Anda di halaman 1dari 61

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara hukum.1 Penyataan tersebut secara tegas

tercantum dalam penjelasan umum Undang-Undang Dasar 1945. Indonesia

menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan rasa keamanan, keadilan,

ketentraman, kesejahteraan bagi setiap warga negaranya. Hukum adalah sebuah

peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah secara tertulis maupun tidak tertulis yang

diciptakan untuk dapat dilaksanakan.2 Konsekuensi dari semua itu adalah bahwa

hukum bersifat memaksa dan memerintah yang dapat mengikat setiap tingkah

laku yang dilakukan oleh warga Indonesia dengan menggunakan suatu sanksi

diberikan kepada oknum yang melanggar peraturan.

Hukum menempatkan apa yang diharuskan ataupun diperbolehkan dan

sebaliknya berdasarkan peraturan yang berisi norma-norma agar berjalannya

hukum tersebut. Perbuatan yang melawan hukum seringkali terjadi dapat

disaksikan secara langsung maupun dimedia massa yaitu pencurian. Menariknya

fakta yang terjadi dengan melihat perbuatan yang melawan hukum secara

langsung yaitu dari pengalaman empiris penulis ketika salah satu seorang keluarga

mengalami upaya percobaan tindak pidana pencurian dengan kekerasan

sedangkan dimedia massa terdapat delapan kasus perampokan terjadi di Jakarta

selama wabah Covid-19.3 Tindak pidana pencurian diatur dalam bab XXII pada
1
Ika Wikasari, “Amandemen UUD 1945”, Fahri, cet. 1, (Yogyakarta: Buku Pintar, 2013), h. 6
2
Muhammad Sadi Is,”Pengantar Ilmu Hukum”, (KENCANA, 2015), h. 51.
3
M Yusuf Manurung, “8 Kasus Perampokan Terjadi di Jakarta Selama Wabah Covid-19”, Clara
Maria Tjandra Dewi H, Senin, 29 Juni 2020, https://metro.tempo.co/read/1358900/8-kasus-
2

Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP). Secara umum, pencurian adalah mengambil barang orang lain secara

diam-diam dengan maksud memiliki secara melawan hukum. 4 Pengertian tindak

pidana pencurian diatur dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi:

Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian


kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana denda paling banyak sembilam ratus rupiah.5

Selain itu, salah satu bentuk pencurian yang marak terjadi di masyarakat

yaitu pencurian dengan kekerasan hal ini diatur dalam Pasal 365 KUHP.

Pencurian dengan kekerasan yaitu:

kekerasan yaitu menggunakan sekuat tenaga yang melawan secara hukum


dan tidak dapat dibenarkan dengan cara memukul dengan tangan atau
menggunakan alat, menendang, dan sebagainya yang menyebabkan orang
terkena merasakan sakit sehingga tidak sanggup untuk membela diri.
Tindak pidana pencurian dalam Islam disebut dengan istilah sariqah. Kata

sariqah yang secara etimologis berarti: ‫ َأَخ َذ َم اَلُه ُخ ْفَيًة َو ِح ْيَلًة‬mengambil harta milik

orang lain secara sembunyi-sembunyi dan dengan tipu daya. 6 Diriwayatkan dalam

Alquran menegaskan hukuman bagi pelaku tindak pidana pencurian, Allah swt

berfirman dalam QS. Al-Maidah/5:38 sebagai berikut:

‫َو الَّساِرُق َو الَّساِرَقُةَفاْقَطُعؤاَاْيِدَيُهَم اَج َز آًء ِبَم اَك َسَباَنَك ًالِّم َنالَّلِهَو ُهَّللا َع ِز ْيٌز َحِكْيٌم‬

perampokan-terjadi-di-jakarta-selama-wabah-covid-19
4
Rusmiati, Syahrizal dan Mohd. Din, “Konsep Pencurian Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Dan Hukum Pidana Islam”, (Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala), Vol. 1(1) April
2017, pp. 339-352.
5
Tim Redaksi Bip, “KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan KUHAP Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana”, Saptono Raharjo, cet. 1, (Penerbit Bhuana Ilmu Populer: 2017),
h. 145.
6
Thohari Fuad “Hadis Ahkam: Kajian Hadis-Hadis Hukum Pidana Islam (Hudud, Qishash, dan
Ta’zir)”, ed. 1, cet. 1, (Yogyakarta: Deepublish, Juli 2018), h. 59.
3

Terjemahnya: Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri,


potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka
lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.7

Maksud dari ayat tersebut yaitu mengenai hukuman bagi pencuri. Setiap

kejahatan pasti ada hukumannya. Adapun setiap orang laki-laki maupun

perempuan yang mencuri, maka hukumannnya sama yaitu potonglah tangan

keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai

siksaan dari Allah maha perkasa dan maha bijaksana merupakan ketetapan Allah

swt, tetapi barang siapa yang bertobat dengan sepenuh hati setelah melakukan

kejahatan sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.

Sebagaimana tujuan dari syara dalam menerapkan hukumnya ada lima atau biasa

disebut dengan maqashid al-syariah yang perlu dijaga dalam kehidupan manusia

yaitu menjaga eksistensi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Untuk

menghindari perbuatan yang tidak diinginkan hubungan antar manusia yang

dibatasi oleh syariat agar al-uqubah (hukuman) ditetapkan untuk kemaslahatan

bersama.8

Kasus pencurian dengan kekerasan marak terjadi di salah satunya di

Kabupaten Luwu. Data tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 diantaranya dengan

jenis kasus yaitu pencurian Hp, rampas motor dan perampokan barang berharga

lainnya yang ditangani oleh anggota kepolisian di Polres Luwu. 9 Fenomena sangat

7
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 225.
8
Junaidi abdillah, “Filsafat Hukum Pidana Islam; Kajian Pidana Hudud dan Aplikasinya di
Indonesia Jilid 1”, Slamet Hardjono, (Mutiara Aksara), h. 2-3.
9
Irwan Kahir, “Pelaku Curas Beserta Penadah Di Luwu Diseret Polisi”, Kamis 17 Januari 2019.
https://fajar.co.id/2019/01/17/pelaku-curas-beserta-penadah-di-luwu-diseret-polisi
4

menarik untuk dikaji dengan menyelesaikan suatu permasalahannya agar dapat

bermanfaat untuk akademik maupun dimasyarakat maka penting untuk

mengetahui faktor-faktor penyebab pencurian dengan kekerasan serta penerapan

Pasal 365 KUHP terhadap kasus pencurian dengan kekerasan di Polres Luwu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat memunculkan rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana penerapan Pasal 365 KUHP dalam kasus pencurian dengan

kekerasan di Polres Luwu?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian

dengan kekerasan?

3. Bagaimana perspektif fiqih jinayah terhadap pencurian dengan kekerasan?

C. Tujuan Penelitian
1. Guna mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

2. Guna mengetahui dan memahami penerapan Pasal 365 KUHP dalam kasus

pencurian dengan kekerasan di Polres Luwu.

3. Guna mengetahui dan memahami bagaimana perspektif fiqih jinayah

terhadap pencurian dengan kekerasan.

D. Manfaat Penelitian
D. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dibidang

ilmu hukum sebagai sumbangan pikiran dan menambah bahan kepustakaan


5

hukum khususnya yang berhubungan dengan tindak pidana pencurian dengan

kekerasan.

E. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini penulis pada dasarnya untuk menambah wawasan

pemikiran sebagai masukan praktik penegakan hukum yang bermanfaat.

2. Sebagai bentuk masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas

pada instansi-instansi hukum yang mengatasi permasalahan hukum

khususnya tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6

A. Peneliti Terdahulu yang Relevan


Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar penyusunan penelitian ini

agar dapat membedakan dengan penelitian sebelumnya.

1. Penulisan peneliti yang diteliti oleh Ahmad Syafii (2017), artikel hukum

ilmiah yang berjudul “Pencurian dalam Perspektif Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana dan Hukum Islam” dalam penelitiannya peneliti

menyimpulkan membahas mengenai Tindak Pidana pencurian di atur dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau hukum positif, terdapat pada

Pasal 362 KUHP sampai dengan Pasal 367 KUHP. Dalam hukum pidana

Islam kejahatan dikenal dengan sebutan jarimah yang diancam dengan

hukuman had atau ta’zir. Hukuman had dengan potongan tangan apabila

mencapai nishab yang telah ditentukan, sedangkan hukuman ta’zir

dilakukan apabila tidak dipenuhi syarat-syarat pencurian yang

mengharuskan hukuman had.10

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis, yaitu pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

penelitian case approach dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-

kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan

pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

2. Penulisan peneliti yang diteliti oleh Fitriani (2016), Skripsi yang berjudul

“Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan yang dilakukan oleh Anak

Perspektif Hukum Islam”dalam penelitiannya peneliti membahas mengenai


10
Ahmad Syafii, “Pencurian Dalam Perspektif Ktab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Hukum
Islam”, Volume 2 Issue 2(2017), http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR
7

faktor seorang anak melakukan tindak pidana yaitu karna faktor ekonomi

dan faktor lingkungan, menyimpulkan untuk menjatuhi sanksi pidana

terhadap anak dibawah umur yaitu sesuai dengan KUHP serta melihat

pertimbangan Undang-Undang RI No. 11 tahun 2012 tentang sistem

peradilan anak yaitu penjatuhannya sanksinya adalah separuh dari orang

dewasa. Pencurian dengan kekerasan dalam hukum Islam, dimana telah

diterapkannya hukum potongan tangan bagi pelaku tindak pidana pencurian

dan pengganti kerugian terhadap barang-barang yang ia curi. Akan tetapi

untuk hukuman potongan tangan dalam Islam di negara Indoneisa ini masih

banyak pertimbangan karena pelaku tindak pidana tersebut adalah seorang

anak dibawah umur maka hukuman yang dikenakan hanyalah hukuman

ta’zir.11

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis, yaitu pada penelitian ini penulis hanya menggunakan sumber data

primer yang diperoleh langsung dari subjek penelitian agar mendapatkan

data dan informasi secara langsung dengan melakukan wawancara dan

dokumentasi.

3. Penulisan peneliti yang diteliti oleh Juandy (2017), Skrisi yang berjudul

“Tinjauan Pembarengan Tindak Pidana Pencurian Disertai Kekerasan

(Studi Kasus Pengadilan Negeri Makassar 2012-2016)” dalam

penelitiannya peneliti menyimpulkan penyebab terjadinya tindak pidana

pencurian disertai kekerasan yaitu faktor ekonomi, dimana ketidakmampuan

11
Skripsi Fitriani, “Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan yang dilakukan oleh Anak
Perspektif Hukum Islam”, (Uin Alauddin Makassar: 2016), h. 1-71.
8

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan upaya yang dapat

menanggulangi kejahatan mempunyai dua acara yaitu melalui sistem

peradilan pidana (penal) atau represit yaitu upaya setelah terjadinya kejahtan

dan sarana (non penal) atau preventif yaitu mencegah sebelum terjadi

kejahatan.12

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis, yaitu selain melihat dari pandang hukum positif peneliti juga

melihat dari sudut pandang hukum pidana Islam.

B. Deskripsi Teori

1. Tindak Pidana

a. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan perbuatan yang dilarang sebab melawan hukum

yang tidak dapat dibenarkan oleh hukum baik secara aktif maupun pasif. Tentunya

bagi yang melanggar diancam dengan pidana. Tujuan dari pada itu untuk

menciptakan keamanan, keadilan serta ketentraman umum. 13 Tindak pidana

merupakan terjamahan dari Bahasa latin strafaarfeit dalam Bahasa belanda yaitu

delik, tindak pidana, perbuatan pidana dan peristiwa pidana. 14 Simon

mendefinisikan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang melawan secara hukum

diberikan sanksi diancam pidana sebab pelaku tersebut harus

mempertanggungjawabkan atas perbuatannya.15 Sedangkan Jan Remmelink


12
Skripsi Juandy (2017), Skrisi yang berjudul “Tinjauan Pembarengan Tindak Pidana Pencurian
Disertai Kekerasan (Studi Kasus Pengadilan Negeri Makassar 2012-2016)”, (Uin Alauddin
Makassar: 2017), h. 1-60.
13
Muhammad Ainul Syamsu, “Penjatuhan Pidana Dan Dua Prinsip Dasar Hukum Pidana”, Ihdi
Karim Makinara, ed. 1, cet. 1, (Kencana, 2016), h. 15-16.
14
Zuleha, “Dasar-Dasar Hukum Pidana”, Liza Agnesta Krisna, ed. 1, cet. 1, (Yogyakarta:
Deepublish, Juni 2017), h. 37.
15
Suyanto, “Pengantar Hukum Pidana”, ed. 1, cet.1, (Yogyakarta: Deepublish, Juli 2018), h. 69.
9

mendefinisikan tindak pidana adalah perbuatan terjadi diwaktu tertentu yang telah

ditentukan oleh pelaku dengan mengusahakan agar mampu mencapai tujuan

sehingga mendapatkan hasil.16

Dari beberapa pandangan para ahli hukum pidana tersebut mempunyai

unsur objek adanya berupa perbuatan yang melawan hukum dan unsur subjek

berupa kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan. Namun, di KUHP tidak

menguraikan pertanggungjawaban dengan pidana tetapi hanya membahas

berkaitan dengan alasan pembenar dan pemaaf:

1. Alasan pembenar, yaitu adanya alasan yang perbuatannya bersifat melawan

hukum tindak pidana. Jadi alasan ini dilihat dari segi perbuatannya.

2. Alasan pemaaf, yaitu adanya alasan kesalahan dimana pelaku yang berbuat

tindak pidana yang melawan hukum tidak dapat mempertanggungjawabkan

atas perbuatan yang didakwakan.

b. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Pada umumnya suatu perbuatan dapat dikatankan sebagai tindak pidana

apabila memenuhi unsur yang terdapat pada KUHP. Secara sederhana Simon

menguraikan yang dapat dijabarkan menjadi unsur tindak pidana yaitu Unsur

objektif yang terdiri dari perbuatan orang, akibat yang terlihat dari perbuatan itu,

adanya kemungkinan dimana keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu

seperi dalam Pasal 281 KUHP. Sedangkan unsur subjektif yang terdiri dari orang

yang mampu bertanggungjawab, adanya kesalahan (dollus atau culpa) perbuatan

yang harus dilakukan dengan kesalahan yang berkaitan dengan akibat dari

perbuatan atau dengan keadaan dimana perbuatan itu dilakukan. Sementara


16
Idik Saeful Bahri, “Cyber Crime Dalam Sorotan Hukum Pidana”, (Bahasa Rakyat, 2020), h. 44.
10

Moeljatno unsur-unsur perbuatan pidana yaitu perbuatan (manusia), yang

memenuhi rumusan dalam undang-undang baik syarat formal maupun syarat

materil sedangkan unsur-unsur tindak pidana yaitu a) Kelakuan dan akibat, b) Hal

ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan, yang dibagi menjadi

sebagai berikut:

1. Unsur subjektif atau secara personalitas, yaitu perihal diri orang yang

melakukan perbuatan, seperti unsur pegawai negeri yang diperlukan dalam

delik jabatan contohnya dalam perkara tindak pidana korupsi.

2. Unsur objektif atau non personalitas, yaitu mengenai kedaan diluar

kehendak sipelaku, seperti yang terdapat pada Pasal 160 KUHP tentang

penghasutan dimuka umum (agar sipelaku melakukan perbuatan pidana atau

melakukan kekerasan terhadap penguasa umum). Apabila tidak dilakukan di

depan umum maka pasal ini tidak berlaku.

Unsur keadaan ini berupa keadaan yang menentukan memperingan atau atau

memperberat pidana yang dijatuhkan.

a. Unsur keadaan yang menentukan, misalnya dalam Pasal 164, 165, 531

KUHP.

Pasal 164 KUHP: Barangsiapa mengetahui ada sesuatu pemufakatan untuk


melakukan kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104, 106, 107, dan 108, 113,
115, 124, 187, atau 187bis, sedang masih ada waktu untuk mencegah
kejahatan itu, dan dengan sengaja tidak segera memberitahukan tentang hal
itu kepada pejabat kehakiman atau keolisian atau kepada orang yang
terancam oleh kejahatan itu, dipidana jika kejahatan itu jadi
dilakukan,dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau
pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah.
b. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana.
11

Misalnya penganiayaan biasa terdapat pada Pasal 351 ayat (1) KUHP.

Apabila penganiayaan tersebut menimbulkan luka berat maka ancaman

diperberat terdapat pada Pasal 351 ayat (2) KUHP. Dan jika penganiayaan

tersebut menimbulkan luka berat dan mengakibatkan kematian adalah

keadaan tambahan yang memberatkan pidana terdapat pada Pasal 351 ayat

(3).

c. Unsur melawan hukum.

Unsur melawan hukum secara jelas tercantum dalam Pasal 362 KUHP

dirumuskan sebagai perbuatan yang melawan hukum yaitu mengambil

barang orang lain dengan maksud dengan memiliki secara melawan

hukum.17

Selanjutnya menurut Lamintang unsur tindak pidana terdiri dari dua macam

unsur yaitu sebagai berikut:

1. Unsur Objektif

Unsur yang berkaitan perbuatan dengan keadaan, yaitu dalam keadaan bagaimana

tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan yang terdiri dari:

a. Sifat melanggar hukum.

b. Kualitas dari si pelaku.

Misalnya keadaan sebagai negeri didalam kejahatan jabatan menurut Pasal

415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan

terbatas didalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.

2. Unsur Subjektif
17
Ismi Gunaidi Joenadi Efendi, “Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana”, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 37-42.
12

Unsur yang melekat kepada diri si pelaku atau yang berhubungan erat

dengan diri si pelaku termasuk didalam hatinya yang terdiri dari:

a. Kesengajaan tau ketidaksengajaan (dolus atau culpa).

b. Maksud pada suatu percobaan seperti yang dimaksud didalam Pasal 53 ayat

(1) KUHP.

c. Macam-macam maksud seperti yang terdapat dalam kejahatan-kejahatan

pencurian, penipuan, pererasan, pemalsuan dan lain sebaginya.

d. Merencanakan terlebih dahulu seperti misalnya tercantum dalam Pasal 340

KUHP yaitu merencanakan kejahatan pembunuhan.

e. Perasaan takut seperti terdapat pada Pasal 308 KUHP.

f. Orang yang mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya.18

c. Jenis-Jenis Tindak Pidana

Dalam hukum pidana terdiri dari berbagai jenis tindak pidana yang dapat

dibedakan dibedakan yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan sistem KUHP, dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. kejahatan terdapat dalam Buku II.

2. pelanggaran terdapat dalam Buku III.

Alasan perbedaan antara kejahatan dan pelanggaran merupakan jenis

pelanggaran lebih ringan dari ancaman pidana, pada pelanggaran tidak ada yang

diancam dengan pidana penjara, tetapi berupa pidana kurungan dan denda,

sedangkan ancaman pidana penjara yang mendominasi yaitu kejahatan.

18
Rahman Syamsuddin dan Ismail Aris, “Merajut Hukun Di Indonesia”, h. 196.
13

b. Berdasarkan cara perumusannya, dapat dibedakan antara tindak pidana

formil (formeel delicten) dan tindak pidana (materiel delicten).

1. Tindak pidana formil, yaitu tindak pidana yang perumusannya sedemikian

rupa yang menjadi inti larangan yang diberlakukan adalah untuk melakukan

suatu tingkah laku tertentu yang menitiberatkan pada perbuatan yang

dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang.

2. Tindak pidana materil, yaitu tindak pidana yang perumusannya yang

menimbulkan adanya akibat yang dilarang. Yang menitiberatkan pada

akibat yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang.

c. Berdasrkan bentuk kesalahannya, dapat dibedakan antara tindak pidana

sengaja (dolus) dan tindak pidana tidak sengaja (culpa).

1. Sengaja, yaitu tindak pidana yang mengandung unsur kesengajaan atau

dilakukan dengan sengaja.

2. Lalai atau tidak sengaja, yaitu tindak pidana yang tidak mengandung unsur

kesengajaan namun didalam rumusannya mungandung kelalaian sehingga

terjadinya sesuatu perbutan yang tidak ingikan.

d. Berdasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak pidana

aktif/positif atau disebut juga tindak pidana komisi dan tindak pidana

pasif/negatif atau disebut juga tindak pidana omisi.

1. Tindak pidana aktif, yaitu tindak pidana yang perbuatannya berupa aktif

dalam mewujudkan dengan adanya pergerakan dari anggota tubuh si yang

berbuat.

2. Tindak pidana pasif, dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:


14

a. Tindak pidana pasif yang murni adalah tindak pidana yang dirumuskan

secara formil atau tindak pidana yang pada dasarnya semata-mata unsur

perbuatannya yaitu berupa perbuatan positif.

b. Tindak pidana pasif yang tidak murni yaitu berupa tindak pidana yang pada

dasarnya berupa tindak pidana positif tetapi dapat dilakukan dengan cara

tidak berbuat aktif.

e. Berdasarkan jangka waktu terjadinya, dibedakan antara tindak pidana yang

terjadi seketika (aflopende delicten) dan tindak pidana yang terjadi

berlangsung lama/ terus-menerus (voordurendedeliicten).

f. Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan

tindak pidana khusus.

1. Tindak pidana umum adalah semua tindak pidana yang terdapat dalam KUHP

sebagai penggolongan hukum pidana materil yang terdapat dalam Buku II

dan Buku III.

2. Tindak pidana khusus adalah semua tindak pidana yang terdapat diluar

penggolongan KUHP.

Pada dasarnya yang menjadi pembeda antara keduanya yaitu dikenal dengan

istilah delik-delik dalam KUHP dan delik-delik diluar KUHP. Seperti tindak

pidana korupsi (UU No. 30 Tahun 2002, dan tindak pidana penyalahgunaan

narkotika (UU No. 35 Tahun 2009).

g. Berdasarkan dilihat dari segi subjeknya, dapat dibedakan antara tindak

pidana yang dapat dilakukan oleh semua orang (communia) dan tindak

pidada yang dilakukan oleh orang tertentu (propria)


15

h. Berdasarkan perlu tidaknya aduan dalam penuntutan, dapat dibedakan

antara tindak pidana biasa dan tindak pidana aduan.

1. Tindak pidana biasa adalah tindak pidana yang dilakukan penuntutan

kepada pembuat, tidak disyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak.

2. Tindak pidana aduan adalah tindak pidana yang dilakukan penuntutan

apabila terlebih dahulu ada pengaduan oleh yang berhak mengajukan

pengaduan adalah korban atau wakilnya dalam perkara perdata.

i. Berdasarkan berat ringannya ancaman pidana, dapat di bagi menjadi tiga

macam yaitu:

1. Tindak pidana pokok.

2. Tindak pidana yang diperberat.

3. Tindak pidana yang diperingan.

j. Berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, maka tindak pidana tidak

terbatas macamnya, sangat tergantung pada kepentingan hukum yang

dilindungi dalam suatu peraturan perundang-undangan.

k. Berdasarkan sudut pandang berapa kali perbuatan hukum itu untuk menjadi

suatu larangan, dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Tindak pidana tunggal.

2. Tindak pidana berangkai.19

3. Tindak Pidana Pencurian

a. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

19
Amir Ilyas, “Asas-Asas Hukum Pidana”, (Yogyakarta: Rangkang Education, 2012), h. 28-34.
16

Tindak pidana pencurian diatur dalam bab XXII Pasal 362 sampai dengan

Pasal 367 KUHP. Secara umum, pencurian adalah mengambil barang orang lain

secara diam-diam dengan maksud memiliki secara melawan hukum. Untuk lebih

jelasnya sebagaimana berdasarkan dari pengertian tindak pidana pencurian dalam

bentuk yang diatur dalam Pasal 362 KUHP yang berbunyi:

Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian


kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara melawan
hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana denda paling banyak sembilam ratus rupiah.20

Dalam pasal tersebut terdapat unsur tindak pidana pencurian yaitu diantaranya:
1. Unsur objek
a. Mengambil.
b. Ada suatu barang.
c. Secara keseluruhan atau sebagian milik orang lain.
2. Unsur subjek
a. Dengan maksud.
b. Memiliki atau menguasai
c. Secara melawan hukum.
Pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP pada dasarnya mempunyai

unsur:

1. “Barang siapa” atau terhadap siapapun yang memenuhi semua unsur tindak

pidana yang diatur dalam Pasal 362 KUHP, dinyatakan bersalah karena

melakukan tindak pidana pencurian dengan pidana penjara paling lama lima

tahun atau pidana denda paling banyak sembilah ratus rupiah.

2. “Mengambil” perlu kita ketahui bahwa baik undang-undang maupun

pembentuk undang-undang ternyata tidak pernah memberikan suatu

penjelasan tentang maksud dari kata mengambil, sedangkan menurut

20
Tim Redaksi Bip, “KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana DAN KUHAP Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana”, Saptono Raharjo, cet. 1, (Penerbit Bhuana Ilmu Populer: 2017),
h. 145.
17

penegertian sehari-hari kata mengambil itu sendiri memiliki arti lebih dari

satu yakni:

a. Mengambil dari tempat dimana suatu benda itu semula berada.

b. Mengambil suatu benda dari penguasaan orang lain.

3. Suatu barang, secara keseluruhan atau sebagian milik orang lain adalah

barang yang bersifat berharga yang dapat merugikan kekayaan korban.

4. Dengan maksud memiliki secara melawan hukum adalah bertentangan

dengan hukum baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis seperti

menipu, memalsukan surat kuasa dan lain-lain.21

b. Macam-Macam Tindak Pidana Pencurian

a. Pencurian dalam bentuk pokok terdapat pada Pasal 362 KUHP.

b. Pencurian dengan pemberatan terdapat pada Pasal 363 KUHP.

c. Pencurian ringan terdapat pada Pasal 364 KUHP.

d. Pencurian dengan kekerasan ancaman kekerasan terdapat pada Pasal 365

KUHP.

e. Pencurian dalam Keluarga terdapat pada Pasal 367 KUHP.

Pada penelitian ini penulis akan meneliti mengenai tindak pidana pencurian

dengan kekerasan.

c. Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

Tindak pidana pencuri dengan kekerasan yaitu perbutan yang memenuhi

unsur-unsur dari pencurian dalam bentuk pokok ditambah dengan unsur-unsur

lain yang dapat diancam dengan hukum berat sebab melakukan pelanggaran atas

21
Adami Chazawi, “Kejahatan Terhadap Harta Benda (Edisi Revisi)”, cet. 4, (Media Nusa
Creative, 2021), h. 5-25.
18

peraturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Kata kekerasan

yakni mendefinisikan yang merujuk pada Pasal 89 KUHP melakukan kekerasan

yaitu membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan

kekersan.22 Dari Pasal tersebut yang dimaksud dengan melakukan kekerasan ialah

menggunakan sekuat tenaga yang melawan secara hukum dan tidak dapat

dibenarkan seperti memukul dengan tangan atau memukul menggunakan alat,

menendang, dan sebagainya yang menyebabkan orang yang terkena merasakan

sakit sehingga tidak sanggup untuk membela diri. 23Pencurian dengan kekerasan

diatur dalam Pasal 365 KUHP yang berbunyi:

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan
melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai
barang yang dicuri.
2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:
a. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah
ataupekarangan tertutup yang ada rumahnya, di berjalan;
b. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
c. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu.
d. Jika perbuatan mengakibatkan luka- luka berat.
3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan
luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1
dan no. 3
a) Untuk kejahatan ini adalah suatu keharusan adanya kesatuan waktu ----
sekalipun dalam arti luas--- untuk ke dua bagian dari delik yang
berganda ini. (HR 16 Oktober 1911).

22
Tim Visi Yustisia, “KUHP&KUHAP; Kitab Undang-Undang Hukum Pidana & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana”, Tim Editor Visimedia, cet. 1, (Jakarta: Visimedia, 2016), h. 30.
23
Agung Fakhruzy, “Mediasi Penal Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (Teori dan Implementasi)”, Ach. Fauzi, h. 52.
19

b) Kenyataan bahwa dalam laci “toonbank” tidak ada uang, tidak menutup
terjadinya percobaan pencurian dengan paksa. (HR 25 Agustus 1931).
c) Dengan mengikat seorang, berarti mengurangi kebebasan secara
melawan hukum. Ini merupakan kekerasan dalam arti pasal ini. (HR 27
Agustus 1937)24
Sebagaimana berdasarkan pencurian dengan kekerasan yang diatur dalam

Pasal 365 KUHP. Berikut unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan kekerasan

dalam Pasal 365 KUHP dari ayat 1 sampai dengan ayat 4.

1) Pencurian dengan kekerasan yang diancam pidana paling lama 9 tahun:

1. Unsur objek

a. Pencurian yang (didahului disertai, diikuti)

b. Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang.

2. Unsur subjek

a. Mempersiapkan atau mempermudahkan pencurian.

b. Dalam hal tertangkap tangan memungkinkan melarikan diri sendiri atau

peserta lainnya.

c. Untuk menjamin tetap menguasai barang yang dicuri.

Pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP yang pada dasarnya

mempunyai unsur:

1. Kehendak buat “mempersiapkan pencurian” yaitu tindakan kekerasan

yang mendahului mengambil barang. Misalnya dengan melihat sasaran,

lokasi, dengan cara membuat kekacauan atau memukul dan lain- lain.

2. Kehendak buat “mempermudah pencurian” yaitu mengambil barang

dipermudah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Misalnya:

24
Soenarto soerodibroto, “Kuhp dan Kuhap Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung Dan
Hooge Raad”, hlm 224- 225.
20

menodongkan senjata tajam seperti pisau, parang, linggis, senjata api dan

lain-lain.

2) Ancaman pidana penjara paling lama dua belas tahun:

a. Perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, diberjalan;

Di jalan umum dan dalam kereta api tau term yang sedang berjalan.

b. Perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

Pelaku dua orang atau lebih yaitu pelaku yang memiliki tujuan yang

sama antara pelaksana, penganjur (penghasut) dan pelaku peserta. Agar

dapat di tuntut dengan Pasal ini maka pelaku tersebut bertindak bersama-

sama sebagaimana dimuat dalam Pasal 55 dan tidak termasuk dalam

Pasal 56 dimana seorang pelaku bertindak sedangkan seorang lainnya

hanya membantu.25

c. Masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat

atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu.

d. Perbuatan mengakibatkan luka- luka berat.

Luka berat menurut Pasal 90 KUHP yaitu:


1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
2. Tidak mampu terus-terusan untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
3. Kehilangan salah satu pancaindera;
4. Mendapat cacat berat;
5. Menderita sakit lumpuh;
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
7. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.26

25
Ismu Gunadi, Jonaedi Efendi, “Cepat Dan Mudah Memahami Hukum Pidana”, ed. 1, cet. 1,
(KENCANA: Juni 2014), h. 131.
26
Tim Viva Justicia, “KUHAP&KUHP”, cet. 1, (Yogyakarta: Genesis Learning, 2016), h. 230.
21

3) Ancaman pidana yang mengakibatkan kematian diancam pidana paling lama

lima belas tahun:

Penyebab pencurian ini lebih berat jika mengakibatkan kematian atas akibat

kekerasan. Kematian tersebut terjadi tanpa kesengajaan lain halnya jika

bermasud dengan sengaja melakukan kekerasan yang mengakibatkan

kematian itu bukan bagian dari pencurian dengan kekerasan melainkan

tindak pidana pembunuhan diatur dalam Pasal 338 KUHP.27

4) Ancaman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara

selama dua puluh tahun:

Pencurian dengan kekerasan ini lebih berat sebab bersatunya unsur-unsur

yaitu sebagai berikut:

1. Seluruh unsur pencurian bentuk pokok (Pasal 362).

2. Seluruh unsur pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 ayat 1).

3. Unsur mengakibatkan: luka berat dan matinya orang.

4. Dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.

5. Disertai pula salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3

1. Perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, diberjalan. Atau

2. Masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat

atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu.

d. Pembarengan Tindak Pidana

27
“Kitab Lengkap KUPer, KUHAPer, KUHP, KUHAP, KUHD”, Tim Redaksi Pustaka Yustisia,
(Penerbit Pustaka Yustisia: 2011), h. 571.
22

Pembarengan delik yang dalam bahasa Belanda disebut dengan samenloop

van strafbaarfeit atau concursus. Maksud dari pembarengan tindak pidana adalah

beberapa peristiwa tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang dimana

terjadinya dua atau lebih tindak pidana. Namun, dari tindak pidana tersebut untuk

pertama kali belum dijatuhi pidana dan kembali melakukan tindak pidana yang

belum dibatasi atau belum ada putusan dari hakim. Lain halnya jika kedua

perbuatan tindak pidana tersebut sudah selesai atau sudah ada putusan dari hakim

atau adanya penjatuhan sanksi, maka perbuatan tindak pidana tersebut tidak sebut

sebagai pembarengan lagi melainkan disebut dengan residive. Dalam

merumuskan sanksi tindak pidana pembarengan ini yaitu menggunakan sistem

penyerapan (absorbsi), yaitu pelaku tindak pidana pembarengan tersebut

dikenakan satu ancaman tindak pidana yang terdapat didalam satu Pasal saja

namun di Pasal yang terberat hal ini tergantung dari jenis pembaengan yang

dilakukan oleh seseorang. Adapun jenis-jenis pembarengan dalam KUHP yaitu

sebagai berikut:

1. Pembarengan Peraturan (Concurcus Ideals)

Concurcus ideals adalah dalam satu tindak pidana terjadi dua atau lebih

tindak pidana. Sebagaimana diatur dalam Pasal 63 ayat (1) KUHP yang berbunyi:

Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana, maka yang
dikenakan hanyalah satu di antara aturan-aturan itu; jika berbeda-beda, yang
dikenakan yang memuat ancaman pidana poko yang paling berat.
Concurcus Ideals dikenakan kepada seseorang apabila seseorang tersebut

melakukan satu tindak pidana yang memenuhi rumusan dari beberapa ketentuan

pidana (pembarengan pidana). Sebagai contoh seseorang melakukan penipuan


23

dengan menggunakan sarana surat palsu, melanggar Pasal 378 KUHP sekaligus

Pasal 263 ayat (2) KUHP.28

Akan tetapi Concurcus Ideals ini tidak belaku bagi perbuatan pidana yang

diatur secara khusus dalam aturan lainnya. Dengan adanya aturan khusus tersebut

maka aturan yang bersifat umum disampingkan. Sebagaimana diatur dalam Pasal

63 ayat (2) KUHP yang berbunyi:

Jika suatu perbuatan masuk dalam suatu aturan pidana yang umum, diatur
pula dalam aturan pidana yang khusus, maka hanya yang khusus itulah yang
diterapkan.
2. Pembarengan Perbuatan (Concursus Realis)

Concursus realis diatur dalam Pasal 65 samapai dengan Pasal 71 KUHP. 29

terjadi apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan, dan masing-masing

perbuatan itu berdiri sendiri sebagai suatu tindak pidana yang tidak memerlukan

sejenis dan tidak perlu berhubungan.30

3. Pembarengan Berlanjut (Delictum Continuatum/Voortgezette Handeling)

Dapat dikategorikan perbuatan berlanjut apabila:

1. Seseorang melakukan beberapa perbuatan.

2. Kemudian perbuatan tersebut masing-masing merupakan kejahatan atau

pelanggaran.

3. Diantara perbutan-perbuatan tersebut saling berhubungan sehingga harus

dipandang sebagai satu perbutan berlanjut.31

Sebagaimana pembarengan berlanjut diatur dalam Pasal 64 ayat (1) KUHP

yang berbunyi:
28

29

30
https://text-id.123dok.com/document/nq7lxjry6-pengertian-asas-concurcus-idealis.html
31
https://heylawedu.id/blog/perbarengan-tindak-pidana
24

Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan


kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga
harus dipandang sebagai satu perbutan yang berlanjut, maka hanya
diterapkan yang memuat ancaman pidana pokok yang paling berat.32

3. Fiqih Jinayah

a. Pengertian Fiqih Jinayah

Fiqhi jinayah adalah ilmu tentang hukum syara yang berhubungan dengan

perbuatan yang dilarang (jarimah) dari hasil perbuatan seorang mukallaf dan

hukumannya berasal dari dalil yang terperinci. 33 Dalam memaknai kata jarimah

dapat diartikan yaitu hasil perbuatan manusia yang memberikan batasan larangan-

larangan syara yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta’zir.34

Tujuan dari syara dalam menerapkan hukumnya ada lima atau biasa disebut

dengan maqashid al-syariah yang perlu dijaga dalam kehidupan manusia yaitu

menjaga eksistensi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Untuk menetapkan

hukum adalah hak Allah yang bersumber dari (Alquran, Sunnah, Ijtihad) dalam

menerapkan dalam kehidupan manusia. Manusia hanya berfungsi sebagai

pelaksanaan hukum yang tidak dapat merubah hukum untuk diterapkan dalam

kehidupannya kecuali batasan yang diperbolehkan. Berikut unsur-unsur jarimah:

1. Unsur Formil (Rukun Syar’i) yaitu adanya nash yang melarang suatu

perbuatan dan pengancaman hukuman terhadapnya. Suatu perbuatan tidak

dapat dikatakan sebagai tindak pidana kecuali dengan adanya ketentuan

nash.

32

33
Islamul Haq, “Fiqh Jinayah”, IAIN Parepare Nusantara Press, cet. 1, IAIN Parepare Nusantara
press, h. 7.
34
Amran Suadi, Mardi Candra, “Politik Hukum: Perspektif Hukum Perdata Dan Pidana Islam
Serta Ekonomi Syariah”, Suwito, ed.1, cet.2, (Kencana, 2016), h. 299.
25

‫َو َم اُك َّن ُمَع ِّذ ِبْيَن َح َّتى َنْبَع َث َر ُسْو ًل‬

Terjamahnya: “Dan seorang yang berbuat dosa tidak dapat memikul dosa
orang lain, tetapi kamu tidak akan menyiksa sebelum kamui mengutus
seorang rasul. (QS. Al-Isra/17:15).35

2. Unsur Materil (Rukun maddi) yaitu adanya suatu tindakan yang

memberntuk jarimah, baik berupa perbuatan nyata maupun sikap tidak

berbuat.

3. Unsur Moril (Rukun adaby) yaitu adanya ketentuan nash yang jelas pelaku

berniat untuk melakukan perbuatan jarimah oleh seorang mukallaf, berakal

sehat yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang telah ia

perbuat.36

b. Macam-Macam Jarimah

Tindak pidana (jarimah) dengan berbagai macam dan beragamnya. Secara

garis besar dapat dibagi kedalam tiga bagian yang ditinjau dari berat ringannya

dan hukuman yaitu jarimah qisas dan diyat, jarimah hudud, dan jarimah ta’zir.

1. Jarimah Hudud

Hudud adalah hal-hal yang dilarang oleh Allah untuk dikerjakan. Yang

diperintahkan untuk meninggalkan atau tidak mendekati yang diperintahkan sebab

hak Allah (kepentingan umum) lebih besar dan utama. Hudud sebagaimana Allah

swt berfirman dalam QS. Al-Baqarah/2:187 sebagai berikut:

‫ِتْلَك ُح ُد ْو ُد ِهللا َفَال َتْقَر ُبْو َها‬

35
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 563.

36
Tinuk Dwi Cahyani, “Pidana Mati Korupsi: Prespektif Hukum Positif Dan Islam”, cet. 1,
(Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI), 2021), h. 24-25.
26

Terjemahnya: “Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekati”37

Jarimah hudud memiliki ciri yaitu sebagai berikut:

a. Krimiminal hudud yaitu larangan terhadap hak Allah.

b. Berkaitan dengan kepentingan umum

c. Tindakan pelaku di berikan hukuman yang di tentukan oleh Allah.

d. Tidak ada keraguan.

e. Bagi pelaku yaitu meminum khamr, menuduh berbuat zina, mencuri

merampok (memberontak).

Hubungan hukum had dengan hak Allah adalah hukuman tersebut tidak

bisa dihapuskan dan tidak dapat digantikan yang sudah ditetapakan. Adapun

macam-macam jarimah hudud terbagi tujuh sebagai berikut:

1. Jarimah Zina. Hukumannya ditegaskan dalam QS An-Nuur/24:2 yaitu bagi

pelaku yang belum menikah (ghoiru muhsan) 100 kali cambukan sedangkan

bagi yang sudah menikah (muhsan) hukumannya dalam pandangan para ahli

hukum Islam adalah rajam (melempari batu) sampai mati.

2. Jarimah Qadzaf (Pengaduan Palsu Zina). Hukumannya ditegaskan dalam

QS. An-Nuur/24:4 yaitu 80 kali pukulan untuk hukuman yang menuduh

zina tidak berbukti (qadzaf) sedangkan pengaduan palsu “tidak mengalami”

tidak diancam hukuman had melainkan ta’zir yaitu putusan hakim.

3. Jarimah Syurb al- Khamr (Meminum Minuman yang Memabukkan).

Larangan ditegaskan dalam QS. Al-Maidah/5:90.

37
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 55.
27

4. Jarimah pencurian (As-Sariqah). Hukumannya ditegaskan dalam QS. Al-

Maidah/5:38 yaitu potongan tangan apabila mencapai nishab.

5. Jarimah Hirabah (Perampokan/Pengacau Keamanan). Hukumannya

ditegaskan dalam QS. Al-Maidah/5:33 yaitu hukuman mati dan salib,

hukuman mati, hukuman potongan tangan, hukuman pengasingan.

6. Jarimah Riddah (Murtad). Nash yang berkaitan ditegaskan dengan murtad

ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah/2:217.

7. Jarimah Pemberontakan (Al-Bagyu).38 Larangan dan hukumannya

ditegaskan dalam QS. Al-Hujarat/49:9-10.

2. Jarimah qisas dan diyat

Qishash dan diyat merupakan salah satu bagian dari jarimah “tindak

pidana” yang diancam hukuman qishas dan diyat bentuk hukum yang sudah di

tentukan oleh syara’. Kontrasnya dengan hukuman had adalah bahwa had

merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan qishas dan diyat adalah hak

manusia (individu). Sasaran dari kejahatan ini adalah perilaku manusia seperti

pembunuhan dan penganiayaan. Qishas dan diyat menjalankan hukumannya yaitu

membalas kejahatan sesuai dengan perbuatan pelaku agar setimpal dengan

perbuatannya. Namun dalam hak manusia dijelaskan hukuman dapat digugurkan

apabila keluarga korban (wali) memberikan maaf. 39 Sebagaimana Allah swt

berfirman dalam QS. Al-Baqarah/2:178 sebagai berikut:

‫يَآُّيَهااَّلِذ ْيَن اَم ُنؤاٌك ِتَب َع َلْيُك ُم اْلِقَص اُص ِف اْلَقْتلى‬


38
Lysa Angrayni, “Hukum Pidana Dalam Perspektif Islam Dan Perbandingannya Dengan Hukum
Pidana Di Indonesia”, Hukum Islam, Vol. XV No. 1 Juni 2015.
39
Muhammad Tahmid Nur, “Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan Pidana Islam dan
Pembaharuan Hukum Pidana Nasional” ed.1, cet.1 (Yogyakarta: Deepublish, April 2018), h. 218-
219.
28

Terjemahnya: wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu qishas


berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.40

Dalil nash dari ayat dalam Alquran di atas menunjukkan kepada keluarga

korban pembunuhan dengan sengaja diberi kuasa untuk memilih hukuman yang

akan diberikan kepada pelaku tersebut. Dalam pilihannya pelaku dihukum sesuai

dengan perbuatannya seperti membunuh dan melukai (qishas), atau (diyat)

memaafkan dan membayar ganti rugi sesuai dengan permintaan keluarga korban.

Jarimah qishas dan diyat memiliki ciri yaitu sebagai berikut:

a. Hukumannya sudah ditentukan oleh syara yang tertentu dan terbatas tidak

dapat dikurangi atau melebih-lebihkan.

b. Hukumannya merupakan hak manusia (individu) yaitu keluarga korban

berhak memberikan pemaafan terhadap pelaku. Qishas dan diyat hanya ada

dua macam, yaitu pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila diperluas,

maka ada lima jenis yaitu:

1. Pembunuhan dengan sengaja ( ( ‫َاْلَقْتُل اْلَع م‬

2. Pembunuhan menyerupai sengaja ( ( ‫َاْلَقْتُل ِش ْبُه ْاَل‬

3. Pembunuhan karena kesalahan (‫) َاْلَقْتُل اْلَخ َطأ‬

4. Penganiayaan sengaja (( ‫َاْلَج ْر ُح اْلَعْم ُد‬

5. Penganiayaan tidak sengaja ( ‫)َاْلَج ْر ُح اْلَخ َط أ‬41

3. Jarimah Ta’zir
40
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 51.
41
Skripsi Arifin Siahaan, “Klasifikasi Tindak Pidana Dalam Perspektif Hukum Pidana Positif
Dan Hukum Pidana Islam”, (UIN Sumatera Utara: 2019), h. 47-48.
29

Ta’zir merupakan jarimah yang bersifat memberi peringatan atau suatu

kejahatan yang belum ada ketentuannya, baik di Alquran maupun di As-sunnah,

baik dari segi ketentuan dan atau segi sanksinya. Namun kejahatan tersebut

menyangkut pada kemaslahatan umat, sehingga para ulama sepakat akan adanya

kategori kejahtan ta’zir.42Ta’zir dapat berguna untuk memberi peringantan kepada

pelaku agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Setiap pelaku yang berbuat

dosa yang tidak berdasarkan unsur sanksi had melanggar atas hak Allah atau hak

manusia dan tidak berkewajiban membayar kafarat maka harus di ta’zir.

Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. An-Nisa/4:34 sebagai berikut:

‫َو الَّالَتي َتَخاُفوَن ُنُش وَز ُهَّن َفِع ُظوُهَّن َو اْهُجُروُهَّن ِفي اْلَم َض اِج ِع َو اْض ِر ُبوُهّن‬

Terjemahnya: “Perempuan-perempuan yang kalian khawatirkan akan


nusyuz, hendaklah kalian beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka
ditempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka".43

Jarimah ta’zir memiliki ciri yaitu sebagai berikut:

a. Hukumannya luas yang tidak tertentu dan tidak terbatas.

b. Ketetentuan hukumannya yaitu ditentukan yang punya kuasa (hakim).

Adapun perbuatan-perbuatan jarimah ta’zir maksiat yang tidak dikenakan

hukuman had dan tidak wajib pula membayar kafarat yaitu: Mencuri harta orang

lain yang bernilai kurang dari satu nishab, mencium wanita lain (bukan istri),

memberikan keterangan palsu, memakan makanan yang tidak halal seperti darah,

bangkai dan lain sebagainya.

42
Rocky Marbun, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni dan Muthia Esfand, “Kamus Hukum Lengkap”,
Mulyono, Zulfa Simitur, Kesit Umar Pranoto, Muthia Esfand, cet. 1, (Jakarta: Visimedia, 2012), h.
305.
43
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 165.
30

Kafarat adalah konpensasi dalam hukum islam sebagai penutup atas

pelanggaran yang dapat di ampuni Allah terhadap dosa yang di perbuat. 44

Sebagaimana Allah swt berfirman dalam Alquran QS. Al-Maidah/5:89 sebagai

berikut:

‫َالُيَؤ اِخ ُذ ُك ُم ُهَّللا ِبالَّلْغ ِوِفْي اْيَم اِنُك ْم َو َلِكْن ُّيَؤ اِخ ُذ ُك ْم ِبَم اَع َّقْد ُّتْم اَاْلْيَم اَن َفَك َّفَر ُتُه ِاْطَع اُم‬
‫َع َش َر ِةَم َسِكْيَن ِم ْن َاؤَسِط َم اُتْطِع ُم ؤَن َاْهِلْيُك ْم َاؤِكْس َو ُتُهْم َاؤَتْح ِرْيُر َر َقَبٍةَفَم ْن َّلْم َيِج ْد َفِص َياُم َثَلَثِةَاَّياٍم‬
‫َذ ِلَك َك َّفاَر ُةَاْيَم ا ِنُك ْم َك َذ ِلَك ُيَبِّيُناُهَّلل َلُك ْم َاَيِتِه َلَع َّلُك ْم َتْشُك ُرؤَن‬
Terjemahnya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafaratnta
(denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin,
yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau
memberi mereka pakaian, atau memerdekakan seorang hamba sahaya.
Barang siapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalah
tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah. Dan
jagalah sumpahmu. Demikian Allah menerangkan hukum-hukum-Nya
kepadamu agar kamu bersyukur (kepada-Nya).45

44
Said Hawwa, “Al-Islam”, Fini Rayi Arifiyani, Ratih Kumalaningrum, cet.1 (Jakarta: Gema
Insani, 2017), h. 522.
45
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 241.
31

C. Kerangka pikir

Alquran dan Hadis

Pasal 365 KUHP


Pencurian Dengan Kekerasan

Penerapan Pasal 365 KUHP


di Polres Luwu

Faktor-Faktor Tindak pidana


Pencurian Dengan Kekerasan

Pencurian dengan Kekerasan


dalam Perspektif Fiqih Jinayah

Analisis

Kesimpulan

Negara Indoneisa adalah negara hukum. Indonesia menerima hukum

sebagai ideologi untuk menciptakan rasa keamanan, keadilan, ketentraman dan

kesejahteraan bagi setiap warga negaranya akan tetapi untuk mencapai hal

tersebut masih banyak hambatan yang mengkhawatirkan dengan berbagai macam

perbuatan kriminal masih saja terjadi salah satunya pencurian yang disertai

dengan kekerasan dimana melakukan pelanggaran atas peraturan dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat pada Pasal 365 KUHP. Apabila
32

ditinjaun dari aspek filosofi tujuan dari syara dalam menerapkan hukumannya

yang biasa disebut dengan maqashid al-syariah yang perlu dijaga dalam kehipuan

manusia yaitu menjaga eksistensi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Sebagai

bentuk dasar hukum terdapat pada Alquran menegaskan untuk melakukan

pencurian laki-laki maupun perempuan mendapatkan hukuman potonglah tangan

keduanya yang telah dijelaskan pada QS. Al-Maidah: [5]: 38.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Proses dan penyusunan penulis penelitian menggunakan metode yaitu:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris yang

menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik

perilaku verbal yang di dapat dari hasil wawancara maupun perilaku yang nyata

dilakukan melalui pengamatan langsung.

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah case approarch yaitu

pendekatan yang dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus

yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan

yang telah berkekuatan hukum tetap.46

B. Sumber Data
46
Djulaeka, Devi Rahayu, “Buku Ajar Metode Penelitian Hukum”, Natasha AI, (Scopindo Media
Pustaka: 2019), h. 34.
33

Sumber data yang digunakan adalah data Primer adalah diperoleh langsung

dari subjek penelitian agar peneliti mendapatkan data dan informasi secara

langsung dengan melakukan wawancara dan dokumentasi melalui perantara atau

tidak dengan menggunakan instrument penelitian. Wawancara akan dilakukan

terhadap polisi yang bertugas dibagian pencurian di Polres Kabupaten Luwu.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang digunakan peneliti

untuk mengumpulkan data dan keterangan yang valid diperlukan dalam

melakukan penelitian. Adapun metode teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Observasi adalah suatu pengamatan secara sistematik dan

menngunakan alat indera terutama mata terhadap kejadian yang

berlangsung dan dapat di analisa pada waktu kejadian itu terjadi di

kantor kepolisan polres luwu.47

2. Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan tanya jawab secara

langsung maupun tidak langsung dengan sumber data dengan

menggunakan instrumen penelitian yaitu alat yang gunakan untuk

mengumpulkan data seperti bantuan aplikasi perekam suara di

handphone dan kuesioner (pertanyaan tertulis).

3. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan

arsip-arsip termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil

atau huku-hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian.


47
Albi Anggito, Johan Setiawan, “Metode Penelitian Kualitatif”, Ella Deffi Lestari, cet. 1, (CV
Jejak: Oktober 2018), h.110.
34

D. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah:

1. Editing adalah kegiatan yang menyatukan atau mengumpulkan data

untuk melakukan pengeditan yang bertujuan memeriksa/meneliti

kembali kelengkapan data secara menyeluruh sesuai masalah yang

diteliti agar dapat diproses lebih lanjut.

2. Sistematis data (systematizing) adalah memasukkan dan menyusun

data hasil editing berdasarkan kerangka perselisihan data yang

menajdi bagian penting dalam penelitian ini agar mudah dipahami.

3. Penemuan Hasil Penelitian adalah melakukan analisis sebagai

tindakan lanjutan terhadap hasil penyusunan penelitian data yang

diperoleh dari penelitian dengan menggunakan teori yang menjawab

rumusan masalah sehigga menghasilkan kesimpulan.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

kualitatif. Analisis data kualiattif adalah mengenai fakta-fakta terhadap kasus-

kasus upaya untuk memecahkan masalah dengan cara menjelaskan masalah dan

memberikankan gambaran masalah serta menyelesaikan yang berkaitan dengan

rumusan masalah agar pembaca mudah memahami mengenai subjek penelitian.


35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

a. Profil Polres Luwu

Gambar. 1 Gedung Polres Luwu

Sumber: Polres Luwu


Kepolisian Resort Luwu atau Polre Luwu merupan pelaksana tugas

Kepolisian RI di wilayah Kabupaten Luwu. Polres Luwu yang berada dibawah

jajaran Polda Sulselbar memiliki tugas utama dalam hal memelihara keamanan

dan ketertiban, menegakkan hukum, memberikan perlindungan pengayoman dan

pelayanan kepada masyarakat diwilayah hukum yang menjadi tanggung

jawabnya. Secra total wilayah hukum Polres Luwu memiliki total luas 3.000,25

km dan terdiri dari 21 kecamatan. Dalam kesehariannya Polres Luwu dipimpin

oleh seorang perwira menengah Polri yang berpangkat Arjun Komisari Besar
36

Polisi dan diwakili Kepala Polres yang berpangkat Komisaris Polisi. Beberapa

jenis saker yang berada dibawah naungan Polres Luwu antara lain satuan reserse

kriminal, satuan reserse narkoba, satuan intelkam, satuan binmas, bagian humas,

dan propam. Sedangkan beberapa jenis layanan yang tersedia seperti misalnya

layanan SPKT, SIM, SKCK, SP2HP, ijin keramaian, dan pengawalan jalan.

Tabel. 1 Jabatan Kapolda Luwu


Kapolda Periode Menjabat

AKBP Drs. Joko Irianto 2005-2006

AKBP Drs. Komisaris 2006-2009

AKBP Rudi Heru Susanto, SH 2009-2013

AKBP Alan Gerrit Abast, S.Ik 2013-2015

AKBP Adek Yudiswan, SH 2015-2016

AKBP Ahmad Yanuari Insan, SIk.M.Si 2016-2017

AKBP Dwi Santoso. S.I.K M.H 2018-2020

AKBP Fajar Dani Susanto. S.I.K M.H 2020-2022

Sumber Data: Polres Luwu

b. Visi dan Misi Polres Luwu

Pada umumnya Polres Luwu memiliki tugas pokok yaitu terdapat pada

Pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Republik Indoneisa diantaranya:


37

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat


b. Menegakkan hukum
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Keberadaan Polres Luwu dapat didasarkan kepada tujuan dari pada

Kepolisian Republik Indonesia yang didasarkan pada Pasal 4 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia

yang berbunyi:

Polisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan


keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungann
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman
masyarakat dengan menjunjung tinggu hak asasi manusia.
Polres Luwu sebagai salah satu Lembaga penegak hukum yang

menciptakan keamanan dan ketertiban yang harus mampu beradaptasi dengan

setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara. Dimana Polres Luwu memiliki kewenangan yaitu

menerima laporan dan pengaduan, membantu menyelesaikan perselisihan

masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum dan mencegah serta

menanggulangi terjadinya kejahatan. Sebagaimana yang sudah dipaparkan tugas

pokok, tujuan dan kewengan untuk dapat terwujud dirumuskan ke dalam visi dan

misi sebagai berikut:

1. Visi

Terwujudnya kestabilan keamanan dan ketertiban diwilayah hukum Polres

Luwu dengan melakukan Kerjasama dengan instansi terkait dan masyarakat.

2. Misi
38

Memberikan perlindungan, memelihara keamanan dan ketertiban,

Melayani, dan Mengayomi Masyarakat.

Dalam menjalankan visi dan misi dari pada Polres Luwu adapun program

prioritas kapolri.

Gambar. 2 Program Prioritas Kapolri

c. Struktur Organisasi
39

Dari berbagai macam bidang di Polres Luwu seperti yang tersebut di

struktur organisasi namun, yang menjadi tempat penelitian yang penulis teliti

yaitu di bagian bidang satuan reserse kriminal yang bertugas melaksanakan

penyelidikan, penyidikan, dan pengawasan PPNS. Dalam melaksanakan tugas

satreskrim menyelenggarakan fungsi:

a. Pembinaan teknis terhadap administrasi penyelidikan dan penyidikan, serta

identifikasi dan laboratium administrasi forensic lapangan.

b. Pelayanan dan perlindungan khusus remaja, anak, dan Wanita baik sebagai

pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

c. Pengindentifikasikan untuk kepentingan penyidik dan pelayanan umum.

d. Penganalisian kasus berserta penanganannya, serta mengkaji efektivitas

pelaksanaan tugas satreskrim.

e. Pelaksanaan pengawasan penyidik tindak pidana yang dilakukan oleh

penyidik pada unit reskrim Polsek dan satreskrim Polres.

f. Pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS baik dibidang operasional

maupun administrasi penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undang.

g. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana umum dan khusus, antara lain

tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah hukum

Polres.48

48
Suriadi, Bagian Sumber Daya Polres Luwu, wawancara, Belopa 10 Oktober 2022
40

B. Data Kasus Pencurian dengan Kekerasan

Adapun data perkara yang penulis peroleh dari hasil penelitian di Polres

Luwu mengenai kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan (curas) di tiga

tahun terakhir yakni 2019-2021 adalah sebagai berikut:

NO Jenis kasus Tahun

2019 2020 2021

Laporan Selesai Laporan Selesa Laporan Selesai

1 Pencurian 1 1 2 2 - -

dengan

Kekerasan

(Curas)

Sumber: olah data Polres Luwu

Dari data diatas menunjukan bahwa angka kasus terjadinya curas atau tindak

pidana pencurian dengan kekerasan ditiga tahun terakhir yakni dari tahun 2019-

2021 bisa dikatakan tindakan kejahtan ini tidak banyak terjadi yang ditangani oleh

Polres Luwu dimana ditahun 2019 terdapat satu laporan dan terselesaikan, ditahun

2020 terdapat dua laporan dan terselesaikan dan ditahun 2020 tidak terdapat

kasus. Berarti tindak pidana pencurian dengan kekerasan diwilayah hukum Polres

Luwu dari tahun ke tahun terdapat perselisihan yang tidak mengalami peningkatan
41

yang sangat signifikan. Namun dengan adanya beberapa kasus yang ditangani

tidak dapat dianggap remeh oleh karena itu anggota kepolisian di Polres Luwu

tetap menjaga, memberikan perlindungan dan mencegahan sebelum angaka

kasusnya meningkat.

C. Penyelesaian Kasus Pencurian dengan Kekerasan Di Polres Luwu.

Pencurian dengan kekerasan adalah

Termasuk delik biasa yaitu delik delik yang tidak mensyaratkan adanya

pengaduan untuk penuntutannya, seperti pembunuhan, pencurian dan

penggelapan. Dimana bentuk tindak pidana delik biasa yang paling sederhana

tanpa adanya unsur yang bersifat memberatkan seperti dalam Pasal 362 KUHP

tentang pencurian.49

Hubungan terhadap kejahatan harta benda dan pencurian dengan kekerasan

yaitu melanggar terhadap aturan terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) buku kedua tentang kejahatan. Suatu perbuatan yang dikenal

dengan sebutan perampokan yang unsurnya yang tidak lepas dari delik terhadap

harta benda yaitu adanya barang baik bergerak maupun tidak bergerak. Akibat

dari itu kekerasan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan “kekerasan” yang

melanggar hukum lebih tinggi dibandingkan dengan keresahan karena

pelanggaran lainnya, hal ini dapat terbukti dimasukkannya kejahatan dengan

kekerasan dalam KUHP. KUHP pun bertujuan untuk memberikan perlindungan

secara preventif pada ‘jiwa’ dan ‘badan’. Pencurian dengan kekerasan sendiri

diatur dalam Pasal 365 KUHP yang berbunyi:

49
Mahrus Ali, “Dasar-Dasar Hukum Pidana”, (Sinar Grafika: 21 April 2022), h. 103.
42

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan
melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai
barang yang dicuri.
2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:
a. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah
ataupekarangan tertutup yang ada rumahnya, di berjalan;
b. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
c. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau
memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu.
d. Jika perbuatan mengakibatkan luka- luka berat.
3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan
luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1
dan no. 3

Dalam Pasal tersebut terdapat unsur tindak pidana pencurian dengan


kekerasan yaitu diantaranya:

Dalam menyelesaikan kasus pencurian dengan kekerasan. Polres Luwu

melakukan proses pemeriksaan terhadap tersangka pelaku tindak pidana yaitu

tahap dari pada kegiatan penyedikan yang bertujuan sebagaimana dimaksud

terdapat dalam ketentuan umum dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik

Indonesia No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Penyedikan adalah

serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti

itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya.50 Dalam melaksanakan proses pemeriksaan wajib dilaksanakan

dengan menjunjung tinggi hukum yang berlaku serta senantiasa memandang hak

50
KUHAP PASAL 2
43

asasi manusia sebagai halnya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP).

Prosedur atau strategi penyidikan yang dilakukan oleh penyidik/penydik

pembantu Reskrim di Polres Luwu yang diberikan kewenangan yaitu terdapat

pada Pasal 5 KUHAP yang berbunyi:

(1) Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4:


a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana.
2. Mencari keterangan dan barang bukti.
3. Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri.
4. Mengadakan Tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.
Yang dimaksud dengan “tindakan lain” adalah tindakan dari penyidik untuk
kepentingan penyelidikan dengan syarat:
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum.
b. Selarasnya dengan kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukanya
Tindakan jabatan.
c. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam
lingkungan jabatannya.
d. Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa.
e. Menghormati hak asasi manusia.
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledehan dan
penyitaan
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang
4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.
(2) Penyidik membuat dan menyimpulkan laporan hasil pelaksanaan Tindakan
sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik.

Dalam melakukan tugas proses pemeriksaan penyedikan yaitu saat

melakukan pemeriksaan tersangka secara hukum oleh penyidik dengan cara

sebagai berikut:

1. keterangan harus diberikan secara tanpa adanya tekanan.

2. penyidik mencatat keterangan tersangka secara mendetail.


44

3. jika tersangka yang bertempat tinggal diluar daerah hukum penyidik, maka

dapat dialihkan pemeriksaan kepada penyedik diwilayah hukum tempat

tinggal tersangka.

4. apabila tersangka tidak menghadap secara langsung kepada penyidik, maka

penyidik dapat dilaksanakan ditempat tersangka dengan cara penyidik

mendatangi tersangka.

Kedudukan Kepolisian dalam menegakkan hukum yang secara jelas diatur

dalam UU No. 2 Tahun 2002 yaitu terdapat pada Pasal 2 yang menjelaskan fungsi

Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan mengingat

subtansi menegakkan HAM, keamanan, hukum, dan keadilan. Menunjukkan pada

Pasal 5 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002 menegaskan kembali peran kepolisian

yaitu Kepolisian Negara Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka terpeliharangya keamanan dalam negeri.

Berdasarkan defenisi diatas tampak secara tegas sesungguhnya bahwa peran

Kepolisian Negara Republik Indonesia salah satunya yaitu penegakan hukum.

Penegakan hukum adalah petugas yang berhubungan dengan masalah peradilan

yang menjadi salah satu tugas pokok yang harus di jalankan oleh anggota

kepolisian di Polres Luwu. Sedangkan peran kepolisian di Polres Luwu dalam

menjalankan upaya atau kebijakan dalam memberikan perlindungan hukum


45

terhadap korban kejahatan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yaitu

melakukan pencegahan dan pemberantasan dalam penerapannya hukum pidana

meniti beratkan pada upaya yang bersifat represif (penindakan/pemberantan) yaitu

upaya setelah terjadinya kejahatan yang melalaui sarana sistem peradilan pidana

(penal) sedangkan preventif (pencegahan/penangkalan) yaitu upaya sebelum

terjadinya kejahatan yang melalui sarana (non penal). Kedua upaya terdapat

perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tindakan Represif

Upaya yang dilakukan dari pihak penyidik secara represif yaitu

menegakkan hukum, yakni dengan melakukan penyidik dan penyelidikan dalam

upaya menemukan pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan

memberikan sanksi sesuian dengan perbuatannya sesuai dengan Pasal 365 KUHP

tentang pencurian dengan kekerasan.

Namun secara teoritis praktis dalam menetukan dakwaan di kejaksaan,

jaksa penuntut umum harus dapat memperhatikan dakwaan yang diberikan sesuai

terhadap terdakwa pelaku tindak pidana. Banyaknya kasus pidana yang ditangani

kejaksaan terkadang dalam melakukan tugasnya (penuntutan) jaksa tak luput dari

kesalahan, seperti dalam menuntut terdakwa tidak memperhatikan adanya

peringanan yang seharusnya diberikan kepada terdakwa. Proses penangan perkara

pencurian dengan kekerasan yang hasilnya bahwa dalam tindak pidana pencurian

telah di atur lengkap dalam KUHP, yaitu terdapat dalam pasal 362 sampai dengan

pasal 367. Terkaitnya dalam KUHP, yang menyebutkan karena terdapat unsur-
46

unsur pemberatan yang dilakukan dengan diikuti kekerasan atau ancaman

kekerasan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara memanjat atau

merusak, serta menggunakan anak kunci palsu. Akan tetapi dalam klasifikasi

setiap perkara tindak pidana adanya pelaku utama dan pembantu, sehingga dalam

menentukan dakwaan untuk pelaku utama dijelaskan dalam pasal 55 KUHP

Sedangkan pelaku pembantu dijelaskan dalam Pasal 56 dan 57 KUHP maka

maksimum pidana pokok terhadap kejahatan dikurangi sepertiga.

2. Tindakan preventif

Adapun upaya yang dilakukan oleh polres luwu dalam mencegah sebelum

terjadinya pencurian dengan kekerasan yaitu sebagai berikut:

1. Menghilangkan yang menjadi faktor-faktor orang melakukan pencurian

dengan kekerasan dengan melakukan pengaturan, penjagaan, pengawalan

dan patroli.

2. Mengadakan sosialisasi, melakukan penghimbauan dan menanggulangi

kejahtan dengan cara berkerjasama dengan masyarakat yang menjadi sarana

untuk memperkuat moral dan mental seorang agar tidak memiliki keinginan

untuk berbuat jahat.

3. Menempelkan spanduk atau banner sebagai upaya pencegahan pencurian

dengan kekerasan dan menggunakan media sosial sebagai media mendidik

pelajar serta masyarakat luas.51

D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Pidana

Pencurian Dengan Kekerasan.


51
Jon Paerunan (48 tahun), Satreskrim Polres Luwu, wawancara, Belopa, 11 Oktober 2022.
47

Factor penyebab terjadinya pencurian dengan kekerasan diwilayah hukum

Polres Luwu adalah:

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor utama yang menjadi pengaruh terhadap

terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan dimana pada dasarnya

pelaku tersebut telah tumbuh kembang di lingkungan yang sudah tidak asing

lagi dengan kebiasaan berlaku buruk sehingga adanya sifat untuk meniru

dengan adanya kemudahan dari asutan.

2. Faktor Ekonomi (gaya hidup)

Jika dilihat dari segi ekonomi, sebenarnya diluwu sendiri standar

ekonominya (pendapatan) bisa dibilang tidak rendah dan tidak tinggi

posisinya berada di tengah-tengah. Maka dari itu dari faktor ekonomi

sebagian kecil orang yang melakukan pencurian adalah karena ekonominya

tidak sesuai dengan gaya hidup dan malas untuk bekerja akhirnya yang

membuat orang melakukan pencurian dengan kekerasan yaitu sebagai jalan

pintas agar dapat memenuhi kehidupan yang diinginkan.

3. Sering minum-minum (miras).

4. Narkoba.

5. Adanya kesempatan.52

D. Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Fiqih

Jinayah.

1. Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan


52
Ramli. Dj (56 tahun), BAGOPS Polres Luwu, wawancara, Belopa 10 Oktober 2022.
48

Pencurian dalam perspektif fiqih jinayah adalah sariqah yaitu mengambil

harta milik seseorang dengan sembunyi-sembunyi dan tipu daya. Abdul Qadir

sudah menjelaskan bahwa perbedaan perbuatan pencurian kecil dan pencurian

besar adalah proses dari pada mengambil harta tanpa sepengetahuan korban dan

tanpa seizinnya. Jika seseorang mencuri harta benda korban yang disaksikan oleh

pemiliknya tanpa menggunakan kekerasan, kasus seperti ini termasuk kedalam

jenis pencurian kecil demikian juga seseorang mencuri harta benda korban dengan

menggunakan kekerasan maka kasus seperti ini termasuk kedalam jenis pencurian

besar. untuk lebih jelasnya pencurian dengan kekerasan atau biasa disebut

hirabah didalam hukum pidana Islam merupakan tindakan kejahatan yang

menyerang dan mengambil harta disertai dengan kekerasan dengan cara

menodongkan senjata seperti pisau, parang, tongkat dan lain-lain guna

melancarkan aksinya yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam negara Islam

untuk melakukan kekacauan, pembunuhan, pertumpahan darah, perampasan harta

secara terang-terangan yang menentang peraturan yang berlaku dan dapat

mengganggu prikemanusiaan dan agama.53 Selain itu jarimah hirabah

didefenisikan sebagai jarimah qat’u at-tariq (penyamun), sariqah al-kurbra

(pencurian besar).

Adapun bentuk-bentuk Kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok orang

terbagi dalam kategori:

1. Pelaku tindak pidana (jarimah) dilakukan oleh lebih dari satu orang.

Artimya tanpa paksaan dilakukan bersama-sama.

53
Muhammad Tahmid Nur, “Hukum Pidana Islam Dalam Perspektif Hukum Pidana Positif”, h.
68.
49

2. Pelaku tindak pidana (jarimah) telah merencanakan kejahatan tersebut

bersama orang lain atau kelompok dalam melancarkan perbuatannya dalam

melawan hukum.

3. Dalam melancarkan aksinya, pelaku menghasut orang lain untuk berbuat

tindak pidana untuk memberikan kesempan dalam melakukan perbuatan

melawan hukum dengan berbagai cara tanpa langsung turun tangan.

2. Dasar Hukum

Hukum Islam adalah keseluruhan firman Allah yang berisi aturan-aturan

atau norma-norma yang mengatur kehidupan umat muslim yang tidak terlepas

dari suatu ikatan hukum yang telah lama melekat pada diri setiap manusia. 54

Hubungan antara manusia yang dibatasi oleh syariat al-uqubah (hukuman).

Tujuan dari itu untuk menciptakan keamanan, keadilan, ketentraman,

kesejahteraan bersama baik secara individu maupun masyarakat kelima maqashid

al-syariah yaitu menjaga eksistensi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. 55 Hal

ini terkait dengan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan

mengintimidasi kehidupan jiwa manusia. Oleh karena itu, diriwayatkan dalam

Alquran dan hadis menegaskan hukuman bagi pelaku tindak pidana pencurian,

Allah swt berfirman sebagai berikut:

1. Alquran

‫َو الَّساِرُق َو الَّساِرَقُةَفاْقَطُعؤاَاْيِدَيُهَم اَج َز آًء ِبَم اَك َسَباَنَك ًالِّم َنالَّلِهَو ُهَّللا َع ِز ْيٌز َحِكْيٌم‬
54
Junaidi Abdillah, “Filsafat Hukum Pidana Islam; Kajian Pidana Hudud dan Aplikasinya di
Indonesia Jilid 1”, Slamet Harjono, (Mutiara Aksara), h. 2.
55
Muhammad Tahmid Nur, “Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan Pidana Islam dan
Pembaharuan Hukum Pidana Nasional”, ed.1, cet.1, (Yogjakarta: Deepublish, April 2018), h.
219.
50

Terjemahnya: Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri,


potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka
lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. (QS. Al-Maidah/5:38) 56

2. Hadis

‫ِاَّن‬٬‫ َياَر ُسْو َل َهَّللا‬:‫َع ْن َاِبى ُهَر ْيَر َةَاَّن َر ُسْو َل َهَّللا ص ُاِتَي ِبَس اِرٍق َقْد َسَر َق َش ْم َلًة َفَقاُلْو ا‬

‫ ِاْذ َهُبْو اِبِه‬: ‫ َقاَل‬.‫ َبَلى َياَر ُسْو َل ِهَّللا‬:‫ َم اِاَخ اُلُه َسَر َق؟ َفَقاَل الَّساِرُق‬:‫َفَقاَل َر ُسْو ُل ِهَّللا ص‬.‫َهَذ اَقْد َس رَق‬

‫ َقْد ُتْبُت ِاَلى‬: ‫ َقاَل‬.‫ ُتْب ِاَلى ِهَّللا‬: ‫َفَقاَل‬.‫َفاْقَطُعْو ُه ُثَّم اْح ِس ُم ْو ُه ُثَّم اْح ِس ُم ْو ُه ُثَّم ْأُتْو ِنى ِبِه َفُقِط ِع َفُاِتَي ِبِه‬

‫ الدارقطنى‬. ‫ َتاَب ُهَّللا َع َلْيَك‬: ‫ َفَقاَل‬.‫ِهَّللا‬

Terjemahannya: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa pernah dihadapkan


kepada Rasulullah SAW seorang pencuri yang mencuri jubah, lalu mereka
(para shahabat) berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya orang ini telah
mencuri”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Aku tidak menyangka
bahwa dia mencuri”. Si pencuri itu menjawab, “Betul ya Rasulullah, saya
telah mencuri”. Maka Rasulullah SAW bersabda, “(Jika begitu) bawalah dia
pergi dan potonglah tangannya lalu obatilah dia setelah itu bawalah dia
kemari”. Kemudian ia dipotong (tangannya) lalu dibawa kepada Rasulullah
SAW. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Bertaubatlah kamu kepada Allah”.
Pencuri itupun lalu menyatakan, “Sungguh aku telah bertaubat kepada
Allah”. Lalu Rasulullah SAW berdoa, “Semoga Allah menerima taubatmu”.
(HR Daruquthni).57
3. Syarat Hirabah yang diancam Hukuman Had

Pada dasarnya sasaran dari kejahatan jarimah hirabah ini yaitu mengambil

harta dan membuat kekacauan dengan melakukan kekerasan yang sepenuhnya

atau Sebagian adalah milik orang lain. Untuk dapat dikatakan pencurian dan

dikenakan hukuman had harus memenuhi beberapa syarat yaitu sebagai berikut:

56
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 225.
57
Cari hadit.com
51

1. Pencuri sudah baligh, berakal sehat, melakukan atas kehendak sendiri, tidak

memiliki hubungan keluarga antara pihak pelaku dan korban seperti anak

yang mencuri harta ayahnya begitu juga dengan sebaliknya, laki-laki

maupun perempuan hukumannya sama. Tidak termasuk anak-anak,

melakukan atas keterpaksaan dan orang gila.58

2. Barang yang dicuri mencapai satu nishab seharga seperempat dinar kurang

lebih 9.36 gram mas dan dan barang itu diambil dari penyimpanan layak

barang berharga dengan menggunakan senjata tajam untuk melancarkan

aksinya dimana dilakukan secara terang-terangan.59

4. Unsur dan Hukumannya Pelaku Jarimah Hirabah

Jarimah hirabah sendiri terjadi dinegara Islam. Sebab teori dan pelaksanaan

hukumannya memperkirakan akan hanya terjadi dinegara Islam mengenai lokasi

perampokan sama saja baik didalam maupun diluar kota jika melakukan kejahatan

dengan cara kekerasan. Perbedaanya jika pencurian melanjalankan aksinya

dengan cara diam-diam sedangkan perampokan dilakukan secara terang-terangan

disertai dengan kekerasan atau tindakan hirabah dapat dikategorikan ke dalam

empat jenis unsur beserta dengan hukumannya sebagai berikut:

1. Perampokan berlangsung mengambil harta secara terang-terangan disertai

dengan kekerasan dengan membunuh korban dan mengambil hartanya.

Bentuk hukumannya wajib dibunuh lalu disalib.

58
Nurul Irfan “Fikih Jinayah”, (Jakarta: Pena Grafika, 2013), h. 113.
59
Asadulloh Al Faruq, “Hukum Pidana Islam dan Sistem Hukum Islam”, Akhria, cet. 1, (Penerbit
Ghalia Indonesia: Oktober 2009), h. 34.
52

2. Perampokan berlangsung hanya mampu membunuh tetapi tidak mengambil

harta. Bentuk hukumannya wajib dibunuh.

3. Perampokan berlangsung mengambil harta tetapi tidak membunuh. Bentuk

hukumannya potongan tangan dan kaki secara bersilang.

4. Meskipun hanya mengintimidasi berlangsung secara terang-terangan tanpa

membunuh dan mengambil harta. Bentuk hukumannya dipenjara atau

hukuman lainnya seperti pengasingan yang membuat pelaku jera agar tidak

mengulang perbuatannya lagi.60

Sebagaimana hukuman dari pelaku hirabah yang ditegaskan didalam (QS.

Al-Maidah/5:33).61

‫ِإَّنَم اَج َز اُء اَّلِذ يَن ُيَح اِر ُبوَناَهَّلل َو َر ُسوَلُه َو َيْس َع ْو َن ِفي اَأْلْر ِض َفَس اًداَأْن ُيَقَّتُلواَأْو ُتَقَّطَع َأْيِد يِهْم َو َأْر ُج ُلُهْم‬

‫ِم َن ِخ َالٍفَأْو ُيْنَفْو اِم َن اَأْلْر ِض َذ ِلَك َلُهْم ِخ ْز ٌي ِفي الُّد َيا َو َلُهْم ِفي اآْل ِخ َر ِة َع َذ اٌب َع ِظ يٌم‬

Terjemahnya: sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang


memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi,
hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau potongan tangan dan kaki
mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat
kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
didunian dan diakhirat mereka beroleh siksaan yang besar.
Hikmah dari hukuman had bagi perampok sepenuhnya ditegaskan untuk

setiap perbuatan yang melanggar hak Allah (kepentingan umum) dan hak invidu

(Manusia) tentunya mendapatkan pembalasan yang adil dan mendapatkan

hukuman yang setimpal jika melakukan pelanggaran perbuatan seperti pada ayat

diatas hukum yang terdiri dari dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki

60
Palwati Thir, Dini Handayani, Dessy Marliani Listianingsih, “Hukum Islam”, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2018), h. 195.
61
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 223.
53

secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannta. Hukuman pelaku tersebut

berlaku bagi laki-laki maupun perempuan status hukumannya sama saja yang

harus dipertanggungjawabkan. Dalam keadaan penyesalan (tobat) pelaku adalah

hak Allah dalam memberikan maaf namun hak manusia tetap berjalan. (QS.Al-

Maidah/5:33).62

‫ِإاَّل اَّلِذ يَن َتاُبواِم ْنَقْبِل َأْن َتْقِد ُروا َع َلْيِهْم َفاْع َلُم واَأَّن َهَّللا َغ ُفوٌر َر ِح يٌم‬

Terjemahnya: Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelim


kamu dapat menguasai (menangkap) merka; maka ketauilah bahwasanya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

5. Pembuktian Jarimah Hirabah

Jarimah hirabah dapat dibuktikan apabila terpenuhinya terpenuhinya ke

dua kategori tersebut sebagai berikut:

1. Dengan saksi

Pada umumnya untuk pembuktian jarimah hirabah dengan saksi harus

memenuhi persyaratan persaksian. Yakni untuk dapat menjadi saksi sebagai bukti

yang akurat yaitu minimal ada dua orang laki-laki yang adil dan merdeka. Saksi

tersebut terlibat dalam tindakan perampokan baik salah satu orang dari kelompok

merampok maupun korban dan orang yang menyaksikan secara langsung

terjadinya perampokan. Jika saksi laki-laki tidak ada maka perempuan juga bisa

menjadi saksi minimal dua sampai empat orang perempuan.

2. Dengan pengakuan
62
Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”, (Bandung: PT.
Cordoba International Indonesia, Juni 2012), h. 223.
54

Pembuktian jarimah hirabah dengan pengakuan yaitu pelaku perampokan

dijadikan sebagai bukti dalam syaratnya pelaku cukup mengaku hanya sekali

dengan mengatakan perbuatannya tanpa mengulang dengan perkataan yang sama.

E. Perbandingan Sanksi Fiqih Jinayah dan KUHP


55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mekanisme penerapan Pasal 365 KUHP dalam Kasus Pencurian

dengan Kekerasan di Polres Luwu dalam menanggulangi tindak

pidana pencurian dengan kekerasan yaitu meniti beratkan pada upaya

yang bersifat represif (penindakan/pemberantan) yaitu upaya setelah

terjadinya kejahatan yang melalaui sarana sistem peradilan pidana

(penal). Sedangkan preventif (pencegahan/penangkalan) yaitu upaya

sebelum terjadinya kejahatan yang melalui sarana (non penal).

2. Pada dasarnya faktor utama yang menyebabkan orang melakukan

tindak pidana pencurian dengan kekerasan dalam beberapa kasus yang

ditangani oleh Polres Luwu yaitu faktor lingkungan yakni, jika

seseorang mempunyai tempat tinggal yang buruk dimana adanya

hasutan sehinggah adanya keinginan untuk berbuat kejahatan.

Misalnya karena pergaulan bebas, sering minum-minum (miras),

narkoba dan adanya kesempatan.

3. Pencurian dengan kekerasan atau biasa disebut hirabah didalam

hukum pidana Islam merupakan tindakan kejahatan yang menyerang

dan mengambil harta disertai dengan kekerasan dengan cara

menodongkan senjata seperti pisau, parang, tongkat dan lain-lain guna

melancarkan aksinya yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam

negara Islam untuk melakukan kekacauan, pembunuhan, pertumpahan


56

darah, perampasan harta secara terang-terangan yang menentang

peraturan yang berlaku dan dapat mengganggu prikemanusiaan dan

agama.63 Selain itu jarimah hirabah didefenisikan sebagai jarimah

qat’u at-tariq (penyamun), sariqah al-kurbra (pencurian besar).

B. Saran

1. Petugas kepolisian khususnya anggota Satreskrim Polres Luwu dalam

melakukan tugasnya harus mampu dalam mengendalikan dan

meminimalisirkan kejahatan dengan cara melakukan pengarturan,

perlindungan, pengayoman dan patroli di wilayah rawan terjadinya

kejahatan.

2. Kepolisian harus bersikap aktif atau mempersiapkan diri dalam

menangani aduan masyarakat dimana peran masyarakat dalam

membantu tugas polisi yaitu mengadukan dan atau menjadi saksi

dalam proses penyidikan terjadinya sebuah kejahatan pada tahap

pertama proses peradilan pidana.

DAFTAR PUSTAKA
63
Muhammad Tahmid Nur, “Hukum Pidana Islam Dalam Perspektif Hukum Pidana
Positif”, h. 68.
57

Adami Chazawi, “Kejahatan Terhadap Harta Benda (Edisi Revisi)”, cet. 4


(Media Nusa Creative, 2021).

Agung Fakhruzy, “Mediasi Penal Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Kekerasan


Dalam Rumah Tangga (Teori dan Implementasi)”, Ach. Fauzi.

Ahmad Syafii, “Pencurian Dalam Perspektif Ktab Undang-Undang Hukum


Pidana Dan Hukum Islam”, Volume 2 Issue 2(2017),
http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR

Albi Anggito, Johan Setiawan, “Metode Penelitian Kualitatif”, Ella Deffi Lestari,
cet. 1, (CV Jejak: Oktober 2018).

Amran Suadi, Mardi Candra, “Politik Hukum: Perspektif Hukum Perdata Dan
Pidana Islam Serta Ekonomi Syariah”, Suwito, ed.1, cet.2, (Kencana,
2016).
Djulaeka, Devi Rahayu, “Buku Ajar Metode Penelitian Hukum”, Natasha AI,
(Scopindo Media Pustaka: 2019).

Ika Wikasari, “AMANDEMEN UUD 1945”, Fahri, cet. 1, (Yogyakarta: Buku


Pintar, 2013).

Irwan Kahir, “Pelaku Curas Beserta Penadah di Luwu Diseret Polisi”, Kamis 17
Januari 2019. https://fajar.co.id/2019/01/17/pelaku-curas-beserta-penadah-
di-luwu-diseret-polisi

Islamul Haq, “Fiqh Jinayah”, IAIN Parepare Nusantara Press, cet. 1, IAIN
Parepare Nusantara press.

Ismu Gunadi, Jonaedi Efendi, “Cepat Dan Mudah Memahami Hukum Pidana”,
ed. 1, cet. 1, (KENCANA: Juni 2014).

Jon Paerunan (48 tahun), Satreskrim Polres Luwu, wawancara, Belopa, 11


Oktober 2022.

Junaidi abdillah, “Filsafat Hukum Pidana Islam; Kajian Pidana Hudud dan
Aplikasinya di Indonesia Jilid 1”, Slamet Hardjono, (Mutiara Aksara).

“Kitab Lengkap KUPer, KUHAPer, KUHP, KUHAP, KUHD”, Tim Redaksi


Pustaka Yustisia, (Penerbit Pustaka Yustisia: 2011).

Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”,


(Bandung: PT. Cordoba International Indonesia, Juni 2012).
58

Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”,


(Bandung: PT. Cordoba International Indonesia, Juni 2012).

Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”,


(Bandung: PT. Cordoba International Indonesia, Juni 2012).

Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”,


(Bandung: PT. Cordoba International Indonesia, Juni 2012).

Kementerian Agama Republik Indonesia, “Alquran dan Terjamahannya”,


(Bandung: PT. Cordoba International Indonesia, Juni 2012).

Lysa Angrayni, “Hukum Pidana Dalam Perspektif Islam Dan Perbandingannya


Dengan Hukum Pidana Di Indonesia”, Hukum Islam, Vol. XV No. 1 Juni
2015.

M Yusuf Manurung, “8 Kasus Perampokan Terjadi di Jakarta Selama Wabah


Covid-19”, Clara Maria Tjandra Dewi H, Senin, 29 Juni 2020,
https://metro.tempo.co/read/1358900/8-kasus-perampokan-terjadi-di-
jakarta-selama-wabah-covid-19

Muhammad Sadi Is, ”Pengantar Ilmu Hukum”, (KENCANA, 2015).

Muhammad Tahmid Nur, “Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan


Pidana Islam dan Pembaharuan Hukum Pidana Nasional” ed.1, cet.1
(Yogyakarta: Deepublish, April 2018).

Ramli. Dj (56 tahun), BAGOPS Polres Luwu, wawancara, Belopa 10 Oktober


2022

Rocky Marbun, Deni Bram, Yuliasara Isnaeni dan Muthia Esfand, “KAMUS
HUKUM LENGKAP”, Mulyono, Zulfa Simitur, Kesit Umar Pranoto,
Muthia Esfand, cet. 1, (Jakarta: Visimedia, 2012).

Rusmiati, Syahrizal dan Mohd. Din, “Konsep Pencurian Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Dan Hukum Pidana Islam”, (Fakultas Hukum
Universitas Syiah Kuala, Vol. 1(1) April 2017, pp. 339-352.

Said Hawwa, “Al-Islam”, Fini Rayi Arifiyani, Ratih Kumalaningrum, cet.1


(Jakarta: Gema Insani, 2017).

Skripsi Fitriani, “Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan yang dilakukan


oleh Anak Perspektif Hukum Islam”, (Uin Alauddin Makassar: 2016).
59

Skripsi Juandy (2017), Skrisi yang berjudul “Tinjauan Pembarengan Tindak


Pidana Pencurian Disertai Kekerasan (Studi Kasus Pengadilan Negeri
Makassar 2012-2016)”, (Uin Alauddin Makassar: 2017).

Skripsi Arifin Siahaan, “Klasifikasi Tindak Pidana Dalam Perspektif Hukum


Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam”, (Uin Sumatera Utara: 2019).

Soenarto soerodibroto, “kuhp dan kuhap dilengkapi yurisprudensi mahkamah


agung dan hooge raad”.

Suriadi, (45 tahun), BAGSUMDA Polres Luwu, wawancara, Belopa 10 Oktober


2022

Thohari Fuad “Hadis Ahkam: Kajian Hadis-Hadis Hukum Pidana Islam (Hudud,
Qishash, dan Ta’zir)”, ed. 1, cet. 1, (Yogyakarta: Deepublish, Juli 2018).

Tim Redaksi Bip, “KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan KUHAP
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana”, Saptono Raharjo, cet. 1,
(Penerbit Bhuana Ilmu Populer: 2017).

Tim Visi Yustisia, “KUHP&KUHAP; Kitab Undang-Undanf Hukum


Pidana&Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana”, Tim Editor
Visimedia, cet. 1, (Jakarta: Visimedia, 2016).

Tim Viva Justicia, “KUHAP&KUHP”, cet. 1, (Yogyakarta: Genesis Learning,


2016).

Tinuk Dwi Cahyani, “Pidana Mati Korupsi: prespektif Hukum Positif dan Islam”,
cet. 1, (Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI), 2021).
60

DOKUMENTASI
61

Anda mungkin juga menyukai