Anda di halaman 1dari 2

Viralnya kasus pembunuhan bocah 11 Tahun untuk dijual ginjalnya di Kota

Makassar berpotensi meningkatkan pembunuhan.

Oleh : Andre Hamka

Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan satu peristiwa yang cukup menciptakan efek ketakutan dan
kepanikan sosial. Bagaimana tidak kasus pembunuhan seorang anak yang berumur 14 Tahun yang
dilakukan oleh dua orang anak remaja. Kabarnya anak yang berumur 14 tahun tersebut dibunuh
untuk diambil ginjalnya, kemudian dijual melalui media online dengan harga sekitar 1,2 miliar. Tetapi
sayangnya Kedua pelaku yang masih berstatus sebagai pelajar SMA tersebut menemukan titik buntu
karena tidak memahami metode dari penjualan organ tubuh secara online. Karena tidak tahu cara
penjualan organ tubuh manusia maka mereka pun akhirnya memutuskan untuk membuang mayat si
korban. Telah banyak media-media elektronik hingga media cetak memberitakan kasus tersebut.

Saya tidak akan membicarakan secara panjang lebar tentang kronologis kasus tersebut. Fokus saya
adalah berusaha untuk menganalisis efek potensi peningkatan kriminalitas setelah kasus tersebut.

Dalam kacamata ilmu berpikir untung dan rugi bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk
mengambil tindakan yang mereka perhitungkan bisa memberikan kemanfaatan untuk diri mereka
sendiri. Dengan kata lain jika permasalahan ini kita tarik ke dalam ilmu hukum, maka hampir semua
peristiwa pelanggaran terhadap hukum, didasarkan karena para pelaku, memiliki kecakapan untuk
melihat bahwa tindakan yang mereka ambil, memberikan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan menaati hukum itu sendiri.

Kedua pelaku yang diduga kuat melakukan pembunuhan terhadap seorang anak yang masih
berumur 14 tahun ini pun, sebelum mereka mengambil tindakan untuk membunuh, dan mengambil
organ tubuhnya untuk dijual, mereka menggunakan metode berpikir untung dan rugi, sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil tindakan. Hasil dari proses berpikir Untung dan rugi itu tiba pada
keputusan untuk mengambil tindakan untuk membunuh dan menjual ginjal korban melalui media
online. Tindakan tersebut dianggap menjanjikan maksimalisasi keuntungan yang lebih besar dan
manfaat ekonomi yang maksimal ketimbang harus mematuhi aturan hukum, atau menghormati dan
menghargai nyawa orang lain.

Tindakan seorang manusia dapat melampaui kebengisan sikap iblis apabila pikirannya telah di cekoki
secara terus menerus dengan urusan ekonomi dan rasa tak puas terhadap apa yang dimilikinya.
Dengan kata lain pikiran yang diisi oleh soal untung dan rugi dan bukan soal sesuai atau tidaknya
dengan aturan, baik atau buruk adalah tunas-tunas pikiran yang membuka peluang untuk terjadinya
kejahatan.

Setelah Viralnya Kasus pembunuhan anak tersebut yang diambil ginjalnya untuk dijual secara online
dengan harga yang fantastis sebesar uang 1,2 M. Orang-orang pun mulai penasaran dan mencari
situs transaksi jual beli organ tubuh tersebut. Media-media elektronik pun tak ketinggalan
memberikan informasi tentang nama situs yang menyediakan jasa jual beli organ tubuh manusia.
Sadar atau tidak semakin diungkapkan secara jelas tentang situs-situs, atau semakin viralnya kasus
penjualan organ tubuh manusia tersebut apalagi kalau di tahu tata cara penjualan organ tubuh
manusia dengan harga yang fantastis tersebut akan dapat memicu orang lain untuk melakukan
tindakan kejahatan yang serupa. Alasan dari tindakan itu sendiri pun mudah kita rumuskan yaitu
soal perhitungan untung dan rugi. Salah satu cara survival utama manusia adalah memenuhi
kebutuhan biologis. Kebutuhan biologis ini pun telah samar-samar ditetapkan secara jelas dengan
kebutuhan ekonomi. Akibatnya Orang menganggap kebutuhan ekonomi sama utamanya dengan
kebutuhan biologis. Penjatuhan hukuman yang berat sekalipun, tidak memberikan jaminan untuk
membuat para kandidat yang ingin melakukan tindakan kejahatan membunuh dan diambil organ
tubuhnya untuk di jual dengan harga yang fantastik itu menjadi takut. Justru sebaliknya akan
berpotensi untuk meningkatkan kejahatan, sebab pikirannya bukan lagi soal besar atau tidaknya
hukuman, bukan pula soal baik ataupun buruknya tindakan mereka serta bukan juga bermoral atau
tidaknya, tapi lebih pada persoalan apakah tindakan yang mereka ambil membawa maksimalisasi
keuntungan yang lebih besar dan optimalisasi kemanfaatan yang sangat memuaskan bagi mereka.
Jika mereka melihat ada keuntungan yang lebih besar dibelakang tindakan mereka maka keputusan
itulah yang mereka ambil.

Poin utama dari persoalan ini bukanlah situasi eksternal yang mempengaruhi tindakan seseorang
tapi kondisi internalnya yang menjadi pendorong utama dibalik tindakannya. Hanya kesadaran diri
dengan tingkat pemahaman yang utuh terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang dapat meminimalisir
tindakan seseorang untuk melakukan kejahatan.

Sekian dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai