Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

TINDAK PIDANA MEMBAWA SENJATA TAJAM OLEH


MASYARAKAT DAN ANAK DI BAWAH UMUR

OLEH :

MUHAMMAD SULTHON FIKRURROSYID

2110012111141

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2023
DAFATAR ISI

PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................7
D. Tinjauan pustaka...................................................................................................7
E. Metode penelitian.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................11
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap suku mempunyai budaya, mulai dari bahasa yang digunakan dan benda-

benda Kuno yang termasuk senjata tradisional. Senjata tradisional yang ada di

Indonesia salah satunya senjata tajam dari orang Bugis dalam ras Deutero

Melayu menyebutkan badik dengan nama kawali adalah senjata tajam tradisional

mereka, Bagi orang Bugis memiliki Kawali adalah suatu keharusan,seperti ungkapan

dalam bahasa Bugis “Taniya ugi narekko de na punna kawali” yang artinya

“Bukan seorang Bugis jika tidak memiliki kawali.1

Senjata tajam tradisional Seiring perkembangan zaman, mengalami pergeseran

nilai-nilai, Seperti Keris sudah bergeser nilainya dari alat berperang menjadi collector

item dan benda pusaka. Sedangkan pisau, golok, kampak, celurit dari yang tadinya

tools/perkakas yang berfungsi sebagai peralatan yang dipakai manusia untuk

meringankan pekerjaan sehari-hari namun pada saat-saat tertentu dapat menjadi alat

untuk melukai orang lain.

Didalam masyarakat sering kali terjadi pelanggaran hukum baik dikalangan

pemuda, remaja, orang-orang tua, maupun dikalangan penegak hukum sendiri.

Hal tersebut terbukti dengan main hakim sendiri, perkelahian antar pelajar,

banyaknya kasus tabrak lari, pemerkosaan, pembunuhan, membawa senjata tajam, dan

pelanggaran-pelanggran kriminalitas lainnya. Sampai akhirnya mengakibatkan

1
Aries Pratama, “posisi pollobesi Bagi orang Bugis”
http://ariespratamaworld.blogspot.com/2011/08/posisi-polobessi-bagi-orang-bugis.html (diakses pada 16 januari
2019, pukul 17,16 WIB
kerugian pada seseorang, bahkan dapan mengakibatkan kematian.2

Pengertian kejahatan adalah suatu kata yang digunakan untuk melukiskan

suatu perbuatan yang tercelah (wrongs) yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa

orang. Sudah banyak teori yang membahas tentang sebab-sebab kejahatan

(etiologi criminal) dan sudah banyak pula peneliti yang dilakukan oleh para ahli untuk

mencari kebenaran teori sebab-sebab kejahatan yang ada terdahulu, dan melakukan

pembaharuan-pembaharuan teori tersebut, sehingga timbul teori baru yang

membahas sebab-sebab terjadintya kejahatan.3

Membawa senjata tajam adalah salah satu contoh sebab terjadinya kejahatan.

membawa senjata tajam merupakan suatu tindakan kriminal yang dapat mengakibatkan

atau menimbulkan kerugian pada orang lain baik harta benda bahkan menghilangkan

nyawa orang lain.Selain akibat kejahatan dapat menimbulkan kerugian pada orang lain,

juga dapat mengakibatkan timbulnya kerugian pada diri si penjahat itu sendiri,

misalnya si penjahat mendapatkan celaan/ejekan dari masyarakat bahkan

mengakibatkan korban jiwa.4

Membawa senjata tajam sebenarnya bukan suatu hal yang baru. membawa

senjata tajam yang dilakukan oleh masyarkat adalah salah satu dari bentuk tindak

pidana , seperti yang diatur dalam pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12

Tahun 1951 atas penetapan Undang-Undang entang mengubah “Ordonnantie Tijdelijke

Bijdelijke Biyzondere Strafbepalingen” (Stbl. 1948 No.17)dan Undang- undang R.I.

dahulu No.8 tahun 1948. menyatakan bahwa “Barang siapa yang tanpa hak
2
Djoko Prakoso, Eksistensi jaksa di tengah-tengfah masyarakat, Jakarta: ghalia Indonesia, 1985.hlm. 115.
3
Syafruddin pettanasse, mengenal kriminologi, Palembang: Unsri 2007.hlm.48
4
Ibid hlm,63.
memasukan ke indonesia, membuat, menerima, mencoba memperolehnya,

menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa mempunyai

persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,

menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata

pemukul, senjata penikam atau dihukum dengan hukuman penjara setinggi-

tingginya sepuluh tahun”.

Hampir dalam setiap bidang kehidupan masyarakat sering dijumpai peraturan-

peratuan hukum. Melalui penormaan terhadap tingkah laku manusia tersebut hukum

menjelajahi hampir semua bidang kehidupan manusia. Apabila kita meninjaunya dari

sudut persepktif perkembangan masyarakat, maka kita dapat mengatakan, bahwa

kejadian masuknya hukum itu ke dalam bidang-bidang masyarakat menjadi semakin

meningkat bersamaan dengan makin meningkatnya peranan yang dimainkan oleh

negara didalam masyarakat.

Ogan Komering Ilir merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Sumatra

Selatan, dengan 356,034 jiwa penduduk yang mayoritas sebagai petani, pengerajin

serta perkebunan, dan tidak sedikit masyarakat yang masih menjadi pengangguran

sehingga tidak heran angka kriminalitas tiap tahun juga terkadang meningkat mulai

dari penganiayaan, pencurian, perampokan dan pembunuhan, serta masih banyak

lagi kejahatan yang ditimbulkan akibat pelanggaran membawa senjata tajam. Selain itu

masyarakat juga masih banyak ditemukan membawa senjata tajam tanpa ada surat izin

dengan alasan untuk jaga-jaga didalam keadaan genting, selain itu tuntutan dalam

pekerjaan juga menjadi suatu keharusan.


Berhubungan dengan hal tersebut, dalam Undang-Undang No.8 tahun 1981

pada pasal 6 Kitab Hukum Acara Pidana, menyebutkan bahwa Kepolisian

Republik Indonesia adalah badan penyidik dan menjaga ketertiban dalam masyarakat.

Tentang hal ini juga dijabarkan dalam Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang

Kepolisian Republik Indonesia yang diatur dalam Pasal 1 bahwa tugas Kepolisian

Indonesia menjaga ketertiban dan menjamin ketertiban umum sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Kepolisian Republik Indonesia dalam melaksanakan tugasnya sebagai penjaga

keamanan warga masyarakat bertugas juga sebagai penyelidik sistem peradilan pidana

adalah sistem masyarakat untuk menanggulangi kejahatan. Menanggulangi

mengandung pengertian pengendalian dapat diartikan mencegah dan memberantas

kejahatan.

Dengan demikian Kepolisian Republik Indonesia dalam rangka

pelaksanaan tugas kepolisian baik sebagai penegak keamanan maupun sebagai penegak

hukum (penyidik) harus mengutamakan integritas moral, profesionalisme dan mutu

pelayanan hukum yang menjunjung hak asasi manusia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelasakan sebelumnya, maka

perumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

1. Faktor-faktor apakah penyebab Tindak Pidana membawa senjata tajam di


kalangan masyarakat lubuk pakam ?

2. Bagaimana penanggulangan Tindak Pidana membawa senjata tajam


dikalangan masyarakat lubuk pakam ?

C. Tujuan Penelitian

Adanya permasalahan yang diungkapkan tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab Tindak Pidana membawa senjata

tajam di lingkungan masyarakat lubuk pakam

2. penanggulangan tindak pidana membawa senjata tajam.

D. Tinjauan pustaka

1. Peran, fungsi, dan kewenangan kepolisisan Republik Indonesia

Dalam pelaksanan tugas dan fungsi kepolisian, perlu di tata dulu rumusan tugas
pokok, wewenang kepolisian RI dalam Undang-Undang No.2 tahun 2002 tentang
kepolisian Negara Repiblik Indonesia. Peran dan fungsi kepolisian Negara Repiblik
Indonesia.5

a. Fungsi kepolisian
Pasal 2 :fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang
pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan,
pengayom dan pelayan masyarakat. Sedangkan pasal 3: “(1) pengemban fungsi
kepolisian adlah kepolisian Negara Republik Indonesia yang di bantu ileh : a. kepolisian
khusus, b. pegawai negri sipil dan/atau c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
(2)pengemban fungsi kepolisian sebagaimana di maksud dalam ayat (1) huruf a,b dan c,
melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasr hukum masing-masing.

b. Tugas pokok kepolisian


Pasal 13: tugas pokok kepolisian Negara Republik Indonesia dalam UUNo.2 tahun
2002 adalah sebagai berikut:
1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2) Menegakan hukum
3) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

5
https://sumbawa.ntb.polri.go.id/profil/tugas-fungsi-wewenang-polri
c. Kewenangan kepolisian
Pada pasal 15 dan 16 UU kepolisian RI adalah perincian mengenai tugas dan
wewenang kepolisian RI, sedasngakan pasal 18 berisi tentang diskresi kepolisian yang di
dasarkan kepada kode etik kepolisian

2. Pengertian dan konsep penanggulangan


Menurut kamus besar bahasa Indonesia penanggulangan berasal dari kata
“tanggulang” yang berarti menghadapi, mengatasi. Kemudian di tambah awalan “pe” dan
akhiran”an” sehingga menjadi “penanggulangan” yang berarti proses, cara, perbuatan
menanggulangi. Penanggulangan adalah upaya yang di laksanakan untuk mencegah,
menghadapi, atau mengatasi suatu keadaan mencangkup aktivitas preventif dan sekaligus
upaya untuk memperbaiki perilaku seseorang yang telah dinyatakan bersalah di lembaga
pemasyrakatan. Penanggulangan merupakan suatu pencegahan yang berguna untuk
meminimalisir atas kejadian atau perbuatan yang telah terjadi agar tidak terjadi lagi.
Upaya penanggulangan kejahatan sesunguhnya merupakan upaya terus menerus dan
berkesenambungan.6 Dlam hal ini dimaksudkan bahwa setiap upaya penanggulangan
kejahatan tidak dapat menjanjikasn dengan pasti bahwa kwjahatan itu tidak akan terulang
atau tidak akan memunculkan kkejahatan baru. Usaha penanggulangan kejahatan bisa di
lakukan salah satunya dengan hukumn pidana saja, tetapi harus juga di tempuh dengan
pendekatan integral yang harus di lakukan oleh yang melakukan penanggulangan.

3. pengertian senjata tajam


senjata tajam adalah senjata penikam, senjata penusuk, dan senjata
pemukul, tidak termasuk barang yang nyta-nyata di pergunakan untuk pertanian,
atau untuk pekerjaan rumah tangga, atau untuk kepentinagn melakukan pekerjaan
yang sah, atau nyta untuk tujuan barang pusaka, atau barang kuno, atau barang
ajaib.7

E. Metode penelitian

1. jenis penelitian

metode pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis sosiologis atau yuridis empiris, maksudnya adalah pendekatan dengan

melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Pendekatan sosiologi

hukum merupakan pendekatan yang di gunakan untuk melihat aspek-aspek


6
https://kbbi.we.id/tanggulang
7
https://repository.unpas.ac.id
hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat, dan berfungsi nsebagai

penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan bahan non hukum

bagi keperluan penelitian atau penulis.8

2. sumber data

menurut Lofland and Lofland dalam Maxi J.Moleong sumber data penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain

a) data primer

data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari hasil

penelitian lapangan dengan wawancara terhadap 2 orang warga lubuk

pakam dan 2 orang dari pihak kepolisian lubuk pakam.9

b) Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang di peroleh dari buku-buku sebagai

data pelengfkap sumber data primer. Sumber data sekunder penelitian ini

adalah data yang di peroleh dengan melakukan kajian pustaka seperti

buku-buku ilmiah, hasil peneliatian dan sebaginya.10

3. teknik pengumpulan data

teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

a. studi dokumen

studi kepustakaan dan studi dokumen di lakukan dengan

mengumpulkan data dari berbagai bahan hukum sekunder yaitu

bahan-bahan yang erat kaitanya dengan bahan hkum primer yaitu

8
Zainudin Ali, Metode penelitian hukum, (Jakarta: sinar Grafika,2014), hlm.105
9
Amiruddin, 2006, pengantar metode penelitian hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 30
10
Marzuki, 1983, Metode Riset, PT.Hanindita Offset, Yogyakarta, hlm.56
dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, literature dan

dokumen-dokumen yang mendukung objek penelitian yaitu di

kepustakaan.11

b. Wawancara

Wawancara adalah Tanya jawab yang di lakukan secara langsung

antara peneliti dengan responden penelitian. Sebelum wawancara

di lakukan, di siapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang

berguna untuk memberikan arahan tahap permasalahan pada saat

wawancara dilakukan.12

4. Analisa data

Analisa data kualitatif adalah upaya yang di lakukan dengan jalanbekerja dengan

data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

di kelola, mensistensikanya, mencari menumkan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang di pelajari, dan menemukan apa yang dapat di ceritakan

kepada orang lain.13

11
Sudarto, 2002, metodologi penelitian filsafat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.71
12
Soerjono Soekanto, 2008, pengantar penelitian hukum, Ul Press, Jakarta, hlm.26
13
Lexy J.Moleong, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed. Rev, Remaja Rosdakarya, Jakarta, hlm.248
DAFTAR PUSTAKA

Buku dan lainya

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2010, dualism penelitian hukum


normative dan hukum empiris, Yogyakarta: pustaka pelajar

Purnomo sucipto, Penguasaan Senjata Api Oleh Masyarakat Sipil, di Akses 10


Maret 2022 ://setkab.go.id/penguasaan-senjata-api-oleh-masyarakat-sipil/

Lexy J.Moleong,2010, metodologi penelitian kualitatif, Ed. Rev, Remaja


Rosdakarya, Jakarta, hlm.248

Amiruddin,2006, pengantar metode penelitian hukum,PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta,hlm.30

Marzuki,1983,metode riset,PT.Hanindita Offset, Yokyakarta,hlm.56

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1948 tentang
Mengubah “Ordonnatijdelijke Bijzondere Strafbepalingen (STBL. 1948 Nomor 17) dan
Undang-Undang Republik Indonesia dahulu Nomor 8 Tahun 1948.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Putusan Pengadilan
Putusan Pengadilan negri lubuk pakam Nomor 67/Pid.sus/2022/PN Lbp

Putusan Pengadilan negri Lubuk Pakam Nomor 567/Pid.Sus/2022/PN Lbp

Putusan pengadilan negri lubuk pakam nomor 976/Pid.Sus/2021/PN Lbp

Putusan pengadilan negri lubuk pakam nomor 2777/Pid.Sus/2021/PN Lbp

Anda mungkin juga menyukai