Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KONDIFIKASI HADITS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran fiqih di madrasah

Dosen Pengampu : Bpk.Johandrio, M.Pd

Disusun Oleh :

1. M.Sobril haq
2. Hasan bisri zamzami

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
BUSTANUL ULUM JAYA SEKTI LAMPUNG TENGAH
MEI 2022

KATA PEGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucak syukur ke kapada Tuhan Yang


Masa Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dengan itu kami tak lupa mengucapkan rasa terimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah fiqih di madrasah yang selalu membimbing dan memberi
pengetahuan kepada kami dan kepada orang tua kami yang selalu menyemangati
kami dalam menyelesaikan tugas makalah “Daman dan kafalah” serta teman-teman
yang juga turut berpartisipasi memberikan inovasi dalam pembuatan tugas makalah
ini.

Namun dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami dalam mata


kuliah ini, dan masih banyak penjelasan-penjelasan materi yang belum terpaparkan
dalam makalah ini. Kami mengharapkan kritik, saran, dan masukannya untuk tugas
makalah ini dapat lebih detail penjelasannya sehingga dapat menutupi kekurangan
dalam tugas makalah ini. Sekian terimakasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banyuwangi, 13 mei, 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Pengertian Daman...................................................................................................3
B. Dasar Hukum, Syarat, dan Rukun Daman..............................................................3
C. Pengertian Kafalah.................................................................................................5
D. Dasar Hukum, Syarat dan Rukun Kafalah..............................................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................................11

A. Kesimpulan............................................................................................................11
B. Saran......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTA............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diantara masalah-masalah yang banyak melibatkan anggota masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari adalah masalah muamalah (akad, transaksi) dalam berbagai
bidang. Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam
masyarakat, maka pedoman dan tatanannya pun perlu dipelajari dan diketahui dengan
baik, sehingga tidak terjadi penyimpangan dan pelanggaran yang merusak kehidupan
ekonomi dan hubungan sesame manusia.
Kesadaran muamalah hendaknya tertanam lebih dahulu dalam diri masing-
masing, sebelum orang terjun ke dalam kegiatan muamalah itu. Pemahamaan agama,
pengendalian diri, pengalaman, akhlaqul karimah dan pengetahuan tentang sseluk-
beluk muamalah hendaknya dikuasai sehingga menyatu dalam diri pelaku (pelaksana)
muamalah itu.
Kegiatan muamalah ini sangat banyak salah satu di antaranya adalah akad al
dhaman dan kafalah sebagai salah satu bentuk aktifitas ekonomi, al dhaman dan
kafalah atau jaminan menjadi hal yang amat sering di lakukan oleh masyarakat dalam
berbagai transaksi ekonomi demi memehui kebutuhan.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang di atas pentingnya mengetahui


Daman dan Kafalah. Maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Daman?
2. Bagaimana Dasar Hukum, Syarat, Rukun, Daman?
3. Apa pengertian Kafalah?
4. Bagaimana Dasar Hukum, Syarat, Rukun, Kafalah?
C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis menerangkan tujuan tujuan


makalah antara lain sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Damman.
2. Untuk Menjelaskan Dasar Hukum, Syarat, Rukun Damman.
3. Untuk Mengetahui Pengertian Kafalah.
4. Untuk Menjelaskan Dasar Hukum, Syarat, Rukun Kafalah..

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Damman
1. Pengertian Damman
Damman dari segi Bahasa berarti tanggungan atau jaminan. Damman adalah
suatu ikrar atau lafadz yang disampaikan berupa perkataan atau perbuatan untuk
menjamin pelunasan hutan seseorang. Dengan demikian, kewajiban membayar
hutang atau tanggungan itu berpindah dari orang yang berhutang kepada orang
yang menjamin pelunasan hutangnya (ahmad alfan, 2014 : 143).
2. Dasar Hukum
Damman hukumnya boleh dan ah dalam arti diperolehkan oleh sayri’at
islam, selama tidak menyangkut kewajiban yang berkaitan dengan hak-hak
Allah.
a. Firman Allah Swt. QS Yusuf ayat 72 :

ِ ‫ير َوَأنَا بِ ِه ز‬
‫َعي ٌم‬ ِ ِ‫ص َوا َع ْال َمل‬
ٍ ‫ك َولِ َم ْن َجا َء بِ ِه ِح ْم ُل بَ ِع‬ ُ ‫قَالُوا نَ ْفقِ ُد‬
Artinya : “Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja,
dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan
(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya".

b. Sabda Rasulullah

Lalu didatangkan kembali jenazah yang ketiga dan mereka berkata, ‘Ya
Rasûlullâh! Shalatkanlah mayat ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bertanya, ‘Adakah dia meninggalkan harta?’ Mereka menjawab, ‘Tidak’.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah ia memiliki
tanggungan hutang?’ Mereka menjawab, ‘Ya, hutang 3 dinar.’ Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Shalatkanlah teman kalian itu.” Abu
Qatâdah Radhiyallahu anhu berkata, “Shalatilah dia! Wahai Rasûlullâh!

3
Saya yang menanggung utangnya!’ Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyhalatinya”. [HR. Al-Bukhâri, an-Nasâ’i dan Ahmad]

c. Ijma’ Ulama
membolehkan (mubah) dhamân dalam muamalah karena dhamân sangat
diperlukan dalam waktu tertentu. Adakalanya orang memerlukan modal
dalam usaha dan untuk mendapatkan modal itu biasanya harus ada jaminan
dari seseorang yang dapat dipercaya, apalagi bisnisnya besar. Demikian juga
kita dapati muamalah orang yang menjamin orang lain sejak abad-abad
permulaan hingga kini tanpa ada yang mengingkari sama sekali. Ijma’ ini
telah dinukilkan dalam kitab Hasyiyah Ibnu Abidin, 5/285.
3. Syarat dan Rukun Dhamman
a. Adapun Rukun Dhamman, antara lain:
1) Penjamin (damin).
2) Orang yang dijamin hutangnya (mahmu ‘anhu).
3) Penagih yang mendapat jaminan.
4) Lafal atau ikrar.
b. Adapun syarat dhamman antara lain: 
1) Syarat penjamin
a) Dewasa (baligh).
b) Berakal (tidak gila atau waras).
c) Atas kemauan sendiri (tidak terpaksa).
d) Orang yang diperbolehkan membelanjakan hartanya.
e) Mengetahui jumlah atau kadar hutang yang dijamin.
2) Syarat orang yang dijamin, yaitu orang yang berdasarkan hukum
diperbolehkan untuk membelanjakan harta.
3) Syarat orang yang menagih hutang, dia diketahui keberadaannya oleh
orang yang menjamin.
4. Syarat harta yang dijamin antara lain: 

4
a. Diketahui jumlahnya.
b. Diketahui ukurannya.
c. Diketahui kadarnya.
d. Diketahui keadaannya.
e. Diketahui waktu jatuh tempo pembayaran. 
5. Syarat Lafadz (ikrar) yaitu dapat dimengerti yang menunjukkan adanya jaminan
serta pemindahan tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban pelunasan hutang
dan jaminan ini tidak dibatasi oleh sesuatu, baik waktu atau keadaan tertentu.
6. Hikmah
Adapun hikmah yang dapat diambil dari kafalah adalah sebagai berikut:
a. Adanya unsur tolong menolong antar sesama manusia.
b. Orang yang dijamin (ashiil) terhindar dari perasaan malu dan tercela.
c. Makful lahu akan terhindar dari unsur penipuan.
d. Kafil akan mendapatkan pahala dari Allah Swt., karena menolong orang lain.

B. Pengertian Kafalah
1. Pengertian Kafalah

Kafalah menurut bahasa berarti menanggung. Firman Allah Swt. Dalam Q.S
Al-Maryam ayat 37 : “Dan Dia (Allah) menjadikan Zakarya sebagai penjamin
(Maryam)” . Menurut istilah arti kafalah adalah menanggung atau menjamin
seseorang untuk dapat dihadirkan dalam suatu tuntutan hukum di Pengadilan
pada saat dan tempat yang ditentukan

Qulatuji dalam Dictionary of Islamic Legal Terminilogy dan Azuihaily


dalam Uqud al-Musamma mendefinisikan Al-Kafalah sebagai berikut: “suatu
jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua (yang ditanggung) terhadapnya”.

5
Sedangkan menurut Abdul Rahman Ghazaly dkk, Kafalah menurut istilah
didefinisikan oleh ulama sebagai berikut :

a. Menurut Hasby Ash Shiddiqie “menggabungkan Dzimmah (tanggung


jawab) kepada dzimmah yang lain dalam penagihan”.
b. Menurut Madzhab Syafi’i “Akad yang menetapkan hak pada tanggungan
(beban) yang lain atau menghadirkan zat benda yang dibebankan atau
menghadirkan badan oleh orang yang berhak menghaadirkannya.” 
c. Menurut Hanafiyah “proses penggabungan tanggungan kafiil menjadi
tanggung ashiil dalam tuntutan / permintaan dengan materi atau utang atau
barang atau pekerjaan” (Abdul Rahman Ghazaly dkk, 2012 : 205). 

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kafalah adalah
transaksi yang menggabungkan dua tanggungan (beban) untuk memenuhi
kewajiban baik berupa hutang, uang, barang, pekerjaan, maupun badan.

2. Dasar Hukum Kafalah


a. Kafalah disyaratkan Allah SWT, terbukti dengan firman-Nya, dalam Q.S
yusuf ayat 72 :

ِ ‫ير َوَأنَا بِ ِه ز‬
‫َعي ٌم‬ ِ ِ‫ص َوا َع ْال َمل‬
ٍ ‫ك َولِ َم ْن َجا َء بِ ِه ِح ْم ُل بَ ِع‬ ُ ‫قَالُوا نَ ْفقِ ُد‬
Artinya : “Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami kehilangan piala Raja, dan
siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan
(seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya”. Kata za’im yang
berarti peminjam dalam surat yusuf tersebut.

b. Dalam sebuah riwayat juga dijelaskan, “Bahwa Nabi SAW. Pernah


menjamin sepuluh dinar dari seseorang laki-laki yang oleh penagih
ditetapkan untuk menagih sampai sebulan, maka hutang sejumlah itu dibayar
kepada penagih” (HR.Ibnu Majah). 

6
c. Serta Sabda Rasulullah saw: “Penjamin adalah orang yang berkewajiban
membayar”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
3. Syarat dan Rukun Kafalah
Di dalam buku fiqih muamalat karya Abdul Rohman dkk, adapun syarat dan
rukun kafalah diantaranya : 
a. Kafiil, yang dimaksud adalah orang yang berkewajiban melakukan
tanggungan (makhful bihi). Orang yang bertindak sebagai kafiil diisyaratkan
adalah orang yang dewasa(baligh), berakal, berhak penuh untuk bertindak
dalam urusan hartanya, dan rela dengan kafalah. Kafiil tidak boleh orang gila
dan juga anak kecil. Sekalipun ia telah dapat membedakan sesuatu (tamyiz).
Kafiil juga dapat disebut dhamin (orang yang menjamin), zaim (penanggung
jawab), hamiil (orang yang menanggung beban berat) atau qobiil (orang
yang menerima). 
b. Makful anhu (ashiil), yaitu orang yang berhutang. Yaitu orang yang
ditangggung. Tidak disyaratkan baligh, berakal, kehadiran, dan kerelaannya
dengan kafalah. 
c. Makhful lahu, yaitu orang yang memberi hutang (berpiutang). Disyaratkan
diketahui dan dikenal oleh orang yang menjamin. Hal ini supaya lebih
mudah dan disiplin. 
d. Makhful bihi, yaitu sesuatu yang dijamin berupa orang atau barang atau
pekerjaan yang wajib dipenuhi oleh orang yang keadaannya ditanggung
(ashiil/makhful anhu). 
e. Lafadz, yaitu lafal yang menunjukkan arti menjamin. 

Dijelaskan oleh sayyid sabikh bahwa kafalah dapat dinyatakan sah dengan
melakukan lafal sebagai berikut : “aku menjamin si A sekarang”, “aku tanggung
atau aku jamin atau “aku tanggulangi atau aku sebagai penanggung untukmu”,
atau penjamin atau hakmu padaku atau aku berkewajiban”. Semua ucapan ini
dapa dijadikan sebagai pernyataan kafalah. 

7
Apabila lafadz kafalah telah dinyatakan maka hal itu mengikat kepada utang
yang akan diselesaikan. Artinya, utang tersebut wajib dilunasi oleh kafiil secara
kontan atau kredit. Jika utang itu harus dibayar kontan si kafiil dapat minta syarat
penundaan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dibenarkan berdasarkan hadis
yang diriwayatkan oleh ibnu majah dari ibnu abas bahwa nabi SAW.,
menanggung sepuluh dinar yang diwajibakan membayarnya selama satu bulan,
beliau melakukannya.

Menurut mazhab Hanafi bahwa rukun kafalah adalah satu, yaitu ijab dan
qabul (alJaziri,1969:226). Sedangkan menurut para ulama yang lain bahwa rukun
dan syarat kafalah adalah sebagai berikut :

a. Dhamin, Kafil atau Zaim, yaitu orang yang menjamin, dimana ia disyaratkan
sudah baligh, berakal, tidak dicegah membelanjakan hartanya (mahjur) dan
dilakukan dengan kehendaknya sendiri. 
b. Madmun lah, yaitu orang yang berpiutang, syaratnya ialah bahwa yang
berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin. 
c. Madmun ‘anhu atau makful ‘anhu adalah orang yang berutang. 
d. Madmun bih atau makful bih adalah utang, barang atau orang, disyaratkan
pada makful bih dapat diketahui dan tetap keadaannya, baik sudah tetap
maupun akan tetap.
e. Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz itu berarti menjamin, tidak digantungkan
kepada sesuatu dan tidak berarti sementara.
4. Macam – Macam Kalafah
Macam-macam kafalah Secara garis besar, kafalah dapat dibedakan menjadi
al-kafalah bil mal dan al-kafalah bin nafs. Al-kafalah bil mal merupakan jaminan
pembayaran barang atau pelunasan hutang. Sedangkan al-kafalah bin nafs
merupakan akad pemberian jaminan atas diri.
Dalam buku Fiqih Muamalat, secara garis besar kafalah dibedakan menjadi
dua :

8
a. Kafalah Dengan Jiwa Disebut Juga Jaminan Muka
Yaitu keharusan bagi si kafiil untuk menghadirkan orang yang ia
tanggung kepada orang yang ia janjikan tanggungan (makhful lahu atau
orang yang berpiutang). Jika persoalannya menyangkut kepada hak manusia
maka orang yang dijamin tidak mesti mengetahui persoalan karena ini
menyangkut badan bukan harta. 
b. Kafalah Harta
Yaitu kewajiban yang harus dipenuhi oleh kafiil dengan pemenuhan
berupa harta. Kafalah dengan harta terbagi menjadi 3 : 

1) Kafalah Bi Al-Dain
Yaitu kewajiban membayar hutang yang menjadi tanggungan orang
lain. Hal ini didasarkan oleh hadis nabi. Qatadah berkata : wahai Rosullulloh
shalatkanlah dia dan saya yang berkewajiban untuk membayar hutangnya.
Lalu rosullulloh mensholatkannya.(HR.Bukhori).
2) Kafalah Dengan Menyerahkan Materi 
Yaitu kewajiban menyerahkan benda tertentu yang ada ditangan orang
lain seperti menyerahkan barang jualan kepada si pembeli, mengembalikan
barang yang dighasab dan sebagainya.
3) Kafalah Dengan Aib
Yaitu menjamin barang, dikhawatirkan benda yang akan dijual
tersebut terdapat masalah atau aib dan cacat atau bahaya karena waktu yang
terlalu lama atau karena hal-hal lain, maka si kafiil bertindak sebagai
penjamin bagi si pembeli. Seperti jika tampak bukti bahwa barang yang
dijual adalah milik orang lain bukan milik penjual atau barang itu
sebenarnya barang gadaian yang hendak dijual.

9
Sebagai contoh dalam praktik perbankan, seseorang nasabah mendapat
pembiayaan dengan jaminan reputasi dan nama baik seseorang tokoh
masyarakat.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Damman adalah suatu ikrar atau lafadz yang disampaikan berupa perkataan atau
perbuatan untuk menjamin pelunasan hutang seseorang. Dengan demikian,
kewajiban membayar hutang atau tanggungan itu berpindah dari orang yang
berhutang kepada orang yang menjamin pelunasan hutangnya. Damman
hukumnya boleh dan sah dalam arti diperbolehkan oleh syariat Islam, selama
tidak menyangkut kewajiban yang berkaitan dengan hak-hak Allah.
2. Kafalah adalah menanggung atau menjamin seseorang untuk dihadirkan dalam
suatu tuntutan hukum di pengadilan pada saat dan tempat yang ditentukan
B. Penutup
Pada saat pembuatan makalah ini, Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan dan juga jauh dari kesempurnaan. Dengan harapan dapat menjadi
inspiratif dan semangat bagi penulis. Penulis berharap adanya kritik serta saran dari
pembaca mengenai pembahasan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Ahmad, dkk. 2014. Fikih. Jakarta : Kementrian Agama.

As’ary, M. 2020. Fiqih. Jakarta : Kementrian Agama RI.

Rahman, Abdul. Ghazaly dkk. 2012. Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.

https://massukron.blogspot.com/2013/04/jasa-wakalah-kafalah-hawalah-rahn-
qardh_5209.html. Diakses Pada Tanggal 27 maret 2021 Pukul 10.10 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai