Pengantar
IRJEN POL Drs. EKO HADI SUTEDJO, SH.,M.Si
GUBERNUR AKPOL SEMARANG
BADAN PENERBIT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang HAK CIPTA
Pasal 2
(1) Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembata san menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 72
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat)
GUNA PROBLEM SOLVING TINGKAT TINGGI UNTUK INTENSITAS
KEAMANAN DALAM NEGERI
Pengantar
IRJEN POL Drs. EKO HADI SUTEDJO, SH.,Msi
GUBERNUR AKPOL SEMARANG
iii
KATA PUJIAN DAN KOMENTAR
v
buku ini, ke depan seakan sebagai perjuangan untuk menampilkan
figur Polri yang dicintai, menampilkan karakter polisi sebagai
teladan bangsanya, dipercaya, dimiliki, Polisi sebagai ilmuwan
yang dibanggakan oleh masyarakatnya.
Terbitnya buku ini tidak sekedar menambah jumlah terbitan
berguna di negeri ini, tetapi juga ikut menambah tekat berbagai
upaya untuk menambah keberdayaan intelektual warga masyarakat.
Buku ini baik sekali dibaca oleh para mahasiswa, akademisi, para
praktisi penegak hukum, khususnya polisi dan untuk siapa saja
yang mencintai Polri dalam rangka untuk ikut serta mengantarkan
bangsanya mencapai cita-citanya.
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semarang, 13 Mei 20 13
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
vii
Dongos, Kecamatan Kedung), dan disertasi berjudul “Reorientasi
Peran POLRI Dalam Penyelesaian Konflik Politik Studi Sosio-
Legal menuju Mekanisme Ideal Penegakan Hukum (Konflik
Antarpendukung Partai Politik di Provinsi Jawa Tengah) dan
pengalaman 38 tahun penulis sebagai praktisi yang lama bekerja
sebagai Anggota Reskrim (Polsekta Semarang Tengah/Poltabes
Semarang tahun 1975 s.d 1999, juga sebagai Kapolsek Kedung
Jepara, dan di tahun 2000-2004 sebagai Penyidik dan Kanit
Resmob Polda Jateng) dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
kejahatan, penyimpangan sosial, termasuk konflik politik. Pada saat
penulisan Tesis penulis (pasca konflik) sebagai Kapolsek Kedung
Polres Jepara, dan bersama-sama Muspika Kecamatan Kedung
sekaligus sebagai pelaku pendamai tragedi konflik politikdi Dongos
Kecamatan Kedung yang pada waktu peristiwa/tragedi konflik
terjadi pada tanggal 30 April 1999 menelan korban jiwa 4 orang
meninggal dunia terdiri dari 3 (tiga) orang kader PKB dan 1 (satu)
orang kader PPP, puluhan luka berat, rumah dan belasan mobil
dibakar.
Ide penulisan dengan pendekatan kritis dan hermeneutik ini
merupakan hal yang baru dan menarik bagi penulis yang selama
bekerja sebagai praktisi di Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang sudah terbiasa dengan pola pikir yang doktrinal normatif
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang hanya berpijak
pada asas legalitas. Akan tetapi melihat realitas kehidupan
penegakan hukum yang seakan terlepas dari aspek-aspek moral
spiritual,penulis berkeinginan menulis tentang penanganan dan
pencegahan konflik sosial seperti yang dikehendaki Undang-Undang
nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial. Dan
yang menarik walaupun mengandung unsur-unsur tindak pidana
namun dapat diselesaikan secara musyawarah untuk mewujudkan
“perdamaian”, untuk menuju penegakan keadilan masyarakat
(restorative community justice).
Perlu penulis paparkan dalam buku ini, bahwa dalam politik
kebijakan hukum pidana (criminal policy) penggunaan hukum oleh
aparat penegak hukum untuk menyelesaikan masalah sosial adalah
merupakan tindakan penegakan hukum.
Menurut Prof. Dr. Muladi, apalagi apabila alternative be-
rupa mitigasi dan adaptasi penerapan hukum pidana tersebut
viii
dikaitkan dengan pencegahan dan penanganan konflik sosial di
lapangan, dimana para pelaku konflik sosial di masyarakatbawah
di samping sebagai pelaku juga sekaligus sebagai korban tindak
pidana, karena kesadaran sosial yang terbentuk, lebih bernuansa
mobilisasiemosional yang digerakkan para provokator yang
mempunyai kepentingan. Pendekatan hermeneutik dalam studi
hukum sangat penting karena digambarkan sebagai perkembangan
dan studi teori tentang interprestasi dan sistem pemahamam
tentang teks perundang-undangan ‘beyond written document’atas
dasar pengalaman (hermeneutik berasal dari kata ‘hermes’yaitu
dewa Yunani yang menjalankan tugas sebagai utusan Tuhan untuk
menyampaikan dan menginterprestasikan sebagai penerima, baik
berita baik maupun berita buruk).
Pendekatan kritis di dalam studi hukum (critical approaches
within studies) sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dr. Baer,
menggambarkan betapa tidak adilnya pendekatan simetrik terhadap
hukum sebagai sesuatu yang ‘neutral obyective and just’, tetapi
di lain pihak dilandasi oleh pemikiranyang murni dogmatik atau
doktrin yang di pandu olehputusan pengadilan, traktat, pelbagai
perundang-undangan dan apa yang dinamakan“herrschende-
meinung’ (mainstream dominant opinion), yang sama sekali
mengesampingkan prakonsepsi sosial budaya yang membentuk
wacanahukum. Dengan pendekatan kritis terjadi pergeseran dari
pendekatan ‘interdisciplinary’ – menjadi ke arah‘transdisciplinary’,
sehingga perspektif dogmatik diperluas, hukum dilihat sebagai
fenomena sosial dan mesin keadilan yang sesungguhnya atas dasar
‘knowledge and insight’, namun tanpa harusmerusak atau menolak
hukum sebagai mekanisme kekuasaan dan ketertiban.
Penulisan buku ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih
penulis kepada Lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia
khususnya Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) dan Akademi
Kepolisian Negara Republik Indonesia serta civitas akademisiguna
meningkatkan Pelayanan Prima anti KKN dan kekerasan serta
memantapkan Kemanan Dalam Negeri dan Supremasi Hukum untuk
mendukung pembangunan Nasional yang berdasarkan Pancasila,
Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
merupakan sumber moralitas dan hukum juga digunakan sebagai
ix
referensi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan (problem
solving)serta pengembangan ilmu hukum, mengenai konsep
Pencegahan dan Penanganan Konflik Sosial. Maka apa yang
diharapkan oleh nilai-nilai yang ada di belakang kode etik profesi
POLRI, doktrin ‘Community-Policing’, dan tugas POLRI modern
dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang POLRI
(sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang
bertugas sebagai penegak hukumserta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat) tidak merupakan
retorika belaka, karena tugas-tugas polisi dapat bersifat repressive
yustisial maupun repressivenon yustisial, dimana terakhir ini
didasarkan atas “asas kewajiban” (‘Plichtmatigeid’).
Keinginan ini telah mendorong penulis menggali nilai-nilai
keadilan sebagai rahmat bagi seluruh alam dan umatnya untuk
memiliki watak/karakter kesantunan dan kasih sayang, berakhlak
mulia, berbudi pekerti luhur, dengan mengkaji teks-teks Al-Qur’an
yang penuh dengan lambang dan kandungan nilai-nilai kemuliaan
dan pesan-pesan moral yang sejalan dengan Firman Allah tentang
amar ma’ruf nahi munkar dan kasih sayang. Dengan prinsip
‘musyawarah’ adalah salah satu prinsip ajaran Islam untuk mencapai
kemaslahatan bersama“.
Bahwa telah sejalan dengan Paus Yohanes Paulus II, yang
diusahakan terciptanya koeksistensi damai yang masa kecilnya
bernama “Karol Wojtyla” selama 26 tahun berkeliling dunia untuk
mengajak umatnya untuk melakukan “perdamaian”, juga berkunjung
ke Masjid Ummayad di Damascus, menggandeng pemimpin
Palestina (waktu itu Yaser Arafat); tanpa henti “memperjuangkan
perdamaian”, baik di Timur Tengah maupun di berbagai belahan
dunia yang masih dilanda peperangan, mengusahakan dengan
para pemimpin agama non Kristen, dan mengingatkan pentingnya
keluarga yang sejuk yang penuh damai. Dalam buku “Rise, Let Us
Be On Our Way”, Paus Yohanes Paulus II menulis “Gembala itu
bagi domba-domba, dan bukannya domba-domba bagi gembala.”
Kemudian Paus menulis gembala yang baik mengetahui domba-
domba dan mereka mengenalnya Paus mengingatkan, martabat
umat manusia adalah nilai transenden yang diyakini orang-orang
yang mencari kebenaran. Oleh karena itu umat Katolik tidak boleh
membeda-bedakan orang, memilah-milah orang yang seiman dan
x
bukan seiman. “Sebab, menurut ajaran iman adalah setiap orang
diciptakan setara dengan citra Allah,” kata Paus.
Hubungan dengan manajemen konflik kekristenan berdasarkan
“kasih” dimana dengan artian bahwa Allah sendiri adalah kasih.
Karena kasih bisa mengalahkan segalanya dan tidak ada hukum
yang menentang tentang mengasihi. Dalam Surat Matius ke 18:
ayat 15-17; Ayat (15): Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah
dia dibawah empat mata. Jika ia mendengar nasihatmu engkau
telah mendapatkan kembali. Ayat (16): Dan jika ia tidak mau
mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi,
supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak
disangsikan danjangan menghakimi, maka kamupun tidak akan
dihakimi, dan janganlah kamu menghukum, kamupun tidak akan
dihukum, maka ampunilah, kamu juga akan diampuni; dinyatakan
Surat Lukas ke 6 ayat (37).
Bahwa restorative justice untuk menuju kepolisian modern,
dalam sistem peradilan pidana seyogyanya dibarengi penegakan
keadilan masyarakat (restorative community justice), berperspektif
InstrumenInternasional yang mendukung terhadap perlindungan hak
asasi manusia dan tegaknya supremasi hukum, yang telah diratifikasi
oleh Negara Republik Indonesia sebagai bagian dari organisasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kehidupandan tatananhukum di
Indonesia dalam menelusuri suatu Ratifikasi terhadap Convention
Against Torture and Other Cruel, Inhuman, Degrading, Treatment,
and Punishment yang disetujui Majelis Umum PBB pada tanggal 10
Desember 1984 dimana Indonesia pun sebagai penandatangannya
pada tanggal 23 Oktober1985.
Penulis menyadari keterbatasan yang ada pada diri penulis, baik
dari aspek ilmu agama, aspek hukum internasional, ilmu filsafat,
dan ilmu-ilmu kemasyarakatan yang telah berkembang demikian
pesat. Keberanian penulis pada awal mengikuti perkuliahan pada
program doktor ilmu hukum di Undip Semarang ini menjadi
bukti bahwa penulis selalu ingin mengikuti perkembangan
hukum atau kepesatan kemajuan ilmu pengetahuan, walaupun
sebenarnyapenulis sudah purna tugas bekerja sebagai anggota
POLRI, tetapi penulis masih tetap berkeinginan menyumbangkan
ilmu dan pengalaman bekerja selama 38 tahun untuk Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Terwujudnya tulisan ini merupakan
xi
bukti kemurahan Allah SWT, serta keikutsertaan banyak pihak yang
telah memberikan kesempatan, dorongan dan dukungan kepada
penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, sudah
seharusnya penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua
pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu, namun jasa
baiknya menjadi faktor penentu dalam keberhasilan penulisan buku
inimaupun dalam penyelesaian studi.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh
dari sempurna. Andaikan tidak dibatasi dengan waktu, biaya dan
kesempatan ingin rasanya mengkaji kembali dan terus memperbaiki
tulisan ini agar dapat dikatakan mendekati layak sebagai buku.
Meskipun demikian, dari segala hal yang jauh dari kesempurnaan
itu, penulis hanya mengharap agar jerih payah ini tidak berbuah sia
yang tiada arti, karena masih ada yang dapat diambil manfaat bagi
kepentingan sesama. Oleh karena itu, semua kritik dan saran bagi
penyempurnaan tulisan ini sangat penulis harapkan.
Semoga Allah SWT selalu mengampuni segala dosa kesalahan
kita, memayungi setiap detak langkah kita agar senantiasa ada di
jalan yang lurus dan benar, dan setiap amal baik kita. Amiin ya
Rabbal ’Alamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
xii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohiim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya tidak keberatan ketika diminta oleh Dr. Suparmin, SH,M.
hum untuk memberikan kata pengantar pada bukunya yang berjudul
"Revitalisasi Hukum Kepolisian Dari Perspektif AnalisaSWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat) Guna ProblemSolving
Tingkat Tinggi Untuk Intensitas Keamanan DalamNegeri”.Secara
keseluruhan isi buku membahas berbagai isuterkini dan pemikiran
penulis terkait hukum kepolisian dan pelaksanaan tugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri).
Pembahasan diawali dengan melakukan kajian tentang
tugaspokok, peran, dan fungsi hukum kepolisian dari 2 (dua)
perspektif, yaitu : (1) paradigma doktrin The Strong Hand of
Society dan paham militerisme polisi; serta (2) paradigma doktrin
The Soft Hand of Society dan paham polisi sipil. Pembahasan kedua
paradigma menyebutkan kebijakan hukum atau criminal policyselalu
dihadapi oleh petugas kepolisian ketika bertugas di lapangan.Oleh
karena itu, polisi sebagai aparat negara sekaligus sebagaipelindung,
pengayom dan pelayan masyarakat harusmenjalankan perannya
dengan bijaksana.Hal ini dikarenakandalam menjalankan tugasnya
sebagai penegak hukum, polisiditantang untuk bertindak tidak
hanya berdasarkanperaturan perundangan-undangan saja, namun
jugabertindak lebih adil dan bermanfaat bagi masyarakat.
Pada bagian selanjutnya penulis membahas tentang kemampuan
staf dan pimpinan Polri perlu direvitalisasi dalam rangka
mempercepat terwujudnya stabilitas Keamanan Dalam Negeri
(Kamdagri). Secara runtut dibahas tentang kondisi kemampuan staf
dan pimpinan Polri saat ini, faktor apa saja yang mempengaruhi,
serta bagaimana sebenarnya kondisi kemampuan staf dan pimpinan
Polri yang ideal sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas
pokok Polri dan berdampak kepada terwujudnya Kamdagri.
Bagian ini diakhiri dengan formulasi strategi yang harus dilakukan
xiii
oleh Polri untuk merevitalisasi kemampuan staf dan pimpinan
Polri.Formulasi strategimendasari pertimbangan hasil analisis
SWOT (Strength,Weakness, Opportunity, Threath) yang dimiliki
olehorganisasi Polri. Formulasi strategi yang mendasari hasil
analisis SWOT akan menghasilkan strategi yang down tothe earth
atau membumi. Artinya strategi betul-betul menyentuh kepada akar
pemecahan masalah, yaituberbagai tindakan untuk merevitalisasi
kemampuan staf dan pimpinan Polri.
Selanjutnya penulis juga menuangkan pemikiran tentang
penanganan konflik sosial dari perspektif penegakkan hukum dan
Hak Asasi Manusia (HAM).Pemilihan materi konflik untuk dibahas
dari perspektif keilmuan penulis merupakan hal yang tepat.Apalagi
saat ini berbagai peristiwa konflik sosial kerap terjadi di tengah
kehidupan masyarakat Indonesia.Melalui wawasan akademik dan
pengalaman penulis sebagai anggota Polri, diuraikan bagaimana
sebenarnya penanganan konflik sosial dari perpektif tindakan
represif tanpa mengabaikan HAM.Uraian di dalam buku dirasa
sangat aplikatif karena berangkat dari analisis SWOT terkait dengan
penanganan konflik yang dilakukan oleh Polri saat ini.Melalui
pembahasan materi yang mengalir disampaikan bahwa konflik
sosial sebenarnya dapat dicegah, namun ketika telah berkembang
menjadi gangguan nyata maka harus dilakukan tindakan represif
yaitu berupa penegakkan hukum dengan berpegang teguh kepada
peraturan yang ada serta tidak melanggar HAM.
Materi terakhir membahas tentang karakter kepolisian sebagai
teladan.Penulis menyebutkan bahwa karakter kepolisian yang
diharapkan menjadi teladan adalah polisi yang dapat memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
untuk mencapai ketertiban dan ketentraman serta memberikan
jaminan terhadap tegaknya kebenaran dan keadilan hukum.Oleh
karena itu masyarakat berharap bahwa perpolisian yang ada di
Indonesia berubah dari perpolisian reaktif menjadi perpolisian
yang didasarkan kepada kedekatan dengan masyarakat (community
policing).
xiv
Sebelum mengakhiri kata pengantar, saya sebagai Gubernur
Akademi Kepolisian mengucapkan selamat atas terbitnya buku ini,
semoga segera terbit buku-buku lain dari pemikiran Dr. Suparmin,
SH, M.Hum yang dapat diambil manfaatnya bagi pembangunan
hukum dan institusi Polri di masa yang akandatang.
Billahit taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
xv
MOTTO:
“USIA TIDAK MEMBATASI MANUSIAMENCARI ILMU,
UNTUK MENEGAKKAN KEBENARAN DAN KEADILAN,
GUNA KESEJAHTERAAN MANUSIA”.
KATA MUTIARA
“Better Late Than Never”
(YACOBUS BUSONO)
Kendati terlambat masih lebih baik daripada tidak sama sekali
ANJURAN
Marilah kita belajar
Hadist Nabi:
“Yassiruu Walaa tua’syiruu Wabasysyiruu walaa tunaffiru”
(“Permudahlah jangan mempersulit, dan gembirakanlah
jangan menyusahkan”)
&
“Shiluu Ashaamakum walau Bissalaam”
(“Pereratlah tali persaudaraanmu, walau hanya dengan
Ucapan Salam”)
xvii
DAFTAR ISI
Hal
BAB I TUGAS POKOK PERAN DAN FUNGSI
HUKUM KEPOLISIAN .......................................... 1
A. Pendahuluan ........................................................ 1
B. Perubahan Paradigma Doktrin Kepolisian ........ 12
1. Paradigma Doktrin The Strong Hand of
Society dan Paham Militerisme
Kepolisian .................................................... 17
2. Paradigma Doktrin The Soft Hand of
Society Paham Polisi Sipil ........................... 21
C. Kebijakan Hukum (Criminal Policy) ................ 27
xix
3. Kesejahteraan ............................................. 79
4. Analisa SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, and Threat)............................. 80
5. Teori Manajemen .......................................... 88
6. Teori Kepemimpinan ................................... 92
7. Nilai-Nilai Kepemimpinan .......................... 92
8. Tugas-Tugas Baru Pemimpin ...................... 93
F. Persoalan Sumberdaya Manusia (SDM) ............ 99
1. SDM POLRI yang Belum Memadai ........... 99
2. Sarana dan Prasarana Organisasi .............. 101
3. Kesejahteraan ............................................. 102
G. Strategi Implementasi Penyidikan Tipikor
Oleh POLRI .................................................... 104
1. Visi POLRI ................................................ 105
2. Misi POLRI ............................................... 106
3. Tujuan Strategi POLRI ............................. 107
4. Sasaran....................................................... 108
5. Strategi POLRI ......................................... 110
6. Kebijakan POLRI ...................................... 112
H. Strategi Dalam Penegakan Hukum Yang
Demokratis Dan Menghormati HAM ............. 113
1. Strategi Penegakan Hukum Yang
Demokratis Dan Menghormati HAM ........ 115
2. Pembuktian berdasarkan unsur-unsur
Tindak Pidana dan Syarat Pemidanaan...... 119
3. Penegakan Hukum oleh POLRI Upaya
Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum .... 124
4. Upaya Implementasi Penyidikan Tindak
Pidana Korupsi Oleh POLRI ..................... 135
5. Implementasi ............................................. 139
I. Kesimpulan .................................................... 143
J. Implikasi ......................................................... 146
xx
BAB III PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DARI
PERSPEKTIF PENEGAKAN HUKUM DAN
HAM 11 (Sebelas) Konsep Pencegahan Konflik . 149
A. Pendahuluan .................................................... 149
B. Permasalahan .................................................. 154
C. Pembahasan .................................................... 155
D. Analisa SWOT ................................................ 169
E. Penutup ............................................................ 176
1. Simpulan ..................................................... 176
2. Saran ........................................................... 177
xxi
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
BAB I
TUGAS POKOK PERAN DAN FUNGSI
HUKUM KEPOLISIAN
A. Pendahuluan
Transisi reformasi sekarang ini, di tengah-tengah upaya
kita menciptakan kondisi aman dan damai, adil dan demokratis,
serta upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, POLRI
terus berjuang. Apalagi POLRI telah menjadi bagian dari
warga sipil. Oleh karena itu POLRI di era reformasi ini, harus
mampu menampilkan figur POLRI yang dicintai, dipercaya,
dimiliki, dan dibanggakan oleh masyarakat. Filosofiini harus
terus diaktualisasikan kepada segenap insan Bhayangkara di
tanah air. 1
Untuk memenuhi harapan dan tuntutan masyarakat di era
reformasi, selain memposisikan POLRI sebagai bagian dari
warga sipil, POLRI juga harus melakukan reformasi internal
melalui pembenahan dalam berbagai aspek.
Untuk lebih memberdayakan potensi keamanan,
sebagaimana diamanatkan Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,strategi
perpolisian masyarakat (community policing)harus terus
dikembangkan, perbanyak pembentukan Forum Kemitraan
Polisi dan Masyarakat di seluruh tanah air. Dengan cara itu,
potensi masyarakat dapat diberdayakan di lingkungan masing-
1
. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia, dalam Sambutan
Tertulis Presiden Republik Indonesia Pada Hari Bhayangkara Ke-61 di Jakarta
Tanggal 1 Juli 2007, hal: 4-6. :Menurut Presiden H. Susilo Bambang
Yudhoyono, dalam menyikapi berbagai perubahan di tengah-tengah masyarakat,
POLRI dituntut untuk berupaya mengembangkan strategi dan kemampuan
profesional Kepolisian, dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai ideal Tribrata
sebagai pedoman hidup dan Catur Prasetya sebagai pedoman karya.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
2
. H. Susilo Bambang Yudhoyono, 2007, Ibid, hal: 12,15,16 Harapan Presiden
agar seluruh jajaran kepolisian dapat menjadi polisi sahabat masyarakat. Polisi
yang mampu memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat, potensi masyarakat dapat diberdayakan di lingkungan masing-
masing guna memecahkan masalah sosial yang terjadi di lingkungannya.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
3
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2 dan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
4
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168, penjelasan pasal
3 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
5
Seperti konflik yang terjadi di Jawa Tengah, Ambon, Poso, Lampung Selatan,
Sumatra Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Bekasi Jawa Barat dll.
6
Sutanto, Keputusan KaPOLRI Nomor Pol. : Kep/20/IX/2005, Mabes POLRI,
Jakarta, 2005 :42.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
7
Satjipto Rahardjo, 2002,Ibid, halaman: 60-61 Makna seragam yang memiliki
kaitan dengan tradisi, nilai dan semangat bangsa seperti itu, tampak juga pada
polisi Amerika. Kita mengetahui bahwa semangat kemerdekaan dan kebebasan
orang Amerika sangat tinggi dan karena itu polisi Amerika merasa risih untuk
menggunakan seragam. Hal itu terjadi pada tahun-tahun awal sejarah kepolisian
negara tersebut. Mereka mengatakan, bahwa dengan memakai seragam polisi
mereka merasa sebagai bukan orang Amerika.
8
Mochtar Lubis 1988, Citra Polisi, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, halaman:
176-177.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
9
Mochtar Lubis (ed), Ibid, 1988, halaman 176-177.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
11
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Pidana Dalam
Penanggulangan Kejahatan”, Perdana Media Group, ISBN. 978-979-3925-83-
7, Jakarta, 2007, 1 – 5.
12
Abdul Ghofur dan Achmad Rofi q, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam Di
Indonesia (Studi Atas Pemikiran Gus Dur), Walisongo Press bekerja sama
Pustaka Pelajar Offset, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2002 : 1-5.
13
Rusadi Kontopawiro, Sistem Politik Indonesia; Suatu Model Pengantar, Sinar
Baru Algensindo, Bandung, 1992 : 180.
14
F. Hartono, Etos dan Moralitas Politik, Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI),
Cetakan ke 5, Yogyakarta, 2003, 12.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
20
Muladi, Ibid, 2006, hal 19.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
22
Kf. Anton Tabah,Membangun POLRI yang Kuat (Belajar dari Macan-Macan
Asia), Jakarta: PT Sumbersewu Lestari, 2002, halaman 85.
23
Kf. Anton Tabah,Ibid., 2002, halaman 85-86.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
26
Daan Sabadan, Kunarto, Statistik Kejahatan Internasional Tahun 1981 s/d 1984,
Kejahatan Berdimensi Baru, Cipta Manunggal, ISBN : Indonesia :979-8939-21-
2, Jakarta, 1999 :463-466.
27
Abdul Wahid. Modus-Modus Kejahatan Modern. Bandung: PT. Tarsito, 1993,
halaman 34.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
28
Kf. Anton Tabah,Op Cit., 2002, halaman 130-131. sejalan Abdussalam, (Jakarta,
2006 hal : 684), kewenangan yang sangat besar yang didapat dari undang-
undang merupakan kepastian hukum bagi aparat penegak hukum dalam
melaksanakan tugas pokok
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
29
Satjipto Rahardjo,Op Cit., 2002, halaman 55.
30
LPEM-FEUI dan MABES POLRI 1. 6. 3. Polisi sipil tidak dapat dilepaskan dari
perilaku sipil, komunikasi sipil, dialog sipil, interaksi sipil dan aspek lain yang
lebih berorientasi pada aspek kemanusiaan ketimbang aspek represif. Sesuai
dengan tugas dan tanggungjawabnya yang sangat berorientasi sipil secara lebih
detail membutuhkan hal-hal sebagai berikut : (1. 6. 3. 1.) kedekatan dengan
masyarakat, (1. 6. 3. 2.) akuntabel terhadap masyarakat, (1. 6. 3. 3.) mengganti
pendekatan”penghancuran” dengan melayani, melindungi, dan menolong
masyarakat sebagai pedoman operasi sehari-hari, (1. 6. 3. 4.) Peka terhadap
urusan-urusan masyarakat sipil (membantu orang lemah, kebingungan, frustasi,
sakit, lapar, putus asa, ketidak-tertiban, dll, dan (1. 6. 3. 5.) aktif dalam upaya
memberikan alternatif keadilan bagi masyarakat.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
31
Opcit. M Fa‟al, Diskresi Kepolisian, Jakarta 1991: 6-7.
32
Sutanto, Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Panduan
Pembentukan dan Operasional Perpolisian Masyarakat, berdasarkan Surat
Keputusan KaPOLRI Nomor Pol. :Skep/433/VII/2006 tanggal 1 Juli 2006,
Jakarta : 2006 :7-8.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
33
Ibid : Panduan Pembentukan dan Operasionalisasi Polmas, 2006 : 20-24.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
34
Da‟i Bachtiar, Lampiran Naskah Akademik Grand Strategi POLRI Menuju
Tahun 2025, Lampiran Surat Keputusan KAPOLRI NO. POL.
:SKEP/360/VI/2005, tanggal 10 Juni 2005, Markas Besar Kepolisian Negara
Republik Indonesia, LPEM-FEUI, Jakarta, 2005 : 9. 3)
35
Thomas J Aaron, The Control of Police Discretions, Springfi ld, Charles C
Thomas, hal IX)
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
36
G. Peter Hoefnagels,The Other Side of Criminology, Kluwer Deventer, Holand,
1973 : 56.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
37
G Peter Hoefnagles, The Other Side of Criminologi An Inversion of The Concept
of Crime, Ultrecht State University, Nederland, Rotterdam, 1972 : 57, bahwa
penerapan hukum untuk mengatasi masalah sosial oleh penegak hukum dengan
cara mengadakan musyawarah untuk mewujudkan perdamaian, termasuk
kebijakan penegakan hukum.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
38
Mahmutarom HR,209, ibid : 107-108 Secara umum kepentingan umum adalah
pertama, memelihara kepentingan umum dengan kebajikan umum. Kepentingan
umum dilakukan dengan menolak kemudaratan yang menimpa manusia
umumnya dan mendatangkan kemanfaatan. Dan kedua, mewujudkan
kepentingan umum dengan bersandar kepada dua sendi kebenaran dan keadilan.
39
Penjelasan pasal 18 ayat (1) Undang-Undang nomor tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dimaksud dengan bertindak
menurut penilaian nya sendiri adalah suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam bertindak harus
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
BAB II
REVITALISASI KEMAMPUAN STAF DAN
PIMPINAN POLRI DALAM RANGKA
AKSELERASI MEWUJUDKAN
STABILITAS KAMDAGRI
A. Permasalahan Umum
Institusi kepolisian hingga saat ini tidak pernah lepas
dari kritikan-kritikan dari berbagai kalangan, karena
pencitraan positif yang dibangun sebagai komitmen menuju
profesionalisme polisi ternyata sering „dikotori‟ oleh ulah
oknum-oknum polisi yang tidak bertanggung jawab42.
Fenomena ini tampaknya tetap akan menjadi siklus yang
abadi dalam tubuh POLRI (Kepolisian Negara Republik
Indonesia), andaikata komitmen profesionalisme,
transparansi dan akuntabilitas tidak diwujudnyatakan dalam
sikap dan tindakan aparat kepolisian dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya sehari-hari. 43
42
Bambang Kristiyono, 2010, Kapolrestabes Semarang, “Meningkatkan
Kemampuan Staf dan Pimpinan Pada Organisasi Tingkat Tinggi Guna
Mencapai Akselerasi Mencapai Keunggulan Dalam Rangka Mewujudkan
Stabilitas Kamdagri”, Makalah, Semarang, 2010 :hal 1.
43
Jaya Suprana tentang Fenomena yang demikian itu sebagaimana pernah
diungkapkan oleh Budayawan dari Semarang dalam sebuah Seminar
Nasional Polisi di Semarang, diucapkan bahwa “Nyaris tidak ada Surat
Kabar yang tidak memuat artikel mengkritik polisi, mulai dari yang
beralasan ilmiah sampai emosional pribadi. Tidak ada mulut yang tidak
mengomeli polisi” (Jaya Suprana, “Polisi dan Pelayanan Masyarakat”,
Makalah Seminar Nasional Polisi I, diselenggarakan oleh Pusat Studi
Kepolisian UNDIP, Semarang, 1995, halaman 1).
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
44
Baca misalnya dalam Sarlito Wirawan Sarwono, “Citra Polisi dalam Teori
Psikologi Sosial”, Artikel Harian KOMPAS, 1 Juli 1995, halaman IV).
45
N. N., “KaPOLRI: Profesionalisme Polisi Belum Optimal”, Berita Harian
KOMPAS, 1 Juli 1995.
46
Kf. Tabloid Mingguan Detik, 21 Agustus s/d 14 September 1993.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
47
. Bambang Pujiyono, “Strategi Mengangkat Kembali Citra POLRI”, Artikel
Harian Suara Karya, 1 Juli 2005 (Kf. Suara Karya Online, 23 Januari
2007, http:// www. suarakaryaonline. com/news. html? id=113664).
48
Kf. N. N., “Polisi Salah Tembak”, Berita Harian Radar Malang, 10 Januari
10 Januari 2007.
49
Dikutip dari Surat Pernyataan Bersama WALHI, KONTRAS, YLBHI,
PBHI, IMPARSIAL, AGRA, LS ADI, KAU tentang Kekerasan Polisi
terhadap Warga Bojong (Sumber: WALHI, http:// www. walhi. or.
id/kampanye/cemar/sampah/041123_ kekeraspol_bojong_ps).
50
Asian Human Rights Comussion-Indonesia, “Penyiksaan terhadap 2
penduduk desa oleh polisi di Sumatera Selatan berkaitan dengan surat jual
beli pembelian sapi, 12 Januari 2006 (Sumber: http:// indonesia. ahrchk.
net/news/mainfi le. php/ua2006/43).
51
Kf. Laporan WALHI, 2003, dan pemberitaan dalam Tempo Interaktif, 03
Desember 2003.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
52
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Perpolisian Masyarakat, Buku
Pedoman Pelatihan untuk Anggota POLRI. Jakarta: 2006, halaman 71.
53
Kf. Adrianus Meliala, Kriminolog UI, Selamat Bertugas KaPOLRI Baru,
Selapa News Majalah Polisi, www. selapa-com, Jakarta, Oktober No. 10-
2010: 11-12; Tidak ada lembaga yang paling berani menindak anggota
tanpa memandang pangkat selain POLRI. Meskipun Jendral bintang tiga
ditindak juga, tantangan Tri Brata I tentang harapan publik untuk memiliki
POLRI yang lebih profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi
manusia, dan mampu menjadi pilar demokrasi menjadi pekerjaan rumah
yang mendesak untuk segera. Ekspektasi dan apresiasi masyarakat
ditentukan oleh seberapa besar POLRI dapat menjalankan tugas
kesehariannya sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat,
dalam menegakkan hukum.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
54
Suparmin, Model Polisi Pendamai Dari Perspektif Alternatif Dispute
Resolution (ADR) (Studi Penyelesaian Konflik antar Partai Politik),
Pengantar Prof. Dr. Muladi, SH, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bekerjasama dengan Wahid Hasyim University Press, ISBN 978-979-097-
145-5, Semarang, 2011: 108-109 masih banyak yang belum tertangkap,
sel-sel Terorisme di Indonesia, bahwa saat ini masih ada UP (Umar Patek),
ZI (Zulkarnaen, dan lainnya yang masih bebas berkeliaran.
55
Juga diberitakan Suara Merdeka, :Harian, Semarang, Kamis Pahing, 30
Desember 2010, hal: 1 Masih banyak yang belum tertangkap, sel- sel
Terorisme di Indonesia, bahwa saat ini masih ada UP (Umar Patek), ZI
(Zulkarnaen) dan lainnya yang masih bebas berkeliaran.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
56
Menurut Launa, SIP. MM, Dosen FISIP Universitas Satya Negara
Indonesia, dalam artikelnya mengungkapkan bahwa ada 3 (tiga) hipotesa
untuk mengurai perilaku naif yang masih menjangkiti tubuh POLRI, yaitu:
Pertama, meluasnya kekuasaan setelah reformasi. Kedua, terbatasnya
sumber daya manusia POLRI. Dan ketiga, minimnya reward atau imbalan
seorang anggota kepolisian. “Karena itu, peningkatan profesionalisme
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
57
Muladi, 2006, Gubernur Lemhanas, Pengaruh Demokratisasi Dalam
Pengembangan Manajemen Penegakan Hukum, Pidato Ilmiah Dalam
Rangka Dies Natalis Ke-60 PTIK dan Wisuda Sarjana Ilmu Kepolisian
Angkatan 42, 43 dan 44, Jakarta, 17 Juni 2006, hal : 4-6 ; Demikian pula di
era reformasi kita tidak menghendaki adanya elemen-elemen POLRI yang
dengan sengaja melakukan atau terlibat penyiksaan baik mental maupun
fisik terhadap seorang tersangka untuk memperoleh informasi atau
pengakuan dan sebagainya yang melanggar Convention against Torture
and Other Cruel, Inhuman or Degrading treatment or Punishment (1984)
yang telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1998.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
59
M D. Siregar, Ekonomi Pancasila, Lampiran A. Lahirnya Pancasila, pidato
pertama tentang Pancasila yang diucapkan pada tanggal 1 Juni 1945 oleh
Bung Karno, Presiden Pertama Negara Republik Indonesia di Walikukun
tanggal 1 Juli 1947, Notulen Dr. K. R T. Radjiman Wedyodiningrat,
Penerbit Mutiara, Jakarta, 1980 : 49 – 50.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
60
Moch. Sanoesi, Ibid. hal 342.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
61
Jendral Polisi Drs. Timur Pradopo, KaPOLRI Baru, Dalam Rastra Sewa
Kottama Media Informasi POLRI, Membuka Ruang Transparansi Publik,
No. 120, Desember, Jakarta, 2010: 4-6 seraya mengucapkan terima kasih
kepada Jendral Polisi Drs. Bambang Hendarso Danuri dan segenap jajaran
POLRI yang telah memberikan kesempatan kepadanya untuk mengikuti
serangkaian proses konstitusional sebagai calon KaPOLRI
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
63
Lembaga Pengkajian Ekonomi Pancasila, Ekonomi Pancasila 1652 Um,
Penerbit Mutiara Jl. Salemba Tengah 38, Jakarta,1980: 42
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
64
Djunaidi Maskat H, Manajemen Kepolisian Teori dan Praktik Jilid I
(Perencanaan), dilengkapi dengan berbagai contoh Format Bentuk
Berbagai Rencana, Penerbit Sanyata Sumanasa Wira, Lembang, Bandung,
1993 :22.
65
Loc Cit.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
69
Pasal VI Ayat (1) Undang-Undang tg 26 Pebr. ‟46 Nr. 1 Nama undang-
undang hukum pidana “Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-
Indie”dirobah menjadi “Wetboek van Strafrecht”. Ayat (2) Undang-
Undang tg 26 Pebr. ’46 Nr. 1 Undang-Undang tersebut dapat disebut :
“Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”. Pasal V Undang-Undang tg
26 Pebr. ’46 Nr. 1 Peraturan hukum pidana, yang seluruhnya atau
sebagian sekarang tidak dapat dijalankan, atau bertentangan dengan
kedudukan Republik Indonesia sebagai Negara merdeka, atau tidak
mempunyai arti lagi, harus dianggap seluruhnya atau sebagian
sementara tidak berlaku.
70
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 1960 No. 18 tentang
perubahan ancaman hukuman dan denda, dan dalam ketentuan-ketentuan
pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum 17 Agustus 1945, sebagaimana
telah diubah sebelum mulai hari berlakunya Peraturan perundang-
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
undangan ini. KUHP tersebut teks-nya adalah terjemahan tidak resmi dari
“Wetboek van Strafrecht”, sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
71
Lampiran surat Keputusan KaPOLRI No. Pol. : Skep/360/VI/2005 tanggal
: 10 Juni 2005 Arah Pembangunan Jangka Panjang (PJP) POLRI Tahun
2005-2025 dalam Grand Strategi POLRI, bahwa Reorientasi Sistem
Keadilan(Restorative Justice), dengan Strategi Restorative Justice
(pemulihan keadilan) dapat meningkatkan trust kepada masyarakat karena
menunjukkan bahwa POLRI bertindak sebagai fasilitator, bukan hanya
“penghukum” (penegak hukum) yang menjuru represif, melainkan POLRI
mengutamakan “pendamai” (dalam penegakan hukum)bagi
penanggulangan kejahatan,ketidak tertiban yang sebagian besar timbul dari
konflik kepentingan, dan berperan sebagai pihak ketiga yang menghasilkan
win- win solusition.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
73
DR. H Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia,
Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia Pada Peringatan Hari
Bhayangkara Ke-61, Jakarta, 1 Juli 2007 Dalam menyikapi berbagai
perubahan di tengah-tengah masyarakat, POLRI dituntut untuk berupaya
mengembangkan strategi dan kemampuan profesional kepolisian, dengan
tetap berlandaskan pada nilai-niiai ideal Tribrata sebagai pedoman hidup
dan Catur Prasetya sebagai pedoman karya. Untuk memenuhi harapan dan
tuntutan masyarakat di era reformasi, selain memposisikan POLRI sebagai
bagian dari warga sipil, POLRI juga harus melakukan reformasi internal
melalui pembenahan dalam berbagai aspek.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
74
Sarlito W. Sarwono (1981), “Bagaimana Kalau Ternyata Korupsi Sulit
Diberantas?” Kompas, 17 Nopember 1981.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
75
IGM. Nurdjana, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi”
Perspektif Tegaknya Keadilan Melawan Mafi a Hukum, Pustaka
Pelajar,ISBN :978-602-6479-79-0, Cetakan I, Celeban Timur UH III/548
Yohyakarta, 2010: 33-37.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
76
Keputusan KaPOLRI No. Pol. : KEP/200/IX/2005, tanggal 7 September
2005 tentang Rencana Strategis POLRI 2005-2009 (Renstra POLRI),
halaman 11.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
77
Surat Keputusan KaPOLRI No. Pol : SKEP/360/VI/2005 tanggal 10 Juni
2005 tentang Grand Strategis POLRI Menuju 2005-2025.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
78
Ronny Hanitijo Soemitro, Ibid : 77.
79
Juhaya S Praja dan Ahmad Syihabuddin, Delik Agama Dalam Hukum
Pidana Di Indonesia, Angkasa, Bandung : 5.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
80
Ronny Hanitijo Soemitro, Ibid : 79.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
81
Ronny Hanitijo Soemitro, Ibid : 82.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
82
Suhardi Sigit, Pengantar Manajemen, UGM Press, Yogyakarta, 1984 : 4.
83
Syafi ‟i Ma‟arif, Reformasi Politik, Kebangkitan Agama dan
Konsumerisme, Pustaka Pelajar, bersama dengan Arief Budiman,
Budiawan, Heru Nugroho, Th. Sumartana, Tini Hadad, YB.
Mangunwijaya, Interfi dei, Seri Dian VII Tahun VIII, diterbitkan atas
Kerjasama Institut DIAN/Interfidei- Kompas dan Forum Wacana Muda
Yogyakarta, Jl. Banteng Utama No. 59, halaman : 37.
84
Hendarman Supandji, Membangun Budaya Anti-Korupsi Sebagai Bagian
dari Kebijakan Integral Penanggulangan Korupsi di Indonesia, Diucapkan
pada Penganugerahan Doktor Honoris Causa di Universitas Diponegoro,
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
87
Barda Nawawi Arief, dan Nyoman Serikat Putrajaya, Pidato Pengantar dan
Laudatio Tim Promotor, diucapkan pada Upacara Penganugerahan Doktor
Honoris Causa Dalam Ilmu Hukum Kepada Hendarman Supandji Dalam
Rapat Senat Terbuka Universitas Diponegoro, tanggal 18 Juli 2009: 9-10
kalau budaya kejujuran itu semakin menipis dan bahkan lenyap sama
sekali setelah “orang gunung” itu menjadi “orang kota”, atau setelah
“petani kopi” itu menjadi “petani kota” (jadi
pegawai/pejabat/penyelenggara negara), maka upaya membangun kembali
budaya jujur yang telah semakin memudar itu, bukanlah merupakan
langkah “sangat besar” dan “sangat berat” ? Terlebih saat ini, budaya tidak
jujur terjadi dimana-mana, diseluruh bidang kehidupan bermasyarakat.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
88
Ronny Hanitijo Soemitro,Studi Hukum dan Masyarakat, Alumni,
Bandung, 1985 : 2122.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
89
Nasikun,S ebuah Pendekatan Untuk Mempelajari Sistem Sosial Indonesia,
Fisip UGM, Yogya, 1974 :18.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
90
Nasikun,Ibid : 21.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
91
Satjipto Raharjo, Hukum Dalam Perspektif Sosial, Alumni, Bandung,
1981: 9.
92
Nasikun,Ibid : 23.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
94
Philip Kotler, Northwestern University, Manajemen Pemasaran, (Edisi
Milenium: Perusahaan Seharusnya Berfi kir tentang Milenium sebagai
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
97
Warta Jateng, Rabu 2 Januari 2013, halaman: 6 Proyek Fisik Rawan
Korupsi, Umar Hasyim Anggota Banggar DPRD Kota Solo, Senin, 31
Desember 2012 katanya “Kalau boleh sama-sama jujur, lelang saat ini
hanyalah formalitas belaka. Jangan sampai orang yang tidak memiliki
perusahaan bisa memenangkan proyek”. Kata Umar lagi. „Guna
mengantisipasi masalah itu, politisi PAN itu meminta Inspektorat lebih
intens dalam melakukan pengawasan. Dengan begitu, maka resiko
penyimpangan bisa diminimalisir. ‟
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
98
I Timotius 6: 10 Karena segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh
memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan
menyiksa dirinya dengan berbagaibagai duka. Oleh karena itu mereka yang
ingin kaya terjatuh kedalam percobaan, ke dalam jerat dan ke dalam
berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang
menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan (I
Timotius 6: 9).
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
99
Satjipto Rahardjo dalam Karolus Kopong Medan dan Frans J. Rengka
(Ed), Sisi-sisi Lain dari Hukum di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2003, halaman 173-177 & 168-172.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
100
Philip Kotler, 2000, Manajemen Pemasaran, Pearson Education Asia,
Prenhallindo, Edisi Milenium, Jakarta : 263 Perusahaan itu harus selalu
waspada. Suatu inovasi produk mungkin muncul dan menyulitkan
sipemimpin.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
c. Komitmen.
d. Inovatif.
e. Iman dan Taqwa.
8. Tugas-Tugas Baru Pemimpin
Peter M Senge mengembangkan tugas-tugas baru
pemimpin sebagai berikut :
a. Mampu memainkan peran baru (New Roles).
Peran baru seorang pemimpin mencakup peran
sebagai perancang (designer), sebagai guru
(teacher), dan sebagai pelayan (steward).
Sebagai designer, pemimpin yang baik adalah
mereka yang mampu merumuskan visi, misi, nilai-
nilai dan tujuan organisasi dengan semaksimal
mungkin memberi peluang kepada orang-orang yang
berada didala Wawasan m organisasi yang
bersangkutan untuk berperan serta. Selanjutnya
mampu merumuskan kebijakan, strategi dan struktur
pelaksanaan kegiatan-kegiatan organisasi dalam
upaya mencapai tujuan bersama.
Sebagai guru (teacher), seorang pemimpin harus
mampu membangkitkan organisasi pembelajaran
yaitu mereka yang membantu orang-orang didalam
organisasi untuk memahami realitas yang ada. Dalam
hal ini peran sebagai guru juga diartikan dapat
mendorong anak buahnya untuk mewujudkan mental
model mereka agar organisasi dapat memiliki
asumsi/ persepsi yang sama terhadap masalah yang
dihadapi.
Sebagai pelayan (steward) seorang pemimpin yang
baik harus mampu menempatkan dirinya sebagai
pelayan stafnya, pelayan pelanggan dan
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
101
Indriyanto Seno Adji, Korupsi dan Pembalikan Beban PembuktianJakarta:
Prof. Oemar Seno Adji, SH & Rekan, 2006, 5.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
102
Kompas, Selasa, 21 Desember 2010, Politik dan Hukum, kolom 5;
Laporan akhir tahun Bidang Politik dan Hukum, Kejaksaan dan Wajah
Penegak Hukum, harus diakui citra penegak hukum di negeri ini, sampai
tahun 2010 belum sepenuhnya membaik; Ada dua tugas utama dari tim
yang diketuai oleh Hendarman Supandji yang juga Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung RI, yakni (1)
melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sesuai dengan
ketentuan hukum acara yang berlaku terhadap kasus dan/atau indikasi
tindak pidana korupsi; dan (2) mencari dan menangkap pelaku yang
diduga keras melakukan tindak pidana serta menelusuri asetnya dalam
rangka pengembalian keuangan secara optimal. Masa tugas Tim yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden ini terdiri dari 48 orang
anggota dan berasal dari unsur kepolisian, kejaksaan dan BPKP adalah
dua tahun dan dapat diperpanjang (Kf. Emerson Yudho, Op Cit, 2005,
halaman 6-7).
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
103
Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Suara Merdeka
31 Desember 2012, Jakarta, halaman 2 masih memberikan rapor merah
dalam kinerjanya selama 2012. Dikatakan S Pane indikator tersebut
ditandai lebih 20 (dua puluh) polisi gugur dalam menjalankan tugas, 67
orang lainnya dikeroyok massa karena sewenang-wenang menangkap
warga. Dilain peristiwa ada salah tembak yang menewaskan 17 (tujuh
belas) orang, 85 kantor polisi dirusak massa, dan 93 (Sembilan puluh
tiga) tahanan kabur.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
2. Misi POLRI
a. Mengutamakan peran perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat guna mewujudkan
rasa aman masyarakat (public safety)
b. Proaktif melaksanakan pencegahan kejahatan dan
pelanggaran dengan mengefektifkan community
policing guna peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat (crime prevention)
c. Menegakkan hukum secara profesional dengan
menjunjung tinggi supremasi hukum, HAM,
keadilan, dan kepastian hukum.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
6. Kebijakan POLRI
a. Memperkuat lapis depan pelayanan POLRI dan
menampilkan budaya pelayanan simpatik, serta
menyusun sistem pendidikan masyarakat yang patuh
hukum pada tahun 2005.
b. Membangun kekuatan fungsi lini dan
mengembangkan alih teknologi serta alih
keterampilan dari komponen Kepolisian
regional/Internasional (TIPIKOR), dan memulai
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
104
Benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada
mereka dari siapa benda itu disita, atau kepada orang atau kepada mereka
yang berhak. Dan penyerahan barang bukti dilakukan tanpa disertai
sesuatu syarat apapun (gratis) kecuali dalam hal putusan pengadilan
belum mempunyai kekuatan hukum tetap. Hal tersebut disampaikan
Kombes Naufal, (14/1/2013: 2), Suara Merdeka, Semarang, Direktur
Lalu Lintas Polda Jateng menerangkan, bahwa pengambilan barang bukti
kendaraan baik sepeda motor, mobil, atau jenis lain, tidak dipungut biaya,
alias gratis. Jika ada kecelakaan, korbannya menderita luka ringan saja,
polisi sebenarnya tidak berhakmelakukan penyitaan. Tetapi apabila
korbannya menderita luka berat atau meningal dunia, polisi berhak
melakukan penyitaan kendaraan sebagai barang bukti.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
Pasal 184 ayat (1) KUHAP alat bukti yang sah ialah :
105
Penjelasan pasal 183 KUHAP Ketentuan ini adalah untuk menjamin
tegaknya kebenaran, keadilan, dan kepatian hukum bagi seseorang.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk ; dan
e. Keterangan terdakwa.
Pasal 184 ayat (2) KUHAP Hal yang secara umum
sudah diketahui tidak perlu dibuktikan lagi.
106
B. Z. Koemolontang, Kapita Selekta Tindak Pidana Korupsi, Pusdiklat
Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2003 : 29 - 31; Penuntut Umum dalam
dakwaan harus memenuhi dua syarat: a). Formil dan b) Materiel,
sedangkan antara alat bukti dan barang bukti harus maju bersama-sama
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
109
Pemantapan Keterpaduan Sesama Aparatur Penegak Hukum
(Mahkehjapol II Jakarta 1992 : 4 Penangkapan berdasar Bukti permulaan
yang cukup, seyogyanya minimal laporan polisi ditambah salah satu alat
bukti lainnya seperti BAP di TKP,atau keterangan saksi/saksi ahli atau
barang bukti dan lain-lain.
110
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986, Pasal 100 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Undang-undang Peradilan Tata
Usaha Negara atau Peradilan Administrasi Negara.
111
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Pasal 42
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
112
D. Schaffmeister, N. Keijzer, Sutorius, Editor Penerjemahan : J. E.
Sahetapy, Hukum Pidana, Konsorsium Ilmu Hukum Departemen P&K,
Penerbit Liberty Yogyakarta, Edisi Pertama Cetakan Kesatu, 1995: hal
26-28.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
Syarat Pemidanaan113
Perbuatan Orang
113
Prof. Sudarto, SH, Hukum Pidana I, Cetakan ke II, Diterbitkan oleh
Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum Undip, Semarang, 1990 : 50.
114
Barda Nawawi Arief,Pelengkap Bahan Kuliah Hukum Pidana I, Cetakan
ke I, Penerbit Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, Semarang, 1990 : 1314)
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
115
Sahetapy; Ibid, hal 26-28.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
116
R Susilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP, Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politea Bogor, Cetak Ulang,
Untuk Para Pejabat Kepolisian Negara, Kejaksaan/Pengadilan Negeri,
Pamong Praja, Bogor, 1996: 27; ditekankan Peristiwa pidana tidak akan
ada, jika ketentuan pidana dalam undang-undang tidak ada terlebih
dahulu. “ Dengan adanya ketentuan ini, dalam menghukum orang hakim
terikat oleh undang-undang sehingga terjaminlah hak kemerdekaan diri
pribadi orang. Asas nullum delictum dianggap kurang melindungi
kepentingan kolektif, karena hanya menghukum orang-orang yang jelas-
jelas melanggar peraturan yang telah ada.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
117
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168; Penjelasan
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 16 ayat 1 huruf d dan
pasal 21 ayat (1) yang dimaksud dengan “menyerahkan berkas perkara
kepada penuntut umum”, termasuk tersangka dan barang bukti, sedangkan
“Kata sekurang-kurangnya” dimaksudkan untuk menjelaskan sebagian
persyaratan yang bersifat mutlak, karena selain yang tercantum dalam
standar ini masih ada persyaratan lain yang harus dipenuhi.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
118
Markas Besar Kepolisian Negara RepublikIndonesia, Pola
Penanggulangan Kriminalitas, Jakarta, 1982, halaman 3 dikutip dari M
Faal, S. H. M. H., Dipl. Es., Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi
(Diskresi Kepolisian), Cetakan pertama, Dicetak oleh PT Anem Kosong
Anem, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1991: 92-93.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
119
M Faal, Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi, (Diskresi Kepolisian),
Diterbitkan Oleh PT. Pradnya Paramita, Dicetak oleh PT. Anem Kosong
Anem, Cetakan pertama, Jakarta, 1991 :92-95. Polisi harus dapat mencari
hukumnya agar mereka tidak terlepas dari pertanggungjawaban pidana.
Bila salah satu di antara mereka hamil, mereka dapat dikenakan pasal 277
KUHP, karena menyulitkan status perdata dari anak yang akan dilahirkan.
Atau dikenakan pasal 281 KUHP ayat (1) karena dengan sengaja tukar
menukar istri berarti merusak rasa susila umum/masyarakat. Atau
perbuatan mereka dapat diancam 296 KUHP, karena perbuatan mereka itu
termasuk tidak menyenangkan orang lain, mempermudah tindak cabul.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
121
Al-Faqih Abul Laits As-Samarqandi, 1999, Tanbihul Ghafi lin Nasehat
Bagi Yang Lalai, Pustaka Amani, Jakarta,: 366-367 Ma‟mar
meriwayatkan dari Az-Zuhri, dari Humaid, dari ibunya, Ummu Kaltsum
bin Uqbah, dari Nabi Saw., beliau bersabda: “tidaklah termasuk
berbohong orang yang mendamaikan orang (yang bertengkar), di mana ia
mengatakan yang baik-baik atau menambahi yang baik-baik. “
Mendamaikan orang (yang bertengkar) itu adalah salah satu cabang dari
cabang-cabang ilmu kenabian, sedangkan menceraikan sesama manusia
adalah salah satu dari cabang-cabang ilmu sihir.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
122
Walker S., The Police in America. New York: McGraw-Hill, 1983,
halaman 54.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
123
Erlyn Indarti, Diskresi Polisi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2000, halaman 12-13. Kata penghubung dan/atau dipakai di
sini untuk menunjukkan bahwa kemerdekaan sesungguhnya dibedakan
dari – serta dapat berdiri sendiri tanpa – otoritas atau kewenangan. Namun
demikian, akan lebih kokoh dan lengkap bila kemerdekaan bertindak
dipadukan dengan – dan dikuatkan oleh – otoritas
124
Kewenangan diskresi ini tidak hanya dilakukan oleh polisi yang
menjalankan proses yudisial sebagai penyelidik dan penyidik, melainkan
dapat dilakukan oleh setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Kf. Penjelasan UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
125
Tindak pidana korupsi yang sulit pembuktiannya, antara lain tindak
pidana korupsi di bidang perbankan, perpajakan, pasar modal,
perdagangan dan industri, komoditi berjangka, atau di bidang moneter dan
keuangan yang bersifat: (a) sektoral, (b) dilakukan dengan menggunakan
teknologi, (c) dilakukan oleh tersangka/terdakwa yang berstatus sebagai
penyelenggara negara.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
126
Suparmin, Kapita Selekta Aneka Persoalan Di Bidang Hukum Ekonomi &
Hukum Pidana Khusus, Wahid Hasyim University Press Semarang,
ISBN:978-979-25-6663-5, Semarang, 2007: 41, sejalan dengan pendapat
(penulis) bahwa tindak pidana “terbukti” apabila sangkaan telah
memenuhi “bukti yang cukup” sehingga Berkas Perkaranya diterima oleh
Jaksa Penuntut Umum hingga dapat diajukan kepersidangan, telah sejalan
dengan Pasal 183 KUHAP, Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana
kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat
bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
127
Mengenai pedoman dan tata cara audit investigasi keuangan negara dapat
dicermati ketentuannya dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
129
Sejumlah nama aparat kepolisian yang dijadikan tersangka, dan ditahan
berkaitan dengan Kasus BNI, antara lain Komisaris Jenderal Suyitno
Landung, mantan Kabareskrim Mabes POLRI Brigadir Jenderal Samuel
Ismoko, mantan Direktur Ekonomi Khusus pada Bareskrim Mabes
POLRI, Komisari Polisi Irman Santoso, mantan Kanit II Perbankan
Direktorat Ekonomi Khusus Bareskrim, dan 16 penyidik di Mabes POLRI
yang terlibat.
130
Harian Kompas, 13 Januari 2006.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
I. Kesimpulan
Pada hakikat keamanan dalam negeri, sebagai tujuan
pembangunan nasional bidang keamanan identik dengan
doktrin POLRI, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia
yang “tata tenterem kerta raharja” dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berwilayah Nusantara,
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu,
merupakan kepentingan POLRI agar tujuan pengabdiannya
terhadap masyarakat negara dan bangsa dapat terjamin
perwujudannya.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
J. Implikasi
Bahwa, Reorientasi peran POLRI berangkat dari
pemikiran the police is place of paradigm shift bahwa
polisi itu bertugas berangkat dari paradigma dengan
kekuatan fi sik menjadi paradigma komunitas atau
komunikasi, karena polisi harus bekerja bukan seperti
pemadam kebakaran, namun polisi bekerja sejak sebelum
terjadi kebakaran. Keberhasilan polisi bukan dinilai dengan
ukuran berapa banyaknya memasukkan orang ke penjara,
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
131
. Pasal 35 ayat (1) UU Kepolisian (penjelasan) Mengingat dalam
pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia berkait erat
dengan hak serta kewajiban warga negara dan masyarakat secara langsung
serta diikat oleh kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia,
maka dalam hal seorang anggota POLRI yang melaksanakan tugas dan
wewenangnya dianggap melanggar etika profesi, maka anggota tersebut
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Komisi Kode
Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ayat ini, dimaksudkan untuk
pemuliaan profesi kepolisian, sedangkan terhadap pelanggaran hukum
disiplin dan hukum pidana diselesaikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Anggota Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia sepenuhnya anggota POLRI yang masih aktif dan
mengenai susunannya disesuaikan dengan fungsi dan kepangkatan
anggota yang melanggar kode etik.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
BAB III
PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
DARI PERSPEKTIF PENEGAKAN
HUKUM DAN HAM
11 (Sebelas) Konsep Pencegahan Konflik
A. Pendahuluan
Sejak manusia ada, sejarah konflik sudah ada dari
masa anak Nabi Adam hingga konflik Timur Tengah dan
merambah ke Indonesia. Konflik tersebut, terbukti telah
mengakibatkan hilangnya rasa aman, timbulnya rasa takut
masyarakat, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
korban jiwa dan menjadikan trauma psikologis seperti
dendam, benci, antipati sehingga menghambat tujuan
pembangunan Nasional. Konflik sosial, konflik komunal,
konflik horizontal, kekerasan, tawur antar warga, antar
suku, penganiayaan, pembunuhan, pembakaran,
kerusuhan, perampokan, penjarahan, ketidakadilan, politik
uang dan korupsi, pemerasan, penyuapan, sudah merasuk
pada kehidupan sebagian masyarakat di Indonesia.
Konflik sosial membuat korban menjadi trauma,
adanya pengungsian dan penderitaan yang
berkepanjangan. Peristiwaperistiwa tragis tersebut tidak
bisa dilepaskan dari masalahmasalah yang sudah melilit
kelompok-kelompok masyarakat yang dirasa bagaikan api
dalam sekam; Sumber masalah bisa dari ketidak adilan,
dan korban ketidakadilan itu konkrit, yaitu orang-orang
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
132
Haryatmoko, 2003, Etika Politik dan Kekuasan, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, hal :1-2 kekerasan, konflik sosial, politik uang, dan korupsi ini
memang lekat dengan kerakusan kekuasaan.
133
Abdul Hakim G. Nusantara,Luhut M. P. Pangaribuan,Mas Achmad
Santosa,1986, KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan
Peraturan Peraturan Pelaksanaan, Penerbit Djambatan, Jakarta, Hal: 95
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
134
Muchsin, 2004, Sebuah Ichtisar Piagam Madinah, Filsafat Timur, Filosof
Islam Dan Pemikirannya, bp Iblam, dalam Rachmat Taufi q Hidayat,
Republikan, Jakarta, 2003, hal 2-5 Ringkasan isi Piagam Madinah seperti
yang ditulis oleh Nourouzzaman Siddiqi, angka 9, Perdamaian adalah
tujuan utama, namun dalam mengusahakan perdamaian tidak boleh
mengorbankan keadilan (Pasal 45 Piagam Madinah) Apabila mereka
(pendukung Piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan)
memenuhi perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika
mereka diajak berdamai seperti itu, kaum Mukminin wajib memenuhi
ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang
menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban
masingmasing sesuai tugasnya).
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
135
Suparmin, 2012, Model Polisi Pendamai Dari Perspektif Alternative
Dispute Resolution (ADR), Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, hal 3-4 Selain itu, Piagam Madinah juga telah mendahului
konstitusi Perancis (1795) untuk mempelopori Les Droits de l‟homme et
du citoyen (Agustus 1789). Bahkan lebih dulu dari konstitusi tidak
tertulis (konvensi) Inggris yang disebut Magna Charta(15 Juni 1215)
136
Langit Kresna Hariadi, 2007, Gajah Mada – Perang Bubat, Penerbit Tiga
Serangkai, Cetakan Kedua, Solo, hal : xi. Pertikaian telah terjadi sejak
anak Adam hingga konflik Timur Tengah.
137
Soeryono Soekanto,1988, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial, Jakarta,
hal: 69 Simmel mengatakan “semakin besar keterlibatan emosional,
semakin besar pula potensi untuk melakukan kekerasan. Faktor
emosional yang timbul dari keakraban, permusuhan, harga diri, dan rasa
iri hati akan meningkatkan intensitas konflik. Pemikiran Al-Kindi dalam
Muchsin, 2004 berusaha mempertemukan Filsafat dan Agama. Filsafat
adalah ilmu tentang kebenaran yang paling mulia dan paling tinggi
martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran.
Tidak ada yang paling utama bagi orang yang mencari kebenaran kecuali
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
B. Permasalahan
Pada tingkat konsep pencegahan konflik sosial dan
penegakan hukum dan ham, tujuan saya untuk membahas
dan menganalisa SWOT konsep pencegahan konflik sosial,
dengan maksud untuk menggambarkan bagaimana secara
spesifik konflik sosial dapat dicegah. Oleh karena itu,
perlunya konsep pencegahan konflik sosial ini dianalisa
guna mencegah sejumlah besar konflik sosial yang sering
terjadi di tanah air, seperti (Jawa Tengah, Ambon, Poso,
Lampung Selatan, Sumatra Utara, Sulawesi Tengah,
Kalimantan Timur, Bekasi Jawa Barat dll) dapat
diminimalis. Adanya kealpaan tidak menyiapkan konsep
pencegahan konflik sosial, bagi penguasa dapat dipandang
sebagai kelalaian yang dapat menimbulkan ancaman
konflik kekerasan, sehingga berakibat timbulnya korban
jiwa, harta benda, dan penderitaan masyarakat yang
berkepanjangan.
Bertolak dari pemikiran sebagaimana diuraikan pada
latar belakang tersebut diatas, maka dapatlah dirumuskan
beberapa permasalahan pokok sebagai berikut :
1. Apakah reorientasi peran POLRI yang dimainkan
dalam penyelesaian konflik, sudah sejalan dengan
mekanisme hukum yang sudah ditetapkan ?
2. Mengapa konsep strategi untuk pencegahan konflik
sosial di wilayah dalam negeri diperlukan ?
3. Apakah strategi dan mekanisme pencegahan dan
penyelesaian konflik sosial untuk mewujudkan
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
C. Pembahasan
Dalam kehidupan bernegara, keanekaragaman suku,
agama, ras, dan budaya Indonesia yang berpenduduk lebih
240 juta jiwa, pada satu sisi merupakan suatu kekayaan
bangsa yang secara langsung atau tidak langsung dapat
memberikan kontribusi positif bagi terciptanya
kesejahteraan masyarakat. Tetapi pada sisi lain, kondisi
tersebut dapat berdampak buruk bagi kehidupan nasional
apabila terdapat ketimpangan pembangunan, ketidakadilan
dan kesenjangan sosial dan ekonomi, serta
ketidakterkendalian dinamika politik139. Untuk itu sumber
hukum Negara, Pancasila disamping merupakan ide dan
sumber hukum yang harus diwujudkan dalam kenyataan,
juga berperan sebagai “rally”, yaitu norma dasar yang
harus menjadi alat pengukur atau penyaring mengenai apa
yang telah diterima oleh tata hukum Indonesia”. Pasal 40
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial Kelembagaan penyelesaian
konflik terdiri atas Pemerintah, Pemerintah Daerah,Pranata
139
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana
dalam situasi peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah terjadi
Konflik yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan
pemulihan pascakonflik.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
140
Pasal 41 ayat (5) Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Penyelesaian Konflik melalui mekanisme Pranata
Adat dan/atau Pranata Sosial fasilitasi oleh Pemerintah Daerah,
kabupaten/kota dengan melibatkan aparatur kecamatan dan kelurahan
setempat.
141
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial dinyatakan Satuan Tugas Penyelesaian
Konflik Sosial adalah lembaga bersifat ad hoc yang dibentuk untuk
menyelesaikan Konflik di luar Pengadilan melalui musyawarah mufakat.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
142
.Pasal 19 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia; Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002,
nomor 2 Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara
umum berwenang mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup
administratif kepolisian (vide Pasal 15 ayat (1) huruf e.
143
Pasal 10 huruf f jo Pasal 11 huruf e Peraturan Kepala Kepolisian Negara
RepublikIndonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia Setiap Anggota POLRI wajib
“menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, keadilan, dan menjaga
kehormatan dalam hubungan dengan masyarakat” yang ada kaitannya
bagi “Setiap Anggota POLRI wajib melaksanakan tugas kenegaraan,
kelembagaan, dan kemasyarakatan dengan niat tulus/ikhlas dan benar,
sebagai wujud nyata amal dan ibadahnya. Artinya : Setiap Anggota
POLRI dalam penanganan konflik, wajib menghormati kesepakatan yang
telah dibuat oleh lembaga ad hoc.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
145
Chairuddin Idrus,2011, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah, Rencana Aksi Nasional HAM 2010 – 2014). Sebagai
Strategi Nasional untuk Mewujudkan Implementasi HAM dalam
Penegakan Hukum, Disampaikan pada Lokakarya HAM Mapolda Jawa
Tengah, 13 April 2011 : 5-6 Dibidang HAM dan Hukum Internasional
yang sudah diterima di Indonesia, kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah itu meliputi langkah implementasi yang efektif dalam bidang
hukum, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan negara, dan bidang
lainnya.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
146
Ronny Hanitijo Soemitro,Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Ghalia Indonesia, Semarang, hal : 101 Satu-satunya permasalahan yang
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
Mendamaikan orang (yang bertengkar) itu adalah salah satu cabang dari
cabang-cabang ilmu kenabian, sedangkan menceraikan sesama
manusia adalah salah satu dari cabang-cabang ilmu sihir.Alqur‟an dan
Terjemahannya (Revisi terbaru), 2000, Departemen Agama RI Dengan
Transliterasi Arab- Latin (Rumy), Penerbit CV. Asy-Syifa‟, Semarang, hal : 151,
1087 maksud : pada terjemahan dalam Surat Ali Imran,Qs ke 3, ayat 159 yang
dimaksud “urusan” yaitu urusan peperangan/konflik dan hal-hal duniawian
lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lain. Dan
sesungguhnya manusia diciptakan untuk saling kenal mengenal, antar suku, antar
bangsa, atau sesama golongan baik lakilaki maupun perempuan.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
148
Trias Kuncahyono, 2005, Paus Yohanes Paulus II, Musyafir Dari
Polandia, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, Agustus, hal : 126-128.
Setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II; Dikatakan “Syafi i Maarif”,
bahwa beliau merupakan salah satu pelopor perdamaian dunia “Paus
merupakan tokoh dunia yang mempunyai pengaruh luas bagi ketertiban
dunia. “
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
149
Al-Faqih Abul Laits As-Samarqandi, Ibid, hlm: 158
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
150
Barda Nawawi Arief, 2007, Mediasi Penal (Penal Mediation) Dalam
Penyelesaian Sengketa/Masalah Perbankan Beraspek Pidana di Luar
Pengadilan) dalam Kapita Selekta Hukum, Menyambut Dies Natalis Ke-
50 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Penerbit Fakultas Hukum
Undip, Semarang, hal ;13-17 Karena mediasi penal terutama
mempertemukan antara pelaku dengan korban.
151
. Bambang Hendarso Danuri, 2009, Pasal 8 Perkap Nomor 8 Tahun
2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia
Dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Jakarta, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 150.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
D. Analisa SWOT
Bahwa, guna menyelesaikan masalah (problem
solving) dan untuk intensitas keamanan dalam Negeri anti
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan kekerasan,
untuk memantapkan keamanan dalam negeri dan
supremesi hukum dan untuk mendukung pembangunan
nasional, perlu pembahasan konsep pencegahan konflik,
yang didasarkan pada analisa SWOT mengenai :
Strength/kekuatan, Weakness/kelemahan,
opportunity/peluang, dan threat/ancaman konflik sosial,
yaitu sebagai berikut:
1. Strength/kekuatan; Bahwa kekuatan massa yang
semakin besar akan semakin sulit dikendalikan. Makin
besar massa berkumpul semakin besar kemungkinan
konflik sosial akan terjadi. Untuk mengurangi kekuatan
massa, pecah kekuatan massa menjadi bagian-bagian
kecil atau gembosi massa sebelum berkumpul menjadi
besar. Konflik sosial merupakan bukti sejarah yang
hakikatnya bukti ketamakan/keserakahan manusia
untuk memperoleh kekuasaan. Dilain pihak merupakan
manifestasi harga diri yang sulit disalahkan tetapi juga
sulit untuk dibenarkan. Terhadap kekuatan massa aparat
seharusnya bersifat persuasive dan edukatif, mereka
harus mengupayakan untuk mendinginkan suasana.
Aparat tidak boleh berpihak atau diskriminasi. Tunjuk
perwakilan untuk menyampaikan sesuatu
permasalahan. Persatuan dan kebersamaan antara aparat
pemerintah dengan warga masyarakat, secara gotong
royong dan bau membau dalam menghadapi masalah
yang muncul akan memperkuat dan mempererat tali
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
152
Susilo Bambang Yudhoyono, 2013, Presiden Republik Indonesia, Suara
Merdeka, Semarang, Selasa, 8 Januari 2013, hal. 2 Istana Bogor
(7/1/2013), Presiden meminta aparat lebih tegas ketika
menyelesaikan masalah gangguan keamanan. Terjadinya eskalasi
gangguan keamanan di banyak daerah menimbulkan kesan dari
masyarakat bahwa Negara melakukan pembiaran, serta keterlambatan
dan ketidak tuntasan dalam menyelesaikan gangguan keamanan. Karena
itu, SBY ingin tahun ini lembaga-lembaga terkait, utamanya jajaran
pemerintah, melaksanakan upaya yang jauh lebih efektif. Di garis
bawahi, bahwa tidak boleh ada yang ragu-ragu dalam menegakkan dan
memelihara keamanan sampai tingkat paling depan.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
153
Elan Subilan, Drs. SH., MM KOMBES POL, Kapolrestabes
Semarang, awal 2013, Januari 14, Warta Jateng, hal. : 2; Menggerakkan
aksi nyata kerukunan untuk mewujudkan keamanan dalam Negeri serta
memperkuat toleransi hidup damai, dan untuk memelihara ketenteraman
masyarakat, di wilayah, yang disampaikan di Kelurahan Palebon, pada
hari Jumat, 11/1/2013 (malam) “Waspadai Pendatang Baru”; Dapat
dicontoh, Kapolrestabes Semarang meminta kepada masyarakat (1x24
jam tamu wajib lapor RT/RW setempat).Masyarakat juga diwajibkan
mewaspadai terhadap kehadiran orang baru di lingkungan tempat
tinggalnya, terlebih ajakan-ajakan aneh (provokatif) yang berpotensi
merusak kebersamaan, dan kerukunan antarumat beragama. Ditegaskan
lagi, tanamkan Rasa perbedaan untuk kedamaian masyarakat. Waspadai
modus, untuk memecah belah berbagai pihak. Untuk itu, sejalan dengan
Komandan Kodim 0733 BS/Semarang Letkol Kav Dicky
Armunantho Mulkan menegaskan, pihaknya siap membantu Polri
bersama masyarakat dalam membendung usaha-usaha yang merusak
keberagaman, terlebih menyangkut masalah agama maupun kepercayaan.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
155
Asep Jenal Ahmadi,Kapolres Kendal, 2013,; Aksi nyata kerukunan
bersama dengan Damdin Kendal Letkol Inf Tyas Koesharjadi, Suara
Merdeka, Sabtu, 5 Januari 2013, Kedung Sapur 31, Kendal; Aksi nyata
untuk menghilangkan peluang (kesempatan) provokator dan pelaku
kejahatan; kata dia disela-sela acara olah raga bersama. Untuk
meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan mempererat
silaturahmi, bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah
(Forkompinda) di halaman Mapolres Kendal (4/1/2013) Pihaknya
mennyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
menjaga jalannya kegiatan misa Natal dan perayaan tahun baru yang
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
E. Penutup
1. Simpulan
Sebenarnya Lembaga Polisi bukan lembaga
pemadam kebakaran, tetapi mencegah (preventif)
bekerja sebelum terjadinya kebakaran, konflik sosial,
atau kejahatan. Polisi tidak menindak segalanya tetapi
bagaimana memahami problemnya dengan The Tool
The Problem Solving. Polisi sebagai Ilmuwan sosial
mencari sumber-sumber masalah penyebab yang dapat
menimbulkan konflik, untuk mewujudkan
ketenteraman masyarakat. Oleh karena itu, perlu gladi
staf untuk pencegahan konflik agar konflik tidak
membahayakan bagi masyarakat, negara dan bangsa,
memang bukanlah hal yang mudah.
Oleh karena itu, perlunya POLRI,TNI, Instansi
terkait Intelektual, Wirausaha, Pemuka agama,Tokoh
masyarakat senantiasa harus berupaya meningkatkan
kemampuan dan kerjasamanya dalam berbagai pihak
terutama dalam pencegahan konflik sosial. Dalam
penanganan konflik sosial, POLRI sebagai penegak
hukum dan bertugas memelihara keamanan dalam
negeri dituntut untuk dapat memiliki keahlian dan
keterampilan secara profesional dan proporsional.
Pencegahan konfik sosial harus sejalan dengan tuntutan
hukum, demokratisasi, keadilan dan kebenaran, serta
hak asasi manusia, untuk itu dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Bahwa, perlunya konsep untuk pencegahan konflik
sosial agar dapat dikendalikan karena karena konflik
yang akan terjadi, yang disebabkan oleh benturan
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
2. Saran
a. Perlunya mengaktifkan kehadiran Bhabin-kamtibmas,
Babinsa,dan perangkat desa ke desa-desa/kampung-
kampung secara terus menerus, berwawasan kemitraan
dan kesetaraan bersama-sama masyarakat dan tokoh
agama, tokoh masyarakat untuk diajak duduk satu meja
secara bersama-sama dalam mencegah terjadinya
konflik atau gangguan keamanan.
b. Perlunya deteksi dini (early warning) untuk mengenali
sumber-sumber penyebab konflik sosial yang dapat
menimbulkan terjadinya konflik kekerasan.
c. Perlunya menyampaikan informasi dua arah dengan
pendekatan keamanan dan ketertiban masyarakat
berwawasan perdamaian untuk menenteramkan situasi
keamanan.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
BAB IV
KARAKTER POLISI SEBAGAI TELADAN
MENCELA KEJAHATAN
156
. John Braithwaite, Reintegrative Shaming, Republicanis and Policy,
1995.
157
. Justice Without Trial : Low Enforcement In Democratic Society, 1996.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
163
S. Brodjo Sudjono, “Kataklisme”, Budaya Malu dan Peran Polisi. Harian
Suara Merdeka. Semarang, 8 Nopember 2000 : 6.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
164
Petrus Rampisela, 2013, diunduh dariOffi cial Twitter Page of
Kompasiana (the only citizen media in Indonesia). Like our page at page
at http:// www. facebook. com /KOMPASIANAcom,
165
www. tempo. co/read/news/2005/03/29/05558738/rasio-polisi-dan-
masyarakat-1700, Selasa, 29 Maret 2005, 14. 15 WIB, diunduh Kamis,
11 Juli 2013, 22. 30 WIB.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
166
Tribum Jateng, 16 Juli 2013, hlm 9& 15 dan Suara Merdeka, 16 Juli 2013,
hlm. 32 Ajak Sahur, Polisi Tabuh Rebana,AKP Suharto Keliling
Kampung sambil Tabuh Rebana. Polisi bersama warga melakukan
lotekan di Jl. Gajah Barat, Pandean Lamper, Selasa (16/7/13, 02. 00
WIB), untuk mendekatkan polisi dengan warga
167
Metro TV, 2013, Berita Malam, Jakarta, 8 Juni 2013, 01. 00
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
168
Diunduh, 16 Juni 2013, 02. 00 WIB, www. voa. islam.
com/news/analysis/2012/11/01/21469-kunjungan-sby-antara-sanjungan-
dan-kecaman.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
169
Suara Merdeka, Kamis, 30 Juli 2014, halaman 12 sejumlah
anggota Brimob Polda Papua dipimpin Kabid Humas Polda Papua
Kombes Sulistyo Pudjo Hartono mengantarkan jenasah dari Jaya
Pura sampai disemayamkan di Semarang.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
170
Susilo Bambang Yudhoyono, 2007, Sambutan Tertulis Presiden Republik
IndonesiaPada Peringatan Hari Bhayangkara Ke-61, Jakarta, tanggal 1
Juli 2007, hlm. 1-3
171
Jaringannews-com/politik-peristiwa/umum/17924/hut;bhayangkara-ke-
sby-beri-limaamanat-untuk-polri. Hari Bhayangkara ke-66 SBY Beri
Lima Amanat.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
175
Purwa Hadi Wardoyo, Moral dan Masalahnya, Kanisius, Bandung, 1990 :
95.
176
Abu Hurairah r. a. meriwayatkan dari Nabi Saw. Bahwa beliau bersabda:
Hendaklah kamu menyuruh berbuat baik meskipun kamu belum bisa
mengerjakannya, dan hendaklah kamu mencegah perbuatan mungkar,
meskipun kamu belum mampu meninggalkannya”.
177
Al-Faqih Abul Laits As-Samarqandi, 1999, Jakarta, (1) ibid, hal: 158-159
Firman Allah, Juz 4, QS ke-3, Ali Imran, ayat (110) Kamu adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma‟ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah lebih baik bagi mereka; diantara
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
180
. Ibid.
181
Mudjahirin Thohir, Wacana Masyarakat dan Kebudayaan Jawa
Pesisiran, Penerbit Bendera, Semarang, 1999:122.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
182
M Rusli Karim, Negara dan Peminggiran Islam Politik, PT. Tiara Yogya,
1999 : xixxx.
183
M Tafrikan Marzuki, Konflik Elite Politik Pasca ST MPR, Suara Merdeka,
Tanggal 23 Agustus 2000 : vi.
184
Arsip Polsek Kedung, tanggal 14 Mei 1999 dan 15 Mei 1999.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
185
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Surya Cipta Aksara,
Surabaya. 1993 : 95
186
Ibid : hal 95.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
190
. Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi, 1999, (2) ibid: hal: 273
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
Upaya POLRI
Melalui
Repressive Preventive Pre-emtip Khusus
Metoda
Dengan
Objek
Peristiwa PH FKK •Aktual
•Intensitastinggi
•ResahMasy.
TREND CRIME
191
Kunarto, Ibid : 21.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
192
Urofsky, Introduction: The Root Principles of Democracy, http:// usinfo,
state. Gov/products/democracy// hompage. htm, April 2005. Baca juga
Beetham, David, Democracy and Human Right, Polity Press, 1999, p. 28.
dst. ; disitir Muladi, Orasi Ilmiah, Jakarta, 2006 :3.
193
Istilah Evolusi yang dipercepat (Accelerated Evolution) dikembangkan
oleh Presiden RI ketiga B. J. Habibie, sebagai lawan revolusi yang penuh
risiko ketidakpastian dan “potentially victimizing”.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
195
Dammer, Harry R., Fairchield, Erika, Comparative Criminal Justice
Systems, Wadsworth, Australia, Second Edition, 2000, page 94-95.
REVITALISASI HUKUM KEPOLISIAN
DARI PERSPEKTIF ANALISA SWOT
(Strength Weakness Opportunity Threat)
Habakuk, 166
E Hadis Nabi, 167
Harry R, 206
Elan Subilan, 171 Hartono, 9
Elizabet II, 185 Haryatmoko, 150
Emerson Yudho, 97 Hendarman Supandji, 69,
Enden Wandinbo, 187 71, 99
Erika, 206 Hugeng Imam Santoso, 34
Erlyn Indarti, 133, 134
Esmi Warassih, 138
I
F
L N. Keijzer, 120
L. B. Murdani, 47 Nabi Adam, 149
Langgeng Purnomo, 172 Nasikun, 74, 75, 76, 77
Langit Kresna Hariadi, Naufal, 114
152 Neta S Pane, 100
Launa, 38 Nirmala Sari, 55
Liem Siok Lam, 153 Nyoman Serikat Putra
Lis Febrianda, 70 Jaya, 70
Lukas, 166
Luther Gulick, 90
O
L
Oemar Seno Adji, 96
U,
Urofsky, 203
Walker S, 133
Wisnu Pujonggo, 172
Y
Yahya Renaldy Lihu, 168
Yaser Arafat, 166, 207
YB. Mangunwijaya, 69
Yoga Axsel Zethro
Ginuny, 187
Yohanes, 165, 166
Yohanes Paulus II, 166
INDEK MASALAH
I
F
I Korintus, 167
Firman Allah, 130, 157, I Timotius, 87
164, 192, 196 Implementasinya, 29
Forum Kemitraan, 1, 56, Implikasi, 146
187 Informasi, 45, 78, 181
Internal POLRI, 56 Korupsi, 56, 57, 59, 60,
ISIS, 31 61, 62, 63, 69, 80, 81,
Jaksa, 62, 97, 98, 114, 82, 84, 86, 95, 96, 97,
115, 117, 124, 126, 102, 116, 134, 135,
135, 136, 137, 141, 191 140, 143, 169
K L
Kalender Kamtibmas, 201 Landasan Filosofi, 42
Kapolda Jateng, 190, 191 Laporan fiktif, 83
Kapolres, 24, 172, 173 Launa, 38
Keadilan, 54, 59, 101, Legislatif, 31, 180, 181
102, 109 Lembaga Administrasi
Kebijakan hukum, 126 Negara, 90
Kebijakan
penanggulangan, 27
Kebijakan POLRI, 112 M
Kejaksaan, 60, 96, 97,
125, 137, 138, 140 Mabes POLRI, 5, 37, 60,
Kelemahan, 82, 84 61, 99, 111, 112, 126,
Keluaran, 166 127, 129, 142
Keputusan KaPOLRI, 5, Magna Charta, 150, 152
23, 54, 63, 64 Malu itu termasuk iman,
Kerjasama, 4, 69, 109, 188
184 Manajemen Kepolisian,
Kewenangan diskresi, 134 49, 161
Komitmen keteladanan, Manajerial, 24, 91, 92
79 Media Informasi, 45
Konggres PBB, 41, 168 Mediasi, 55, 169
Konsisten, 57 Mempengaruhi, 30, 52
Konstitusi Madinah, 151 Mengembangkan, 46, 56,
Konstitusi Perancis, 150 109, 113
Mengingat Perma, 54 Pembangunan nasional,
Meningkatkan 46
kesejahteraan, 80 Pembinaan karier, 77, 101
Mens rea, 119 Pembuktian, 96, 118
Metode pendekatan, 72 Pemerintah Daerah,, 84,
Mewujudkan kultur, 79 155, 156
Militer, 16, 18, 42 Pemuka agama, 176
Misi POLRI, 105, 106 Pendamai, 37, 154
Musyawarah, 55 Pendekatan, 58, 72, 74,
75, 102, 179
Penerapan, 30
N Pengambilan keputusan,
Naskah Akademik, 26 91
Non penal, 30 Pengangkatan personil, 77
Northwestern University, Pengawas Internal, 83
80 Pengawasan, 51
Pengemban fungsi, 3, 4
Penggunaan caci maki,
O 197
Penggunaan hukum, 30
Operasional, 23, 41, 42, Penyatuan fungsi, 21
50, 112 Penyebab, 88
Opportunity, 80, 86, 172 Penyimpangan, 57, 97
Peran POLRI, 14
Permasalahan, 33, 154
P Pertikaian, 25, 152
Pancasila, 42, 43, 47, 48, Perubahan-perubahan
53, 69, 103, 113, 143, sosial, 76
144, 145, 150, 155, 207 Petunjuk, 116, 118
Pasal 33 Lampiran, 167 Piagam Madinah, 10, 150,
Pasal 38 ayat (2), 17 151, 152
Peluang, 86
Pihak-pihak yang Shame cultur, 182
tersangkut, 167 Simpulan, 176
Police Discretion, 26 Singapura, 95, 98, 140,
POLICY, 27 142, 183, 189
Polisi juga manusia, 191 Standar Hak Asasi
Polisi sipil, 22 Manusia, 81, 104, 168
Polmas, 2, 25, 54 Strategi baru, 23
Poso, 5, 154 Strategi pemantapan, 49
Postur POLRI, 106, 111 Strategi Perpolisian, 3
PPNS, 3, 4, 51, 109, 135 Suara Merdeka, 37, 100,
Prasyarat keberhasilan, 24 114, 170, 172, 173,
Presiden Republik 180, 181, 183, 185,
Indonesia, 1, 52, 56, 187, 195
170, 185, 186, 188 Sulistyo Pudjo Hartono,
Profesionalisme, 34, 184 187
Proposal fiktif, 83 Sullipan, 183
Proses bolak-balik, 138 Sumber hukum, 195
Syarat tertulis, 123
R
T
Reformasi, 9, 14, 69, 104, Tanda tangan fiktif, 83
204 Terorisme, 37, 45, 181
Rekrutmen anggota baru, Threat, 80, 174
77 Timotius, 87
Reward, 57 Timtas Tipikor, 96, 97
Timur Pradopo, 37, 44,
45, 189
S Tingkat Polda, 60, 99, 111
Sasaran, 108 Tingkat Polsek, 112
SDM POLRI, 99 TKP, 7, 109, 118
Setiap unsur, 163
TNI, 10, 14, 15, 21, 34,
38, 45, 47, 49, 101,
107, 153, 159, 160,
161, 162, 172, 173,
174, 176, 177, 205
Tugas dan wewenang, 24
Tugas pokok, 15
Tugas POLRI, 81
U,
Undang-Undang Dasar, 1,
14, 43, 47, 53, 103,
113, 124, 141, 142,
150, 204, 206, 207
W
Wawasan, 174
Y
DAFTAR PUSTAKA
Jaringannews-com/politik-
peristiwa/umum/17924/hut;bhayangkara-ke-sby-beri-
limaamanat-untuk-polri. Hari Bhayangkara ke-66 SBY
Beri Lima Amanat.
1
6. SERKA 01-04- Skep/0482/V/1989 Kapolda Jateng
1989 Tgl. 11-04-1989
7. CAPA 01-04- Skep/08/III/1992 Kapolri
1992 Tgl. 11-04-1992
8. LETDA POL 01-04- Skep/396/IV/1993 Kapolri
1993 Tgl. 21-04-1993
9. LETDA POL 01-04- Keppres No. 54/ABRI/1993 Presiden
1993 Tgl. 10-11-1993
10. LETTU POL 01-04- Skep/284/III/1997 Kapolri
1997 Tgl. 19-03-1997
11. AKP 01-07- Skep/784/VI/2000 Kapolri
2000 Tgl. 26-06-2000
12. KOMPOL 01-07- Skep/461/VI/2004 Kapolri
2004 Tgl. 23-06-2004
2
15 Panit (Penyidik) Sat II 06-04- Skep/297/IV/2006 Kapolda Jateng
. Serse Ekonomi Dit 2006 Tgl. 06-04-2006
Reskrim Polda Jateng
16 Kanit II Sat II Serse 26-10- Skep/848/X/2006 Kapolda Jateng
. Ekonomi Dit Reskrim 2006 Tgl. 26-10-2006
Polda Jateng
17 Kabag Binamitra Polres 31-08- Skep/897/VIII/2009 Kapolda Jateng
Semarang Barat 2009 Tgl: 31 -08- 2009
Polrestabes Semarang
18 Kasubbag Hukum Bag Skep/771/VIII /2010 Kapolda Jateng
Sumda Polrestabes Tagl: 04-08- 2010 s/d
Semarang Pensiun 1 Juli 2012
Pangkat: Ajun
Komisaris Besar Polisi
(AKBP)
19 Dosen Fakultas 1-4-2006 Penetapan Angka Koordinator
Hukum Universitas Kredit No.: Kopertis Wilayah
Wahid Hasyim 312/006.1/Kp6/2009 VI
Semarang 27 Pebruari 2009
20 Dekan Fakultas 23 Maret Keputusan Rektor No.: Rektor
Hukum Universitas 2013 s-d 185/Kep-UWH/III/2013, Universitas
Wahid Hasyim Sekarang 23 Maret 2013 Wahid Hasyim
Semarang Semarang
3
V. Ciptaan BUKU Dan Jurnal YANG DISUSUN
1. Dr. Suparmin, S.H., M.Hum membuat buku judul “Lembaga Kepolisian &
Penyelesaian Konflik Pendukung Partai”, 2007 Penerbit Wahid Hasyim University
Press Semarang, ISBN : 978-979-26-6665-9;
2. Dr. Suparmin, S.H., M.Hum. membuat buku judul: “Kapita Selekta Aneka
Persoalan di Bidang Hukum Ekonomi dan Hukum Pidana Khusus, 2007
Penerbit Wahid Hasyim University Press Semarang, ISBN : 978-979-25-6663-5.
http//:eprints.unwahas.ac.id/52/
3. Dr. Suparmin, SH., M.Hum, membuat buku, judul : “Tragedi Kemanusiaan dalam
Kasus Pemilu di Jepara 1999”, 2007.
4. Dr. Suparmin, SH., Mhum membuat buku ajar ”Teori Pembuktian dalam Hukum
Pidana Khusus”; ISBN 978-602-8273-52-7; 150 halaman + vi halaman di Fakultas
Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang,
5. Dr. Suparmin, SH., Mhum membuat buku: Model Polisi Pendamai Dari Perspektif
Alternative Disute Resolution (ADR) Studi Penyelesaian Konflik antar Partai
Politik, 2012; http//:eprints.unwahas.ac.id/55/ (Sudah termasuk hak cipta).
Mendaftarkan Sertifikat HKI, jenis Ciptaan Buku; URL Sertifikat HKI : Nomor dan
tanggal permohonan : C00201204686, 11 Oktober 2012, Nomor pencatatan :
065178; ISBN : 978-979-097-145-5; Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Bekerja sama dengan Wahid Hasyim University Press; Hak Cipta Nomor dan
tanggal permohonan C00201204686, Jakarta, 29 Oktober 2013;
.
4
4. Piagam Tanda Kehormatan Republik KPPRES RI No. Presiden
Indonesia Bintang Nararya 015/TK/2001 Republik
Bhayangkara Tgl. 19-02-2001 Indonesia