A n ik T ri Haryani, S.H., M . Hu m .
Si g i t Sapto Nugroho, S.H. , M . Hu m .
HU K U M
DA N
T EKNOL OGI
Perlindungan Hukum Jual Beli Melalui
Transaksi Elektronik (E-Commerce)
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Krista Yitawati, S.H., M.Hum., et.al.
Hukum dan Teknologi; Krista Yitawati, S.H., M.Hum., et.al.; Editor: Farkhani,
S.H., S.HI., M.H.; Solo: Pustaka Iltizam; 2017
164 hlm.; 23 cm
ISBN: -
HUK U M D A N T E KN O L O G I
Perlindungan Hukum Jual Beli Melalui Transaksi Elektronik (E-Commerce)
Penulis:
Krista Yitawati, S.H., M.Hum.
Anik Tri Haryani, S.H., M.Hum.
Sigit Sapto Nugroho, S.H., M.Hum.
Editor:
Farkhani, S.H., S.HI., M.H.
Tata Letak:
Taufiqurrohman
Cover:
naka_abee
Cetakan I : 2017
Diterbitkan Oleh :
Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamu’alaikum. wr. wb
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi penulis
merasa berbahagia atas terwujudnya buku kolaborasi dengan tema
besar perkembangan hukum dan teknologi di Indonesia. Terdorong
keinginan oleh niat yang tulus dan ikhlas guna memperkaya kha-
zanah keilmuan, khususnya ilmu hukum bagi para mahasiswa dan
masyarakat pembaca untuk memahami dan memperdalam tentang
hukum yang bersinggungan dengan teknologi dalam hal ini khusus-
nya tentang jual beli lewat dunia maya (e-commerce).
Dewasa ini, globalisasi di era pasca millenium semakin mem-
buat dunia menciut dalam artian maknawi. Jarak dan ruang yang
dahulu menjadi salah satu kendala dalam hubungan antar manusia
dapat diterabas oleh kemajuan dan kecanggihan teknologi informa-
tika. Kecanggihan teknologi informatika mampu membuat akselerasi
perkembangan sisi-sisi kehidupan manusia ikut berkembang cepat
pula. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan di bidang eko-
nomi dan perdagangan atau bisnis yang dilakukan oleh masyara-
kat, yakni antar pelaku usaha maupun antara pelaku usaha dan
konsumen tumbuh dan berkembang dengan pesat, konsekuensi
dari perkembangan tersebut adalah semakin banyak transaksi yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Transaksi perda-
gangan manual yang mengharuskan penjual dan pembeli berhada-
pan face to face, dilangkahi hanya dengan melihat layar mini dan
memencet tombol-tombol kecil dalam genggaman tangan.
Model perdagangan yang berbeda ini (e-commerce) disamping
membawa keuntungan, sudah pastinya ada pula keburukan yang
muncul akibat kesalahan teknis dalam penggunaan teknologi atau
kerusakan softwarenya, bisa pula karena tidak sengaja dan kesen-
gaajaan manusia pebisnisnya (human error). Untuk mengantisipasi
hal-hal buruk dalam transaksi e-commerce, maka mengerti tentang
hukum dan teknologi, terutama dengan mekanisme dan perlindun-
Hukum & Teknologi 3
gan hukumnya menjadi penting bagi para pebisnis. Untuk kepentin-
gan itulah buku ini hadir, memberikan wacana dan pemahaman agar
bisnis dapat berjalan dengan lancar dan aman.
Atas tersusunnya buku ini penulis tak lupa menghaturkan uca-
pan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta
Setiahadi, MP selaku Rektor Universitas Merdeka Madiun yang terus
memberikan dorongan semangat kepada penulis untuk dapat eksis
dalam kajian-kajian ilmiah dan penulisan buku. Bapak Moch. Juli
Pudjiono, SH, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Merdeka Madiun yang memberikan bimbingan dan arahan bagi pen-
ulis. Para rekan-rekan sejawat di Fakultas Hukum Universitas Merde-
ka Madiun yang selalu memberikan support, saran dan kritik yang
sangat berharga bagi penulis.
Penulis menyadari sebagaimana pepatah kata “tiada gading
yang tak retak” kiranya pembaca menemui hal yang kurang sem-
purna tentunya saran kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis
harapkan. Akhirnya dengan rasa kerendahan hati, semoga buku ini
bermanfaat.
Wabillahi taufiq wal hidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.
Penulis
KATA PENGANTAR.............................................................. 3
DAFTAR ISI ......................................................................... 5
P E N D A H U L U AN
1 Assafa Endeshaw, 2007, Hukum E Commerce Dan Internet Dengan Fokus Di Asia Pasifik, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, hal. 3
2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Beserta
Penjelasannya, Kesindo Utama, Surabaya, 2008, hal. 30
5 Zulfi Chairi, 2006, Aspek Hukum Perjanjian Jual Beli Melalui Internet, USU Repository ©,http://
library.usu.ac.id, hal.2, Diakses tanggal 5 Desember 2016.
6 Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 312.
7 Lia Sautunnida, 2008, Jual Beli Melalui Informasi elektronik (E-commerce) Kajian Menurut Buku
III KUH Perdata dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Fakultas Hukum Uni-
versitas Syiah Kuala,hal. 1.
8 Suharnoko,2004, Hukum Perjanjian (Teori dan Analisa Kasus) Prenada Media, Jakarta, hal. 1.
9 Ahmad M.Ramli, 2000, Perlindungan Hukum Dalam Transaksi E-commerce, Jurnal Hukum Bis-
nis, hal. 14.
a. Pengertian Perjanjian
Istilah perjanjian merupakan terjemahan dari kata overeen-
komst (Belanda) yang diterjemahkan dengan persetujuan/per-
janjian.11 Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi “perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikat-
kan dirinya terhadap satu orang atau lebih.”
Perikatan dan perjanjian merupakan dua hal yang berbe-
da. Perikatan adalah suatu istilah atau pernyataan yang bersifat
abstrak yang menunjuk pada hubungan hukum harta kekayan
antara dua orang atau lebih, di mana hubungan hukum terse-
but melahirkan kewajiban kepada salah satu pihak yang terlibat
dalam hubungan hukum tersebut.
Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian: suatu
hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau
lebih yang memberi kekuatan hak pada suatu pihak untuk mem-
peroleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain un-
tuk menunaikan prestasinya.12
Abdulkadir Muhammad13 mengemukakan bahwa penger-
tian menurut Pasal 1313 KUH Perdata ini mengandung banyak
kelemahan yaitu :
1) Hanya menyangkut sepihak saja dilihat dari perumusan
“satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih lainnya.” Seharusnya perumusan itu “saling
mengikatkan diri”, sehingga ada konsensus dari para pihak.
2) Kata perbuatan mengandung arti tanpa konsensus, seharus-
nya dipakai kata persetujuan.
3) Pengertian perjanjian terlalu luas, di mana yang dimaksud
adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapan-
gan harta kekayaan saja.
11 R. Subekti, Tjitrosudibio, 2003, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Ja-
karta, hal. 338.
12 M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, hal 6.
13 Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung Citra Aditya Bakti, hal. 45
b. Macam-macam Perjanjian
Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara sehingga
muncullah bermacam-macam perjanjian. Pembedaan yang pal-
ing pokok adalah:15
1) Perjanjian Timbal Balik
Perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan ke-
wajiban kepada kedua belah pihak yang membuat perjan-
jian. Misalnya perjanjian jual beli Pasal 1457 KUH Perdata
dan Perjanjian sewa menyewa Pasal 1548 KUH Perdata.
2) Perjanjian Sepihak
Perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kew-
ajiban pada salah satu pihak saja. Misalnya perjanjian hibah,
dimana kewajiban hanya ada pada orang yang menghibah-
kan sedangkan penerima hibah hanya berhak menerima ba-
rang yang dihibahkan tanpa kewajiban apapun.
3) Perjanjian dengan Percuma
Perjanjian menurut hukum terjadi keuntungan bagi
salah satu pihak saja. Misalnya hibah (schenking) dan pinjam
pakai Pasal 1666 dan Pasal 1740 KUH Perdata.
4) Perjanjian Konsensuil, Riil dan Formil
Perjanjian Konsensuil adalah perjanjian yang dianggap
sah jika telah terjadi konsensus atau sepakat antara para pi-
hak yang membuat perjanjian. Perjanjian Riil adalah per-
janjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya
14 Endang Mintorowati, 1999, Hukum Perjanjian, Universitas Sebelas Maret Surakarta, hal. 2.
15 Sutarno, 2005, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabetha, Bandung, hal. 82-83.
d. Lahirnya Perjanjian
Sejak terjadi kata sepakat antara para pihak atau sejak per-
nyataan sebelah menyebelah bertemu yang kemudian diikuti
sepakat, kesepakatan itu sudah cukup secara lisan saja. Kese-
pakatan itu penting diketahui karena merupakan awal terjadinya
perjanjian.
h. Ganti Rugi
Ada dua sebab timbulnya ganti rugi, yaitu ganti rugi karena
wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Ganti rugi kare-
na wanprestasi diatur dimulai dari Pasal 1243 KUH Perdata
menyatakan penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak di-
penuhinya suatu perikatan.
Sedangkan ganti rugi karena perbuatan melawan hukum
diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.Ganti rugi karena per-
buatan melawan hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang
dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan kesalahan
kepada pihak yang dirugikannya.16
16 Salim HS, 2003, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontak) Sinar Grafika, Jakarta,
hal. 100.
a. Internet
Saat ini kita telah memasuki era millenium ke 3, yang di-
tandai dengan era teknologi informasi yang memperkenalkan
kepada kita media dunia maya (cyberspace) atau informasi ele-
ktronik, yang mempergunakan komunikasi tanpa kertas (paper-
less document).
Apabila kita melihat pada sejarah perkembangan informasi
elektronik bahwa sekitar tahun 1969 di Amerika Serikat, diben-
tuk jaringan komputer di Univercity of California di Los Angeles,
Univercity of California di Santa Barbara, Univercity of Utah
dan Institut Penelitian Stanford. Proyek ini mendapat dana dari
Departemen Pertanahan Amerika Serikat dengan nama Ad-
vances Researche Project Agence (ARPA). Jaringan Advances
Researche Project Agence atau ARPANET ini di desain untuk
mengadakan sistem desentralisasi informasi elektronik.
Sekitar tahun 1983, Yayasan Nasional Ilmu Pengetahuan
(National Science Foundation) memperluas Arpanet untuk men-
ghubungkan komputer seluruh dunia. Informasi elektronik, ter-
masuk electronic mail (e-mail) yang berkembang sampai tahun
1994, pada saat mana ilmu pengetahuan memperkenalkan
World Wide Web. Seterusnya penggunaan web meluas ke keg-
iatan bisnis, industri, dan rumah tangga di seluruh dunia.17
Mengenai pengertian internet, D.E. Corner menulis dalam
suatu ensiklopedi elektronik bahwa:
“internet, computer based global information sistem. The
internet is composed of many interconnected computer net-
works. Each network may link tens, hundreds, or even thou-
sands of computers, enabling them to share information with
one another and to share computational resources such as
powerfull supercomputers and databases of information. (In-
ternet, sistem informasi global berbasis komputer internet
terbentuk dari jaringan komputer yang saling terkoneksi.
17 Tammy S. Trout-Mc, 1997,Intyre, Personal Jurusdiction and The Informasi elektronik : Does The
Shoe Fit 21 Jakarta : Hamlie, hal. 223.
18 E. Corner, 2003,Informasi elektronik dalam Microsoft, Microsoft Encarta Reference Library 2003,
Microsoft Corporation, Ensiklopedi Elektronik, Jakarta, hal. 28.
19 S. Wiradipradja dan D. Budhijanto,2002, Perspektif Hukum Internasional tentang Cyber Law,
dalam Kantaatmadja, et al, Cyberlaw : Suatu Pengantar Elips 11, Jakarta, hal.88.
K E A B S A H A N K O N T R AK D AL AM
T RAN S A K S I E L E K TRO N IK
22 Ibid.
33
27 Ibid.
36
30 Edmon Makarim, Op. Cit, hal. 103.
37
31 Ibid, hal. 230.
2. Penerimaan
Penerimaan dapat dilakukan tergantung penawaran yang
terjadi. Apabila penawaran dilakukan melalui e-mail address,
maka penerimaan dilakukan melalui e-mail, karena penawaran
hanya ditujukan sebuah e-mail tersebut yang ditujukan untuk
seluruh masyarakat yang membuka website yang beris ikan
penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh penjual atau
pelaku usaha. Setiap orang yang berminat untuk membeli ba-
rang yang ditawarkan itu dapat membuat kesepakatan dengan
penjual atau pelaku usaha yang menawarkan barang tersebut.
Pada transaksi jual beli secara elektronik khususnya melalui
website, biasanya calon pembeli akan memilih barang tertentu
yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha, dan jika calon
pembeli atau konsumen itu tertarik membeli salah satu barang
yang ditawarkan, maka barang itu akan disimpan terlebih da-
hulu sampai calon pembeli/konsumen merasa yakin akan pili-
hannya, selanjutnya pembeli/konsumen akan memasuki tahap
pembayaran.
3. Pembayaran
Klasifikasi cara pembayaran adalah sebagai berikut :
a. Transaksi model ATM, sebagai transaksi yang hanya meli-
batkan intitusi finansial dan pemegang account yang akan
melakukan pengambilan atau deposit uangnya dari account
masing-masing.
b. Pembayaran dengan menggunakan paypal, paypal dapat di-
gunakan untuk mengirim uang dari 190 negara dan wilayah
di seluruh dunia. Bayar aman dengan saldo paypal, kartu
33 Mieke Komar Kataatmadja, 2001, Cyber Law Suatu Pengantar , Elips, Bandung, hal 4-5.
34 Ibid, hal 6.
35 Edmon Makarim, Op-Cit, hal 235.
36 Hikmahanto Juwana, 2003,Legal Issues on E-Commerce and E-Contract in Indonesia, Jurnal Hu-
kum Bisnis, Volume 22, hal. 87.
37 Ibid
2. Adanya kecakapan
Pihak-pihak yang membuat perjanjian haruslah cakap dan
berwenang untuk melakukan perbuatan hukum. Cakap di sini
berarti telah dewasa (telah mencapai umur 18 tahun atau telah
menikah walaupun belum berumur 21 tahun. Menurut Pasal
1330 KUH Perdata, yang termasuk tidak cakap untuk membuat
perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa, mereka yang
ditaruh di bawah pengampuan, dan wanita bersuami. Dalam
perkembangannya isteri dapat melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 jo. SEMA No. 3 Tahun 1963.
Dalam transaksi komersial elektronik sulit menentukan ke-
cakapan seseorang, karena transaksi tidak dilakukan secara fisik,
38 Supancana, Kekuatan Akta Elektronis Sebagai Alat Bukti Pada Transaksi E-Commerce Dalam
Sistem Hukum Indonesia,www.indoregulation.com.Diakses tanggal 5 Januari 2017.
K EK U A T A N P E M B U K T IAN D AL AM
K O NTRA K T R A N S A K S I EL E KTRO N IK
41 Eksistensi Electronic Commerce (E-Commerce) dalam Sistem Hukum Pembuktian Nasional, www.
fhunpad.com. Diakses tanggal 5 Januari 2017.
42 Sudikno Mertokusumo, 1996, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Kelima, Yogyakarta, Lib-
erty, hal. 120.
43 Michael Chissick and Alistair Kelman, 1999, Electronic Commerce Law and Practice, New York,
Sweet & Maxwell, hal. 326.
55 Abdul Halim Berkatullah, 2009, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen dalam Transaksi E-Com-
merce Lintas Negara di Indonesia, FH UII Press dan Pascasarjana FH UII Press, Yogyakarta, hal.
65.
56 Ibid, hal. 20.
57 Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, hal. 41.
PE L A K S A N A A N P E R JAN JIAN
J U A L B E L I M E L A L U I T R AN S AKS I
ELEKTRONIK
60 Ibid, hal. 3.
61 Lia Sautunnida, Op-Cit, hal. 1.
62 Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian (Teori dan Analisa Kasus) Prenada Media, Jakarta,hal. 1.
P E RLI N D U N G A N H U K UM D AL AM
PE RJ A N J I A N J U A L B E LI ME L AL UI
T RAN S A K S I E L E K TRO N IK
Keterangan :
Subyek hukum, dalam hal ini merchant dan customer, melaku-
kan transaksi perdagangan melalui teknologi informasi berupa tran-
saksi elektronik sehingga melahirkan perjanjian. Dalam perjanjian
tersebut terdapat dokumen elektronik yang dapat dijadikan sebagai
alat bukti elektronik untuk menghindari adanya penyalahgunaan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang berupa kejahatan
perdagangansecaraelektronik.Untukitudiperlukanperlindunganhu-
kum untuk melindungi para subyek hukum yang melakukan transaksi
perdagangan melalui transaksi elektronik.
1. Perjanjian
Buku :
Abdul HalimBerkatullah, 2009, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
dalam Transaksi E-Commerce Lintas Negara di Indonesia, FH
UII Press dan Pascasarjana FH UII Press, Yogyakarta.
Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Bandung Ci-
tra Aditya Bakti.
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum Perlindungan Kon-
sumen, Grafindo Persada, Jakarta.
Ahmad M. Ramli, 2004, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum
Indonesia, Refika Aditama, Bandung.
Ahmad M. Ramli, 2007, Menuju Kepastian Hukum di Bidang Infor-
masi dan Transaksi Elektronik, Departemen Komunikasi dan In-
formatika Republik Indonesia, Jakarta.
Assafa Endeshaw, 2007, Hukum E Commerce dan Internet dengan
Fokus di Asia Pasifik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Bachtiar Effendie, Masdari Tasmin, A. Chodari, 1999, Surat Gugat dan
Hukum Pembuktian dalam Perkara Perdata, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung,.
Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 2007,
Menuju Kepastian Hukum di Bidang Informasi dan Transaksi
Elektronik, Jakarta.
E. Corner, 2003, Informasi elektronik dalam Microsoft, Microsoft En-
carta Reference Library 2003, Microsoft Corporation , Ensik-
lopedi Elektronik, Jakarta.
Efa Laela Fakhriah, 2009, Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian
Perdata, Alumni, Bandung.
Edmon Makarim, 2004, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Jurnal :
Ahmad M.Ramli, 2000, “Perlindungan Hukum dalam Transaksi E-
Commerce, Jurnal Hukum Bisnis.
Hikmahanto Juwana, 2003, Legal Issues on E-Commerce and E-Con-
tract in Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 22.
PeraturanPerundang-undangan:
Undang-UndangNomor11Tahun2008TentangInformasiDanTransaksi
ElektronikBesertaPenjelasannya,KesindoUtama,Surabaya,2008.
Majalah :
Varia Peradilan Nomor 296 Juli 2010.
Internet :
Zulfi Chairi, 2006, Aspek Hukum Perjanjian Jual Beli Melalui In-
ternet, USU Repository ©, http://library.usu.ac.id,, Diak-
ses tanggal 5 Desember2016.
Supancana, Kekuatan Akta Elektronis Sebagai Alat Bukti Pada
Transaksi E-Commerce dalam Sistem Hukum Indonesia,
www.indoregulation.com. Diakses tanggal 5 Januari 2017.
TENTANG
dan
Pasal 1
Pasal 2
BAB II
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
BAB IV
Pasal 13
Pasal 14
Bagian Kedua
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
BAB VI
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
BAB IX
Pasal 40
Pasal 41
BAB X PENYIDIKAN
Pasal 42
Pasal 43
Pasal 44
Pasal 45
Pasal 46
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 53
Pasal 54
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 21 April 2008
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 April 2008
TENTANG
I. UMUM
Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dike-
nal dengan hukum siber atau hukum telematika. Hukum
siber atau cyber law, secara internasional digunakan untuk
istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi. Demikian pula, hukum telema-
tika yang merupakan perwujudan dari konvergensi hukum
telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika.
Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknolo-
gi informasi (law of information technology), hukum dunia
maya (virtual world law), dan hukum mayantara. Istilah-
istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang dilakukan
melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi
baik dalam lingkup lokal maupun global (Internet) dengan
memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem kom-
puter yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat
secara virtual. Permasalahan hukum yang seringkali diha-
dapi adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi,
komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khu-
Cukup jelas.
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Cukup jelas.
Ayat 3
Cukup jelas.
Huruf a
Surat yang menurut undang-undang harus
dibuat tertulis meliputi tetapi tidak terbatas
pada surat berharga, surat yang berharga, dan
surat yang digunakan dalam proses penegakan
hukum acara perdata, pidana, dan administrasi
negara.
Huruf b
Cukup jelas.
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Sertifikasi Keandalan dimaksudkan sebagai bukti
bahwa pelaku usaha yang melakukan perdagangan
secara elektronik layak berusaha setelah melalui pe-
nilaian dan audit dari badan yang berwenang. Bukti
telah dilakukan Sertifikasi Keandalan ditunjukkan
dengan adanya logo sertifikasi berupa trust mark
pada laman (home page) pelaku usaha tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Undang-Undang ini memberikan pengakuan secara
tegas bahwa meskipun hanya merupakan suatu
kode, Tanda Tangan Elektronik memiliki kedudukan
yang sama dengan tanda tangan manual pada um-
umnya yang memiliki kekuatan hukum dan akibat
hukum.
Persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
merupakan persyaratan minimum yang harus di-
Ayat (2)
Peraturan Pemerintah dimaksud, antara lain, men-
gatur tentang teknik, metode, sarana, dan proses
pembuatan Tanda Tangan Elektronik.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Pasal 15
Ayat (1)
“Andal” artinya Sistem Elektronik memiliki kemam-
puan yang sesuai dengan kebutuhan penggunaan-
nya.
“Aman” artinya Sistem Elektronik terlindungi secara
fisik dan nonfisik.
“Beroperasi sebagaimana mestinya” artinya Sistem
Elektronik memiliki kemampuan sesuai dengan spe-
sifikasinya.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Undang-Undang ini memberikan peluang terhadap
pemanfaatan Teknologi Informasi oleh penyelenggara
negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.
Pemanfaatan Teknologi Informasi harus dilakukan
secara baik, bijaksana, bertanggung jawab, efektif,
dan efisien agar dapat diperoleh manfaat yang sebe-
sar-besarnya bagi masyarakat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Pilihan hukum yang dilakukan oleh para pihak dalam
kontrak internasional termasuk yang dilakukan se-
cara elektronik dikenal dengan choice of law. Hukum
Pasal 19
Ayat (1)
Transaksi Elektronik terjadi pada saat kesepakatan
antara para pihak yang dapat berupa, antara lain
pengecekan data, identitas, nomor identifikasi prib-
Pasal 21
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “dikuasakan” dalam keten-
tuan ini sebaiknya dinyatakan dalam surat kuasa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “fitur” adalah fasilitas yang
memberikan kesempatan kepada pengguna Agen
Elektronik untuk melakukan perubahan atas in-
formasi yang disampaikannya, misalnya fasilitas
pembatalan (cancel), edit, dan konfirmasi ulang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (1)
Nama Domain berupa alamat atau jati diri penye-
lenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau ma-
syarakat, yang perolehannya didasarkan pada prin-
sip pendaftar pertama (first come first serve).
Prinsip pendaftar pertama berbeda antara ketentuan
dalam Nama Domain dan dalam bidang hak kekay-
aan intelektual karena tidak diperlukan pemeriksaan
substantif, seperti pemeriksaan dalam pendaftaran
merek dan paten.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “melanggar hak Orang lain”,
misalnya melanggar merek terdaftar, nama badan
hukum terdaftar, nama Orang terkenal, dan nama
sejenisnya yang pada intinya merugikan Orang lain.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “penggunaan Nama Domain
secara tanpa hak” adalah pendaftaran dan penggu-
naan Nama Domain yang semata-mata ditujukan
untuk menghalangi atau menghambat Orang lain
untuk menggunakan nama yang intuitif dengan ke-
beradaan nama dirinya atau nama produknya, atau
untuk mendompleng reputasi Orang yang sudah ter-
kenal atau ternama, atau untuk menyesatkan kon-
sumen.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Pasal 26
Ayat (1)
Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi, perlindun-
gan data pribadi merupakan salah satu bagian dari
hak pribadi (privacy rights). Hak pribadi mengandung
pengertian sebagai berikut:
a. Hak pribadi merupakan hak untuk menikmati
kehidupan pribadi dan bebas dari segala ma-
cam gangguan.
b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat
berkomunikasi dengan Orang lain tanpa tinda-
kan memata-matai.
c. Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi
akses informasi tentang kehidupan pribadi dan
data seseorang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Secara teknis perbuatan yang dilarang sebagaima-
na dimaksud pada ayat ini dapat dilakukan, antara
lain dengan:
a. melakukan komunikasi, mengirimkan, meman-
carkan atau sengaja berusaha mewujudkan hal-
hal tersebut kepada siapa pun yang tidak berhak
untuk menerimanya; atau
b. sengaja menghalangi agar informasi dimaksud
tidak dapat atau gagal diterima oleh yang ber-
wenang menerimanya di lingkungan pemerintah
dan/atau pemerintah daerah.
Ayat (3)
Sistem pengamanan adalah sistem yang membata-
si akses Komputer atau melarang akses ke dalam
Komputer dengan berdasarkan kategorisasi atau
klasifikasi pengguna beserta tingkatan kewenangan
yang ditentukan.
Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “intersepsi atau penyadapan”
adalah kegiatan untuk mendengarkan, merekam,
membelokkan, mengubah, menghambat, dan/atau
mencatat transmisi Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik,
baik menggunakan jaringan kabel komunikasi mau-
pun jaringan nirkabel, seperti pancaran elektromag-
netis atau radio frekuensi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “kegiatan penelitian” adalah
penelitian yang dilaksanakan oleh lembaga peneli-
tian yang memiliki izin.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “lembaga yang dibentuk oleh
masyarakat” merupakan lembaga yang bergerak di
bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
140 Hukum & Teknologi
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “ahli” adalah seseorang
yang memiliki keahlian khusus di bidang Teknolo-
gi Informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara akademis maupun praktis mengenai pen-
getahuannya tersebut.
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghukum se-
tiap perbuatan melawan hukum yang memenuhi un-
sur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sam-
pai dengan Pasal 37 yang dilakukan oleh korporasi
(corporate crime) dan/atau oleh pengurus dan/atau
staf yang memiliki kapasitas untuk:
a. mewakili korporasi;
b. mengambil keputusan dalam korporasi;
c. melakukan pengawasan dan pengendalian dalam
korporasi;
d. melakukan kegiatan demi keuntungan korporasi.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
TENTANG
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 25A, Pasal 28D ayat (1),
Pasal 28E ayat (2), Pasal 28E ayat (3), Pasal 28F, Pasal
28G ayat (1), Pasal 28J ayat (2), dan Pasal 33 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4843);
Dengan . . .
dan
MEMUTUSKAN:
Pasal I
Pasal 1
9. Sertifikat . . .
Pasal 26
(3) Setiap . . .
Pasal 31
Pasal 40
(3) Pemerintah . . .
7. Ketentuan ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat (7),
dan ayat (8) Pasal 43 diubah; di antara ayat (7) dan ayat
(8) Pasal 43 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (7a); serta
penjelasan ayat (1) Pasal 43 diubah sehingga Pasal 43
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43
g. melakukan . . .
Pasal 45
(5) Ketentuan . . .
154 Hukum & Teknologi
- 12
-
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan delik aduan.
Pasal 45A
Pasal 45B
Pasal II
Agar . . .
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 25 November 2016
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 25 November 2016
ttd
YASONNA H. LAOLY
ttd
I. UMUM
Berdasarkan . . .
Ketiga . . .
II. PASAL . . .
Pasal I
Angka 1
Pasal 1
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 5
Ayat (1)
Bahwa keberadaan Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik mengikat dan diakui sebagai alat
bukti yang sah untuk memberikan kepastian hukum
terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan
Transaksi Elektronik, terutama dalam pembuktian dan
hal yang berkaitan dengan perbuatan hukum yang
dilakukan melalui Sistem Elektronik.
Ayat (2)
Khusus untuk Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik berupa hasil intersepsi atau penyadapan
atau perekaman yang merupakan bagian dari
penyadapan harus dilakukan dalam rangka penegakan
hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan,
dan/atau institusi lainnya yang kewenangannya
ditetapkan berdasarkan undang-undang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Surat yang menurut undang-undang harus dibuat
tertulis meliputi tetapi tidak terbatas pada surat
berharga, surat yang berharga, dan surat yang
digunakan dalam proses penegakan hukum acara
perdata, pidana, dan administrasi negara.
Huruf b
Cukup jelas.
Angka 3 . . .
Angka 3
Pasal 26
Ayat (1)
Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi, perlindungan
data pribadi merupakan salah satu bagian dari hak
pribadi (privacy rights). Hak pribadi mengandung
pengertian sebagai berikut:
a. Hak pribadi merupakan hak untuk menikmati
kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam
gangguan.
b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat
berkomunikasi dengan Orang lain tanpa tindakan
memata-matai.
c. Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi akses
informasi tentang kehidupan pribadi dan data
seseorang.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 4
Pasal 27
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “mendistribusikan” adalah
mengirimkan dan/atau menyebarkan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada
banyak Orang atau berbagai pihak melalui Sistem
Elektronik.
Yang dimaksud dengan “mentransmisikan” adalah
mengirimkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang ditujukan kepada satu pihak lain
melalui Sistem Elektronik.
Yang dimaksud dengan “membuat dapat diakses”
adalah semua perbuatan lain selain mendistribusikan
dan mentransmisikan melalui Sistem Elektronik yang
menyebabkan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dapat diketahui pihak lain atau publik.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Ketentuan pada ayat ini mengacu pada ketentuan
pencemaran nama baik dan/atau fitnah yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Ayat (4)
Ketentuan pada ayat ini mengacu pada ketentuan
pemerasan dan/atau pengancaman yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Angka 5
Pasal 31
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “intersepsi atau penyadapan”
adalah kegiatan untuk mendengarkan, merekam,
membelokkan, mengubah, menghambat, dan/atau
mencatat transmisi Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik, baik
menggunakan jaringan kabel komunikasi maupun
jaringan nirkabel, seperti pancaran elektromagnetis atau
radio frekuensi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 6
Pasal 40
Ayat (1)
Fasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi, termasuk
tata kelola Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik
yang aman, beretika, cerdas, kreatif, produktif, dan
inovatif. Ketentuan ini termasuk memfasilitasi
masyarakat luas, instansi pemerintah, dan pelaku
usaha dalam mengembangkan produk dan jasa
Teknologi Informasi dan komunikasi.
Ayat (2) . . .
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (2a)
Cukup jelas.
Ayat (2b)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Angka 7
Pasal 43
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu” adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika
yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Yang dimaksud dengan “ahli” adalah seseorang
yang memiliki keahlian khusus di bidang Teknologi
Informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara akademis maupun praktis mengenai
pengetahuannya tersebut.
Huruf k
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (7a)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Angka 8
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 45A
Cukup jelas.
Pasal 45B
Ketentuan dalam Pasal ini termasuk juga di dalamnya
perundungan di dunia siber (cyber bullying) yang
mengandung unsur ancaman kekerasan atau menakut-
nakuti dan mengakibatkan kekerasan fisik, psikis,
dan/atau kerugian materiil.