Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KARYA TULIS ILMIAH

HAD PENCURI

Dibuat dalam rangka mengikuti Sidang Munaqasyah

Di

Oleh:

Nama : Muhammad Taufiq H.M

NIS : 155659

Kelas : 6.1

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM UMMUL AYMAN SAMALANGA


KAB. BIREUN
TAHUN AJARAN 2020/2021

MAKALAH KARYA TULIS ILMIAH

HAD PENCURI

Diajukan Kepada Panitia Sidang Munaqasyah Dayah Ummul Ayman


Samalanga Kab. Bireun

Tahun Ajaran 2020/2021

Oleh :

Santri Dayah Ummul Ayman Samalanga Kab. Bireuen

Nama : Muhammad Taufiq H.M


NIS : 155659
Kelas : 6.1

Telah disetujui oleh :


Kata Pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirahmanirahim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang selalu senantiasa
mencurahkan Rahmat dan karunia-nya kepada kita berupa sehat jasmani dan rohani,
kecukupan rezeki, terpentingnya nikmat iman dan Islam.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada the best human, kekasih Allah,
nabi Muhammad SAW. Yang selalu menjadi suri tauladan yang baik bagi siapapun, makhluk
teramanah di muka bumi, yang akan selalu memerintah jika diperintah untuk memerintah dan
melarang jika seandainya diperintahkan untuk melarang. Beliaulah yang nyaris hampir
seluruh masa hidupnya memprioritaskan masalah umat mengubah moralitas individu maupun
masyarakat dari yang kurang beradab menjadi yang beradab yang beradab menjadi lebih
beradab. Kecintaannya kepada kita umatnya tak akan pernah diragukan lagi, sangat banyak
riwayat yang memperbincangkan tentang kecintaannya kepada umat. Shalawat dan salam
semoga juga selalu tersampaikan kepada keluarga, kerabat, dan sahabat sahabat beliau
sekalian.

Alhamdulillah, saya selaku penulis bersyukur dan memuji kehadirat ilahi robbi azza
wajalla karena berkat petunjuk dan ma'unahnyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Ucapan terima kasih tak terhingga kepada ayahanda rohani walet serta seluruh dewan guru
yang telah sukarela mendidih dan mengayomi saya sehingga membantu dalam
penyempurnaan makalah ini. Khususnya kepada pembimbing Ustadz Asysyairazi, L.C yang
telah membimbing dan membina penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Jazakumullahu
khairan katsiran.

Harapan penulis jika para pembaca menemukan kekurangan atau kejanggalan dalam
makalah , kritik dan saran pembaca akan selalu siap saya terima. Penulis sadar masih banyak
kekurangan dan ketidaktertiban dalam makalah ini karena penulis juga masih dalam tahap
pembelajaran dan pendidikan. Oleh karena demikian, kritik dan saran pembaca nantinya akan
sangat berarti dan membantu saya dalam memperbaiki segala kekurangan dan kesilapan agar
dapat menjadi lebih baik untuk langkah selanjutnya.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................

A. Latar Belakang Masalah.............................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................

C. Tujuan Masalah.........................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................

A. Pengertian Had Pencurian..................................................

B. Syarat-syarat Pencuri, korban, dan Rukun-rukun Pencurian .....

C. Macam-macam Had Pencuri.......................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................

A. Kesimpulan..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang mengatur segala sesuatu apa saja permasalahan
manusia, bahkan jika ia bukan pemeluknya sekalipun. Tidak ada suatu kejadian pun di
dunia yang tidak tersentuh nilai Islam. Maka dari ini, islam disebut agama yang universal.
Universal berasal dari kata sifat universalis yang artinya menyeluruh atau tanpa batas.
Dapat dikatakan, Islam adalah agama yang memberlakukan peraturan atau pengaturan
secara tanpa batas, menyeluruh, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagai satu-
satunya agama yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Islam menjadikan
penganutnya bersih, aman, dan bermartabat jika memenuhi segala peraturannya.

Dalam Islam, ada beberapa ketentuan, yang jika seseorang melanggar ketentuan
tersebut maka dikenakan sanksi atau denda. Denda di sini ada bermacam-macam menurut
pelanggaran itu sendiri. Yang maksud dari denda itu juga untuk kemaslahatan umat.
Seperti mencuri, tentunya lumrah di kalangan masyarakat bahwa mencuri merupakan
perbuatan yang tidak senonoh bahkan sangat hina. Di Indonesia, pencurian termasuk
dalam salah satu hukum kriminal yakni pengambilan properti milik orang lain secara
tidak sah tanpa seizin pemilik, yang biasanya akan dijerat dengan pasal 362 KUHP. Tidak
jauh berbeda, dalam Islam mencuri juga suatu larangan yang tentunya amat dibenci oleh
Allah SWT sehingga hukuman dari mencuri ini juga termasuk sedikit ekstrem yaitu
potong tangan. Tentu saja jika memenuhi syarat-syarat tertentu.
Had pencurian dalam Islam tidak boleh langsung ditindak dengan semena-mena,
akan tetapi harus didasari dengan syarat-syarat ataupun ketentuan tertentu. Seperti siapa
yang melakukan tindakan atau berkarir dalam pencurian, seberapa berharga benda yang
dicuri, dan lain sebagainya. Permasalahan inilah yang menjadi latar belakang dari
makalah yang saya tulis.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian had pencurian

2. Apa sajakah syarat-syarat pencuri, korban, dan rukun-rukun pencurian

3. Apa sajakah macam-macam had pencurian

C. Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan hak pencurian

2. Agar mengetahui apa saja yang termasuk syarat-syarat pencuri, korban dan rukun-
rukun pencurian

3. Agar mengetahui macam-macam had pencurian


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Had Pencurian

1. Pengertian Had

Had secara etimologi ialah ‫المنع‬ bermakna mencegah ataupun melarang

sesuatu1. Sedangkan pada istilah syara’ had adalah ‫ما ذكر من الجلد او الرجم ونحو‬
‫ذلك من كل عقوبه مقدرة‬, (sesuatu yang disebutkan tentang cambuk atau rajam dan
sejenisnya dari setiap hukuman yang dikadarkan)2. Alasan penamaan had pada bahasa
bermakna mencegah ialah karena dapat mencegah suatu individu bahkan banyak
orang untuk mengerjakan kekejian3. Seperti pencurian, ketika seseorang ingin
mencuri maka ia perlu pikir panjang untuk melakukannya karena mengingat hak dari
pencurian.

Ajaran Islam tentang had sebenarnya juga bertujuan untuk kemaslahatan umat.
Karena dengan adanya had, maka dapat meminimalisir perkara-perkara kekejian. Jika
kekejian dapat dipungkiri maka terciptalah keharmonisan dalam masyarakat.
Sebaliknya jika seandainya Islam tidak mensyariatkan tentang had, maka otomatis tak
terhitung kekejian akan terjadi.

1
Ibnu Qosim Al Ghazi, fathul qorib, jilid 2, hlm. 229
2
Sayid abubakar, i'anatut Thalibin jilid 4, hlm. 142
3
Ibnu Qosim Al Ghazi, ibid,
2. Pengertian Pencurian

Mencuri menurut bahasa ialah ‫خفية‬ ‫اخذ المال‬ yang berarti mengambil suatu

harta secara sembunyi-sembunyi. Sedangkan menurut istilah syara' mencuri ialah ‫اخذ‬
‫المال يخفيه ظلما من حرذ مثله‬ ( mengambil harta secara sembunyi-sembunyi dan
zalim dari tempat penyimpanannya)4.

Pencurian sering terjadi biasanya karena pelaku ingin kekayaan lebih, maka
sebenarnya ia ingin kekayaannya ditambah dengan kekayaan orang lain dan ia
meremehkan usaha-usaha halal. Iya tidak mencukupkan dengan hasilnya sendiri
sehingga terjadilah pencurian. Yakni pengambilan hak orang lain secara sembunyi-
sembunyi tanpa sepengetahuan pemilik dari tempat penyimpanannya(hiriz misil).

Dari 2 definisi di atas bisa disimpulkan bahwa hak pencurian ialah hukuman
hukuman tertentu yang dijatuhkan kepada orang-orang tertentu yang mengambil harta
harta tertentu dari tempat penyimpanannya.

B. Syarat-syarat Pencuri, korban, dan Rukun-rukun Pencurian

1. Syarat-syarat Pencuri

Syarat-syarat pencuri yang divonis dengan sanksi potong tangan itu ada 3,
dalam sebagian redaksi ada 6, yaitu:

a. Taklif (cakap hukum)

Maksudnya pelaku pencurian tersebut sudah baligh dan beraka. Maka jika
pencuri tersebut belum cakap hukum (mukallaf), maka tidak divonis potong
tangan seperti orang gila dan anak kecil. Akan tetapi anak kecil yang mencuri di
sanksi yang bersifat mendidik (ta’zir)5. Walaupun Islam termasuk salah satu syarat
4
Ibnu Qosim Al Ghazi, ibid, hlm. 241.

5
Abdul Qadir Hauda, Al-fiqh Al-jina’i Al-islami (Qahirah Dar Al-Turats), hal.517
seseorang baru dianggap mukallaf akan tetapi di permasalahan pencuri Islam tidak
menjadi syarat si pencuri, karena jika kafir dzimmi atau orang murtad mencuri
maka juga divonis potong tangan .

b. Harta yang Diambil Sampai Nisabnya

Pada zaman jahiliyah (pra islam), sebelum perbudakan dihapus, manusia


(budak) dapat dijadikan objek pencurian. Karena budak dapat diperjualbelikan
seperti halnya barang, tapi setelah islam datang dan budak dihapuskan maka
manusia tidak lagi menjadi objek pencurian. Karena itu menurut imam abu
Hanifah, Syafi'i, dan Ahmad orang yang mencuri manusia tidak dijatuhkan sanksi
potong tangan.

Selain mengisyaratkan barang curian itu harus harta, para ulama juga
mensyaratkan kriteria terhadap harta yang dicuri untuk terpenuhinya sanksi
potong tangan. Kriteria harta yang disyaratkan para ulama tersebut ialah sampai
nisab. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat tentang kadar nisab tersebut.
Menurut imam Syafi'i kadarnya adalah seperempat dinar 6 atau lebih sebagaimana
disinyalir olehnya dalam kitab Al-um: siapa yang ingin memotongnya, maka
kadarnya harus sampai seperempat Dinar atau lebih 7, sedangkan menurut imam
Malik, jika yang dicuri itu bukan emas atau perak maka kadar nisabnya itu diukur
kadar perak yaitu tiga dirham. Adapun menurut ulama hambaliyah mereka
menetapkan seperempat Dinar atau lebih sebagaimana telah disinyalir oleh Ibnu
qudamah: dan menurut kami adalah sebagaimana sabda nabi SAW: Tidak di vonis
potong tangan kecuali pada seperempat Dinar atau lebih.

Yang dijadikan dasar hukum bahwa syarat harta yang dicuri itu sampai
nisab nya ialah beberapa sabda Rasulullah SAW sebagaimana berikut: Dari Ibn
Umar, dari Nabi SAW bersabda: Tidak dikenakan sanksi potong tangan pencuri
pada pencurian yang kurang seharga perisai. Lalu Aisyah bertanya: Berapa harga

6
Satu dinar: 3.879 emas murni, Ibn Taimiyah, a-siasah as-syar’iyah fi islali Ra’yi wa al-Ra’yi, alih bahasa:
Muhammad Munawir,(surabaya pen. Dunia ilmu, Cat. 1 1418 H, 1997 M)
7
Muhammad Idris As- Syafi'i , Al-um, Mesir, Al-Faniyah Muttahidah 1961 M/1981 H, jilid 6, hlm. 147
perisai Wahai Rasulullah? Lalu beliau menjawab seperempat dinar atau lebih.
(H.R Al-Bukahari)8.

c. Barang yang Dicuri Berada di Tempat Penyimpanan

Menurut konsensus ulama, bahwa hirz(tempat penyimpanan harta)


dikategorikan kepada tiga macam, yaitu:

a. Hirz bi Al makan yaitu tempat penyimpanan harta yang berbentuk konstruksi


(bangunan), seperti: rumah, toko, kandang bagi binatang dan seterusnya.

b. Hirz bi nafsihi yaitu penyimpanan harta yang dijaga oleh diri sendiri seperti
cincin yang sedang dipakai.

c. Hirz bi Al-Hafiz atau bighairihi yaitu suatu tempat yang bukan disediakan
untuk menyimpan barang, akan tetapi tempat itu bisa dijadikan iris jika ada
yang menjaganya seperti menyimpan barang di lapangan terbuka, masjid dan
seterusnya.

2. Syarat-syarat Pemilik Barang (korban)

Syarat dari pemilik barang yang dicuri si Pencuri itu ada dua. Pertama, tidak
ada hak si pencuri pada si pemilik barang. Kedua, tidak ada syubhat bagi si pencuri
pada pemilik barang9.

3. Rukun-rukun Pencurian

Rukun-rukun pencurian ada 3:

1. Pencuri

8
Imam Bukhari, shahih Bukhari, jilid 8, hal. 74

9
Ibnu Qosim Al Ghozi, ibid, hlm. 243
Pencuri ialah subjek awal atau penggerak pertama dari kasus pencurian.
Seseorang yang melakukan tindakan atau berkarya dalam pencurian disebut
pencuri, dan tindakannya disebut mencuri.

2. Pemilik Barang (korban)

Pemilik barang ialah korban dari kasus pencurian.

3. Kasus Pencurian Itu Sendiri10.

C. Macam-macam Had Pencuri

Para ulama mengkategorikan had pencuri kepada 2:

1. Hukuman Ta’zir

Hukuman ta'zir ialah ancaman bagi pencurian-pencurian yang tidak terpenuhi


syarat-syarat pelaksanaan hukuman had.

2. Hukuman Had

Hukuman had ialah antonim dari hukuman ta'zir, jika hukuman ta'zir adalah
ancaman bagi pencurian pencurian yang tidak terpenuhi syarat-syarat maka hukuman
had adalah ancaman bagi pencurian pencurian yang terpenuhi syarat-syarat. Allah
SWT berfirman :

‫ وهللا عزيز حكيم‬،‫والسارق والسارقه فاقطعوا ايديهما جزاء بما كسبا نكال من هللا‬

“Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri potonglah tangan


keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan
dari Allah. Dan Allah maha perkasa maha bijaksana.”(Q.S. Al-Maidah:38).

Potong tangan merupakan sanksi yang sangat mendasar dalam pencurian. Oleh
karenanya tidak terhapus dengan adanya pemaafan baik dari korban maupun

10
Ibrahim Al-Bajuri, Bajuri, jilid 2, hlm. 240
penguasa. Sanksi itu tidak boleh diganti dengan sanksi lain yang lebih ringan
daripadanya.

Kemudian masalah pencurian berulang kali jika pertama kali ia mencuri


hukumannya ialah dipotong tangannya dari pergelangan tangan yang kanan.
Pencurian kali kedua hukumannya dipotong kaki dari pergelangan kaki kiri.
Pencurian kali ketiga hukumannya dipotong tangan dari pergelangan tangan kiri dan
pencurian kali keempat hukumannya dipotong kaki dari pergelangan kaki kanan.
Sedangkan untuk pencurian yang lebih dari empat kali, ulama berbeda pendapat
tentang sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku. Sebagian ulama berpendapat bahwa ia
dita'zir sedangkan sebagian yang lain berargumen bahwa pelaku dibunuh secara
sedikit-sedikit11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Had pencurian adalah hukuman hukuman tertentu yang jatuh kepada orang-orang
tertentu yang mengambil harta-harta tertentu dari tempat penyimpanannya(hirz mitsil).

1. Syarat-syarat Pencuri

a. Taklif (cakap hukum)

b. Harta yang diambil sampai nisabnya

c. Diambil dari tempat penyimpanan (hirz mitsil)

11
Ibn Qasim Al-Ghazi, fathul qarib, jilid2, hlm.245
2. Syarat-syarat Pemilik Barang (korban)

a. Tidak ada hak si pencuri pada korban

b. Tidak terdapat syubhat si pencuri pada korban.

3. Rukun-rukun Pencurian

a. Pencuri

b. Korban

c. Kasus pencurian

4. Macam-macam Had Pencuri

a. Had ta’zir

b. Sanksi potong tangan


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Al-Hadits

Ibnu Qasim Al-Ghazi, fathul mu’in, jild 2

Said Abi Bakar, i’anatuth thalibin, jilid 4

Ahmad ibn Taimiyah, Al-sifasah, As-syar’iyah, ishlah al-Ra’yi wa al-Ra’iyah (terjemahan


Muh.Munawir Azzahidi, kebijakan politik nabi SAW), surabaya: Dunia ilmu, cet 1, 1418
H/1997 M

Muhammad Idris Assyafi’i, Al-Um, Mesir Al-Faniyyah Al-Muttahidah, jilid 6, 1961

Imam Bukhari, Shahih albukhari, Bairut, Dar al-Fikri, jilid 8

Al-Allamah Al-Kamil, As-syaikh Ibrahim Al-Bajuri, Bajuri jilid 2

Anda mungkin juga menyukai