyah:
juzUs}IV u,>l (Beirut:
Awwaliyyah: al-Fiqh Us}
Us} wa
Dār>lu>lual-Fikr,
uUs} >lal-Fiqh
al-Qawa>
al-Fiqh
al-Fiqh wa ’wa
id wa al-Fiqh
al-Qaw
al-Qawa al-Q
&;E;LN;1948), hlm. 86.
);EN;<;B
&;E;LN;
&;E;LN;
&;E;LN; Hadis Riwayat
/;;>CSS;B
);EN;<;B
);EN;<;B
);EN;<;B ,ONL; Bukhari
/;;>CSS;B
/;;>CSS;B
/;;>CSS;B dari Abu
NN ,ONL;
BFG
,ONL;
,ONL; Hurairah.
NN
NN
NN D;TOFC
BFG
BFG
BFG Kaidah-kaidah
D;TOFC
D;TOFC
D;TOFC Kaidah-kaidah
Fikih &;E;LN;
Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah Fiki
Fikih F
,L
210
)?>C;
BFG Ahmad<>OL;BV
Wardi Muslih,
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG G;HMS
/U Hukum
<>OL;BV
<>OL;BV
<>OL;BV OG SO
GG Pidana
N;HMS
/U
;HMS
/U
;HMS
/U Islam,
VC al-Asyba> NhVC(Jakarta:
OOSO
OSO SO N Nwa
VCVC al-Asyba> Sinar
al-Asyba>
an-Naza>
h hwa
al-Asyba> ’ir Garfika,
hwa fi>
wa an-Naza>
al-Furu
an-Naza>
an-Naza> ’ir ’irfi>’fi> al-Fu
iral-Furu
?CLON fi> al-
1995), hlm. 3.
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;H
/?MO;NOS;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOB
;HANC>;E>;J;N>C=;J;CM?FOLOBHS;D;HA;H>CNCHAA;FE;HM?FOLOBHS;
muḥṣan, tetapi apabila seorang ';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF
';C>;BCHCG?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>
pelaku pelanggaran tidak menikah,
G?GJOHS;C;LNCDCE;BOEOGJC>;H;%MF;G<?FOG<CM;>CN?L;JE;HM?=;L;
atau pernah menikah tetapi belum mengalami hubungan seks di
dalam pernikahan tersebut, E?M?FOLOB;H E?M?FOLOB;H
pelakuM?<;A;CG;H; M?<;A;CG;H;
pelanggaran E?N?HNO;H
tersebut E?N?HNO;H
>;F;G F
-OL;H
disebut >;F;G F
212
Lamintang, Delik-delik Khusus: Tindak Pidana-tindak pidana yang
Melanggar Norma-norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan, (Bandung: Mandar
Maju, 1990), hlm. 1.
213
Moch. Anwar (Dading), Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Bagian
II), (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 210.
214
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1996), hlm. 292.
215
Lamintang, Delik-delik Khusus…, hlm. 89-91.
216
Topo Santosa, Seksualitas dan Hukum Pidana, (Jakarta: Ind-Hill,
1997), hlm. 92-93.
217
Sahetapy dan B. Mardjono Reksodiputro, Parados dalam Kriminologi,
(Jakarta: Rajawali, 1989), hlm. 60-61.
218
Muladi, Proyeksi Hukum..., hlm. 16.
219
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 317.
220
Ibid., hlm. 279-285.
221
Mulyadi, Hukum Perkawinan Indonesia, (Semarang: Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, 1993), hlm. 18.
222
Lamintang, Delik-delik Khusus…, hlm. 92.
223
Ibid., hlm. 88.
224
Sudarto, Hukum Pidana I, (Semarang: Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, 1990), hlm. 102.
225
Lamintang, Delik-delik Khusus …, hlm. 89.
226
Alī as-Sāyis,
25 Tafsīr ĀyatTafsi>r
Ali> as-Sa>yis, al-Āḥkām, juzal-A<h}ka>m,
A<yat II, (Beirut: Dārjuz
al-Fikr, t.t.), Da>r
II, (Beirut:
hlm. 107.
al-Fikr, t.t.), hlm. 107.
227
Adapun
26 alasan alasan
Adapun merekamereka
yang menolak hukum rajam
yang menolak adalah:
hukum (1).adalah:
rajam
Hukum(1).Hukum
rajam dianggap paling berat di antara hukum yang ada dalam
rajam dianggap paling berat di antara hukum yang ada dalam
Islam, Islam,
namun namuntidak ditetapkan dalam dalam
tidak ditetapkan al-Qur`an. Seandainya
al-Qur`an. Allah Allah
Seandainya
melegalkan hukum rajam mestinya ditetapkan secara definitif
melegalkan hukum rajam mestinya ditetapkan secara definitif dalam nash. dalam
nash. (2.)Hukuman
(2.)Hukuman bagi bagihamba
hamba sahaya
sahaya separoh
separoh dari dari
orangorang merdeka,
merdeka, kalau hukum
kalau hukum rajam dianggap sebagai hukuman mati, apa ada
rajam dianggap sebagai hukuman mati, apa ada hukuman separoh mati. hukuman
separohDemikian
mati. Demikian juga ketentuan
juga ketentuan hukuman bagi hukuman bagiNabi
keluarga keluarga
denganNabisanksi dua
dengankalisanksi duaApakah
lipat. kali lipat.
adaApakah adahukuman
dua kali dua kali hukuman mati.
mati. Secara Secara
jelas ayat yang
jelas ayat yang menolak
menolak adalah
adalah surat suratayat
an-Nisa' an-Nisa’
25: ayat 25:
Demikian halnya dengan ketentuan surat al-Ahzab ayat 30
| 136 | Hukum Pidana
Ayat Islam
di atas menggambarkan bahwa hukum rajam tidak dapat
dilipatgandakan, yakni dua kali lipat. Jika diberlakukan hukum dera 100
kali, maka dua kali lipatnya adalah 200 kali. Hukum dera yang tertera
dalam surat an-Nur ayat 2 berlaku umum, yakni pezina muh}s}an dan
samping menerapkan teori graduasi juga merasionalisasikan prinsip
nasakh. Jumhur ulama menganggap tetap eksisnya hukum rajam, 25
sementara golongan Khawarij, Mu’tazilah dan sebagian fuqaha
Syi'ah menyatakan bahwa sanksi bagi pezina adalah hukum dera
Masih dalam
(cambuk). 26
aliran ini, Izzudin bin Abd as-Salam sebagaimana
dikutip olehMasihFazlur dalam
Rahman, menyatakan
aliran bahwa bin
ini, Izzudin hukum Abdrajamas-Salam
dengan argumentasi
sebagaimana seluruh
dikutip materi
oleh Fazlur bersifat
Rahman,tradisional,
menyatakan di samping
bahwa hukum
tidak rajam
ditegaskan
dengan dalam al-Qur`an
argumentasi juga materi
seluruh warisanbersifat
sejarahtradisional,
orang- di
orangsamping
Yahudi. tidak ditegaskan dalam al-Qur`an juga warisan sejarah
228
TCH;
TCH;
G?H=OLC
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;HHS; M?J?LN
G?H=OLC
G?G<OHOB
G?G<OHOB
;>;F;B
;>;F;B
M?MO;NO
M?MO;NO
S;HA
S;HA >CF;L;HA
>CF;L;HA
>;F;G
>;F
235
TCH; G?H=OLC G?G<OHOB ;>;F;B M?MO;NO S;HA >CF;L;HA >;F;G F
-OL;H
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E; G;E;
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;
Diriwayatkan dariAbuAbu Hurairah r.a. Aku
katanya: Aku
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
Diriwayatkan
Diriwayatkan
'?N?HNO;H dari
dari
'?N?HNO;H Abu
BOEOGHurairah
Hurairah
BOEOG r.a.
JC>;H;r.a. katanya:
JC>;H; katanya:
%MF;G
%MF;G Aku mendengar
mendengar
N?HN;HA
N?HN;HA>?FCE
>?FCE
TCH;
TCH;
F?<CB
F?
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Apabila seorangRasulullah
Rasulullah s.a.w.
s.a.w. bersabda:
bersabda: "Apabila
"Apabila seorang
seorang hamba
hamba
hamba perempuan milik salah diseorang di antara kamu
'?N?HNO;H >C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GB
BOEOG JC>;H;
perempuan
perempuan %MF;G
milik
milik salah N?HN;HA
salah seorang
seorang di>?FCE
antaraTCH;
antara kamuF?<CB
kamu D?F;M >;H N?A;M
melakukan
melakukan
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEO
melakukan perbuatan zina dan telah terbukti, maka
hukumlah
33
33 diaal-Ma>liki>,
dengan cambukan
an-Nia>m dan janganlah kamu
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCNC@)?HOLON
Abdurah}man
Abdurah}man
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH;
al-Ma>liki>, an-Ni a>m al-'Uqu>ba>t,
al-'Uqu>ba>t,
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>
alih
alih bahasa
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?
bahasa
memakinya.
Syamsuddin
Syamsuddin
34
34
Ramdlan,
Ramdlan, Jika ia
(Jakarta:
(Jakarta: mengulangi
Pustaka
Pustaka Thariku
Thariku lagi
Izzah,
Izzah, perbuatan
2002),
2002), hlm.
hlm. 40.
40.zina,
maka Ima>m
Ima>m Muslim,
Muslim, S{ah}i>h}
cambuklah S{ah}i>h}
ia dengan Muslim,
Muslim, Juz
Juz 3,
dan jangan 3, (Mesir:
(Mesir: Must}afa>
Jikaal-
Must}afa>
dimakinya. al-
ia
J?H?FCNC TCH; <;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=;L;>?@CHCNC@
IF?B
IF?B
mengulangi untuk yang ketiga kalinya dan terbukti, maka E;>;L
F
-OL;H
F
-OL;H 'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC BOEOGHS;
BOEOGHS; N?LA;HNOHA
N?LA;HNOHA E;>;L E?D;B;N;
E?D;
Ba>b
Ba>b al-H{alibi>,
al-H{alibi>, t.t.),
t.t.), hlm.
hlm. 1328.
1328.
236
Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology, (India: Starling
Publiser, 1990), hlm. 91.
237
Jalaludin Rahmat, “Pengantar” dalam Islam dan Tantangan Modernitas
(Bandung: Mizan, 1996), hlm. 16.
E?M?FOLOB;H
E?M?FOLOB;HM?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H; E?N?HNO;H
E?N?HNO;H
E?G;GJO;H >;F;G
>;F;G
>C G;H; F
-OL;H
F
-OL;H
BOEOG <OE;H
<OE;H
JC>;H; %MF;G <?L;LNC
<?L;L
>;J;N >CNE
Senada dengan pernyataan di atas, menurutnya, ketika memahami
%MF;G
hukum%MF;G N?HN;HA
N?HN;HA
Islam, teoriJC>;H;
JC>;H; NC>;E
NC>;E OM;B
OM;B >CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H E;H
E;H
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN
graduasi layak dipertimbangkan, N?N;JC
demikian N?N;JC
>CN?L;JE;H
>CN?L;J
halnya dengan prinsip nāsikh wa mansūkh, serta kondisi masyarakat
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H
sebagai >C
syarat mutlak>C G;H;
TCH;
dalamBOEOG
BOEOG JC>;H;
G?H=OLC JC>;H;
pemberlakuan %MF;G
%MF;G
sistem>;J;N
G?G<OHOB >;J;N>CN?L;JE;H
;>;F;B
hukum. >CN?L;JE;H
M?MO;NOGCM;FHS;
Yusuf GCM;>
S;HA
al-Qaradawi berkomentar bahwa sanksi perzinaan akan efektif
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B
diberlakukan sebagaimana>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOH
yang diinginkan oleh nash jika masyarakat
sempurna memahami agamanya. Sebaliknya, jika masyarakat lemah
TCH;
TCH; G?H=OLC
imannya, G?H=OLC
lingkunganG?G<OHOB
G?G<OHOB
tidak '?N?HNO;H ;>;F;B
;>;F;B
mendukung, M?MO;NO
M?MO;NO
BOEOG
seperti S;HA
S;HA
JC>;H;
wanita >CF;L;HA
>CF;L;HA
%MF;G
banyak >;F;G
>;F;G
N?HN;HA
>?
mempertontonkan kecantikannya, beredarnya film-film porno,
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HE
adegan perzinaan terbuka >C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;
lebar di mana-mana, maka kondisi seperti
ini tidak efektif untuk pemberlakuan hukum secara definitif.238
Hukum'?N?HNO;H
'?N?HNO;H
rajam atauBOEOG
BOEOG JC>;H;
J?H?FCNC TCH;
dera seratus JC>;H;
kali %MF;G
%MF;G
bagi N?HN;HA
pezina N?HN;HA
bukanlah>?FCE
>?FCE
suatuTCH;
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO; TCH;
F?<CB
F?<CD
kemutlakan. Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Syahrur
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEO
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJ
dengan teorinya ḥālahIF?B F
-OL;H
al-ḥadd 'IHM?EO?HMC
al-a’lā, (batas maksimalBOEOGHS;
ketentuan N?LA;HNOHA
hukum Allah), bahwa hukum rajam bisa dipahami sebagai hukum
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH;
tertinggi dan adanya <;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ON
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;
upaya untuk berijtihad dalam kasus tersebut
dapat dibenarkan. Demikian halnya pelaku yang tidak diketahui
239
IF?B
oleh IF?BF
-OL;H
orangF
-OL;H
lain, Islam 'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC
$;HS;
memberikan BOEOGHS;
BOEOGHS;
J;M;F
J;M;F
peluang N?LA;HNOHA
N?LA;HNOHA
>C ;N;M E;>;L
M?<;A;CG;H;
terhadapnya E;>;L
untuk E?D;B;N;HH
E?D;B;N
NCH>;E JC>
bertobat. Sebagaimana Nabi menjadikan sarana dialog dalam
240
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
kasus;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;
Ma’iz ibn Malik J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
yang mengaku berzina dan minta disucikan
kepada Nabi. Nabi berpaling dan bertanya berulang-ulang agar
$;HS;
$;HS;J;M;F
J;M;F
pengakuan J;M;F
J;M;F >C
>C ;N;M
dicabut dan segera ;N;M M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H;NCH>;E
bertaubat.
NCH>;EJC>;H;
JC>;H; F;CH
F;CH
>C;H=;G
>C;H=
LME;F /;FCG ,IFCNCE $OEOG ,C>;H; %MF;G >C %H>
Tindak pidana yang terkait dengan tindakan?J;H>;F;G
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M; asusila seperti
Pidana Islam di Ind
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
pelaku lesbian dan homoseks, kebanyakan ahli hukum
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFGmenyatakan
bahwa si pelaku tidak dihukum
ḥadd;F
$U
<> melainkan dengan
;GC> $U;ECG Maba> di>’r.241
ta’z Awwaliyyah: Us}u>l
&;E;LN; );EN;<;B /;;>CSS;B ,ONL; NN BFG D;TOFC
LME;F
LME;F /;FCG
/;FCG ,IFCNCE
,IFCNCE$OEOG
$OEOG,C>;H;
)?>C;
BFG ,C>;H; %MF;G
<>OL;BV %MF;G
>C>C
%H>IH?MC;
G;HMS
/U%H>IH?MC;
OSONVC !EMCMN?HMC
!EMCMN?H
al-Asyba> h$ w
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M; ?J;H>;F;G
?J;H>;F;G
"CEL NN BFG Pidana
Pidana Islam
Islam di di Indonesia:
Indonesia: Peluang
Peluang Prosp P
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
238
<>
<>
Yūsuf ;F
$U
;F
$U;GC,>Syari’at
al-Qaraḍāw $U
$U;;EC
ECGG
Islam Maba>
Maba>di>d’i>’Awwaliyyah:
Ditantang Awwaliyyah:
Zaman, alihUs} uUs}
>l ual-Fiqh
bahasa >lAbu
al-Fiqh wa wa al-Qaw al-
Zaki, (Surabaya:
&;E;LN;
&;E;LN; Pustaka Progresif,
);EN;<;B
);EN;<;B /;;>CSS;B
/;;>CSS;B1983), hlm.NN
,ONL;
,ONL; 119-120.
NN BFG
BFG D;TOFC
D;TOFC Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah Fikih
239
Muḥammad Syahrūr,<>OL;BV
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG al-Kit b wa
<>OL;BV al-Qur’ān
GG;HMS
/U
;HMS
/U Qirā’ah
OSO Muāṣirah,
al-Asyba>
NVC NVCal-Asyba>
OSO h wah(Mesir:
wa an-Naza>
an-Naza> ’ir fi>’iral-Fur
fi> a
Dār"CEL NN BFG
al-Insāniyyah al-Arabiyyah, 1990), hlm. 455.
"CEL NN BFG
240
Umar Syihab, Hukum Islam..., hlm. 14.
241
Ibid., hlm. 68.
242
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, hlm. 104.
243
Sahetapy dan B. Mardjono Reksodiputro, Paradok dalam Kriminologi,
(Jakarta: Rajawali, 1989). hlm. 62.
244
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Bogor: Politea,
1956), hlm. 166.
245
Sahetapy, Parados…, hlm. 64.
246
Ibid., hlm. 60.
247
Wiryono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia,
Bandung: Eresco, 1986), hlm. 116-117.
248
Lamintang, Delik-delik Khusus…, hlm. 97.
Pasal 416
Seorang yang secara terang-terangan mempertunjukkan suatu
sarana untuk mencegah kehamilan atau tanpa diminta menawarkan,
atau secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjukkan untuk dapat diperoleh alat pencegah
kehamilan, dipidana dengan denda kategori I (Rp 150 ribu).
Pasal 419
Dipidana karena permukahan, dengan pidana penjara lima
tahun:
Adapun lafaz
Adapun lafaz pada
pada ayat
ayat
tersebut di atas menggambarkan adanya balasan terhadap sebuah
tersebut di atas
kejahatan menggambarkan
dan ketika membalas adanya harus diumumkan balasan terhadap sebuah
atau dilakukan
kejahatan dan ketika membalas harus
di muka umum. Di sini, ada dua aspek yang dicapai dalam diumumkan atau dilakukan di
pemidanaan,
muka umum. Diyakni:
sini, ada dua aspek yang dicapai dalam pemidanaan,
1. Pemidanaan dimaksudkan sebagai pencegahan kolektif
yakni:
(generale dimaksudkan
1. Pemidanaan prevention),sebagai yangpencegahan berarti kolektif pemidanaan bisa
(generale
prevention), yang berarti pemidanaan bisa memberikan pelajaran
bagi orang lain untuk tidak melakukan kejahatan serupa.
Hukum Pidana Islam | 153 |
Contohnya orang berzina harus didera di muka umum sehingga
orang yang melihat diharapkan tidak melakukan perzinaan.49
2. Pemidanaan dimaksudkan sebagai speciale prevention
memberikan pelajaran bagi orang lain untuk tidak melakukan
kejahatan serupa. Contohnya orang berzina harus didera di
muka umum sehingga orang yang melihat diharapkan tidak
melakukan perzinaan.250
2. Pemidanaan dimaksudkan sebagai speciale prevention
(pencegahan khusus), artinya seseorang yang melakukan
tindak pidana setelah diterapkan sanksi, ia akan bertaubat
dan tidak mengulangi kejahatannya lagi. Dalam aspek ini
terkandung nilai treatment, sebab tercegahnya seseorang dari
berbuat jahat bisa melalui penderitaan akibat dipidana atau
timbul dari kesadaran pribadi selama menjalani pidana.
250
Ibid.
Historis, Kontribusi Fungsional dan Prospek Masa Depan” dalam Pidana Islam
di Indonesia: Peluang Prospek dan Tantangan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001),
hlm. 259.
Sesuatu E?G;GJO;H
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H
yang Sesuatu
E?G;GJO;H >C
E?G;GJO;H>C
tidak yang
G;H;
>C G;H;
>C
dapat tidakdicapai
BOEOG
>C G;H;
BOEOG
BOEOG dapat
JC>;H;
BOEOG
BOEOG %MF;G
JC>;H;dicapai
JC>;H;
JC>;H;
JC>;H;
%MF;G seluruhnya
>;J;N
%MF;G
%MF;G
>;J;N
seluruhnya jangan
>CN?L;JE;H
%MF;G
>;J;N
>;J;N
>CN?L;JE;H
>;J;N
>CN?L;JE;H
jangan GCM;FHS;
>CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H BOEO
GCM;FHS;
GCM;FHS;
GCM;FH
GCM
BO
%MF;G
%MF;GN?HN;HA
%MF;G
N?HN;HA
N?HN;HA
JC>;H;
JC>;H;JC>;H;
NC>;E
NC>;E NC>;E
OM;B
OM;B
ditinggalkan seluruhnya.
>CN?L;JE;H
OM;B
>CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H
E;H
E;HE;H
N?N;JC
N?N;JC
N?N;JC
>CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H
<?L>;M;L
<?L>;
<?L
ditinggalkan seluruhnya.
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;HH
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;H
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOE
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H
E?G;GJO;H
>C
>C G;H;
>C G;H;
BOEOG
BOEOGBOEOG
JC>;H;
JC>;H;
JC>;H;
%MF;G
%MF;G
%MF;G
>;J;N
>;J;N
>;J;N
>CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H
>CN?L;JE;H
GCM;FHS;
GCM;FHS;
GCM;FHS;
BOEOG
BOEO
BOE
J
Kaidah ini mempunyai arti jika hukum pidana Islam belum
bisa
TCH;
TCH;
TCH; diterapkan
G?H=OLC
TCH;
G?H=OLC
TCH;
G?H=OLC secara
G?G<OHOB
G?H=OLC
G?H=OLC keseluruhan
G?G<OHOB
G?G<OHOB
G?G<OHOB;>;F;B
G?G<OHOB ;>;F;Bsebagaimana
;>;F;BM?MO;NO
;>;F;B
;>;F;B
M?MO;NO
M?MO;NO ketentuan
S;HA
M?MO;NO
M?MO;NO
S;HA
S;HA>CF;L;HA
S;HA dalam
>CF;L;HA
S;HA >;F;G
>CF;L;HA
>CF;L;HA
>CF;L;HA
>;F;G F
-OL
>;F;G
>;F;G
F
-
>;F;
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;HHS
Kaidah %MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;HHS; M
%MF;G>C%H>IH?MC;B;HS;<;LO>;J;N>C;EIGI>CLN?HN;HA<?HNOEE?D;B;N;H
ini mempunyai arti jika hukum pidana
Al-Qur’an, bukan berarti ketentuan dalam Islam tentang pidana
Islam belum
tidak>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;H
usah diterapkan.sebagaimana
Akan tetapi diterapkan
ketentuanberdasar
terapkan>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
secara keseluruhan dalamkadar Al-
TCH; >CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HE
TCH; >CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;H
G?H=OLC
TCH;
G?H=OLC
G?H=OLC
G?G<OHOB
G?G<OHOBG?G<OHOB ;>;F;B
;>;F;B ;>;F;B
M?MO;NO
M?MO;NO
kemampuan di mana hukum pidana Islam dapat diterapkan,
M?MO;NO
S;HA
S;HA S;HA
>CF;L;HA
>CF;L;HA
>CF;L;HA
>;F;G
>;F;G
>;F;G
F
-OL;H
F
-OL
F
-O
, bukan berarti ketentuan dalam Islam tentang pidana tidak
misalnya hukum
'?N?HNO;H
'?N?HNO;H
'?N?HNO;H BOEOG
'?N?HNO;H
'?N?HNO;Hpidana
BOEOG
BOEOG Islam
JC>;H;
BOEOG
BOEOG
JC>;H;
JC>;H;di Indonesia
%MF;G
JC>;H;
JC>;H;
%MF;G
%MF;GN?HN;HA
%MF;G
%MF;Ghanya
N?HN;HA
N?HN;HA baru
>?FCE
N?HN;HA
N?HN;HA
>?FCE dapat
TCH;
>?FCE
>?FCE
TCH;F?<CB
>?FCE
TCH;
TCH;
F?<CBD?F;M
TCH;
F?<CB
F?<CB
D?F;M
F?<
D
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
>CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
iterapkan. >CF;L;HAJOF;>;F;GBOEOG>C%H>IH?MC; >;HJ?F;EOHS;>CE?H;E;HM;HEMC
Akan tetapi diterapkan berdasar kadar
diakomodir tentang bentuk kejahatannya, seperti zina, mencuri, kemampuan
na hukum membunuh adalahdapat sesuatuditerapkan,
yang dilarang dalam Al-Qur’an,
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCNC@
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJ
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMC
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBO
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOG
pidana Islam misalnya hukum
'?N?HNO;H
'?N?HNO;H
'?N?HNO;H
BOEOG
BOEOG BOEOG
JC>;H;
JC>;H; JC>;H;
%MF;G
%MF;G%MF;G
N?HN;HA
N?HN;HA
maka dilarang pula dalam hukum di Indonesia, dan pelakunya
N?HN;HA
>?FCE
>?FCE >?FCE
TCH;TCH;
F?<CB
TCH;
F?<CB
F?<CB
D?F;M
D?F;M
D?F;M
>;H >
Islam di Indonesia
dikenakan
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH;
hanya
sanksi. baru dapat diakomodir tentang
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=;L
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH;
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ON
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>C
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCNC@
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCNC@)?
>C<;H>CHAE;HJ?G<;B;M;H>?FCEJ?GOE;B;HS;HA>C;NOL>;F;GBOEOGJIMCN
Ketentuan hukum pidana Islam tentang delik zina lebih jelas
kejahatannya, seperti zina, mencuri, membunuh adalah
dan
IF?B
IF?B F
-OL;H
IF?Btegas
IF?B dibandingkan
F
-OL;H
F
-OL;H
IF?B 'IHM?EO?HMC
F
-OL;H
F
-OL;H pembahasan
'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC BOEOGHS;
'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC delik
BOEOGHS;
BOEOGHS; pemukahan
N?LA;HNOHA
BOEOGHS;
BOEOGHS;
N?LA;HNOHA
N?LA;HNOHA yang
E;>;L
N?LA;HNOHA
N?LA;HNOHA diatur
E;>;L E?D;B;N;HHS;
E;>;L
E;>;L
E?D;B;N;HHS;
E;>;L
E?D;B;N;HH
E?D;B;N;H
E?D;B G
u yang dilarang
J?H?FCNC TCH;
J?H?FCNC TCH; dalam
J?H?FCNC TCH; Al-Qur'an, maka dilarang
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=;L
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=;L;>?
<;AC;H>;LCNCH>;EJC>;H;S;HAE?N?HNO;HJC>;HS;>CM?<ONM?=
dalam hukum positif. Menurut peneliti, zina bagian dari tindak
pula dalam
di Indonesia,pidana dan pelakunya
yang ketentuan dikenakan
pidanya disebut sanksi.
secara definitif oleh Al-
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;F;
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;
IF?B
IF?BF
-OL;H
F
-OL;H
IF?B F
-OL;H
'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMC
'IHM?EO?HMCBOEOGHS;
BOEOGHS;
BOEOGHS;
N?LA;HNOHA
N?LA;HNOHA
Qur’an. Konsekuensi hukumnya tergantung kadar kejahatannya,
N?LA;HNOHA
E;>;LE;>;LE;>;L
E?D;B;N;HHS;
E?D;B;N;HHS;
E?D;B;N;HHS;
G;E; G
maka
$;HS;
$;HS;
$;HS; harus
J;M;F
J;M;F
$;HS;
$;HS; ada
J;M;F
J;M;F
J;M;F
J;M;Fperincian
>C>C
J;M;F
J;M;F
J;M;F
J;M;F;N;M
>C tegas
;N;M dalam
M?<;A;CG;H;
;N;M
>C
>C ;N;M
M?<;A;CG;H;
;N;M aturan
M?<;A;CG;H; hukum
NCH>;E
M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H;NCH>;E
NCH>;E sebagaimana
JC>;H;
NCH>;E
NCH>;E
JC>;H; F;CH
JC>;H;
JC>;H;>C;H=;G
F;CH
JC>;H;
F;CH
>C;H=;G
F;CH
>C;H=;G
F;CH >?HA
>C;H=;
>C;
>?H
0 ;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;F;
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;F;G'
;>;J?LCH=C;HN?A;M>;F;G;NOL;HBOEOGM?<;A;CG;H;>;F;GJ;M;F
J;M;F>;
Arskal Salim,dalam pasal-pasal
"Politik Hukum dalam KUHP . Hanya
Pidana Islampasal-pasal
di Indonesia: di atas,
nsi Historis, sebagaimana tindak
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H pidanadan
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
Kontribusi Fungsional lainProspek
diancam Masa denganDepan" pidana dalampenjara
$;HS;
$;HS; $;HS;
J;M;F
J;M;F
J;M;F
J;M;F
J;M;F
J;M;F
>C
>C ;N;M
;N;M
>C M?<;A;CG;H;
;N;M
M?<;A;CG;H;
M?<;A;CG;H;
NCH>;E
NCH>;E
NCH>;E
JC>;H;
JC>;H;JC>;H;
F;CHF;CH
>C;H=;G
F;CH
>C;H=;G
>C;H=;G
>?HA;H
>?HA>?H
J
Islam di secara
Indonesia:keseluruhan.
Peluang Prospek dan Tantangan, (Jakarta:
Firdaus, 2001), Bentuk hukuman alternatif di Indonesia seperti hukuman
hlm.
259.
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
J?HD;L;M?=;L;E?M?FOLOB;H
LME;F
penjara diLME;F
LME;F/;FCG
LME;F
satu sisi,IFCNCE
LME;F
/;FCG
/;FCG /;FCG
/;FCG
,IFCNCE
,IFCNCE$OEOG
dapat,IFCNCE
,IFCNCE
$OEOG
$OEOG ,C>;H;
$OEOG
dijadikan$OEOG
,C>;H;%MF;G
,C>;H;,C>;H;
%MF;G
solusi, >C%MF;G
,C>;H;
%MF;G %H>IH?MC;
>C%MF;G
>C
mengingat%H>IH?MC; !EMCMN?HMC
%H>IH?MC;
>C>C
%H>IH?MC;
%H>IH?MC;
!EMCMN?HMC$CMNILCM
!EMCMN?HMC
!EMCMN?HMC
!EMCMN?
$CMNIL
$
1
Abd al-H{ami>d H{aki>m, Maba>di>'
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;?J;H>;F;G
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
?J;H>;F;GAwwaliyyah:
?J;H>;F;G Pidana
Pidana
?J;H>;F;G
?J;H>;F;G Pidana
Islam
Pidana Islam
Pidana
Islamdidi di
Islam
Indonesia:
Islam Us}u>ldalam
Indonesia:
diPeluang
Indonesia: Indonesia:
di Indonesia:
Peluang al-
Peluang Peluang
Prosp
Prospek
Peluang dan
Prospek
Pro
d
a al-Qawa>'id&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
al-Fiqhiyyah, (Jakarta; Maktabah Sa'adiyyah Putra,
LME;F
LME;F
m. 44. Djazuli, Kaidah-kaidah Ḥak
<>
<>
252
<>
LME;F
/;FCG
Abd
/;FCG
/;FCG
;F
$U ,IFCNCE
;F
$U
<>,IFCNCE
;
;F
$UGC
<>;
al-Ḥam >
GC
;F
$U
;F
$U
>
d ,IFCNCE
$U
;$OEOG
$OEOG
;$U
EC
$U;;G
GC > G
EC
EC
m, $OEOG
;,C>;H;
Maba>
G $U
$U
Fikih,(Jakarta: ,C>;H;
Maba>
;Maba>
EC
MabādECG
G i>d,C>;H;
%MF;G
’Maba>
d i> ’dMaba> %MF;G
di>d’>C
i>’Awwaliyyah:
Awwaliyyah:
Pranada i>%MF;G
Awwaliyyah:
Awwaliyyah: >C
%H>IH?MC;
%H>IH?MC;
’Awwaliyyah: >C
Awwaliyyah:
Us}Us}
Uṣūl
Media, u%H>IH?MC;
uUs} !EMCMN?HMC
>lal-Fiqh
>lal-Fiqh
Us} !EMCMN?HMC
ual-Fiqh>l !EMCMN?HMC
>l2006),
al-Fiqh
uUs}
wa uwa
>l wa
al-Fiqh
al- $CMNILCM
al-Fiqh
wa
al-Qawa>$CMNILCM
al-Qawa> $CMNIL
waal-Qaw
wa
’id 'IH
al-Q’ida
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
"OHAMCIH;F>;H,LIMJ?E);M;
Qawā’id
&;E;LN;
&;E;LN;
&;E;LN; al-Fiqhiyyah,
);EN;<;B
&;E;LN;
&;E;LN;
);EN;<;B
);EN;<;B ?J;H>;F;G
?J;H>;F;G
(Jakarta;
/;;>CSS;B
);EN;<;B
);EN;<;B
/;;>CSS;B
/;;>CSS;B ?J;H>;F;G
Maktabah
,ONL;
/;;>CSS;B
/;;>CSS;B
,ONL;
,ONL; Pidana
Pidana
NN
,ONL;
NN
,ONL; BFG
NN Islam
Pidana
Islam
Sa’adiyyah
BFG
NN
BFG
NN di di
Islam
BFG Indonesia:
Indonesia:
Putra, di
D;TOFC
BFG D;TOFC
Indonesia:
Peluang
t.t.),
D;TOFC
Peluang
hlm.
D;TOFC
D;TOFC Peluang
Prospek
Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah
44. Prospek
Prospek
Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah dan &;E;
Fikih
Fikih Fikihdan
Tant Fid
&;E
. Abdurah}man Djazuli, Asy-S{uyu>t}i>,
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
&;E;LN;,OMN;E;"CL>;OM
BFG
Kaidah-kaidah Fikih,(Jakarta:
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG <>OL;BV
<>OL;BV
<>OL;BV G al-Asyba>h
Pranada
;HMS
/U
<>OL;BV
<>OL;BV
GG;HMS
/U
;HMS
/U Media,
O;HMS
/U
SO
GG;HMS
/U wa
NVCal-Asyba>
NOVCSO
OSO N2006), an-Naza>'ir
Oal-Asyba>
VCal-Asyba>
O SO NVC Nhlm.
SO hal-Asyba>
h wa
VCal-Asyba> wahan-Naza>
98. wa
an-Naza>
h wa
Abdurah}fi>
an-Naza>
h wa
’ir ’irfi>an-Naza>
an-Naza> ’iral-Furu
’fi>
ir al-Fur
fi>al-Furu fi>’ ?
iral-Ffi
>', (Beirut: Da>r
<>
<>
man al-Fikr,
;F
$U
;F
$U
<>
Asy-Ṣuyūṭ ;GC;F
$U
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG t.t.),
,>al-Asybāh
"CEL NN BFG $U
$U
;;GC
"CEL NN BFG ;EC
"CEL NN BFGEC>G hlm.
G $U
wa;Maba>
Maba> di>dMaba>
G269; ’i>’Awwaliyyah:
ECan-Nazā’ir Awwaliyyah:
dfi>’ al-Furū’,
Awwaliyyah: Us} uUs}
>l ual-Fiqh
(Beirut: >lUs}al-Fiqh
Dār wa wa
u>l al-Fikr,
al-Fiqh t.t.),al-Qawa>
al-Qawa>
wa al-Qawa> ’id’ida
’id al-Fiqh
&;E;LN;
&;E;LN;hlm. 269;);EN;<;B
&;E;LN;
);EN;<;B
);EN;<;B /;;>CSS;B
/;;>CSS;B
/;;>CSS;B
,ONL;
,ONL; NN
,ONL;
NN BFG
NN
BFG BFG
D;TOFC
D;TOFC Kaidah-kaidah
Kaidah-kaidah
D;TOFC FikihFikih
Kaidah-kaidah Fikih
&;E;LN;
&;E;L
&;E ,
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG
)?>C;
BFG
<>OL;BV
<>OL;BV
<>OL;BV
GG;HMS
/U
;HMS
/U
G;HMS
/U
OSO
OSO al-Asyba>
NVC NVCal-Asyba>
O SO h wa
NVC al-Asyba>
h wa h an-Naza>
’ir fi>’iral-Furu
an-Naza>
wa an-Naza> fi>’ir al-Furu
fi> al-Furu
?CLON
?
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG
"CEL NN BFG
| 160 | Hukum Pidana Islam
hukum pidana Islam, pendekatan dalam pelaksanaan hukuman
ada dua macam, yaitu jawābir dan zawājir. Di sisi lain, hukuman
yang ditetapkan dalam Al-Qur’an perlu diakomodir dalam KUHP
secara terperinci, meskipun tidak sampai pada menghukum rajam
bagi pezina muh}s}an. Jika pendekatan jawābir menghendaki
pelaksanaan secara tekstual berdasarkan nash. Artinya hukum
harus dutegakkan dengan maksud menebus kesalahan dan
dosa si pelaku kejahatan, maka pendekatan ini akan berlaku
secara universal siapapun melanggar ketentuan Al-Qur’an akan
dikenakan hukuman berdasarkan hukum Al-Quran. Sebaliknya
zawājir lebih melihat bagaimana agar tujuan dari pemidanaan itu
tercapai, yaitu membuat jera pelaku dan menjadi pelajaran bagi
orang lain untuk tidak melakukan kejahatan serupa.253
Senada dengan pernyataan di atas, Sukardja sebagaimana
dikutip oleh Arskal Salim, menyatakan bahwa dalam rangka
pengitegrasian hukum pidana Islam ke dalam hukum pidana
nasional, pendekatan jawābir dan zawājir patut menjadi
pertimbangan. Artinya jika dengan pendekatan zawājir (hukum
minimal) tujuan penerapan sanksi dapat tercapai, maka pendekatan
jawābir (hukum maksimal) yang disebutkan secara eksplisit dalam
nash tidak pelu lagi diterapkan.
253
Makhrus Munajat,”Penegakkan Supremasi Hukum di Indonesia
dalam Perspektif Islam”, dalam Asy-Syir`ah, (Yogyakarta: Fakultas Syari`ah
IAIN Yogyakarta, 2001), hlm. 66.
BAB IX
ngertian Penuduh TINDAK PIDANA PENUDUHAN ZINA
Palsu Zina (Qazf)
tian Penuduh Palsu Zina (Qazf)
ncemaran nama baik dalam kajian hukum pidana Islam
maran nama baik dalam kajian hukum pidana Islam
dalam jari>mah qaf. Qaf artinya ar-ramyu bi al-hajarah
m jari>mah qaf. Qaf artinya ar-ramyu bi1 al-hajarah
iha (melempar dengan batu atau sepadannya). 1 Qaf dalam
melemparA. dengan
Pengertianbatu
Penuduh Palsu
atau Zina (Qazf)
sepadannya). Qaf dalam
a hukum syara' ada dua macam, yaitu qa f yang
Pencemaran nama baik dalam kajian hukum pidana Islam
diancam
kum syara' ada dua
dibahas dalam
hukuman h}add dan qa macam,
f yang
jarīmah
yaitu
qaźf. Qaźf
qa f yang
artinya ar-ramyu
diancam diancam
dengan bihukuman
al-hajarah
man
Yangh}add aw dan
nahwiha
dimaksud qa f f yang
qa(melempar dengan
yangdiancam
diancam batu atau sepadannya).
dengan
dengan hukuman
hukum Qaźf
h}add
254
dalam pandanga hukum syara’ ada dua macam, yaitu qaźf yang
dimaksud qadengan
diancam f yanghukumandiancam dengan
ḥadd dan qaźf yanghukum
diancamh}add
dengan
hukuman ta’zīr. Yang dimaksud qaźf yang
2 diancam dengan hukum
h}add adalah:
Menuduh orang muhsan dengan255tuduhan
zina
atau
2
an orang muhsan
nasabnya.
duh Menuduh orang muhsan dengan tuduhan zina atau
dengan tuduhan zina atau
menafikan nasabnya.
sabnya. arti qaf yang diancam dengan hukum ta'zi>r
Sedangkan
Sedangkan arti qaźf yang diancam dengan hukum ta’zīr
qaf yang diancam dengan hukum ta'zi>r
ngkan artiadalah:
3
256
3 Menuduh dengan tuduhan selain zina atau menghilangkan
nasabnya,
Menuduh dengan tuduhan
baik
selain
orang yangdituduh
zina itumenghilangkan
atau atau
muḥṣan bukan
nasabnya, baik orang
muḥṣan.yang dituduh itu muh}s}an atau bukan
duh dengan tuduhan selain zina atau menghilangkan
muh}s}an.
nya, baik orangAs-Sayid
yangSābiq,
254 dituduh itu muh}s}an atau bukan
Fiqh al-Sunnah, juz II, (Beirut: Dār al-Fikr, 1992),
hlm. 372.
as}an.
f jenis kedua ini Abdmencakup
255
perbuatan
Qadīr Awdah, at-Tasyrī’ mencaci
al-Jinā’ī maki
al-Islāmī, Juz orang
II, (Beirut: Dār
al-Kitāb al-’Arabī, t.t.), hlm. 455.
at dikenakan hukuman ta'zi>r. Adapun qaf yang terkait
256
Ibid.
4
257
Qaźf
Qa adalah
f adalah ungkapan
ungkapan tentang
tentang penuduhan
penuduhan seseorangseseorang
kepada
kepada
orang lainorang
denganlain dengan
tuduhan zina,tuduhan zina,
baik dengan baik dengan
terang-terangan
terang-terangan
atau sindiran. atau sindiran.
Contoh
Contohtuduhan
tuduhanyang
yang jelas adalah
jelas anta anta
adalah zānī (engkau
za>ni> berzina),
(engkau
sedang tuduhan sindirian adalah menasabkan orang kepada selain
berzina), sedang tuduhan sindirian adalah menasabkan orang kepada
ayahnya. Qaźf dalam arti tindak pidana yang diancam dengan
selain ayahnya. Qaf dalam arti tindak pidana yang diancam dengan
hukuman h}add tidak diatur dalam hukum pidana di Indonesia.
hukuman h}add Indonesia
Hukum pidana tidak diaturhanyadalam hukum pidanatentang
membicarakan di Indonesia.
tindak
Hukum pidana Indonesia hanya membicarakan
pidana pencemaran nama baik pada umumnya, seperti disinggung tentang tindak
dalam Pasal
pidana 530. Misalnya:
pencemaran nama baik Orang
pada yang denganseperti
umumnya, lisan menyerang
disinggung
kehormatan atau nama baik orang lain dengan cara menuduhkan
dalam Pasal 530. Misalnya: Orang yang dengan lisan menyerang
suatu hal, atau
kehormatan dengan
nama maksud
baik orangsupaya orang cara
lain dengan lainmenuduhkan
tercemar.
Mencemarkan
suatu hal, dengannama
maksudbaik
supayaseseorang
orang laindengan tulisan
tercemar. gambar,
Mencemarkan
tulisan atau poster yang disiarkan, ditempel atau dipertunjukkan.
nama baik seseorang dengan tulisan gambar, tulisan atau poster yang
Memfitnah
disiarkan, juga dianggap
ditempel melakukan tindak
atau dipertunjukkan. pidanajuga
Memfitnah pencemaran
dianggap
nama baik yakni, jika si penuduh tidak dapat
melakukan tindak pidana pencemaran nama baik yakni, jika si membuktikan
kebenaran apa yang dituduhkannya.
penuduh tidak dapat membuktikan kebenaran apa yang
dituduhkannya.
B. Dasar Hukum Delik Menuduh Zina
B. YangDasarmenjadi landasan
Hukum Delik Menuduhhukum Zinaadanya tindak pidana
pencemaran
Yang nama baiklandasan
menjadi dalam Islam adalah:
hukum adanya tindak pidana
pencemaran nama baik dalam Islam adalah:
257
Abduraḥman al-Jazīrī, Kitāb al-Fiqh ‘alā Mażāhib al-Arba’ah, juz V,
(Beirut: Dār al-Fikr, t.t.), hlm. 212.
4
258
259
Sesungguhnya
Sesungguhnya orang yang
orang
Sesungguhnya
Sesungguhnya yang menuduh
orang
orang menuduh
yang
yang menuduh
menuduhwanita
wanita
wanitabaik-baik,
wanitabaik-baik,
baik-baik,
baik-baik,
lengah lengah
lagi lagi
beriman beriman (berbuat
(berbuat zina) zina) mereka
mereka terkena
terkena laknat di
laknat di
lengah lagi beriman (berbuat zina) mereka terkenalaknat
lengah lagi beriman (berbuat zina) mereka terkena laknatdi
dunia
dunia dan
dan akhirat
akhirat dan
dan bagi
bagi mereka
mereka azab
azab yang
yang besar.
besar.
didunia dan
dunia akhirat
dan dan dan
akhirat bagi bagi
mereka azab yang
mereka azabbesar.
yang besar.
Hadis
Hadis Nabi:Nabi:
HadisHadis
Nabi: Nabi:
260
Dari Abu Hurairah
5 dari(4).
5Q.S an-Nu>r ayat:
Q.S an-Nu>r ayat: Nabi s.a.w. bersabda: Jauhilah
(4).
tujuh macam perbuatan yang merusak. “para sahabat
6
6Q.S an-Nu>r ayat: (23).
Q.S an-Nu>r ayat: (23).
5
bertanya”:
6
Q.S an-Nu>rWahai Rasulullah apakah yang tujuh perkara
ayat: (4).
Q.S an-Nu>r ayat: (23).
Q.S an-Nūr ayat: (4).
258
260
Imām al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Juz IV, (Beirut: Dār al-Fikr, 1981),
hlm: 33-34.
261
Ibid., hlm. 68-69.
262
H. A. Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam
Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), hlm. 66.
263
Ibid., hlm. 69.
264
H. A. Djazuli, Fiqh..., hlm. 66-67.
265
As-Sayid Sābiq, Fiqh..., juz II, hlm. 372-74.
266
Dan Dan
orang
Dan orang
yang
orang yang menuduh
menuduh
yang wanita
wanita baik-baik
menuduh wanita berbuat
baik-baik
baik-baik zina
berbuat
berbuat dan
zinazina
dan
tidak dapat mendatangkan empat orang saksi, maka deralah
dan tidak dapatmendatangkan
tidak dapat mendatangkan empat
empat orangorang saksi,deralah
saksi, maka maka
mereka dengan delapan puluh kali deraan dan jangan terima
deralah mereka dengan delapan puluh kali deraan dan
mereka dengan delapan puluh kali deraan dan jangan terima
jangan terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya.
Dan 13
mereka
13Q.S termasuk
Q.S An-Nur
An-Nur ayat (4).orang-orang yang fasik.
ayat :: (4).
266
Q.S An-Nur ayat : (4).
Sesungguhnya
Sesungguhnyaorang-orang
orang-orangyang
yang menuduh wanita
menuduh wanita baik-
baik-baik
baik dan lengah lagi beriman (berbuat zina) mereka kena
dan lengah lagi beriman (berbuat zina) mereka kena laknat
laknat
di di dunia
dunia dan akhirat
dan akhirat dan bagidan bagiazab
mereka mereka azab yang
yang pedih.
pedih.
Dalam surat an-Nur ayat 4 yang dimaksud dengan ih}s}a>n
Dalam
adalahsurat an-Nur
al-'iffah minaayat 4 yang
al-zina> dimaksud
(bersih dengan
dari zina), iḥṣānlain
pendapat adalah
lafad
al-’iffahmuh}s}a>n
mina al-zinā (bersih
diartikan dari zina), pendapat
al-h}urriyyah (merdeka), lain
15
lafad muḥṣān
sedangkan dalam
diartikansuratal-ḥurriyyah
an-Nur ayat (merdeka), 267
sedangkan
23 arti muh}s}a>na>t dalam
adalah surat an-
al-gha>fila>t
Nur ayat 23 arti
(lengah) muḥṣānāt
diartikan adalah(bersih)
al-'afa>if al-ghāfilāt
dan (lengah)
diartikan diartikan
juga al-
al-’afāifmu'mina>t
(bersih) dan diartikan
(mukmin) juga al-mu’mināt
artinya muslimah. Dari (mukmin)
kedua ayatartinyaitu
bahwa syarat ihsan bagi maq
muslimah. Dari kedua ayat itu disimpulkan bahwa syarat ihsan
disimpulkan u>f adalah iman (Islam)
16
bagi maqżūf
merdeka adalah iman
dan iffah (Islam) merdeka dan iffah (bersih)268
(bersih)
3. Adanya Niat Melawan Hukum (al-qas}d al-jina>'i>)
3. Adanya Niat
UnsurMelawan
melawanHukum (al-qaṣd
hukum dalam al-jinā’ī)
tindak pidana pencemaran
nama baik terpenuhi jika qa>
Unsur melawan hukum dalam tindak pidana pencemaran
if tahu bahwa perbuatan nama
itu dilarang
baik terpenuhi
dan jika jika qāżif tahu
dilakukan bahwa perbuatan
bertentangan itu dilarang
dengan hukum. dan jika
Ketentuan ini
dilakukan bertentangan dengan hukum. Ketentuan ini didasarkan
didasarkan kepada ucapan Rasulullah s.a.w. kepada Hilal ibn
kepadaUmayyah
ucapan Rasulullah s.a.w. kepada
ketika ia menuduh istrinyaHilal ibndengan
berzina Umayyah ketika
Syarik ibn
Sahma:istrinya berzina dengan Syarik ibn Sahma:
ia menuduh
14
Ahmad
Muslih, Hukum
Pidana
Islam,
(Jakarta:
Sinar
Q.S An-Nur ayat : (23).
15
Wardi
Grafika, 2005), hlm. 65.
16
Abd Qadi>r Awdah, at-Tasyri>'…, Juz II, hlm. 474.
…buktikan, jika…buktikan,
tidak jikahukuman
tidak hukumanhaddhadd akanakandiberikan
diberikan
kepadamu.
damu.
Maksud Ahmad Wardi Muslih,
267
melawan hukum Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinarbentuk
merupakan Grafika,
2005), hlm. 65.
nggungjawaban pidana Abd Qadīr seseorang,
268
artinya
Awdah, at-Tasyrī’…, bentuk
Juz II, hlm. 474. pembebanan
Ayat lain
Ayatyang
lain menggambarkan
yang menggambarkan bagimana
bagimanasifat
sifat melawan
melawan
hukumhukum
seseorang dapat
seseorang dimintai
dapat dimintaipertanggungjawaban
pidana.
pertanggungjawaban pidana.
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina,
MakaPerempuan
deralah yang
tiap-tiap seorang
berzina dari yang
dan laki-laki keduanya
berzina,seratus
Maka
dali dera,
deralahdan janganlah
tiap-tiap seorangbelas kasihanseratus
dari keduanya kepadadalikeduanya
dera, dan
mencegah
janganlahkamu
belas untuk (menjalankan)
kasihan kepada agama Allah,
keduanya mencegah kamu
jika kamu
untuk beriman kepada
(menjalankan) Allah,
agama danjika
Allah, harikamu
akhirat, dan
beriman
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)
oleh hukuman
sekumpulan orang-orang
mereka yangsekumpulan
disaksikan oleh beriman. orang-orang
yang beriman.
Ayat ini menggambarkan adanya pertanggungjawaban pidana
bagi pezina Ayat
yakniinidicambuk 100 kali,
menggambarkan adanyakarena sebelumnya adanya
pertanggungjawaban pidana
peringatan tentang
bagi pezina larangan
yakni dicambukzina,
100 yakni ayat sebelumnya
kali, karena wa lā taqrabu>
adanya
al-zina> (al-Isratentang
peringatan ayat: larangan
32), maka zina,ketika
yakni ada
ayat larangan kemudian
wa la> taqrabu> al-
terjadizina>
perbuatan yang32),melanggar
(al-Isra ayat: maka ketika hokum,
ada larangansementara orang
kemudian terjadi
tersebut mengetahui
perbuatan yang akibat-akibatnya,
melanggar hokum, disementara
sinilah letak
orangmelawan
tersebut
hukummengetahui
sehingga pelaku dapat dipidana.
akibat-akibatnya, di sinilah letak melawan hukum
Berikutnya adalah
sehingga pelaku surat
dapat al-Maidah ayat 33:
dipidana.
Berikutnya adalah surat al-Maidah ayat 33:
dipotong tangan dan kaki secara bersilang atau diasingkan.
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi
apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
272
Syarbinī al-Khaṭīb, Mughnī al-Muḥtāj, juz IV, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t.),
hlm. 158
273
Hanafi, Asas-asas...hlm. 85.
274
Orang yang dicambuk adalah kaum munafik yang bernama Hizah,
Hilah. Demikian menurut pendapat yang dikutip as-Sayid Sābiq, Fiqh…, juz II,
hlm. 377.
275
al-Jurjāwī, Ḥikmah at-Tasyrī’…, hlm. 299-300.
Bagian Kedua
Pasal 531
(1) Jika pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 530 diberi kesempatan membuktikan kebenaran hal
yang dituduhkan tetapi tidak dapat membuktikannya, dan
tuduhan tersebut bertentangan dengan yang diketahuinya,
dipidana karena fitnah, dengan pidana penjara paling singkat
1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun atau pidana
denda paling sedikit Kategori III dan paling banyak Kategori
IV.
(2) Pembuktian kebenaran tuduhan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), hanya dapat dilakukan dalam hal:
a. hakim memandang perlu untuk memeriksa kebenaran
tuduhan tersebut guna mempertimbangkan keterangan
terdakwa bahwa terdakwa melakukan perbuatan tersebut
untuk kepentingan umum atau karena terpaksa membela
diri; atau
b. pegawai negeri dituduh melakukan suatu hal dalam
menjalankan tugas jabatannya.
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang
saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan
puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka
buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang
fasik.
Apabila Apabila aku memrintahkan
aku memrintahkan kamukamu sekaliandengan
sekalian dengan suatu
suatu
Apabila aku perintah,
perintah, maka maka kerjakanlah
memrintahkan
kerjakanlah kamu perintah
perintah sekalianitu semampu
itu semampu kalian.kalian.
dengan suatu
perintah, maka kerjakanlah perintah itu semampu kalian.
Menurut peneliti qażf bagian dari tindak pidana pencemaran
Menurut
nama baikpeneliti qafbisa
dan bahkan bagian
masukdari
padatindak
tindakpidana pencemaran
fitnah. Konsekuensi
hukumnya
nama baik
Menurut peneliti tergantung
qafbisa
dan bahkan bagiankadar
masuk kejahatannya,
pada
dari tindakpidana
tindak maka
fitnah. harus ada
Konsekuensi
pencemaran
perincian
hukumnya tegas dalam
tergantung aturan hukum maka
kadar kejahatannya, sebagaimana dalam
harus ada pasal-
perincian
ama baik dan bahkan
pasal diaturan
bisa
atas. Hanya
masuk pada
pasal-pasal
tindak fitnah.
di atas,dalam
sebagaimana
Konsekuensi
tindakdipidana
tegas dalam hukum sebagaimana pasal-pasal atas.
ukumnya tergantung
lain diancam kadar kejahatannya,
dengan pidana penjara. maka harus ada perincian
Bentuk hukuman
gas dalam 26aturan alternatif didalam
Indonesia, seperti hukuman
Djazuli, hukum sebagaimana
Kaidah-kaidah…, hlm. 98. pasal-pasal di atas.
penjara
27 dapat dijadikan
Hadis Riwayat solusi.
Baihaqi dari Hal ini mengingat dalam hukum
Ibn Abbas.
26
Djazuli, Kaidah-kaidah…, hlm. 98.
27
Hadis Riwayat
278
Djazuli,
BaihaqiKaidah-kaidah…, hlm. 98.
dari Ibn Abbas.
279
Hadis Riwayat Baihaqi dari Ibn Abbas.
280
Makhrus Munajat,”Penegakkan Supremasi Hukum di Indonesia
dalam Perspektif Islam”, dalam Asy-Syir`ah, (Yogyakarta: Fakultas Syari`ah
IAIN Yogyakarta, 2001), hlm. 66.
281
Arskal Salim, “Politik Hukum…, hlm. 261.
282
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam di Indonesia:
Peluang, Prospek dan Tantangan, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), hlm. 243. Pasal
Rekomendasi.
283
Syarbīnī al-Khaṭīb, Mughnīal-Muḥtāj, (Mesir: Dār al-Bāb al-Ḥalabī wa
Awladuhu, 1958), hlm. 158.
| 181 |
dengan niat untuk memiliki barang tersebut.284 Dengan demikian,
pencurian terdiri dari tindakan memindahkan harta bergerak
dengan niat untuk memiliki barang tersebut.2 Dengan demikian,
secara diam-diam dari penjagaan atau kepemilikan pemiliknya
pencurian terdiri dari tindakan memindahkan harta bergerak 285
secara
tanpa persetujuannya dengan maksud mengambil darinya.
diam-diam dari penjagaan atau kepemilikan pemiliknya tanpa
persetujuannya dengan Delik
B. Sumber Hukum maksud mengambil darinya.3
Pencurian
Yang Hukum
2. Sumber menjadiDelik
sumber hukum delik pencurian adalah firman
Pencurian
AllahYang
di dalam Al-Qur’an
menjadi Surahdelik
sumber hukum al-Maidah ayat
pencurian 38 sebagai
adalah firman
berikut:
Allah di dalam Al-Qur'an Surah al-Maidah ayat 38 sebagai berikut:
Laki-laki
Laki-lakiyang
yang mencuri
mencuri dan
dan perempuan
perempuan yang yang mencuri,
mencuri,
potonglah
potonglah tantan
gangan keduanya
keduanya (sebagai)
(sebagai) pembalasan
pembalasan bagi bagi
apa
apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dan Allah.
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dan Allah. Dan
DanMaha
Allah Allah Perkasa
Maha Perkasa lagiBijaksana.
lagi Maha Maha Bijaksana.
1) 1)
Diriwayatkan
Diriwayatkan daridari Sayyidatina Aisyah r.a.
Sayyidatina Aisyah r.a. ia ia berkata:
berkata:
Sesungguhnya kaum
Sesungguhnya kaum Quraisy
Quraisy merasa
merasa bingung
bingung dengan
dengan masalah
masalah
seorang wanita dan kabilah Makhzumiyyah yang
seorang wanita dan kabilah Makhzumiyyah yang telah mencuri.telah mencuri.
Mereka berkata:
Mereka berkata:Siapakah
Siapakah yang
yang akan
akan memberitahu
memberitahu masalahmasalah ini
ini
kepada Rasulullah s.a.w.? Dengan serentak mereka menjawab:
kepada Rasulullah s.a.w.? Dengan serentak mereka menjawab: Kami
Kami rasa hanya Usamah saja yang berani memberitahunya,
rasa hanya Usamah saja yang berani memberitahunya, karena dia
karena dia adalah kekasih Rasulullah s.a.w., maka Usamah pun
adalah kekasih
pergi untuk Rasulullah kepada
memberitahu s.a.w., Rasulullah
maka Usamah pun
s.a.w., lalupergi untuk
Rasulullah
memberitahu kepada Rasulullah s.a.w., lalu Rasulullah
s.a.w. bersabda: Jadi maksud kamu semua ialah untuk “Memohon s.a.w.
syafaat terhadap
bersabda: salahkamu
Jadi maksud satu dari hukum
semua ialah Allah? Kemudian baginda
untuk “Memohon syafaat
berdiri dan
terhadap salahmenjawab:
satu dari hukum Allah? Kemudian baginda berdiri dan
menjawab:
Sālim al-Uwā, Fī Uṣūl al-Nażamī al-Jināī al-Islāmī Dirāsah al-Muqaran,
284
4 Imām al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Juz IV, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t.),
286
Ima>m al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz IV, (Beirut:
hlm. 48. 4
Ima>m
Da>r al-Fikr, t.t.), al-Bukha>ri>,
hlm. 48. S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz IV, (Beirut:
2875
Hadis
Da>r4al-Fikr,
Hadis dikutip
t.t.), 48.dan
hlm. dan
dikutip CDCD
HolyHoly Qur‘an
Qur‘an & Al-Hadis:
& Al-Hadis: Kumpulan
Kumpulan Hadis
Ima>m
5 al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz IV, (Beirut:
Hadis Riwayat
Riwayat Hadis
Bukhary Bukhary
dikutip
& &
dan
Muslim, Muslim,
CD Holy
2002, 2002,
Qur‘an
hadis No. hadis
& No. 36.
Al-Hadis:
36. Kumpulan Hadis
Da>r al-Fikr,
Riwayat t.t.), hlm. 48.
5 Bukhary & Muslim, 2002, hadis No. 36.
Hadis dikutip dan CD Holy Qur‘an & Al-Hadis: Kumpulan Hadis
Riwayat Bukhary & Muslim, 2002, hadis No. 36.
Hukum Pidana Islam | 183 |
Diriwayatkan
Diriwayatkandandan
Diriwayatkan Sayyidatina
dan Aisyah
Aisyahr.a.
Sayyidatina
Sayyidatina katanya:
Aisyah
r.a. r.a.Rasulullah
katanya: katanya:
Rasulullah
s.a.w. memotong
Rasulullah
s.a.w. memotongtangan
s.a.w. seseorang
memotong
tangan yang mencuri
tangan
seseorang yang harta
harta yang
seseorang
mencuri yang
yang
senilaimencuri harta
seperempat
senilai yang
dinar
seperempat kesenilai
dinar atas.seperempat dinar ke atas.
atas.
ke
Diriwayatkan
Diriwayatkan
Diriwayatkan dan
dandan IbnuIbnu
IbnuUmarUmar
Umarra.ra. katanya:
ra.katanya: Sesungguhnya
katanya: Sesungguhnya
Sesungguhnya
Rasulullah
Rasulullah
Rasulullah s.a.w.s.a.w.
s.a.w.
pernahpernah
pernah memotong
memotong
memotong tangan
tangan
tangan seorang
seorang
seorang yang
yang
yang
mencuri
mencuri mencuri
sebuah
sebuah sebuah
perisai
perisai yangperisai
yang yang bernilai
bernilaisebanyak
bernilai sebanyaktigasebanyak
tigadirham.tiga
dirham. 66
dirham.288
Garis Garis
hukumhukum yang yang dapat
dapat dipahamidan
dipahami danayat
ayatAl-Qur'an
Al-Qur'an dan
dan al-
al-
Garis hukum yang dapat
Hadis di atas adalah sebagai berikut:. dipahami dan ayat Al-Qur’an dan
Hadis di atas adalah
al-Hadis sebagaisebagai
berikut:.
1. Sanksidihukumatas adalah
bagi laki-laki dan berikut:.
perempuan yang mencuri adalah
1. Sanksi
1. Sanksi hukum hukum
poiai tangan
bagi bagi pembalasan
laki-lakiperempuan
laki-laki
sebagai
dan danbagiperempuan yang mencuri
yang mencuri
apa yang mereka
adalah
kerjakan
poiaiadalah
tangan poiai tangan
sebagai sebagai pembalasan
pembalasan bagi apa yang bagi mereka
apa yangkerjakan
mereka
dan sebagai siksaan dari Allah.
dan kerjakan dan sebagai
sebagai siksaan siksaan dari Allah.
darikalau
Allah.
2. Umat-umat terdahulu ada orang mulia yang mencuri mereka
2. Umat-umat
2. Umat-umat terdahulu
terdahulu tetapi kalau
kalau apabila
ada ada mulia
orang orangyang mulia yang mencuri
mencuri
membiarkannya, mereka dapati orang yangmereka
lemah
mereka
membiarkannya, membiarkannya,
tetapi apabila tetapi
merekaapabila
dapatimereka
orang dapati
yang orang
lemah
di antara mereka yang mencuri, mereka akan menjatuhkan
yang lemah di antara mereka yang mencuri, mereka akan
di antara
hukuman mereka yangDemi
ke atasnya. mencuri, mereka Sayyidatina
akan menjatuhkan
menjatuhkan hukuman keAllah, sekiranya
atasnya. Fatimah
Demi Allah, sekiranya
hukuman
binti ke atasnya.
Muhammad Demi
yang Allah,
mencuri sekiranya
niscaya
Sayyidatina Fatimah binti Muhammad yang mencuri niscaya Sayyidatina
aku akan Fatimah
memotong
bintiaku Muhammad
akan memotong
tangannya. yang tangannya.
mencuri niscaya aku akan memotong
3.3. Seorang
Seorang pencuri
tangannya. pencuri tidak
tidak akan
akan mencuri
mencuri jika jika dia
dia berada
berada didi dalam
dalam
keimanan,
3. Seorangkeimanan,
pencuri yaitu
yaitu iman
iman
tidak yang
yang
akan sempurna.
sempurna.
mencuri jika dia berada di dalam
4.
keimanan, yaitu iman yang sempurna. seseorang
4. Rasulullah
Rasulullah s.a.w.
s.a.w. memotong
memotong tangan
tangan seseorang yangyang mencuri
mencuri harta
harta
senilaisenilai
4. Rasulullah s.a.w. satu perempat
satu perempat
memotong dinar kedinar
tangan atas. ke atas. yang mencuri harta
seseorang
5. Rasulullah
senilai s.a.w. pernah
satu perempat dinarmemotong
ke atas. tangan seorang yang mencuri
sebuah
288
Ibid.perisai yang bernilai sebanyak tiga dirham.
5. Rasulullah s.a.w. pernah memotong tangan seorang yang mencuri
sebuah6Ibid.perisai yang bernilai sebanyak tiga dirham.
| 184 | Hukum Pidana Islam
6
Ibid.
5. Rasulullah s.a.w. pernah memotong tangan seorang yang
mencuri sebuah perisai yang bernilai sebanyak tiga dirham.
6. Rasulullah s.a.w. bersabda: Allah melaknat seorang pencuri
yang mencuri telur sehingga dipotong tangannya, kemudian
dia mencuri tali lalu dipotong tangannya.
7. Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki berkata: Aku akan
memberikan sedekah pada seorang perempuan yang berzina,
yaitu pelacur, orang kaya, seorang pencuri. Boleh jadi perempuan
zina itu berhenti dan berzina karena sedekahmu. Orang kaya
itu pula dapat mengambil pengajaran dan mau membelanjakan
sebahagian dan harta yang telah dianugerahkan oleh Allah
kepadanya dan mungkin juga pencuri itu akan berhenti dan
mencuri karena sedekahmu itu.
Laki-laki dan perempuan yang mencuri potonglah tangan
Laki-laki dan perempuan yangpembalasan
keduanya sebagai mencuriterhadap
potonglah
apa yangtangan
mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah
keduanya sebagai pembalasan terhadap apa yang mereka s.w.t. Dan Allah
maha perkasa lagi maha bijaksana.
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah s.w.t. Dan Allah maha
Hukum
perkasa lagi maha potong tangan diberlakukan dalam Islam dengan
bijaksana.
mempertimbangkan syarat dan rukun yang sangat ketat. Pertama,
syarat yang berkaitan dengan subyek yaitu pelakunya dewasa,
Hukum potong tangan
tidak terpaksa dan diberlakukan dalamituIslam
tahu bahwa perbuatan dilarang.dengan
Kedua,
syaratsyarat
ertimbangkan yang berkaitan
dan rukun dengan materi
yang curian,
sangat yaitu Pertama,
ketat. mengambil
harta secara diam-diam, mengambil barang tanpa sepengetahuan
yang berkaitan dengan
pemiliknya subyek
dan tanpa yaitu pelakunya
kerelaannya, dewasa,
seperti mengambil tidak
barang dari
rumah orang lain ketika penghuninya sedang tidur,
sa dan tahu bahwa perbuatan itu dilarang. Kedua, syarat yang barang yang
dicuri telah keluar dari tempat penyimanan, barang curian telah
an dengan materi curian, yaitu mengambil harta secara diam-
mengambil barang tanpa sepengetahuan pemiliknya dan tanpa
annya, seperti mengambil barang dari rumah orang lain ketika
| 186 | Hukum Pidana Islam
uninya sedang tidur, barang yang dicuri telah keluar dari
penyimanan, barang curian telah di tangan pencuri secara
7
di tangan pencuri secara penuh.289 Ketiga, syarat yang berkaitan
dengan obyek, yaitu barang yang dicuri berupa harta benda dan
bergerak, serta mencapai satu nilai minimum tertentu (nisab).
Imam Malik mengukur nisab sebesar ¼ dinar atau lebih, sedangkan
Imam Abu Hanifah menyatakan bahwa nisab pencurian itu senilai
10 dirham atau 1 dinar.290
Menurut Imam Abu Hanifah, tidak wajib dikenai hukuman
potong tangan pada pencurian harta dalam keluarga yang inti
karena mereka diperbolehkan keluar masuk tanpa izin. Menurut
Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, seorang ayah tidak dikenai
hukuman potong tangan karena mencuri harta anaknya, cucunya,
dan seterusnya sampai ke bawah. Demikian pula sebaliknya, anak
tidak dapat dikenai sanksi potong tangan, karena mencuri harta
ayahnya, kakeknya, dan seterusnya ke atas. Menurut Imam Abu
Hanifah, tidak ada hukuman potong tangan pada kasus pencurian
antara suami istri.291
Sebagaimana tindak pidana lain, keharaman perbuatan
mencuri yang diberi sanksi di dunia karena ada pertimbangan
syara` yang membawa kemaslahatan masyarakat luas. Sebagaimana
diungkapkan oleh al-Jurjāwī bahwa pencurian dilarang oleh Islam
untuk memelihara keteraturan masyarakat dalam hak pemilikan
harta. Hukuman keras bagi pencuri, yaitu potong tangan, adalah
karena pencurian merupakan perbuatan yang melanggar hak
orang lain dan menimbulkan kerusakan di tengah masyarakat.
Pencurian itu diharamkan dalam Islam karena beberapa
alasan, antara lain 1) manusia mencari harta untuk hidup dengan
cara susah payah dan melelahkan, baik itu petani, pedagang,
pegawai ataupun pekerjaan-pekerjaan lainnya. Mereka menguras
tenaga, pikiran, dan banyak menghabiskan waktu untuk mencari
289
Ibid., hlm. 73.
290
Marsum, Fiqh..., hlm. 96; H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah..., hlm. 77.
291
Ibid., hlm. 76.
294
al-Anshari, dkk, Pidana Terorisme, (Jakarta: Lembaga Kajian
296
Ibid., hlm. 312-314.
297
As-Sayid Sābiq, Fiqh…, juz II, hlm. 400.
298
Ibid., hlm. 401.
299
Ibid., hlm. 402.
300
Ibid.
Ibn Kaśīr, Tafsīr al-Qur’`ān al-Aẓīm, Juz II, (Mesir: Dār al-Bāb al-
302
303
Ibid.
306
Ibn al-Qayyim, I’lām…, juz III, hlm. 22; Subḥī Maḥmasanī, Falsafah…,
hlm. 167.
307
Abū Yūsuf, ar-Rad…, hlm. 50.
SU = ( P (S) X G ) - ( P (F) X L )
Abdul Wahab Khalaf, ‘Ilm Uṣūl al-Fiqh, (Kairo: Dār al-Qalam, 1990),
308
hlm. 198.
309 Imām al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, juz IV, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t.),
hlm. 48.
310
Jamaludin Ancok, “Efektivitas Hukum Pidana Islam” Makalah tidak
diterbitkan, (Yogyakarta: Fak Hukum UII, 1992), hlm. 5-6.
311
Ibid., hlm. 7.
312
Fazlur Rahman, Metode dan Alternatif Neomodernisme dalam Islam,
(Bandung: Mizan, 1986), hlm. 60.
315
Asjmuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang,
1968), hlm. 86.
Laki-laki danLaki-laki
perempuan dan mencuri
yang
perempuan yang potonglah
mencuri tangan
potonglah
tangan
keduanya sebagai pembalasan terhadap apa yang mereka
keduanya sebagai
kerjakanpembalasan
dan sebagai siksaan terhadap Allah
dari yang
apa dan
s.w.t. mereka
Allah
kerjakan dan Maha
sebagaiPerkasasiksaan lagi Maha dari Allah Bijaksana. s.w.t. dan Allah Maha
Lafaz diartikan secara majāzī, maka bukan
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
potong tangan, melainkan potong kemampun. Tujuannya
Lafaz adalah
agar sesorangsecara
diartikan tidak bisa melakukanmaka
maja>zi>, tindak bukan
pidana
pencurian lagi. Dengan demikian, hukuman penjara bagi
potong tangan, pencuri melainkan
dibenarkan,potong
karena kemampun.
dengan penjara Tujuannya
seseorang
adalah agar tidak sesorang bisa melakukan
tidak bisakejahatannya
melakukanlagi. tindak pidana
b. Hukum potong tangan dalam Al-Qur’an adalah hukum
pencurian lagi. Dengan demikian, hukuman penjara bagi
tertinggi, konsekuensinya, hakim tidak boleh memberikan
pencuri dibenarkan, sanksi lebih karena
bertadengan penjara
dari hukum seseorang
potong tangan, tidak
tetapi
bisa melakukan boleh menentukanlagi.
kejahatannya hukuman lebih rendah dari hukum
potong tangan. Sebagaimana dijelaskan oleh Muḥammad
b. Hukum potong Syahrūr: tangan dalam Al-Qur'an adalah hukum
tertinggi, konsekuensinya,
hakim
tidak boleh memberikan
sanksi lebih berta dari hukum potong tangan, tetapi boleh
menentukan hukuman
lebih dari
rendah
hukum tangan.
potong
Sebagaimana dijelaskan oleh 318 Syahru>r:
Muh}ammad
Muḥammad
318
Syaḥrūr, al-Kitāb..., hlm. 455.
319
Makhrus Munajat,”Penegakkan Supremasi Hukum di Indonesia
dalam Perspektif Islam”, dalam Asy-Syir`ah, (Yogyakarta: Fakultas Syari`ah
IAIN Yogyakarta, 2001), hlm. 66.
46
Asjmuni | A.
212 Rahman,
| Hukum Pidana Islam
Qaidah-qaidah Fiqhiyah (Jakarta: Bulan
g, 1976), hlm. 24.
47
Jala>luddi>n as-Suyu>t}i>, al-Asyba>h…, hlm. 316.
oleh orang yang adanya di situ tidak diketahui atau tidak
dikehendaki oleh yang berhak; atau
d. yang untuk masuk ke tempat melakukan tindak pidana
atau untuk dapat sampai pada barang yang akan diambil,
dilakukan dengan membongkar, memecah, memanjat,
memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian
jabatan palsu.
331
Zainudin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007),
hlm. 69-72.
332
Ibid., hlm. 401.
336
Pendapat ini telah merangsang munculnya ijtihad-ijtihad spektakuler
yang tidak lagi memperdulikan nash. Ia tidak lagi dijadikan sebagai acuan dalam
ijtihad tetapi hanya berfungsi sebagai penjustifikasi maslahat. Orang-orang yang
mendukung pendapat ini mengemukakan suatu kaidah ushul fiqh di mana ada
maslahat, di situlah syariat Allah berada. Kaidah ini memberikan suatu pengertian
bahwa dasar pijakan ijtihad adalah maslahat, tanpa memperdulikan apakah
maslahat itu sesuai dengan nas atau tidak. Dalam sebuah diskursus ilmiah di
Al-Jazair, seorang peserta mengemukakan satu pendapat yang cukup menarik. Ia
mengatakan bahwa shalat Jum’at bagi umat Islam Amerika bisa dilakukan pada
hari Ahad demi tercapainya kemaslahatan (kebaikan bersama), karena jika shalat
Jum’at tetap dilaksanakan pada hari Jum’at, maka hanya sebagian kecil saja umat
Islam Amerika yang bisa melaksanakannya. Ini disebabkan karena hari Jum’at
adalah hari kerja bagi setiap warga Amerika (termasuk umat Islam). Seandainya
shalat Jum’at dilaksanakan pada hari Ahad, maka sudah barang tentu sebagian
besar umat Islam Amerika berkesempatan untuk melaksanakannya; Fahmi
Huwaedi, Tazyīf al-Wa’yi, cet II, (Kairo: Dār al- Syurūq, 1992), hlm. 79.
Laki-laki danperempuan
Laki-laki dan perempuan yangyang mencuri
mencuri potonglahpotonglah tangan
tangan keduanya
keduanya sebagai pembalasan
sebagai pembalasan bagi apa bagi
yangapa yang kerjakan
mereka mereka kerjakan dan
dan sebagai
sebagai siksaan
siksaan dari dari
Allah. DanAllah.
Allah Dan
MahaAllah Maha
Perkasa Perkasa
lagi Maha lagi Maha
Bijaksana.
Bijaksana.
Ayat lain yang mendukung adanya tujuan pemidanaan yang
Ayat zawa>jir
lain yangadalah
mendukung adanya
bersisfat surat an-Nur ayattujuan
(2): pemidanaan yang
bersisfat zawājir adalah surat an-Nur ayat (2):
A. Pengertian Riddah
Riddah secara bahasa berarti mana'ahu wa s}arafahu
1
(menolak A. dan Pengertian Riddah
memalingkannya). Riddah juga bisa berarti
mengembalikan Riddah secara bahasa
(arja’uhu) atau berarti wa ṣarafahu (menolak
mana’ahu(s}arafahu).
memalingkan Riddah
diartikan juga ar-ruju' 'an syaiin Riddah
dan memalingkannya). 340
juga bisa (kembali
ila> ghairihi 2 berarti mengembalikan
dari sesuatu
(arja’uhu) atau memalingkan (ṣarafahu). Riddah diartikan juga
ke sesuatu yang lain). Dengan demikian, riddah adalah kembalinya
ar-ruju’ ‘an syaiin ilā ghairihi341 (kembali dari sesuatu ke sesuatu
orang Islam yang Dengan
yang lain). berakaldemikian,
dan dewasa ke kekafiran
riddah adalah kembalinyadengan
orang
Islamsendiri
kehendaknya yang berakal
tanpadan dewasa dari
paksaan ke kekafiran dengan
orang lain, kehendaknya
baik laki-laki
sendiri
maupun perempuan. tanpa3 paksaan dari orang lain, baik laki-laki maupun
perempuan.342
Menurut istilah syara' sebagaimana yang diungkapkan oleh
Menurut istilah syara’ sebagaimana yang diungkapkan oleh
Wahbah Az-Zuhaili,
Wahbah Az-Zuhaili, riddah adalah:
riddah adalah:
343 4
Riddah
Riddah adalahadalah kembali
kembali daridari Islammenuju
Islam menujukekafiran
kekafiran baik
baik
dengan niat,
dengan niat,perbuatan, ucapanucapan
perbuatan, yang menyebabkan kekafiran.
yang menyebabkan
kekafiran.
Pengertian yang sama diungkapkan oleh Abd Qadir Awdah:
344
Abd Qadīr Awdah, at-Tasyrī’ al-Jināī al-Islāmī, Juz II, (Beirut: Dār al-
Kitāb al-’Arabī, t.t), hlm. 706.
345
Abu Hafsin, “Kebebasan Beragama dan Hak-hak Politik Minoritas
(Analisis Keagamaan terhadap Kebijakan Presiden Gus Dur)”, Makalah dalam
Seminar Gus Dur, Seorang Muslim dan Demokrat di Universitas Wahid Hasyim
Semarang 31 Agustus 2000, hlm. 5.
ditetapkannya jari>mah secara
B. Sumber
Dasar hukum
Dasar Hukum
hukum Jarīmah Riddah
ditetapkannya jari>mah riddah riddah secara khusus khusus
dan Dasardisebutkan
dan jelas
jelas hukum ditetapkannya
disebutkan dalam Al-Qur'an
dalam Al-Qur'an jarīmah dan Hadis
dan riddah
Hadis Nabi.
Nabi. secara Ayat-ayat
Ayat-ayat khusus
dan mendasarinya
jelas disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Ayat-ayat
adalah sebagai
berikut:
yang
yang mendasarinya adalah
adalah sebagai
sebagai berikut:
berikut:
yang mendasarinya
7
7
7346
Tidak ada
ada paksaan
paksaan dalam
dalam agama, agama, sesungguhnya
sesungguhnya telah telah jelas
jelas
yang
Tidak
benar daripada
yang benar daripada yang
yang sesat.sesat.
9
al-Baqarah (2): 217,
346
al-Baqarah (2):
347
Barangsiapa yang256.
kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia
7
al-Baqarah (2): 217,
8akan mendapatkan
al-Baqarah (2): 256. kemurkaan Allah), kecuali orang yang
dipaksa kafir padahal hatinya tetapHukum
tenang Pidana
dalam Islam
beriman (dia|
| 225
tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya
7
7 untuk kekafiran,
al-Baqarah 217,maka kemurkaan Allah akan menimpanya
(2): 217,
al-Baqarah
8
(2):
8 al-Baqarah (2): 256.
dan baginya
al-Baqarah (2):azab
256.yang besar. (an-Nahl ayat 106)
9
9
351
Abdurraḥman al-Jazīrī, Kitāb al-Fiqh ‘alā al-Mażāhib al-‘Arba’ah,
(Beirut: Dār al Fikr, t.t.), hlm. 8-9.
352
Riddah sesungguhnya oleh sebagian pendapat ulama adalah masalah
keyakinan dalam beragama, sehingga pelakunya tidak dianggap tindak pidana,
karena kebebasan beragama sendiri ada legalitas hukumnya dalam Al-Qur’an (QS
(2) :256). Islam menganggap riddah sebagai kejahatan ketika dibarengi dengan
delik penodaan agama itu sendiri atau adanya muatan disersi. Maka riddah dalam
kaitannya dengan kejahatan dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori: 1) riddah
hanya ditujukan pada keyakinan diri sendiri, tanpa mempengaruhi orang lain
untuk murtad dan orang lain tidak terganggu dengan kemurtadannya tidak ada
sanksi. 2) riddah dibarengai dengan mengajak muslim lainnya serta menjelek-
jelekkan agama Islam, maka termasuk dalam jarīmah tasabub ‘alā dīn al-ghair
(mencaci maki agama lain). Pelakunya dapat dipidana beruapa hukuman penjara.
3) riddah dibarengi dengan desersi sedang negara dalam keadaan perang, maka
pelakunya dapat dikenakan hukuman mati dengan dasar hukuman ta’zīr bukan
ḥadd.
353
Abdullahi Ahmed an-Na’im, Dekonstruksi Syari’ah, Wacana Kebebasan
Sipil, Hak Asasi Manusia dan Hubungan Internasional dalam Islam, (Yogyakarta:
LKiS, 1997), hlm. 103.
354
Mohamed S. El Awa, Punishment in Islamic Law, (Indianapolis:
American Thurst Publication, 1982), hlm. 33.
355
Ibid., hlm. 55.
356
Sisters in Islam, Do Not Legislate on Faith, http://www.Resources @
Sisters in Islam.htm. Diakses pada tanggal 21 Juni 2010.
357
Atho’ Mudzhar, Membaca Gelombang Ijtihad: Antara Tradisi dan
Liberasi, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1998), hlm. 46-53.
358
Abdullahi Ahmed an-Na’im, Dekonstruksi…, hlm. 166-168.
359
Ibid., hlm. 6.
360
David Little, et al, Kebebasan Agama dan Hak-hak Asasi Manusia :
Kajian Lintas Kultural Islam-Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm.
144-148.
361
Abdurrahman Wahid, Islam, Negara dan Demokrasi, (Jakarta: Jakarta,
1999), hlm. 132.
362
Dalam perkembangan pembahasan amandemen UUD 1945, Pasal
29 ini merupakan pasal yang banyak diperdebatkan. Muncul berbagai macam
alternatif ayat (1), yaitu (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan
syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, (3) Negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan ajaran agama bagi masing-
masing pemeluknya dan (4) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
363
Mahkamah Konstitusi, Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 140/
PUU-VII/2009 tentang UU [Pencegahan?] Penyalahgunaan dan/atau Penodaan
Agama “Pembatasan atas Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan”, hlm. 1.
364
Mahkamah Konstitusi, Risalah Sidang Perkara Nomor 140/PUU-
VII/2009, hlm. 16.
365
Sudarto, Hukum Pidana I, (Semarang: Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, 1990), hlm. 12.
366
Ibid, hlm. 13.
367
Mahkamah Konstitusi, “Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 140/
PUU-VII/2009 tentang UU [Pencegahan] Penyalahgunaan dan/atau Penodaan
Agama “Pembatasan atas Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan”, hlm. 5.
368
Dalam Acara Pemeriksaan II (2 Desember 2009) Pemohon akhirnya
meniadakan argumentasi tentang adanya diskriminasi terhadap agama selain
enam agama. Mahkamah Konstitusi, Risalah Sidang Perkara Nomor 140/PUU-
VII/2009, hlm. 7. Bagi penulis, ini menambah asumsi negatif bahwa mereka yang
mengaku sebagai aktivis HAM melakukan tindakan ceroboh, bersikap tidak adil
atau mungkin “latah” dalam upaya hukum ini. Menurut mereka hak kebebasan
beragama dianggap “hak yang tidak dapat dikurangi”. Hak-hak lain dalam
Pasal 28I ayat (1) yang disebut sebagai hak yang tidak dikurangi dalam keadaan
apapun di antaranya “hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut”. Sementara itu, Pasal 43 UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM memberlakukan surut undang-undang ini. Apakah mereka akan mau
melakukan judicial review terhadap pemberlakuan surut UU Nomor 26 Tahun
369
Ann Elizabeth Mayer, Islam and Human Rights: Tradition ang Politics,
(London: Pinter Publisers, 1991), hlm. 163.
370
Penjelasan UU No. 12 tahun 2005 tentang Pengesahan international
covenant on civil and political (covenan inetrnasional tentang hak-hak sipil dan
berpolitik)
371
Mohamed S. El Awa, Punishment in Islamic Law: A Comparative
Study, (Indianapolis: American Trust Publications, 1982), hlm. 55.
372
Mengenai pidana denda dijelaskan dalam RUU KUHP 2008
pasal 80 ayat 3 butir d. Pidana denda kategori IV sebasar 75.000.000,-
00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
373
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 325.
374
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Adjaran Ahli Sunah wal
Jamaah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1968), hlm. 384.
375
Riddah yang secara harfiyyah berasal dari radda yang berarti
mengembalikan (arja’uhu) atau memalingkan (ṣarafahu) adalah kembalinya
orang Islam yang berakal dan dewasa ke kekafiran dengan kehendaknya sendiri
tanpa paksaan dari orang lain, baik laki-laki maupun perempuan; As-Sayyid
Sābiq, Fiqh as-Sunah, Vol. II, (Beirut: Dār al Fikr, 1983), hlm. 381.
376
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Adjaran ahli Sunah wal
Jamaah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1968), hlm. 384.
Riddah
Riddah disebut
dalam
39disebut yakni
Al-Qur’an
surat
al-
al-
merupakan alternatif untuk menjawab persoalan riddah di Indonesia.
378
nash, yakni Al-Qur’an surat
dalam nash,
Baqarah ayat 217:
Baqarah ayat 217:
380
Ibid., hlm. 114-115.
381
Haliman, Hukum Pidana..., hlm. 263.
382
Ibid.
383
Marsum, Jarīmah Ta’`zīr..., hlm. 27.
384
H.A. Djazuli, Fiqh..., hlm. 118-119.
385
Marsum, Jarīmah Ta’`zīr..., hlm. 27.
BAB XIII
JARIMAH QISHASH DIYAT
A.
A. Pengertian
Pengertian dan
dan Dasar
Dasar Hukum
Hukum
Qishash diyat adalah
Qishash diyat adalah suatu suatukejahatan
kejahatanterhadap
terhadapjiwajiwa
(menghilangkan nyawa) dan
(menghilangkan nyawa) dananggota
anggota badan
badan (pelukaan)
(pelukaan) yang
yang diancam
diancam dengan hukuman
dengan hukuman qishash (serupa=semisal)
qishash (serupa=semisal) atau hukumataudiyat
hukum (ganti
diyat
rugi (ganti
dari sirugi dari siatau
pelaku pelaku atau ahlinya
ahlinya kepada kepada si korban
si korban atau
atau walinya.
walinya. Kejahatan yang masuk golongan qishash-diyat
Kejahatan yang masuk golongan qishash-diyat ini dalam hukum ini dalam
hukum
pidana pidana baratdikenal
barat biasa biasa dikenal
sebagaisebagai
tindak tindak
pidana pidana
terhadap terhadap
tubuh dan
tubuh dan jiwa. Dalam hukum pidana Islam, yang termasuk
jiwa. Dalam hukum pidana Islam, yang termasuk dalam jarimah
dalam jarimah qisas-diyat ini adalah (1) pembunuhan dengan
qisas-diyat ini adalah (1) pembunuhan dengan sengaja; (2)
sengaja; (2) pembunuhan semi sengaja; (3) menyebabkan matinya
pembunuhan
orang semi sengaja;
karena kealpaan (3) menyebabkan
atau kesalahan; matinya orang
(4) penganiayaan karena
dengan
sengaja;
kealpaandan
atau(5)kesalahan;
menyebabkan orang luka karena
(4) penganiayaan dengankealpaan
sengaja; atau
dan (5)
kesalahan.
menyebabkanAyatorang
al-Qur’an yang berkaitan
luka karena kealpaandengan tindak pidana
atau kesalahan. Ayat al-
pembunuhan
Qur’an yang antara laindengan
berkaitan disebutkan
tindakdalam
pidanasurat Al-Baqarah
pembunuhan ayatlain
antara
178-179:
disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 178-179:
Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu qisas dalam
Hai orang-orang
pembunuhan, yang beriman
merdeka diwajibkanbudak
dengan merdeka, atas kamu qisas
dengan dalam
budak
pembunuhan, merdeka dengan merdeka, budak dengan budak dan
wanita dengan wanita, barang siapa dimaafkan atas qisas oleh
saudaranya, maka hendaklah | 259 |
ia mengikuti kebaikan dengan cara
membayar diyat dengan cara yang baik, yang demikian itu
keringanan dari Allah dan rahmat dan barang siapa yang melampaui
dan wanita dengan wanita, barang siapa dimaafkan atas qisas
p bagi orang yang berakal
oleh saudaranya, maka supaya
hendaklah ia mengikuti kebaikan dengan
cara membayar diyat dengan cara yang baik, yang demikian itu
keringanan dari Allah dan rahmat dan barang siapa yang melampaui
batas
qisas diyat, setelah itu, maka
sebagaimana siksa Allah amat pedih. Bagimu ada hukum
dijelaskan
qisas untuk kelangsungan hidup bagi orang yang berakal supaya
ngsungan menjadi
hidup orang
manusia di dunia,
yang bertaqwa.
Hikmah adanya
orang yang membunuh hukuman
orang qisas diyat, sebagaimana dijelaskan
lain.
oleh al-Jurjawi adalah keberlangsungan hidup manusia di dunia,
a sebagai karena
tindakan preventif supaya
itu Islam menghukum orang yang membunuh orang lain.
membunuh Hukuman
yang akantersebut
mengakibatkan
pada dasarnya sebagai tindakan preventif
ukuman bagi pembunuh dalamgampang
supaya manusia tidak Islam saling membunuh yang akan
mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat. Hukuman bagi
mati) atau pembunuh
dengan diyat dalam(ganti rugi) dengan qisas (hukuman mati)
Islam adalah
mah adanyaatauqisas
dengan diyat (ganti
dengan rugi) yang berupa harta benda. Hikmah
hukuman
adanya qisas dengan hukuman mati adalah untuk menegakkan
kkan keadilan di tengah-tengah
keadilan di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana firma Allah
a Allah (jiwa dibalas
(jiwa dengan jiwa). Hukuman mati ini juga
dibalas
banyak dipraktekkan oleh umat dan masyarakat lain. Dengan
juga banyak dipraktekkan
adanya oleh umatkemarahan dan dendam keluarga
qisas juga menghindari
adanya orang
qisasyang terbunuh,
juga karena apabila tidak dilakukan qisas niscaya
menghindari
dendam tersebut akan berkelanjutan dan pada gilirannya akan
rga orangterjadi
yangsaling
terbunuh,
bunuh antar karena
keluarga.386
s niscaya dendamSementaratersebut
hikmah diyatakan(denda) dengan harta adalah untuk
kepentingan dua belah pihak. Dari pihak pembunuh, dengan
ya akan terjadi saling bunuh antar
membayar denda secara damai kepada keluarga terbunuh,
dia akan merasakan kehidupan baru yang aman, dan dia juga
akan bertaubat
(denda) dengan ke jalan untuk
harta adalah yang benar karena merasakan betapa
berharganya kehidupan. Sementara bagi keluarga terbunuh yang
. Dari pihak
menerimapembunuh,
denda dengan dengan
cara damai akan dapat memanfaatkan
kepada keluarga terbunuh, dia akan
aman, dan dia juga akanHikmah
Al-Jurjawi,
386 bertaubat
at-Tasyri’…, hlm. 346.
a merasakan betapa berharganya
arga terbunuh
| 260yang
| Hukummenerima denda
Pidana Islam
memanfaatkan harta tersebut untuk
n meringankan sedikit beban
harta tersebut untuk kelangsungan hidupnya dan meringankan
sedikit beban kesedihannya.387 Inilah makna firman Allah:
Bagimu
u ada hukum adauntuk
qisas hukumkelangsungan
qisas untuk kelangsungan hidup
hidup bagi bagiyang
orang orang
yang berakal supaya menjadi orang yang bertaqwa.
l supaya menjadi orang yang bertaqwa.
Dalam kasus pembunuhan baik sengaja atau tidak sengaja
berakibat kerugian bagi keluarga terbunuh dari dua sisi. Pertama,
Dalam kasus pembunuhan baik sengaja atau tidak sengaja
biasanya mereka kehilangan orang yang mencari nafkah bagi
bat kerugian bagi dan
keluarga, keluarga
kedua, terbunuh
hatinya sangatdarisedih
dua karena
sisi. Pertama,
kehilangan
ya mereka kehilangan orang yang mencari nafkah adanya
orang yang dicintainya. Karena itu Islam menetapkan bagi
diyat (denda) untuk meringankan beban nafkah keluarga dan
ga, dan kedua, hatinya
meringankan sangat
sedikit sedihhati
kesedihan karena
mereka.kehilangan orang
Adanyaitu
icintainya. Karena diyat ini juga
Islam dimaksudkanadanya
menetapkan agar pelaku pembunuhan
diyat (denda)
sadar atas kelalaiannya tersebut dan akan lebih berhati-hati. Dalam
meringankan beban nafkah keluarga dan meringankan sedikit
konteks masyarakat Arab ketika itu, bentuk denda itu berupa unta
han hati mereka.
atau memerdekakan budak, kemudian yang membayar, tidak
hanyaini
Adanya diyat pembunuh tetapi juga keluarganya.
juga dimaksudkan Unta dalam
agar pelaku masyarakat
pembunuhan
Arab memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga denda
atas kelalaiannya
berupa unta tersebut dan meringankan
akan dapat akan lebih beban berhati-hati.
ekonomi Dalam
keluarga
terbunuh, sementara tradisi perbudakan
s masyarakat Arab ketika itu, bentuk denda itu berupa unta di masyarakat Arab
dan masyarakat lainnya di dunia saat itu masih sangat kuat dan
memerdekakan budak, kemudian yang membayar, tidak hanya
Islam datang untuk menghilangkan tradisi perbudakan manusia
nuh tetapitersebut. Kemudian kewajiban
juga keluarganya. Untadendadalamtersebut tidak hanya
masyarakat pada
Arab
pembunuh tetapi juga pada keluarganya, karena ikatan suku dan
iki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga denda berupa unta
kekeluargaan masyarakat Arab sangat kuat. Apabila anggota suku
dapat meringankan
atau keluarganyabeban ada yangekonomi
terbunuh, makakeluarga
anggota terbunuh,
keluarganya
tara tradisitidak hanya merasa
perbudakan di dendam terhadap
masyarakat pembunuhnya
Arab tetapi juga
dan masyarakat
keluarga yang membunuh tersebut. Karena itu supaya tidak ada
a di duniabalas
saatdendam
itu masih sangat
terhadap kuat dan
pembunuh maupunIslam datang
anggota untuk
keluarganya,
ilangkan tradisi perbudakan manusia tersebut. Kemudian
ban denda tersebut Ibid. tidak hanya pada pembunuh tetapi juga
387
388
Abd al-Qadir Awdah, At-Tasyri’…, I: 271. A. Hanafi, Asas..., hlm.
87-89.
389
Abdurrahman I Doi, Tindak Pidana dalam Islam, alih bahasa Wadi
391
As-Sayid Sabiq, Fiqh …., II: 435-436.
392
Ibid. hlm 438. H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah..., hlm. 128.
395
David De Santilana, Law and Society, (London: Oxford University
Press, 1952), hlm. 303; Anwar Harjono, Hukum Islam…., hlm. 151.
396
Joseph Scahacht, “The Law” dalam Unity and Variety in Muslim
Civilization, (Chicago: Chicago University Press, 1955), hlm. 67.
397
Haliman, Hukum Pidana …., hlm. 201.
398
As-Sayid Sabiq, Fiqh…, II : 433-434.
399
Muhammad Syahrur, Al-Kitab…, hlm. 458.
402
Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan, tetapi akibat
kelalaiannya menimbulkan kematian.
403
al-Jurjānī at-Ta’`rīfat, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t.), hlm. 173.
404
As-Sayyid Sābiq, Fiqh as-Sunah, Juz II, (Beirut: Dār al-Fikr, 1972),
hlm. 107.
405
Yang termasuk dalam kategori jarīmah qiṣāṣ diyat ada beberapa jenis,
yaitu (a) membunuh sengaja (al-qatl al-’amd), (b) membunuh semi sengaja (al-
qatl sibh al-’amd), (c) membunuh keliru (al-qatl al-khaṭa’), (d) penganiayaan
sengaja (al-jarḥ al-’amd), (e) penganiayaan salah (al-jarḥ al-khaṭa’). Qiṣāṣ diyat
adalah suatu kejahatan terhadap jiwa (menghilangkan nyawa) dan anggota badan
(pelukaan) yang diancam dengan hukuman serupa=semisal. atau hukum ganti
rugi dari si pelaku atau ahlinya kepada si korban atau walinya. Kejahatan yang
masuk golongan ini dalam hukum pidana Barat biasa dikenal sebagai tindak
pidana terhadap tubuh dan jiwa. Dalam hukum pidana Islam, yang termasuk
dalam jarīmah qiṣāṣ diyat ini adalah (1) pembunuhan dengan sengaja; (2)
pembunuhan semi sengaja; (3) menyebabkan matinya orang karena kealpaan
atau kesalahan; (4) penganiayaan dengan sengaja; dan (5) menyebabkan orang
luka karena kealpaan atau kesalahan. Abd Qadīr Awdah, at-Tasyrī’ al-Jinā’ī, ..,
Juz I, hlm. 149-153.
pidana Islam, yang termasuk dalam jari>mah qis}a>s} diyat ini adalah (1)
pembunuhan dengan sengaja; (2) pembunuhan semi sengaja; (3)
menyebabkan matinya orang karena kealpaan atau kesalahan; (4)
penganiayaan dengan sengaja; dan (5) menyebabkan orang luka karena
kealpaan atau kesalahan. Abd Qadi>r Awdah, at-Tasyri>' al-Jina>'i>, ..,
Juz I, hlm. 149-153.
Dan Dan
kami telah
kami telahtetapkan
tetapkan terhadap mereka
terhadap mereka di dalamnya
di dalamnya (At-
(At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata
Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan
dengan
mata,mata,
hidunghidung
dengan dengan hidung,
hidung, telinga telinga
dengan dengan
telinga, gigi
telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada
dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qishashnya.
Barangsiapa
qishashnya. yang melepaskan
Barangsiapa (hak qis}a>s})(hak
yang melepaskan nya, qiṣāṣ)
maka
melepaskan hak itu (menjadi) penebus
nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa dosa baginya.
Barangsiapa
baginya. tidak memutuskan
Barangsiapa perkara perkara
tidak memutuskan menurut menurut
apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
zalim. (al-Maidah: 45)
orang-orang yang zalim. (al-Maidah: 45)
42
Karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil
bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
Karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil
karena orang membunuh orang lain, atau bukan karena
bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia,
membuat kerusakan muka bumi, maka seakan-akan dia telah
bukan karena orang membunuh orang lain, atau bukan
membunuh manusia seutuhnya. Dan barangsiapa yang
karena membuat kerusakan muka bumi, maka seakan-
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
akan dia telah membunuh manusia seutuhnya. Dan
dia telah memelihara kehidupan manusia manusianya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia manusianya. Dan sesungguhnya telah
datang kepada mereka rasul Kami dengan (membawa,)
keterangan-keterangan yang jelas, demikian banyak di
Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang
selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuh) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian
itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (al-
Furqanayat 68)
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan
atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu Jan ganlah kaniu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapak, dan Janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.
Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;
dan Jan ganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan Janganlah kamu membunuh Jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itti yang
diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya). (al-An‘am, ayat 151)
Hadis Ibn Abbas r.a. Diriwayatkan dari Said ibn Jubair r.a.
406
Ibid., hadis No. 990.
407
Ibid., hadis No. 1678
408
Ibid., hadisNo. 1378.
409
Hadis No. 1379
410
Luis Ma’lūf, Kamus al-Munjid fī al-Lughah, (Beirut: Dār al-Masyriq,
1977), hlm. 894.
411
Ensiklopedi Hukum Islam, cet. I, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru van Houve,
1993), hlm. 311.
412
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur’an Departemen Agama RI Pelita IV / Tahun III / 1985 / 1986,
hlm. 43 dan 135.
413
Alī Aḥmad az-Jurjāwī, Ḥikmah at-Tasyrī’ wa Falsafatuh, jilid I, (Ttp. :
Dār al-Fikr, t.t.), hlm. 312.
414
Ibid., hlm. 312.
415
as-Sayyid Sābiq, Fiqh as-Sunah, jilid II, hlm. 552.
416
al-Jurjāwī, Ḥikmah at-Tasyrī’…, hlm. 346.
417
Ibid.
sur-unsur Delik Pembunuhan dan Pelukaan
Unsur jari>mah pembunuhan sengaja adalah
Hukumsebagai berikut.
Pidana Islam | 281 |
laku adalah mukallaf dan berakal. 2). Adanya niat dan rencana
membunuh. 3) Korban adalah orang yang dilindungi darahnya.
33
E. Unsur-unsur Delik Pembunuhan dan Pelukaan
Unsur jarīmah pembunuhan sengaja adalah sebagai berikut.
1). Pelaku adalah mukallaf dan berakal. 2). Adanya niat dan
rencana untuk membunuh. 3) Korban adalah orang yang
dilindungi darahnya. 4) Alat yang digunakan pada umumnya
dapat mematikan.418
Pelaku pembunuhan sengaja dalam Islam dapat dikenakan
hukum qiṣāṣ, jika si korban menghendaki. Karena hukum
qiṣāṣ dianggap sebagai hukuman tertinggi dalam Al-Qur’`an,
maka pada kondisi tertentu hukum qiṣāṣ dapat diganti dengan
hukuman lain. Unsur pembunuhan semi sengaja adalah 1). pelaku
melakukan perbuatan yang mengakibatkan kematian, 2). ada
maksud penganiayaan atau permusuhan, 3). si korban darahnya
dilindungi, dan 4). yang digunakan untuk membunuh pada
umumnya tidak mematikan.419
Dalam kasus yang demikian, haram bagi keluarga untuk
menghukum qiṣāṣ karena ketidaksengajaan seseorang untuk
membunuh atau menghilangkan nyawa orang. Oleh karena itu,
alternatif hukumannya adalah hukum diyat (ganti rugi).
Yang dimaksud pembunuhan karena kesalahan adalah
perbuatan yang tidak melanggar ketentuan syara’, akan tetapi
berakibat hilangnya nyawa orang lain. Contoh seseorang sedang
memburu binatang liar, namun ternyata peluru mengenai
manusia yang berakibat adanya korban jiwa. Membuat lubang di
tanah pekarangan sendiri, namun ada orang lain terperosok dan
meninggal. Jadi dalam pembunuhan karena salah ada sebab akibat
dan tidak adanya unsur kesengajaan. Orang mati karena jatuh
dari lubang, jadi matinya seseorang disebabkan adanya lubang.
Namun, lubang ada bukan untuk membunuh. Oleh karena itu,
yang menjadi unsur delik pembunuhan karena kesalahan adalah:
418
As-Sayid Sābiq, Fiqh …., Juz II, hlm. 435-436.
419
Ibid., hlm 438. H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah..., hlm. 128.
420
Abd al-Qadīr Awdah, at-Tasyrī’..., Juz I, hlm. 286.
421
H.R. Nasāi, hadis nomor 4711.
422
Muḥammad Masluḥuddīn, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis,
terj. Yudian W. Asmin, Cet. I, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), hlm. 88.
423
Marsum, Jinayah, hlm. 126.
424
Marsum, Jinayah, hlm. 127.
38
Marsum, Jinayah, hlm. 126.
| 288 |39 Hukum
Marsum,Pidana Islam
Jinayah, hlm. 127.
Dalam makna yang lain, diyat sering juga disebut al-aql
(pengikat).425 Disebut demikian karena bilamana seseorang
membunuh orang lain, dia harus membayar diyat berupa unta,
kemudian unta tersebut diikat di halaman rumah wali si korban
untuk diserahkan kepada mereka sebagai tebusan.426
Peraturan diyat ini sudah sejak lama dilakukan oleh orang-
orang Arab pada masa jahiliyah kemudian ditetapkan oleh Islam
sesudahnya. Diyat telah diterapkan oleh Rasullah s.a.w., untuk
seorang lelaki merdeka dan muslim sebanyak seratus ekor unta
bagi pemilik unta, dua ratus ekor sapi bagi pemilik sapi, dua ribu
ekor domba bagi pemilik domba, seribu dinar untuk pemilik
emas, dua belas ribu dirham untuk pemilik perak dan dua ratus
stel pakaian untuk pemilik pakaian. Jenis apapun yang ditunaikan
oleh orang yang terkena diyat harus diterima oleh wali korban
sekalipun mereka bukan pemilik barang tersebut, sebab secara
prinsip pelaku kejahatan telah menunaikan kewajibannya.427
Di Mesir, Imam Syafi’i berpendapat bahwa untuk penduduk
Syam dan Mesir serta penduduk Irak tidaklah diambil dari
mereka kecuali hanya nilai harga unta berapapun harganya. Dari
sini kemudian as-Sayyid Sābiq mengomentari bahwa memang
dalil yang terkuat belum pernah ditetapkan oleh Rasulullah.
Munculnya pemikiran baru untuk menetapkan nilai diyat
selain unta harus diakui karena ada ‘illat baru yang muncul dan
memerlukan diterapkannya hal tersebut. hal ini merupakan hasil
pemikiran Umar r.a.
Merupakan suatu masalah yang telah disepakati oleh ulama
fiqih bahwa diyat diwajibkan terhadap pembunuhan kesalahan
dan serupa kesengajaan, dan dalam kondisi kesengajaan yang
425
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif,
1984), hlm. 1027.
426
As-Sayyid Sābiq, Fiqih Sunnah, Juz II, hlm. 551.
427
Ibid., hlm. 552-553.
428
Ibn Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid, Juz II, hlm. 306.
429
As-Sayyid Sābiq, Fiqh as-Sunnah, Juz II, hlm. 553.
430
Ibid., 555.
Tentang
Tentang diyatdiyat pembunuhan
pembunuhan sengaja,
sengaja, baikRusyd,
baik Ibn Ibn Rusyd,
as-Sayidas-
Sayid Sābiq, maupun Wahbah Az-Zuḥailī berkomentar
Sa>biq, maupun Wahbah Az-Zuh}aili> berkomentar bahwa jumhur bahwa
jumhur fuqaha telah sepakat bahwa dalam kasus tesebut diyatnya
fuqahatidak
telah ditanggung
sepakat bahwa dalam kasus tesebut diyatnya tidak
oleh aqīlah, tetapi dibebankan pada harta
ditanggung oleh 432aqi>lah, tetapi dibebankan pada harta
pembunuhan.
47
pembunuhan. Tentang diyat kejahatan yang dilakukan oleh orang gila
dan anak-anak,
Tentang fuqaha berbeda
diyat kejahatan pendapat oleh
yang dilakukan siapakah
orangyang
gilaharus
dan
membayar diyat, dalam hal ini Imam Malik, Abu
anak-anak, fuqaha berbeda pendapat siapakah yang harus membayar Hanifah dan
segolongan fuqaha berpendapat bahwa seluruh diyatnya ditanggung
diyat, dalam hal ini Imam Malik, Abu Hanifah dan segolongan
oleh aqīlah. Imam Syafi’i berpendapat bahwa kesengajaan yang
fuqahadilakukan
berpendapat bahwa seluruh
oleh anak-anak, diyatnyadiyatnya ditanggung
adalah terhadap oleh
hartanya. 433
Silang
aqi>lah. Imampendapat
Syafi’idi berpendapat
antara mereka ini kesengajaan
bahwa berpangkal kepadayang
ketidakjelasan
dilakukan perbuatan
oleh anak-anak, anak-anak
diyatnya antara
adalah yang sengaja
terhadap hartanya. dan
48
Silang tersalah.
pendapat Fuqaha
di yang
antaramemandang
mereka segiini kemiripannya
berpangkal kepadadengan
tersalah lebih kuat, mewajibkan diyat atas aqīlah.
ketidakjelasan perbuatan anak-anak antara yang sengaja dan tersalah.
Kata al-aqīlah dalam bahasa Arab diambil dari kata al-aql
Fuqahayang
yangberarti
memandang
“darah segi kemiripannya
menjadi dengan
tertahan tidak tersalah
sampai lebih
dialirkan”.
Dari pengertian
kuat, mewajibkan diyatinilah
atas menurut
aqi>lah.as-Sayid Sābiq kata al-aql diambil,
Kata al-aqi>lah dalam bahasa Arab diambil dari kata al-aql
yang berarti “darah menjadi tertahan tidak sampai dialirkan”. Dari
431
Ibn Rusyd, Bida>yah al-Mujtahid, hlm. 309.
46
432
Ibid., hlm. 309.
Ibn Rusyd,
433
Ibid. Bida>yah al-Mujtahid, hlm. 309.
47
Ibid., hlm. 309.
48
Ibid.
Hukum Pidana Islam | 291 |
karena akal fungsinya manahan orang dari keterlibatan dalam
hal-hal yang buruk.434
Pengertian aqīlah menurut terminologi fiqh Islam adalah
sekelompok orang yang menanggung diyat.435 Menurut jumhur
fuqaha Hijaz, mereka berasal dari pihak ayah yaitu keluarga
“‘asabah”, bukan ahl dīwān (bukan penerimaan bantuan tetapi
dari negara). Pengertian aqīlah di zaman Nabi s.a.w. berarti
kabilah dari pelaku kejahatan. Keadaan ini terus berlangsung pada
masa pemerintahan Khalifah Umar r.a. di waktu ia mengadakan
regularisasi militer dan menetapkan dewan-dewan. Ia kemudian
menjadikan aqīlah sebagai orang-orang yang duduk di dewan,
berbeda dengan dahulu pada Rasulallah.436
Diyat yang diwajibkan kepada aqīlah bisa diantarkan sampai
pada masa tiga tahun, adapun diyat yang diwajibkan pada harta
si pembunuh, maka harta tersebut harus disegerakan menurut
pendapat imam Syafi’i, karena mengingat perpanjangan waktu itu
hanya berlaku bagi aqīlah saja guna memperingan mereka. Dengan
demikian, keringanan tidaklah diberikan kepada si pembunuh
yang dalam melakukan tindakannya itu bermotivasi sengaja.437
Ada catatan tersendiri bahwa Islam di waktu melibatkan
aqīlah dalam menanggung beban diyat, tiada lain bertujuan
untuk ikut berbela sungkawa terhadap pelaku pembunuhan,
untuk meringankan bebannya akibat dari perbuatannya yang
dilakukan tanpa sengaja. Secara tersurat kemudian hal ini seolah-
olah merupakan pengakuan terhadap sistem Arab yang menuntut
anggota-anggota kabilah bekerja sama, saling menolong dan
mendukung. Dalam hal ini, mayoritas ulama fiqih berpendapat
bahwa aqīlah tidak bertanggungjawab atas diyat pembunuhan
434
as-Sayyid Sābiq, Fiqih Sunnah, Juz II, hlm. 309.
435
Ibid.
436
Ibid., hlm.557
437
Ibn Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid, hlm. 309.
438
as-Sayyid Sābiq, Fiqh Sunnah…, Juz II, hlm. 559.
439
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum…, hlm. 289.
440
as-Sayyid Sābiq, Fiqh Sunnah…, Juz II, hlm. 559.
441
Ibid., hlm. 559.
445
Ibid.
446
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum…, hlm. 296-297.
447
Ibn Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid…, hlm. 314.
448
Marsum, Jinayah, hlm. 136-137.
449
Ibid., hlm.137.
450
Haliman, Hukum Pidana..., hlm. 364-365.
451
As-Sayyid Sābiq, Fiqh Sunnah, hlm. 566.
452
Haliman, Hukum Pidana..., hlm. 364-365.
453
Ibn Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid…, Juz II, hlm. 304-305.
454
Ibid., hlm. 309.
455
Marsum, Jinayah (Hukum Pidana Syariat Islam), (Yogyakarta: Bagian
penerbitan Fak. Hukum UII, 1984), hlm. 136.
456
Ibn Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid…, hlm. 314.
457
Haliman, Hukum Pidana..., hlm. 364-365.
458
Ahamad Hanaf, Asas-Asas…, hlm. 306-307.
459
David De Santilana, Law and Society, (London: Oxford University
Press, 1952), hlm. 303; Anwar Harjono, Hukum Islam…., hlm. 151.
460
Joseph Scahacht, “The Law” dalam Unity and Variety in Muslim
Civilization, (Chicago: Chicago University Press, 1955), hlm. 67.
461
Haliman, Hukum Pidana …., hlm. 201.
462
As-Sayid Sābiq, Fiqh…, Juz II, hlm. 433-434.
463
Muh}ammad Syahrūr, al-Kitāb…, hlm. 458.
464
H. R. Abu Dawud, nomor hadis 3900, dan H. R. at-Tirmiżī, Kitāb
ad-Diyat, nomor hadis 1327
465
Jimly ash-Shiddieqy, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia,
(Bandung: Angkasa, 1985), hlm. 195.
80
Jimly ash-Shiddieqy, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia,
(Bandung: Angkasa, 1985), hlm. 195.
466
al-Baqarah (2): 178-79.
Di dalam ayat tersebut terkandung nilai-nilai humanisme
sebagai berikut:
| 304 |1.Hukum
Hukum Pidana Islam
qis}a>s} diyat merupakan bentuk koreksi hukuman pada
masa jahiliyah yang diskriminatif terhadap persoalan hukum.
Artinya, kabilah yang kuat di antara beberapa kabilah yang ada di
Jazirah Arab akan berpeluang dalam mendominasi keputusan
Di dalam ayat tersebut terkandung nilai-nilai humanisme
sebagai berikut:
1. Hukum qiṣāṣ diyat merupakan bentuk koreksi hukuman pada
masa jahiliyah yang diskriminatif terhadap persoalan hukum.
Artinya, kabilah yang kuat di antara beberapa kabilah yang
ada di Jazirah Arab akan berpeluang dalam mendominasi
keputusan hukum. Suku yang lemah akan selalu tertindas
oleh suku yang kuat dan ketika diterapkan hukum qiṣāṣ tidak
ada keseimbangan hukum antara pembuat kesalahan dan
hukuman yang harus diterima. Ada kisah yang dikutip oleh
Abd Qadīr Awdah sebagai berikut: Salah seorang kabilah Gani
membunuh Syas ibn Zuhair, maka datanglah Zuhair ayah
Syas untuk meminta balasan terhadap suku Gani. Mereka
bertanya: “apa maksud dan kehendakmu atas kematian
anakmu Syas”. Ia menjawab: “ saya akan menuntut tiga hal
atas kematian anakku”. 1) hidupkan kembali anaku Syas, 2)
isi surbanku dengan bintang-bintang yang kau ambil dari
langit dan 3) serahkan semua suku Gani dan akan saya bunuh
sebagai balasan atas kematian anakku Syas.467 Tuntutan ini
akan semakin rawan jika yang menjadi korban adalah suku
terhormat atau kepala suku. Di sisi lain, orang-orang Arab di
waktu itu mempunyai tradisi balas dendam, bahkan terhadap
peritiwa yang telah silam.468 Kalau ada keluarga yang
terbunuh, maka yang dibalas adalah keluarga lain yang tidak
ikut berdosa di samping pembunuh itu sendiri. Islam datang
dengan legitimasi hukum qiṣāṣ dengan prinsip penegakan
nilai-nilai keadilan dan persamaan di muka hukum tanpa
memandang kabilah dan kehormatan.
467
Abd. Qadīr Awdah, at-Tasyrī’…, Juz I, hlm. 271. A. Hanafi, Asas...,
hlm. 87-89.
468
Abd Rahman A. Doi, Tindak Pidana dalam Islam, alih bahasa wadi
Masturi, (Jakarta: Metro Putra, 1992), hlm. 24.
469
Ibid.
470
Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) RUU KUHP Rancangan Tahun 1999/2000
tentang Tujuan Pemidanaan.
471
Pasal 51-53 tentang Pedoman Pemidanaan secara umum. Perhatikan
pula ketentuan Pasal 64-93 tentang Pedoman Penerapan untuk tiap-tiap jenis
sanksi pidana.
472
Keterangan lebih mendalam tentang falsafah dan tujuan pemidanaan
Islam di atas antara lain dapat dilihat dalam tulisan Ibrahiem Hussein,
“Jenis-jenis Hukuman dalam Hukum Pidana Islam: Reinterpretasi terhadap
Pelaksanaan Aturan”, Artikel sumbangan dalam buku Wacana Baru Fiqih Sosial,
yang diterbitkan dalam rangka memperingati 70 tahun KH. Ali Yafie, (Bandung:
Mizan, 1997), hlm. 100.
Pasal 573
Setiap orang yang dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan berencana,
dipidana dengan pidana mati atau dipidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun.
Pasal 574
(1) Seorang ibu yang merampas nyawa anaknya pada saat atau
tidak lama setelah dilahirkan, karena takut kelahiran anak
tersebut diketahui orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun.
BAB XXIII
TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN
Pasal 582
(1) Setiap orang yang melakukan penganiayaan, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
7 (tujuh) tahun atau dipidana denda paling sedikit kategori III
dan paling banyak kategori IV.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan luka berat, maka pembuat tindak pidana
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 9 (sembilan) tahun.
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan matinya orang, maka pembuat tindak pidana
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun.
(4) Percobaan melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak kategori II.
473
Muhammad Khalid Mas’ud, Filsafat Hukum Islam dan Perubahan
Sosial, terj. oleh Yudian W. Asmin, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), hlm.
225.
474
Ibrahim Unais, al-Mu’jam al-Wasith, Mesir: Dar at-Turas al-Arabi,
t.t.), hlm. 598.
475
Abd. Qadir Awdah, At-Tasyri’al-Jina’i al-Islami, (Beirut: Dar al-Kitab
al-Arabi, t.t.), I: 81.
476
Al-Mawardi, al-Ahkam al-Sultaniyah, Beirut: Dar al-Fikr, 1966), hlm.
236.
| 311 |
Sementara Wahbah Zuhaili memberikan definisi yang mirip
dengan definisi Al-Mawardi :
477
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adilatuhu,Beirut: Dar al-
Fikr, 1989), VI: 197.
478
Marsum, Jarimah Ta’zir: Perbuatan Dosa Dalam Hukum Pidana
Islam,(Yogyakarta: Fak Hukum UII, 1988), hlm. 1.
479
Ahmad Wardih Muslih, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika,
2005), hlm. 24
480
Abd Aziz Amir, At-Ta’zir fi asy-Syari’ah al-Islamiyyah, Beirut: Dar al-
Fikr al-Arabi, 1979), hlm. 83.
481
Ibid. hlm. 250.
Supaya kamu
Supaya sekalian
kamu
9
Ahmad beriman
Wardi
sekalian kepada
Muslih,
beriman Allah dan
Hukum…hlm.
kepada AllahRasul-Nya,
251;
danMarsum, Jarimah
Rasul-Nya,
menguatkan
Supaya (agama)Nya,
Ta’zir, hlm. 3. sekalian
kamu membesarkan-Nya.
beriman kepadadan bertasbih
Allah dan Rasul-Nya,
menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-
kepada-Nya di10waktu
menguatkan pagi dan petang.
(agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-
Nya di waktu pagiMubarak,
Jaih dan petang.
Kaidah-kaidah Fiqh Jinayah, (Bandung: Pustaka
Nya
Bani di waktu2004),
Quraisy, pagi dan petang.
hlm.47.
482
Ahmad Wardi Muslih, Hukum…hlm. 251; Marsum, Jarimah Ta’zir,
hlm. 3. Dari11terjemahan tersebutReaktualisasi
Makhrus Munajat, di atas A. Hasan menterjemahkan:
Pemikiran Hukum Pidana
JaihIslam,
483 DariKaidah-kaidah
Mubarak, terjemahan Fiqh
tersebut di (Bandung:
Jinayah, atas A. Hasan menterjemahkan:
Pustaka Bani
watu’aziruhu sebagaimana
Yogyakarta: Cakrawala, dikutop
2006), oleh14 Haliman
hlm. dengan: dan
Quraisy, 2004), hlm.47.
watu’aziruhu sebagaimana dikutop oleh Haliman dengan: dan
484 supaya kamu teguhkan (agamanya) dan untuk mencapai tujuan ini,
Makhrus Munajat, Reaktualisasi Pemikiran Hukum Pidana Islam,
supaya 12kamu teguhkan
Syarbini (agamanya)
al-Khatib, Mughni dan untuk mencapai tujuan ini,
al-Muhtaj,…hlm.191.
Yogyakarta: Cakrawala,
satu 2006), ialah
diantaranya hlm. 14dengan mencegah musuh-musuh Allah,
485 satu al-Khatib,
Syarbini diantaranya ialah
Mughni dengan mencegah musuh-musuh13 Allah,
al-Muhtaj,…hlm.191.
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Syarbini al-Khatib. 13
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Syarbini al-Khatib.
Adapun Hadis Yang dijadikan dasar adanya jarimah
Adapun Hadis Yang dijadikan dasar adanya jarimah
Hukum Pidana Islam | 315 |
ta’zir adalah sebagai berikut:
ta’zir adalah sebagai berikut:
1. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim
1. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim
Dari terjemahan tersebut di atas A. Hasan menterjemahkan:
watu’aziruhu sebagaimana dikutop oleh Haliman dengan: dan
supaya kamu teguhkan (agamanya) dan untuk mencapai tujuan
ini, satu diantaranya ialah dengan mencegah musuh-musuh Allah,
sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Syarbini al-Khatib.486
Adapun Hadis Yang dijadikan dasar adanya jarimah ta’zir
adalah sebagai berikut:
1. Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim
486
Haliman, Hukum Pidana…hlm. 459.
487
Hadis diriwayatkan oleh Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, dan
Baihaqi, serta dishahihkan oleh Hakim).lihat as-Sayid Sabiq, Fiqh as-
Sunnah,Beirut: Dar al-Fikr, 1990), II:497.
488
Al-Kahlani, Subul as-Salam, Mesir: Dar al-Maktabah al-Mustafa al-
490
Abd Qadir Awdah, At-Tasyri al-Jina’i..I: 129; Makhrus Munajat,
Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, Yogyakarta: Lougung Pustaka, 2005),
hlm.4
491
Ibid.
492
Abd Qadir Awdah, At-Tasyri al-Jina’i..I: 15
493
As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah,..II: 498.
494
As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah…II: hlm. 498; Ahmad Wardi
Muslih,… Hukum Pidana Islam, hlm.254.
495 al-Kahlani, Subul as-Salam, hlm. 38. H.R. Imamm Ahmad, Abu
Dawud, Nasa’i dari Aisyah.
496
Ahmad Wardi Muslih, Hukum…254.
497
Jaih Mubarak, Kaidah-Kaidah..hlm. 62.
499
Abd Aziz Amir, at-Ta’zir fi asy-Syari’ati al-Islamiyyah, Mesir: Dar al-
Bab al-Halabi wa Awladuhu, t.t. hlm. 91.
500
A. Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Penanggulangan Kejahatan berdasarkan
Syari’at Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1994), hlm. 27; Ahmad Wardi Muslih,
Hukum hlm. 256.
Dan
Dan kami
kami Telah
Telah tetapkan
tetapkan terhadap
terhadap merekamereka di dalamnya
di dalamnya (At
(At Taurat)
Taurat) bahwasanya
bahwasanya jiwa
jiwa (dibalas) (dibalas)
dengan jiwa,dengan jiwa, mata
mata dengan mata, dengan
hidung
mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka gigi
dengan
luka (pun)gigi, dan lukabarangsiapa
ada kisasnya. luka (pun)yangada melepaskan
kisasnya. barangsiapa
(hak kisas)
yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan
nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. hak
itu (menjadi)
barangsiapa penebus dosa
tidak memutuskan perkarabaginya. barangsiapa
menurut apa tidak
yang diturunkan
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
Ayat
Ayatiniiniadaadaindikasi bahwa
indikasi bahwasetiap manusia
setiap mempunyai
manusia hak hidup
mempunyai hak
dan tidakdan
hidup seorangpun yang bolehyang
tidak seorangpun mengganggu hak hidup orang
boleh mengganggu lain,
hak hidup
sehingga jika terjadi
orang lain, perbuatan
sehingga yangperbuatan
jika terjadi menyebabkan yanghilangnya nyawa
menyebabkan
orang lain, meskipun dilakukan dengan ketidak
hilangnya nyawa orang lain, meskipun dilakukan dengan sengajaan, maka
ketidak sengajaan,
pelakunya tidak dibiarkanmaka pelakunya
begitu tidak dibiarkan
saja melainkan begitu
suruh membayar
saja melainkan suruh membayar ganti rugi. Demikian
ganti rugi. Demikian halnya dalam hal pelukaan, jika pelaku halnya
dalam
dalam alfa
keadaan hal pelukaan, jikaada
(khatta) tetap pelaku
diyat dalam keadaan
atau ganti alfa (khatta)
rugi. Ganti rugi ini
tetap ada diyat
merupakan jenis atau ganti yang
hukuman rugi. Ganti
bersifatrugi ini merupakan
badaliyyah jenis
(pengganti)
hukuman yang bersifat badaliyyah (pengganti) yakni dari
yakni dari hukuman pokok qisas berubah menjadi hukuman diyat
hukuman
(ganti rugi).28pokok qisas berubah menjadi hukuman diyat (ganti
rugi).501
27
A. Djazuli, Fiqh Jinayah: Upaya Penanggulangan Kejahatan
3. Jarimah Ta’zir
berdasarkan Syari’atyang
Islam,Berkaitan dengan Press,
(Jakarta: Rajawali Kejahatan
1994), terhadap
hlm. 27;
Ahmad Wardi Muslih, Hukum hlm. 256.
Kehormatan dan Kerusakan Akhlak
Karimah ta’zir macam yang ketiga ini berkaitan dengan
501
As-Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, ..II: 432.
502
At-Turmudzi, Sunan at-Tirmidzi, Mesir: Dar al-Bab al-Mustafa al-
Halabi, tt,), IV:33
503
Ahmad Wardih Muslih, Hukum …hlm. 257.
504
Abd Aziz Amir, at-Ta’zir..hlm. 268.
505
Makhrus Munajat, Reaktualisasi Pemikiran Hukum Pidana Islam,
hlm. 128.
506
Asy-Syaukani, Nail al-Authar, Beirut: Dar al-Fikr, t.t), VII:286. Hadis
Riwayat Jama’ah kecuali an-Nasa’i.
2. Hukuman Cambuk
Hukuman dera (cambuk) adalah memukul dengan cambuk
atau semacamnya. Kalau di Indonesia dipilih dengan rotan
sebagaimana yang dijalankan di Nagro Aceh darussalam. Dasar
hukum cambuk adalah al-Quran surat an-Nisa ayat 34:
wanita-wanita yang
wanita-wanita kamukhawatirkan
yang kamu khawatirkan nusyuznya,
nusyuznya, maka
maka nasehatilah
nasehatilah
mereka mereka dan pisahkanlah
dan pisahkanlah mereka di mereka di tempat
tempat tidur mereka,tidur
dan
mereka, dan pukullah
pukullah mereka.mereka. Kemudian
Kemudian jika mereka
jika mereka mentaatimu,
mentaatimu, Maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
507
HR. Imam Ahmad Ibn Hambal dalam Musnadnya.
Nusyuz: yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari
pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. Jika
Hukum Pidana Islam | 331 |
terjadi demikian untuk memberi peljaran kepada isteri yang
dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi
nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari
tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan
Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
508
Ibn Taimiyyah, as-Siyasah asy-Syar’iyyah, Kairo: Dar al-Bab al-
Maktabah, 1961), hlm.117.
3. Hukuman Penjara
Dalam bahasa Arab ada dua istilah untuk hukuman penjara.
Pertama, al-habsu, kedua, as-sijn. Pengertian al-habsu menurut
bahasa adalah yang artinya mencegah atau menahan. Dengan
demikian al-habsu artinya tempat untuk menahan orang.510
Menurut Imam Ibn Qayyim al-Jauziyah, yang dimaksud dengan
al-habsu menurut syara’ bukanlah menahan pelaku di tempat yang
sempit, melainkan menahan seseorang dan mencegahnya agar ia
tidak melakukan perbuatan hokum, baik penahanan tersebut di
dalam rumah, atau masjid maupun di tempat lainnya. Penahanan
model itulah yang dilaksanakan pada masa Nabi dan Abu Bakar.
Artinya pada masa Nabi dan Abu Bakar tidak ada tempat yang
khsuus disediakan untuk menahan seorang pelaku. Akan tetapi
setelah umat Islam bertambah banyak dan wilayah kekuasaan
Islam bertambah luas, Khalifah Umar pada masa pemerintahan-nya
membeli rumah Shafwan ibn Umayyah dengan harga 4000 (empar
ribu) dirham untuk kemudian dijadikan sebagai panjara.511
509
Abd Aziz Amir, At-Ta’zir…hlm.349.
510
Ibrahim Unais, al-Mu’jam, hlm.152.
511
Ibn al-Qayim, at-Turuq al-Hukumiyah as-Siyasah asy-Syari’ah,(Kairo:
Di samping 38
Ibnitual-Qayim,
alas an lain untukal-Hukumiyah
at-Turuq dibolehkannya hukuman
as-Siyasah asy-
penjara sebagai ta’zir adalah tindakan Nabi saw, yang pernah
Syari’ah,(Kairo: al-Matba’ah al-Muhamadiyah, 1953), hlm. 102.
memenjarakan 39 beberapa orang di Madinah dalam tuntutan
Abdurahman al-Maliki, Nidzam al-Uqubah,(Beirut: Dar al-
pembunuhan.
Amah, 1990),Juga tindakan Khalifah Utsman yang pernah
hlm.258.
memenjarakan Dhabi’ Ibn al_Harits, salah satu pencuri dari Bani
Tamim, sampai ia mati di penjara. Demikian pula Khalifah Ali
pernah memenjarakan Abdullah ibn az-Zubair di mekah, ketika ia
menolak untuk membaiat Ali.513
514
Ibid.
515
Ibid
4. Hukuman Pengasingan
Hukuman pengasingan
Hukuman pengasingantermasuk hukuman
termasuk hukuman had diterapkan
had yang yang
diterapkan untuk
untukpelaku
pelaku tindak
tindak pidana
pidana hirabah
hirabah (perampokan)
(perampokan) berdasarkan
berdasarkansurat
surat Al-Maidah
Al-Maidah ayatayat
33. 33.
516
Ibid. hlm.370-371
5. Merampas Harta
Para ulama berbeda pendapat tentang dibolehkannya hukuman
ta’zir dengan cara mengambil harta. Menurut Imam Abu Hanifah,
hukuman ta’zir dengan cara mengambil harta tidak dibolehkan.
Pendapat ini diikuti oleh muridnya, yaitu Muhammad Ibn Hasan,
tetapi muridnya yang lain, yaitu Imam Abu Yusuf membolehkannya
apabila dipandang membawa maslahat.
517
Ibid. hlm. 398.
7. Hukuman Denda
Hukuman denda bisa merupakan hukuman pokok yang berdiri
sendiri dan dapat pula digabungkan dengan hukuman pokok
lainya. Contoh yang pertama seperti penjatuhan hukuman denda
terhadap orang yang duduk di bar tempat minuman keras, atau
denda terhadap orang yang mencuri buah-buahan dari pohonnya,
atau mencuri kambing sebelum sampai di penggemblengannya.
Sedangkan contoh yang kedua seperti hukuman denda bersama-
sama dengan jilid bagi pelaku tindak pidana yang disebutkan di
atas.
Penjatuhan hukuman denda bersama-sama dengan hukuman
yang lain bukan meruapkan hal yang dilarang bagi seorang hakim
yang mengadili perkara jarimah ta’zir, karena hakim diberi
kebebasan yang penuh dalam masalah ini. Dalam hal ini hakim
dapat mempertimbangkan berbagai aspek, baik yang berkaiatan
dengan jarimah, pelaku, situasi, maupun kondisi oleh pelaku.519
8. Peringatan Keras
Peringatan keras dapat dilakukan diluar siding dengan
mengutus seorang kepercayaan hakim yang menyampaikannya
kepada pelaku. Isi peringatan ini misalnya berbunyi : “telah sampai
518
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, hlm. 267.
519
Ibid.
520
Abdurahman al-Maliki, Nidzam al-Uqubah, ..hlm.272.
11. Pengucilan
Adapun yang dimaksud dengan pengucilan adalah melarang
pelaku untuk berhubungan dengan orang lain dan sebaliknya
melarang masyarakat untuk berhubungan dengan pelaku. Dasar
hukum untuk hukuman pengucilan ini adalah firman Allah dalam
Surah An-Nisa’ ayat 34 :
521
Abd Aziz Amir, at-Ta’zir, hlm. 442
Dan
Dan terhadap
terhadap tiga
tiga orang[665]
orang[665] yang
yang ditangguhkan
ditangguhkan (penerimaan
(penerimaan
taubat) mereka, hingga apabila bumi Telah menjadi
taubat) mereka, hingga apabila bumi Telah menjadi sempit sempit bagi
bagi
mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun Telah
mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun Telah sempit sempit
(pula
(pula terasa)
terasa) oleh
oleh mereka,
mereka, serta
serta mereka
mereka Telah
Telah mengetahui
mengetahui bahwa
bahwa
tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya
tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja.
saja. Kemudian Allah menerima Taubat mereka agar mereka tetap
Kemudian Allah menerima Taubat mereka agar mereka tetap dalam
dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima
taubatnya.
Taubat lagiSesungguhnya
Maha Penyayang Allah-lah yang Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang
Hukuman ta’zir berupa pengucilan ini diberlakukan apabila
membawa kemaslahatan
Hukuman sesuai
ta’zir berupa denganini kondisi
pengucilan dan apabila
diberlakukan situasi
masyarakat tertentu. Dalam
membawa kemaslahatan sistem
sesuai masyarakat
dengan kondisi yang
dan terbuka
situasi
masyarakat tertentu. Dalam sistem masyarakat yang terbuka
hukuman ini sulit sekali untuk dilaksanakan, sebab masing-masing
anggota masyarakat tidak acuh terhadap Hukumanggota
Pidana Islam | 345 |
masyarakat
lainnya. Akan tetapi, kalau pengucilan itu dalam bentuk tidak
diikutsertakan dalam kegiatan kemasyarakatan, mungkin bisa
dilaksanakan dengan efektif.
hukuman ini sulit sekali untuk dilaksanakan, sebab masing-masing
anggota masyarakat tidak acuh terhadap anggota masyarakat
lainnya. Akan tetapi, kalau pengucilan itu dalam bentuk tidak
diikutsertakan dalam kegiatan kemasyarakatan, mungkin bisa
dilaksanakan dengan efektif.
522
Abd Aziz Amir, at-Ta’zir, hlm. 454.
523
Ibid.
524
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, hlm. 274-275.
| 349 |
Andi Faisal Bakri, “Kontribusi Islam dalam Integrasi Nasional di
Indonesia” dalam Islam Berbagai Prespektif, didedikasikan
dalam 70 tahun Prof Munawir Sjadzali, Yogyakarta: LPMI,
1995.
Andi Hamzah, dan A. Simanglipu, Pidana Mati di Indonesia di
Masa Lalu, Kini dan Masa Yang Akan datang, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985.
Abdurahman al-Jaziri, Kitab al-Fiqh Ala Mazahib al-‘Arba’ah,
Beirut: Dar al-Fiqh, t.t.
Amiur Nurudin, Ijtihad Umar bin Khattab,Studi Perubahan
Hukum dalam Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1987.
Asjmuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqhiyah, Jakarta: Bulan
Bintang, 1968.
Bagir Manan, “Peranan Peradilan Agama dalam Pembangunan
Hukum Nasional” dalam Hukum Islam di Indonesia.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994.
Brian A. Carner, A Dictionary of Modern Legal, London: Oxford
University Press, 1987.
Busthanul Arifin, “Kata Pengantar” pada Munawir Sjadzali, Ijtihad
kemanusiaan, Jakarta: Penerbit Paramadina, 1997.
Coulson, N.J. A. History of Islamic Law, Endin Burg: Endinburg
University Press, 1971.
Duncen B, Mac Donald, Development of Muslim Theology
Jurisprudence and Constitutional Theory, London: Publisher
Limited, 1958.
DJamaludin Ancok, “Efektivitas Hukum Pidana Islam dalam
Menurunkan Kriminalitas” Makalah tidak diterbitkan.
Friedman L. 1969. Legal Culture and Social Development, in Law
and Society Review. Vol 4. No. 1
Friedman L. 1969. The Legal System: A Social Science Perspective.
New York: Russel Sage Foundation.
Fahrudin ibn Umar al-Husein ar-Razi, al-Mabsut fi Ilmu al-Ushul,
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1994.
| 357 |
Hukum Pidana Islam , Yogyakarta, Nawesea Pres, 2010, Hukum
Pidana Islam di Indonesia, Penerbit Teras Yogyakarta, 2011,
Reaktualisasi Hukum Pidana dalamMazhab Yogya Tulisan bersama,
diterbitkan Yogyakarta: ar-Ruz, 2007, Pancasila dan Pendidikan
Kewargaan, Yogyakarta:Suka Press Pokja Akademik UIN, 2006,
Hukum Pidana Islam Kontemporer, Yogyakarta : Suka Press Pokja
Akademik UIN, 2007, Studi Islam di Perguruan Tinggi Umum,
Yogyakarta: Nawesea Press, 2008. Stud Islam: Studi Penelsusuran
Sejarah Perkembangan Pemikiran, Yogyakarta, Cakrawala, 2011.
Politik Hukum Islam d Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Syari’ah
Pres, 2009, Transformasi Hukum Pidana Islam dalam Konteks
KeIndonesiaan,Yogyakarta: Penerbit Ujung Pena 2011, Sistem
Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Sebuah Pendekatan Diversi
dan Restoratif Justice,Yogyakarta: Penerbit Q. Media, 2013.
Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Berhadapan dengan
Hukum, Yogykarta, Q.Media, 2014. Fiqh dan HAM, Yogyakarta,
Fakultas Syari’ah Press. 2014. Pendidikan Kader Ulama, Yogyakarta,
Penerbit Q.Media, 2014. Penulis Editor, Buku Panduan Pendidikan
Kader Ulama, Yogyakarta, Q. Media 2014 Hukum Pidana Islam,
Yogyakarta, Pesantren Nawesea Press, 2010.