Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian dan Dasar Hukum Tindak Pidana Pencurian Ternak

1. Pengertian Pencurian

Pencurian dalam hukum Islam biasa disebut dengan istilah sirqah. Sudarsono

mengartikan sirqah menurut bahasa sebagai perbuatan mengambil sesuatu dengan

sembunyi-sembunyi.1 Sedangkan menurut istilah dapat diartikan sebagai suatu

perbuatan mengambil suatu (barang) hak milik orang lain secara sembunyi-

sembunyi dari tempat persembunyian yang pantas.2 Pengertian yang diungkapkan

oleh Sudarsono tersebut tidak terlalu berbeda anatara pengertian menurut bahasa

dengan istilah, hanya menambahkan bahwa barang yang diambil tersebut merupakan

barang kepunyaan dari orang lain.

Ahmad Wardi Muslich dalam buku “Hukum Pidana Islam”, juga

mengartikan pencurian menurut syara‟, yaitu pengambilan sesuatu barang

berharga yang dilakukan oleh mukallaf yang baligh dan berakal terhadap harta

yang dimiliki oleh orang lain secara diam-diam dari tempat penyimpanannya dan

ukurannya telah mencapai nisab (batas minimal) sesuai dengan yang telah ditentukan

dalam ketentuan agama.3 Pengertian yang diberikan oleh Ahmad Wardi Muslich ini

lebih rinci dan lebih jelas dibandingkan dengan pengertian yang dikemukakan

1
_____________
Sudarsono, Pokok-pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 545.
2
_____________
Ibid.,
3
_____________
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 82.
sebelumnya. Berdasarkan pengertian tersebut juga dapat dirumuskan beberapa hal

yang menjadi ciri-ciri suatu perbuatan dikatakan sebagai suatu pencurian, yaitu

sebagai berikut:

a. Perbuatan tersebut dilakukan oleh mukallaf yang baligh dan berakal,


sehingga apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh anak-anak atau
orang gila maka tidak dapat dikenakan hukuman sebagai suatu
pencurian.
b. Perbuatan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi, hal ini berarti
bahwa apabila perbuatan yang dilakukan secara terang-terangan maka
tidak disebut dengan suatu pencurian.
c. Barang tersebut berada pada tempat yang layak, hal ini berarti bahwa
barang yang diambil tersebut merupakan barang yang dijaga atau masih
diinginkan oleh pemiliknya
d. Mencapai nisab, hal ini berarti bahwa apabila barang yang dicuri
tersebut tidak mencapai nisab yang ditentukan oleh syara‟ maka tidak
dapat dihukum dengan hukuman bagi pencurian menurut syara‟.

Ciri-ciri yang terkandung dalam pengertian pencurian yang diungkapkan oleh

Ahmad Wardi Muslich tersebut juga sesuai dengan unsur-unsur yang harus ada

dalam suatu pencurian yang dirumuskan oleh Ahmad Azhar Basyir, yaitu sebagai

berikut:

a. Mengambil harta orang lain, yaitu barang atau harta yang diambil
tersebut bukan sepenuhnya milik dirinya dan mempunyai nilai.
b. Dilakukan secara sembunyi-sembunyi, yaitu perbuatannya bertujuan agar
tidak diketahui oleh orang lain.
c. Harta itu dipelihara di tempat penyimpanannya (yang wajar), yaitu
barang tersebut bukan merupakan barang temuan tetapi barang yang
disimpan di tempat yang aman.
d. Mencapai nisab, yaitu ukuran yang menjadi standar pencurian ialah
seperempat dinar (kurang lebih seharga dengan emas 1,62 gram (khusus
bagi sirqah yang dapat dihukum dengan hukuman).4

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa pencurian merupakan suatu perbuatan mengambil barang


4
_____________
Ahmad Azhar Basyir, Ikhtisar Fikih Jinayat (Hukum Pidana Islam), (Yogyakarta: UII
Press, 2006), hal. 37.
milik orang lain secara sembunyi dan tanpa kerelaan dari pemiliknya. Sehingga

apabila perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengambil sesuatu barang,

namun dilakukan pada suatu tempat atau kondisi yang tidak disimpan atau tempat

tertutup dan pemiliknya rela terhadap hal tersebut, maka tidak dapat dikelompokkan

ke dalam tindak pidana pencurian.

2. Dasar Hukum Pencurian

Agama Islam sangat memperhatikan segala permasalahan yang terjadi di

dalam kehidupan manusia, termasuk mengenai permasalahan yang mengatur tentang

harta benda atau harta kekayaan yang dimiliki oleh manusia. Permasalahan

mengenai harta merupakan salah satu masalah yang penting dalam kehidupan

manusia, karena harta dapat membawa manusia kepada jalan kebenaran (ibadah)

dan juga dapat mendatangkan atau membawa manusia untuk melakukan maksiat,

sehingga agama Islam mengatur atau membuat suatu aturan yang dapat melindungi

harta karena harta merupakan bahan pokok kehidupan manusia, selain itu agama

Islam memberi hukuman yang berat pagi pelaku sirqah untuk melindungi harta yang

dimiliki oleh manusia.5

Dasar hukum bagi pelaku sirqah dalam agama Islam berdasarkan Firman

Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 38, sebagai berikut:

        


     
Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan

keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan

5
_____________
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 223.
sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.” (Q.S. Al-Maidah: 38).

Aturan hukum Islam mengenai sanksi atau hukuman bagi pelaku sirqah

sesuai dengan firman Allah tersebut mengancam setiap orang yang melakukan

pencurian dan akan dikenakan atau dihukum dengan hukuman potong tangan, tanpa

terkecuali. Namun pada dasarnya, hukuman potong tangan ini tidak langsung

dilakukan atau diterapkan bagi setiap orang yang melakukan pencurian, tetapi harus

memenuhi segala unsur-unsurnya. Maka apabila tidak sesuai dengan unsurnya tidak

dapat dikenakan dengan hukuman potong tangan dan akan mendapat hukuman

pengganti untuk keadilan dan melindungi hak-hak bagi korban.

3. Hukuman Terhadap Pelaku Pencurian

Berdasarkan dari pengertian dan dasar hukum mengenai sirqah yang

telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan hukuman bagi pelaku pencurian

dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

a. Hukuman hudud

Hudud berasal dari kata hadd yang yang berarti batas pemisah antara dua hal

agar tidak saling bercampur antara satu dengan yang lainnya atau supaya salah satu

diantara keduanya tidak masuk ke dalam wilayah yang lainnya. 6 Ahmad Hanafi

dalam bukunya “Asas-asas Hukum Islam Pidana Islam” juga mendefinisikan

hukuman hudud sebagai suatu hukuman yang telah ditentukan oleh Allah melalui

6
_____________
Rokhmadi, Reaktualisasi Hukum Pidana Islam (Kajian Tentang Formulasi Sanksi
Hukum Pidana Islam, (Semarang: PusatPenelitian IAIN Walisongo Semarang, 2005), hal. 22.
firman-Nya di dalam nash mengenai jenis-jenis serta jumlah besar dan kecilnya

hukuman oleh Allah.7

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Ahmad Hanafi tersebut,

maka dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi ciri dari hukuman hudud,

antara lain sebagai berikut:

1) Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam artian bahwa

hukumannya telah ditentukan oleh syara‟ dan tidak ada batas

maksimal dan batas minimal.

2) Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata, atau kalau ada hak

manusia, maka hak Allah yang lebih menonjol.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hukuman hudud

merupaka suatu hukuman yang harus sesuai dengan aturan yang telah terdapat

dalam nash dan tidak ada tawar menawar di dalamnya, artinya bahwa apabila aturan

tersebut telah sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh syara‟, maka

hukuman potong tangan bagi pencurian sesuai dengan hukuman hudud harus

dilaksanakan.

Sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian dalam hukuman hudud

merupakan aturan yang sangat berat dan tegas. Hal ini bertujuan untuk memeberikan

rasa jera agar dapat menghentikan kejahatan tersebut, sehingga tercipta rasa

perdamaian di masyarakat.8

Imam Syaukani dalam bukunya “Rekonstruksi Epistimologi Hukum Islam

Indonesia dan Relevansinya Pembangunan Hukum di Indonesia,” menganggap


7
_____________
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Islam Pidana Islam.., hal. 7
8
_____________
Abdur Rahman I. Doi, Tindak Pidana dalam Syari‟at Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
hal. 63.
bahwa hukuman potong tangan merupakan hukuman tepat diterapkan bagi

pencuri dan harus diadopsi dalam tatanan hukum di Indonesia.9 Pendapat ini

mengemukakan bahwa hukuman yang ditetapkan dalam hukum Islam bagi pelaku

pencurian lebih tegas dibandingkan dengan hukuman dalam hukum positif di

Indonesia.

Namun, ketentuan yang mengatur mengenai hukuman potong tangan

tersebut tidak langsung diberikan kepada semua orang yang melakukan pencurian,

tetapi hanya akan diberikan atau dijatuhkan apabila telah terpenuhinya unsur-

unsurnya.10 Pendapat yang dikemukakan oleh para pakar hukum Indonesia tersebut

bisa menjadi masukan dan acuan terhadap pembentukan hukuman bagi pelaku

pencurian di Indonesia, sehingga hukuman terhadap pelaku pencurian di Indonesia

bisa lebih tegas.

Tindak pidana pencurian yang bisa di kenakan hukuman potong tangan

seperti yang telah dikemukakan di atas harus dengan beberapa syarat, antara lain

sebagai berikut:

1) Orang yang mencuri harus baligh, sadar, berakal, mengetahui halal

dan haram serta tidak dalam keadaan terpaksa.

2) Barang yang dicuri harus mencapai nisab (ukuran), menurut jumhur

ulama yaitu ¼ (seperempat) dinar atau lebih

9
_____________
Imam Syaukani, Rekonstruksi Epistimologi Hukum Islam Indonesia dan Relevansinya bagi
Pembangunan Hukum Nasional, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hal. 231.
10
_____________
Jaih Mubarok dan Enceng Arif Faizal, Kaidah Fiqih Jinayah (Asas-asas Hukum Pidana
Islam), (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal. 143.
3) Barang tersebut diambil dengan cara sengaja, bukan kekeliruan atau

kesalahan.

4) Barang yang biasa ditempatkan pada tempat penyimpanan, seperti

lemari untuk menyimpan pakaian atau perhiasan, kandang bagi

binatang dansebagainya.

5) Perbuatan dilakukan dengan keinginan sendiri, bukan suatu paksaan

dari pihak lain.11

Syarat-syarat yang dikemukakan tersebut menyatakan bahwa pencurian yang

dilakukan oleh anak-anak atau orang gila tidak dapat dihukum dengan hukuman

hudud. Selain itu, apabila pencurian itu tidak menyebabkan kerugian yang besar

yang tidak sampai nisab dan diambil bukan karena niat atau kesengajaan, maka juga

tidak dapat dihukum dengan hukuman potong tangan. Syarat-syarat tersebut juga

berarti bahwa tidak semua tindak pidana pencurian dapat dikenakan hukuman

hudud, namun harus sesuai dengan ketentuan yang telah diatur. Apabila tindak

pidana pencurian yang dilakukan tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka tidak

dapat dikenakan hukuman potong tangan dan akan diserahkan kepada penguasa

untuk menerapkan hukuman ta’zir.

b. Hukuman ta’zir

Hukuman ta’zir merupakan hukuman yang dikenakan kepada pelaku tindak

pidana pencurian yang tidak termasuk ke dalam kelompok hudud.12

11
_____________
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: Alma’arif, 1997), hal. 232.
12
_____________
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), hal. 320.
Hukuman ta’zir yang diberikan sebagai hukuman yang bersifat pendidikan

atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum ditetapkan syara. 13

Hukuman ta’zir diberikan kepada pelaku pencurian yang tidak mencukupi syarat-

syarat yang telah ditentukan terhadap hukuman hudud seperti yang telah dijelaskan

di atas.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat memberikan suatu kesimpulan

bahwa hukuman ta’zir tidak mempunyai batasan seperti yang ditentukan dalam

hukuman hudud, Apabila tidak ada aturan yang menjelaskan mengenai jenis

hukuman (mulai dari yang seringan-ringannya sampai hukuman yang seberat-

beratnya), maka penguasa (hakim) berhak menentukan hukumannya, namun tidak

boleh bertentangan dengan aturan dalam syara‟.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa hukuman yang diterapkan kepada pelaku pencurian dapat

berupa pemberlakuan hukuman hudud dengan memotong tangan, yaitu apabila telah

tercapai unsur-unsur yang terdapat pada pencurian, namun akan dikenakan hukuman

ta’zir yang dapat berupa denda, penjara, dan lain-lainnya sesuai dengan keputusan

yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berwenang bagi pencurian yang tidak

memenuhi unsur-unsur dalam hukuman hudud.

Ahmad Wardi Muslich dalam bukunya “Hukum Pidana Islam”

mengungkapkan bahwa Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berbeda pendapat dengan

Imam Abu Hanifah dalam terhadap pemberlakuan hukuman hudud dan ta’zir

secara bersamaan.Imam Syafi’i dan Imam Ahmadberpendapat bahwa hukuman


13
_____________
Kamaluddin Nurdin, Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal. 457.
hudud (potong tangan) dan hukuman ta’zir (ganti kerugian) dapat dilakukan

sekaligus atau secara bersamaan, karena dalam pencurian selain terdapat hak Allah

juga terdapat hak manusia di dalamnya.14 Sedangkan Imam Abu hanifah

berpendapat sebaliknya, bahwa hukuman ta’zir (denda) dapat dilakukan apabila

hukuman hudud (potong tangan) tidak dilakukan. Jadi apabila hukuman hudud

telah dilaksanakan maka hukuman ta’zir tidak dikenai lagi kepada pelaku.Hal ini

berarti bahwa hukuman hudud dan hukuman ta’zir kepada pelaku sirqah tidak

bisa dilakukan sekaligus karena dalam al-Qur’an tidak menjelaskan tentang

hukuman pengganti dalam Surat Al-Maidah ayat 38 yang menjadi landasan hukum

bagi pelaku sirqah.15

B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pencurian Ternak

1. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti dari kata “curi” adalah

mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan

sembunyi-sembunyi. “Pencuri” berarti orang yang mencuri atau maling. “Curian”

berarti hasil mencuri atau barang yang dicuri. Sedangkan arti “pencurian” proses,

cara, perbuatan.

Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur-unsurnya dirumuskan

dalam Pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya

yang berbunyi: barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian

14
_____________
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam,hal 90.
15
_____________
Ibid.
milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam

karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 Tahun atau denda paling

banyak Rp.900,00.

Adapun Unsur-unsur dari tindak pidana pencurian yang dirumuskan pada

pasal 362 KUHPid, yaitu :

Unsur-Unsur Objektif berupa :

a. Unsur perbuatan mengambil (wegnemen).

Unsur pertama dari tindak pidana pencurian ialah perbuatan “mengambil”

barang.“Kata “mengambil” (wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada

menggerakan tangan dan jarijari, memegang barangnnya, dan mengalihkannya ke

lain tempat”. Dari adanya unsur perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukan

bahwa pencurian adalah berupa tindak pidana formill. Mengambil adalah suatu

tingkah laku psoitif/perbuatan materill, yang dilakukan dengan gerakan-gerakan yang

disengaja. Pada umumnya menggunakan jari dan tangan kemudian diarahkan pada

suatu benda, menyentuhnya. 16

Maksud untuk memiliki terdiri dari dua unsur, yakni unsur pertama maksud,

berupa unsur kesalahan dalam pencurian, dan kedua unsur memilikinya. Dua unsur

itu tidak dapat dibedakan dan dipisahkan satu sama lain. Maksud dari perbuatan

mengambil barang milik orang lain itu harus ditujukan untuk memilikinya, dari

gabungan dua unsur itulah yang menunjukan bahwa dalam tindak pidana pencurian,

pengertian memiliki tidak mengisyaratkan beralihnya hak milik atas barang yang

dicuri ke tangan pelaku, dengan alasan.

16
_____________
Moeljatyo, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Angkasa, 1988), hal. 21
Pertama tidak dapat mengalihkan hak milik dengan 20 perbuatan yang

melanggar hukum, dan kedua yang menjadi unsur pencurian ini adalah maksudnya

(subjektif) saja. Sebagai suatu unsur subjektif, memiliki adalah untuk memiliki bagi

diri sendiri atau untuk dijadikan barang miliknya.Apabila dihubungkan dengan unsur

maksud, berarti sebelum melakukan perbuatan mengambil dalam diri pelaku sudah

terkandung suatu kehendak (sikap batin) terhadap barang itu untuk dijadikan sebagai

miliknya.

b. Melawan hukum menurut Moeljatno

Unsur melawan hukum dalam tindak pidana pencurian yaitu Maksud

memiliki dengan melawan hukum atau maksud memiliki itu ditunjukan pada

melawan hukum, artinya ialah sebelum bertindak melakukan perbuatan mengambil

benda, ia sudah mengetahui dan sudah sadar memiliki benda orang lain itu adalah

bertentangan dengan hukum.17 Karena alasan inilah maka unsur melawan hukum

dimaksudkan ke dalam unsur melawan hukum subjektif. Pendapat ini kiranya sesuai

dengan keterangan dalam MvT yang menyatakan bahwa, apabila unsur kesengajaan

dicantumkan secara tegas dalam rumusan tindak pidana, berarti kesengajaan itu harus

ditujukan pada semua unsur yang ada dibelakangnya.

Menurut Adami Chazawi pencurian mempunyai beberapa unsur yaitu:

1) Unsur objektif, terdiri dari:

17
_____________
Moeljatyo, Asas-Asas…, hal. 22
a. Perbuatan mengambil

b. Objeknya suatu benda

c. Unsur keadaan yang menyertai/ melekat pada benda, yaitu benda tersebut

sebagian atau seluruhnya milik orang lain.

2) Unsur-unsur subjektif, terdiri dari:

a. Adanya maksud

b. Yang ditujukan untuk memiliki

c. Dengan melawan hukum Suatu perbuatan atau peristiwa, baru dapat

dikualifisir sebagai pencurian apabila terdapat semua unsur tersebut

diatas.18

2. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tindak Pidana Pencurian Ternak

Semakin maraknya kasus pencurian ternak membuat masyarakat menjadi

resah, pelaku pencurian ternak bukan lagi pelaku yang amatir bahkan ada

pelaku yang memang sudah menjadi spesialis curi ternak, sehingga dengan

mengetahui faktor-faktor pencurian ternak kita dapat mengetahui apa yang

menjadi penyebabnya dan dapat mengetahui penanggulangannya. Faktor–faktor

penyebab terjadinya tindak pidana pencurian ternak, diantaranya :

a. Faktor Ekonomi

b. Faktor Niat dan Kesempatan

c. Faktor karena mudah diperjual belikan

d. Faktor TKP karena mudah dimasuki oleh pelaku

e. Faktor pelaku yang sudah menjadi profesi khusus atau spesialis curi ternak

18
_____________
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, (Malang: Bayu Media, 2003) hal. 519
Faktor penyebab Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak Sapi yaitu

kurangnya pengawasan masyarakat akan ternak sapi dan faktor ekonomi pelaku.

Adapun terdapat pula modus baru dengan melakukan pemotongan ditempat dengan

hanya mengambil bagian kaki hewan ternak sapi tersebut. Menggunakan obat bius

dengan dosis tinggi dalam menjalankan aksinya. Agar lebih mudah dilakukan

pengangkutan barang curian. Proses pemberian hukuman bagi tersangka tindak

pidana pencurian berdasarkan pada Pasal 362 sampai Pasal 367 disesuaikan dengan

jenis tindak pidana pencurian. Pasal 363 ayat (1) butir 1KUHP unsur yang

memberatkan pencurian adalah ternak sapi.

3. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak

Pencurian hewan ternak sapi merupakan suatu hal yang baru terjadi.

Pencurian ternak merupakan perkembangan dari jenis pencurian biasa. Pencurian

Hewan ternak masuk dalam jenis pencurian dengan pemberatan. Pencurian dengan

Pemberatan atau Pencurian Khusus atau Pencurian dengan Kualifikasi

(gequalificeerde deifstal) diatur dalam Pasal 363 KUHP. yang dimaksud dengan

pencurian dengan pemberatan adalah pencurian biasa yang dalam pelaksanaannya

disertai oleh keadaan tertentu yang memberatkan. Tindak pidana pencurian

merupakan suatu pelanggaran norma yang hidup di masyarakat yaitu norma agama

dan norma hukum. Agama manapun akan melarang suatu tindakan pencurian karena

hal tersebut merupakan suatu dosa yang harus dipertanggungjawabkan oleh

pelakunya di akhirat.

Murdono menjelaskan bahwa pihak kepolisian biasanya melakukan berbagai

upaya-upaya sebelum terjadinya tindak pidana pencurian ternak sapi, diantaranya :


a. Melakukan Sosialisasi atau himbauan kepada masyarakat terkait

Tindak Pidana Pencurian Hewan Ternak.

Menurut penjelasan Murdono diketahui bahwa sosialisasi mengenai

kewaspadaan terhadap kejahatan hewan ternak dilaksanakan oleh Kepolisian

dengan cara memasang spanduk sosialisasi di berbagai pusat-pusat keramaian,

seperti pusat perbelanjaan, pasar tradisional, rumah sakit dan tempat keramaian

lainnya. Spanduk tersebut berisi himbauan kepada pemilik hewan ternak untuk

menempatkan hewan ternaknya di tempat yang aman minimal di kandangkan dan

tidak hanya menempatkan hewan tersebut hanya dengan tali yang dikaitkan ke

pohon saja, sehingga dapat mengundang pencurian dengan hewan ternak.

b. Melakukan patroli ke beberapa desa dan wilayah yang dinilai memiliki

kemungkinan akan di lakukan pencurian.

Menurut penjelasan Murdono Upaya kepolisian yang bersifat Preventif

(non penal) selain memberikan sosialisasi dan himbawan adalah melakukan

kegiatan patroli di berbagai desa baik malam atau pun siang hari, hal ini

dilakukan agar masyarakat bisa membantu pihak kepolisian baik memberikan

informasi ataupun membantu dalam kegiatan keamanan seperti melakukan

Siskamling di tiap–tiap desa. Dengan ini masyarakat juga dibutuhkan partisipasinya

agar aktif dalam upaya menangkal dan mengurangi kejahatan tindak pidana

pencurian hewan ternak di setiap wilayah-wilayah.

c. Melaksanakan Pembuatan Kandang Bersama 1 (satu) Titik Minimal 15 Ekor

Hewan Ternak
Menurut penjelasan Murdono di tentukannya kandang bersama 1 titik

minimal 15 ekor dimana nanti akan disiskamling dan di awasi bergantian oleh

warga masyarakat yang akan berkerja sama dengan Babinkamtibmas, serta di setiap

kandang di beri penerangan. Hal ini sesuai dengan pelaksanaan dari Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara menyebutkan bahwa

fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan masyarakat.

d. Meningkatkan Sistem Keamanan Lingkungan

Siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan) merupakan upaya bersama

dalam meningkatkan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat yang

memberikan perlindungan dan pengamanan bagi masyarakat dengan mengutamakan

upaya-upaya pencegahan dan menangkal bentuk- bentuk ancaman dan gangguan

Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat). Kesadaran masyarakat dalam

berpartisipasi bidang keamanan dan ketertiban, merupakan potensi pengamanan

swakarsa yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan guna menumbuh kembangkan

sikap mental, kepekaan dan daya tanggap setiap warga masyarakat dalam

mewujudkan keamanan dan ketertiban disetiap dilingkungannya masing-masing.

C. Penyelesaian Umum Terhadap Tindak Pidana Pencurian dalam Hukum

Islam
1. Pengertian Pencurian Menurut Hukum Islam

Pencurian dalam istilah Islam disebut dengan ‚sa>riqa|h‛. Menurut

Muhammad Al-Khatib Al-Syarbini (Ulama mazhab Syafi’i) menjelaskan bahwa

sa>riqa|h secara bahasa berarti mengambil harta (orang lain) secara sembunyi-

sembunyi, sedangkan secara syarak adalah mengambil harta (orang lain) secara

sembunyi-sembunyi dan dzalim, diambil dari tempat penyimpanan yang biasa

digunakan untuk menyimpan dengan berbagai syarat.19

Pencurian bila ditinjau dari syariat Islam ada dua macam,

diantaranya: pencurian yang hukumannya had, dan pencurian yang hukumannya

takzir.20 Pencurian yang hukumannya had terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

Pertama, Pencurian ringan adalah pengambilan harta yang dilakukan cara sembunyi-

sembunyi. Sedangkan Kedua, pencurian berat adalah pengambilan harta orang

lain secara terang-terangan dengan kekerasan. Adapun pada pencurian yang

hukumannya takzir juga dibagi dalam dua bagian, yaitu :

a. Pencurian yang diancam hukum had, tetapi syaratnya tidak

terpenuhi.

b. Pencurian yang dilakukan dengan sepengetahuan pemiliknya, dan tanpa

kerelaannya dan tanpa kekerasan.21

2. Unsur-unsur Pencurian

19
_____________ Nurul Irvan dan Masyarofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 100.
20
_____________ Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 81.
21
_____________ Ibid., 82
Unsur pencurian merupakan mengambil harta orang lain secara diam-

diam, yang diambil berupa harta, harta yang diambil milik orang lain dan ada

itikad tidak baik. Adapun unsur-unsur pencurian itu dibagi ada empat macam, yaitu:

a. Pengambilan secara diam-diam

Pengambilan secara diam-diam terjadi apabila pemilik (korban) tidak

mengetahui terjadinya pengambilan barang tersebut, dan tanpa merelakannya.

Pengambilan harta harus dilakukan dengan sempurna. Jadi, sebuah perbuatan tidak

dianggap sebagai tindak pidana jika tangan pelaku hanya menyentuh barang

tersebut. Sedangkan pengambilan harta harus memenuhi tiga syarat yang

diantaranya.22

1) .Pencuri mengeluarkan barang yang dicuri dari tempat

simpanannya.

2) Barang yang dicuri dikeluarkan dari kekuasaan pemilik

3) Barang yang dicuri dimasukkan ke dalam kekuasaan pencuri

b. Barang yang diambil berupa harta

Salah satu unsur penting untuk dapat dikenakannya hukuman potong tangan

adalah barang yang dicuri harus barang yang bernilai ma>l (harta). Sedangkan barang

yang dicuri telah ditentukan syarat- syaratnya untuk bisa dikenakan hukuman

potong tangan, diantaranya:23

1) Barang yang dicuri harus berupa mal mutaqawwim


22
_____________
Ibid., 83
23
_____________ Ibid
Pencurian dapat dikenakan hukuman had, apabila barang yang

dicuri itu barang yang mutaqawwim, yaitu barang yang dianggap

bernilai menurut syarah. Sedangkan barang yang tidak bernilai

menurut pandangan syarak tidak termasuk mal mutaqawwim dan

pelakunya tidak dikenai hukuman

2) Barang tersebut harus barang yang bergerak

Dalam menjatuhkan hukuman had bagi pencurian, maka disyaratkan

bahwa barang yang dicuri harus barang atau benda bergerak. Hal ini

karena pencurian itu memang menghendaki dipindahkannya sesuatu

dan mengeluarkannya dari tempat simpanannya, dan ini tidak akan

terjadi kecuali pada benda yang bergerak. Dengan ini, suatu benda

dianggap sebagai benda bergerak apabila benda tersebut dapat

dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lainnya.24

3) Barang tersebut adalah barang yang tersimpan

4) Jumhur fukaha berpendapat bahwa salah satu syarat untuk

dikenakannya hukuman had bagi pencuri adalah bahwa barang yang

dicuri harus tersimpan ditempat simpanannya. Sedangkan Zhahiriyah

dan sekelompok ahli hadits tetap memberlakukan hukuman had,

walaupun pencurian bukan dari tempat simpanannya apabila barang

yang dicuri mencapai nisab pencurian. Namun, mengenai tempat

penyimpanan ada dua macam, yaitu sebagai berikut:

24
_____________ Ibid., 84.
a. Hirz bil atau hirz binafsih, yang artinya setiap tempat yang

disiapkan untuk penyimpanan barang, dimana orang lain tidak

boleh masuk kecuali dengan seijin pemiliknya.

b. Hirz bil hafizh atau hirz bigairih, artinya setiap tempat yang

tidak disiapkan untuk penyimpanan barang, dimana setiap

orang boleh masuk tanpa ijin.25

3. Syarat-syarat dalam pencurian

Dalam memberlakukan sanksi potong tangan, harus diperhatikan aspek-aspek

penting yang berkaitan dengan syarat dan rukunnya. Dalam masalah ini menurut

Shalih Sa’id Al-Haidan yang dikutip oleh Nurul Irvan dan Masyarofah dalam

bukunya Fiqh Jinayah mengemukakan ada lima syarat untuk dapat

diberlakukannya hukuman ini, yaitu sebagai berikut :26

a. Pelaku telah dewasa dan berakal sehat. Jika pelakunya sedang tidur,

anak kecil, orang gila, dan orang dipaksa tidak dapat dituntut.

b. Pencurian tidak dilakukan karena pelakunya sangat terdesak oleh

kebutuhan hidup.

c. Tidak terdapat hubungan kerabat antara pihak korban dan pelaku,

seperti anak yang mencuri harta milik ayah atau sebaliknya.

d. Tidak terdapat unsur syubhat dalam hal kepemilikan, seperti harta

yang dicuri itu menjadi milik bersama antara pencuri dan pemilik.

e. Pencurian tidak terjadi pada saat peperangan di jalan Allah swt

4. Alat Bukti Pencurian


25
_____________ Ibid., 85.
26
_____________ Nurul Irvan dan Masyarofah, Fiqh Jinayah. 113.
Ada beberapa alat bukti dalam tindak pidana pencurian yang dapat

dibuktikan menurut hukum Islam, antara lain:27

a. Saksi, merupakan suatu pemberitahuan (pernyataan) yang benar untuk

membuktikan suatu kebenaran. Dalam hal ini cukup dengan dua orang saksi,

dan apabila saksi kurang dari dua orang maka pencuri tidak dapat dikenai

hukuman.

b. Pengakuan, merupakan suatu pernyataan yang menceritakan tentang suatu

kebenaran atau mengakui kebenaran tersebut cukup dilakukan satu kali saja.

Dalam hal ini menurut Imam Abu Hanafiah, Imam Syafi’i, dan Imam

Ahmad cukup satu kali, meskipun demikian ulama lain ada yang

mensyaratkan dua kali.

c. Sumpah, dikalangan Mazhab Syafi’i, terdapat pendapat yang

menyatakan bahwa pencurian dapat dibuktikan dengan sumpah yang

dilakukan oleh tersangka. Namun, apabila tersangka tidak ingin

bersumpah maka sumpah dikembalikan kepada penuntut (pemilik barang).

Dan apabila pemilik barang ingin bersumpah, maka tindak pidana

pencurian dapat dibuktikan dengan sumpah tersebut, sehingga tersangka

pun dapat dikenai hukuman had.28

d. Karinah (sesuatu yang berkumpul), dengan adanya tanda-tanda yang

menunjukkan bahwa seorang telah mencuri.

5. Sanksi Pencurian
27
_____________ A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam) ,
(Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), 80
28
_____________ Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 89.
Adapun sanksi yang dapat diberikan bagi pelaku tindak pidana pencurian

yang telah dibuktikan, maka pencuri dapat dikenai dua macam sanksi yang

diantaranya:29

a. Penggantian kerugian (dhaman)

Dalam hukum pidana Islam ada perbedaan pendapat mengenai penjatuhan

hukuman bagi pelaku pencurian, diantaranya; Menurut Imam Abu Hanifah dan

murid-muridnya penggantian kerugian dapat dikenakan terhadap pencurian apabila

ia tidak dikenakan hukuman potong tangan. Akan tetapi, apabila hukuman

potongan tangan dilaksanakan maka pencuri tidak dijatuhkan hukuman ganti

rugi. Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, hukuman potong

tangan dan ganti rugi dapat dilaksanakan bersama-sama. Alasannya, karena dalam

pencurian terdapat dua hak yang dilanggar, yaitu hak Allah swt (masyarakat).

Dan hak manusia. Dengan ini, hukuman potong tangan dijatuhkan sebagai

imbangan dari hak Allah (masyarakat), sedangkan ganti rugi dikenakan sebagai

imbangan dari hak manusia.

Berbeda dengan pendapat Imam Malik dan murid-muridnya yang

menjelaskan bahwa apabila barang yang dicuri sudah tidak ada dan pencuri adalah

orang yang mampu, maka diwajibkan untuk membayar ganti rugi sesuai

dengan nilai barang yang dicurinya, disamping itu pelaku tidak dikenai hukuman

potong tangan. Akan tetapi, apabila pelaku tidak mampu membayar ganti rugi,

maka dapat dijatuhi hukuman potong tangan tanpa dikenakan hukuman ganti rugi

tersebut.
29
_____________ Ibid., 90
b. Hukuman potong tangan (had)

Hukuman potong tangan merupakan hukuman pokok untuk tindak

pidana pencurian. Oleh karena itu, hukuman potong tangan tidak bisa di

gugurkan, baik oleh korban maupun oleh ulil amri (penguasa).30 Dengan

demikian, para ulama sepakat dengan adanya hukuman potong tangan yang

diberlakukan kepada pelaku pencurian. Karena hukuman potong tangan telah

dijelaskan dalam Al-Quran berdasarkan firman Allah swt. dalam surat Al-Maidah

ayat 38 yang berbunyi:

Artinya: Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah

tangan keduanya (sebagai) balasan atas apa yang mereka lakukan dan

sebagai siksaan dari Allah SWT. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana. (QS. Al-Maidah:38)31

Batas pemotongan, menurut Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam

Syafi’i, Imam Ahmad, dan Zahiri adalah dari pergelangan tangan ke bawah.

Begitu pula bila yang dipotong kakinya, maka batas pemotongannya adalah dari

pergelangan kaki. Alasannya adalah batas minimal anggota yang disebut tangan dan

30
_____________ Ibid.
_____________ Kementerian Agama RI, Ar-Rahim Al-Quran dan Terjemahan, (Bandung: CV
31

Mikraj Khazanah
Ilmu, 2014), 114.
kaki adalah telapak tangan atau kaki dengan jari-jarinya. Selain itu,

Rasulullah melakukan pemotongan tangan pada pergelangan tangan pencuri.32

Bila seorang pencuri melakukan beberapa kali dan baru tertangkap,

maka ia hanya dikenai hukuman sekali. Karena pencurian itu merupakan jari>mah

hudud yang berkaitan dengan hak Allah swt. Padanya, sepenuhnya diterapkan teori

at-thadakul. Demikian juga halnya dengan kasus-kasus lainnya yang berhubungan

dengan hak Allah SWT. Sehubungan dengan ini, dipegang kaidah sebagai

berikut: ‚Semua jarimah yang berkaitan dengan Hak Allah, padanya berlaku teori

at-thadakul, sedangkan untuk semua jarimah yang berhubungan dengan Hak

manusia, padanya tidak berlaku teori at-thadakul.

Adapun orang yang melaksanakan hukuman adalah ulil amri

(penguasa), dan seseorang atau sekelompok orang yang diberi kewenangan untuk

melakukan hal tersebut. Dengan ini, hukuman potong tangan dapat diterapkan

jika pencurian telah dianggap sempurna bila pencuri telah mengeluarkan harta

yang dicurinya dari tempat penyimpanan dan selanjutnya dipindahkan dari

pemilik kepada pencuri.

D. Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Positif

Menurut KBBI, arti dari kata “curi” adalah mengambil milik orang lain

tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. “Pencuri”

_____________ A. Djazuli, Fiqh Jinayah.84.


32
berarti orang yang mencari atau maling. “Curian” berarti hasil mencuri atau

barang dicuri. Sedangkan arti “pencurian” proses, cara, perbuatan.

Hukum bagi pelaku tindak pidana pencurian dalam hukum positif termuat

pada Pasal 362 KUHP “Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya

atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan

hukum, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun, atau pidana denda

paling banyak Sembilan ratus rupiah.33 Dari segi bahasa (etimologi) pencurian

berasal dari kata curi yang mendapat awalam pe dan akhiran an. Kata curi sendiri

artinya mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya

dengan sembunyi-sembunyi.

Adapun pengertian penjara adalah tempat orang-orang dikurung dan dibatasi

berbagai macam kebebasan. Penjara umumnya adalah institusi yang diatur

pemerintah dan merupakan bagian dari sistem pengadilan kriminal suatu negara, atau

sebagai fasilitas untuk menahan tahanan perang.34

Dalam hukum positif Indonesia apabila anak mencuri, dalam proses hukum

dan pemberian hukuman akan diberikan perlakuan yang berbeda dari orang dewasa

yang melakukan pencurian. Ini dikarenakan dasar pemikiran pemberian hukuman

oleh negara adalah bahwa setiap warga negaranya adalah makhluk yang bertanggung

jawab dan mampu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Khusus

mengenai sanksi terhadap anak dalam UU Pengadilan anak ditentukan berdasarkan

perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang berusia 8 sampai 12 tahun hanya dapat

dikenakan tindakan, seperti dikembalikan kepada orang tuanya, ditempatkan pada

33
_____________ KUHP Pasal 362
34
_____________ https://id.wikipedia.org/wiki/Penjara 8:47 PM
organisasi sosial, atau diserahkan kepada Negara, sedangkan terhadap anak yang

telah mencapai umur di atas 12 sampai 18 tahun dijatuhkan pidana. Ini diatur dalam

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak. Menurut

UU SPPA, seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu

tindakan, bagi pelaku tindak pidana yang berumur di bawah 14 tahun (Pasal 69 ayat

(2) UU SPPA) dan Pidana, bagi pelaku tindak pidana yang berumur 15 tahun ke

atas.35

a. Unsur-unsur pencurian

Berikut unsur-unsur pencurian menurut pasal 362 KUHP :

1 ) Unsur obyektif, yang meliputi:

a ) Mengambil, unsure mengambil ini mengalami berbagai penafsiran

sesuai dengan perkembangan masyarakat, mengambil yang diartikan

memindahkan barang dari tempat semula ketempat ang lain, ini

berarti membawa barang di bawa ke kekuasaannya yang nyata.

Perbuatan mengambil berarti mengambil perbuatan yang

mengakibatkan barang diluar kekuasaan pemiliknya.

b ) Barang, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain berarti

unsur obyektif adalah perbuatan manusia pada umumnya diatur

dalam perundang-undangan. Unsure objektif ini mengandung delik

formil dan materil, dimana keduanya disebutkan akibat tertentu yang

dilarang. Apabila dijumpai delik yang hanya dirumuskan akibatnya

yang dilarang dan tidak dijelaskan bagaimana kelakuan yang

35
_____________ http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53f55d0f46878/hal-hal-penting-yang-
diaturdalam-uu-sistem-peradilan-pidana-anak 09:10 PM
menimbulkan akibat itu. Sedangkan delik formilnya ialah delik yang

dianggap telah terlaksana apabila telah dilakukan suatu perbuatan

yang dilarang.

2) Unsur subjektif, yang meliputi:

a) Dengan maksud, istilah ini terwujud dalam kehendak, atau tujuan

pelaku untuk memiliki barang secara melawan hukum.

b) Untuk memiliki

c) Secara melawan hukum, yakni perbuatan memiliki yang

dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari si pelaku.

b. Sanksi pencurian

Penetapan pidana denda dalam KUHP merupakan jenis sanksi pidana yang

berbeda jumlah presentase dan ancaman jenis pidananya dengan RUU KUHP, baik

pidana yang diancamkan alternative maupun pidana tunggal, dari mulai pasal

104 sampai pasal 488 dalam KUHP, untuk kejahatan (buku II) dan dari mulai pasal

489 sampai 569 untuk pelanggaran (buku III), perumusannya adalah pidana penjara

tunggal, pidana dengan alternative denda, dan pidana denda yang diancamkan

tunggal.

1) Pidana penjara, yaitu bentuk pidana yang berupa kehilangan kemerdekaan.

Pidana penjara atau pidana kehilangan kemerdekaan itu bukan hanya dalam

bentuk pidana penjara tetapi juga berupa pengasinan.

2) P idana kurungan atau kurungan pengganti, pidaa kurungan adalah

pidana perampasan kemerdekaan, akan tetapi lebih ringan daripada pidana

penjara. Pidana kurungan dikenakan paling pendek satu hari dan paling
lama satu tahun (pasal 18 ayat (1) KUHP) tetapi dapat diperpanjang sebagai

pemberatan hukuman penjara paling lama satu tahun empat bulan (pasal

18 ayat (3) KUHP) serta dikenakan kewajiban kerja tetapi lebih ringan

daripada kewajiban kerja terpidana penjara (pasal 19 ayat (2) KUHP).

3) Pidana denda, pidana denda adalah hukuman berupa kewajiban seseorang

untuk mengembalikan keseimbangan hukum atau menebus dosanya dengan

pembayaran tertentu atau lebih pada ganti rugi. Jika terpidana tidak mampu

membayar denda yang dijatuhkan kepadanya maka diganti dengan pidana

kurungan. Pidana tersebut disebut dengan pidana kurungan pengganti.

Maksimum pidana kurungan pengganti adalah 6 bulan dan boleh 8 bulan

dalam hal terjadi perbarengan, pengulangan, atau penerapan pasal 52 dan

52a KUHP. Lamintang menerangkan bahwa pidana denda daoat dijumpai di

dalam Buku I dan II KUHP yang telah diancamkan baik bagi kejahatan-

kejahatan maupun bagi pelanggaran-pelanggaran. Pidana denda ini juga

diancamkan baik satu-satunya pidana pokok maupun secara alternatif

dengan pidana penjara saja, atau alternatif dengan kedua pidana pokok

tersebut secara bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai