Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKAD ARIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Akad tabaru’

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Abd. Hadi, M. Ag

Disusun oleh:

1. Lasya ayundafira (05010222012)


2. Nasihatun Nadhifah (05010222019)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA


2022/2023

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SAW tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat
serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Makalah
ini berjudul “hukum bisnis syariah” tanpa rahmat-Nya kami tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.

Kami ucapkan terimakasih juga kepada bapak Prof. Dr. H. Abd. Hadi, M. Ag.
yang telah membimbing kami serta memberikan tugas ini kepada kami. Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah kami baik dari segi
penyusunan maupun penulisan. Dengan demikian kami memohon maaf serta dengan
senang hati kami menerima keritik dan saran atas kekurangan atau kesalahan yang anda
temui di dalam makalah ini. Semoga penyusuan makalah ini dapat memberikan manfaat
pada kita dan mendapat ridho dari Allah SWT.

Surabaya, September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
C. TUJUAN...................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
A. Pengertian Ariyah......................................................................................................................5
B. Dasar Hukum Ariyah..................................................................................................................5
C. Hukum Pelaksanaan Ariyah........................................................................................................6
D. Syarat-syarat Ariyah...................................................................................................................7
E. RUKUN ARIYAH..........................................................................................................................8
F. MACAM-MACAM ARIYAH..........................................................................................................8
G. BERAKHIRNYA AKAD ARIYAH......................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akad ariyah merupakan bentuk transaksi akad tabaru’ yang sering dilakukan
oleh masyarakat Islam dari zaman dahulu hinga sekarang. Karena banyaknya para
pelaku akad ariyah ini maka kita perlu mengetahui cara-cara melaukannya. Pada era
ini memungkinkan banyaknya orang-orang yang kurang memahami prinsip-prinsip
akad ariyah. Dalam tulisan ini akan dijelakan terkait dengan dasar hukum, hukum
pelaksanaan dan juga rukun dan syarat ariyah serta hal-hal yang terkait dengan akad
ariyah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian akad ariyah?
2. Apa dasar hukum akad ariyah?
3. Bagaimana hukum melakukan akad ariyah?
4. Apa syarat dan rukun akad ariyah?
5. Apa penyebab berakhirnya akad ariyah?

C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana pengertian akad ariyah
2. Mengetahui dasar hukum dan hukum akad ariyah
3. Mengetahui rukun dan syarat akad ariyah
4. Mengetahui sebab-sebab berakhirnya ariyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ariyah
Pinjaman atau Ariyah menurut bahasa ialah pinjaman, sedangkan menurut
istilah, Ariyah ada beberapa pendapat:

a. Menurut Hanafiyah: memilikan manfaat secara cuma-cuma


b. Menurut Malikiyah: memilikan manfaat dalam waktu tertentu dengan tanpa
imbalan
c. Menurut Syafi’iyah: kebolehan mengambil manfaat dari seseorang yang
membebaskannya, apa yang mungkin untuk dimanfaatkannya, serta tetap zat
barangnya supaya dapat dikembalikan kepada pemiliknya.
d. Menurut Hanabilah: kebolehan memanfaatkan suatu zat barang tanpa imbalan
dari peminjam atau yang lainnya.1

Ariyah adalah meminjamkan suatu benda kepada orang lain untuk diambil
manfaat atas benda tersebut, dengan ketentuan dikembalikan setelah selesai
digunakan kepada pemiliknya dan pada saat pengembaliannya, benda tersebut harus
dalam keadaan utuh sesuai dengan awal peminjaman.2

B. Dasar Hukum Ariyah


:Dasar hukum ariyah terdapat dalam Q.S. al-Maidah ayat 15, yang berbunyi

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل ُتِح ُّلو۟ا َش َٰٓع ِئَر ٱِهَّلل َو اَل ٱلَّشْهَر ٱْلَحَر اَم َو اَل ٱْلَهْد َى َو اَل ٱْلَقَٰٓلِئَد َو ٓاَل َء ٓاِّم يَن ٱْلَبْيَت ٱْلَحَر اَم َيْبَتُغ وَن َفْض اًل‬

ۘ ‫ِّم ن َّرِّبِهْم َو ِر ْض َٰو ًناۚ َو ِإَذ ا َح َلْلُتْم َفٱْص َطاُدو۟ا ۚ َو اَل َيْج ِر َم َّنُك ْم َش َنَٔـاُن َقْو ٍم َأن َص ُّد وُك ْم َع ِن ٱْلَم ْس ِج ِد ٱْلَحَر اِم َأن َتْعَتُدو۟ا‬

‫َو َتَع اَو ُنو۟ا َع َلى ٱْلِبِّر َو ٱلَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنو۟ا َع َلى ٱِإْل ْثِم َو ٱْلُع ْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َش ِد يُد ٱْلِع َقاِب‬

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka
1
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 91
2
Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h.139
bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.3
Dan pada hadits
Rasulullah Saw bersabda, “Pinjaman yang tidak berkhianat tidak
berkewajiban mengganti kerugian dan orang yang menerima titipan yang tidak
khianat tidak berkewajiban mengganti kerugian”. (HR. Daruquthni).
Rasulullah Saw bersabda, “Siapa yang meminjam harta manusia dengan
kehendak membayarnya maka Allah akan membayarnya, barang siapa yang
meminjam hendak melenyapkannya, maka Allah akan melenyapkan hartanya” (H.R
Bukhari).4

C. Hukum Pelaksanaan Ariyah


Didalam pelaksanaan ariyah para jumhur ulama’ madhab Hanafi, Maliki, Syafi’I
dan Hambali. Mereka berpendapat bahwa hukum asal pelaksanaan ariyah adalah
sunah (nadb). Hal ini disebutkan dalam [QS. Al-Hajj (22) : 77] yang berbunyi :

Hukum pelaksanaan ariyah tidak hanya sunah, akan tetapi hukum ariyah dapat
disesuaikan dengan keadaan dan kondisinya. Hukum ariyah dapat berupa wajib,
sunah, makruh dan haram. Berikut penjelasan terkait hukum-hukum akad ariyah :

a. Wajib

Hukum pelaksanaan akad ariyah dapat menjadi wajib apabila orang yang
meminjam dalam keadaan darurat. Dan bagi pemilik barang tidak merasa
dirugikan apabila meminjamkannya. Maka bagi pemilik barang atau orang yang
lebih mampu wajib untuk menolong orang yang membutuhkan. Karena apabila
tidak dipinjamkan dapat membahayakan nyawa atau keadaan orang tersebut.

3
“Surat Al-Ma’idah Ayat 2 Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir | Baca Di TafsirWeb,” accessed October 15, 2023,
https://tafsirweb.com/1886-surat-al-maidah-ayat-2.html.
4
saprida choiriyah, “Sosialisasi ‘Ariyah Dalam Islam Di Kecamatan Air Kumbang Kabupaten Banyuasin,”
accessed October 15, 2023, https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwj8puuT6veBAxUl-
DgGHbRYDQUQFnoECB8QAQ&url=http%3A%2F%2Frepository.radenintan.ac.id%2F11301%2F1%2FCOVER
%2520-%2520BAB%2520I%2520-%2520II%2520-
%2520DAPUS.pdf&usg=AOvVaw2sfk8fFtXDYieTMYmuGsfx&opi=89978449.
b. Sunah

Hukum akad ariyah adap menjadi sunah apbila bagipeminjam dapat


merasakan manfaat dari barang yang di pinjamnya dan bagi orang yang
meminjamkan tidak mendapatkan kemudharatan (kerugian) dan barang yang
dipinjamkan tidak untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat.

c. Makruh

Dalam madhab Hanafi dan Syafi’I hukum ariyah dapat berubah menjadi
makruh apabila dapat menimbulkan atau berdapak pada suatu yang makruh,
ataupun barang yang dipinjamkan digunakan untuk melakukan hal-hal yang
dimakruhkan. Maka hukum pinjam meminjamnya menjadi makruh.

d. Haram

Pinjam meimjam dapat dihukumi haram apaila digunakan unuk melakukan


hal-hal yang diharamkan. Ataupun digunakan untuk melakukan hal-hal yang
membahayakan orang lain ataupun melakukan kejahatan. Maka hukum untuk
meminjamkan barangnya adalah haram.5

D. Syarat-syarat Ariyah
1. Syarat yang berhubungan dengan mu’ir (yang meminjamkan) di antaranya adalah
sebagai berikut
1) Berakal dan mumayyiz. Baligh tidak menjadi syarat sah. Oleh karena itu,
hukumnya sah anak kecil melaksanakan ‘ariyah asalkan ada izin dari orang
tuanya. Pendapat ini dikemukakan oleh Hanafiyah. Sedangkan menurut
Mazhab Syafi‟i selain keduanya (berakal dan mumayyiz) juga ditambah
dengan baligh. Sehingga „ariyah tidak sah apabila dilakukan oleh orang gila
atau anak kecil yang belum mumayyiz.
2) Orang tersebut tidak di-mahjur (di bawah perlindungan/pengawasan). Maka
tidak sah Ariyah yang dilaksanakan di bawah perlindungan, seperti pemboros
dan pailit.

5
Imel Febrianti, “AL-ARIYAH MENURUT HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi Kasus Pada Petani Singkong Di Desa
Labuhan Ratu IX, Labuhan Ratu, Lampung Timur),” accessed October 15, 2023, https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwj8puuT6veBAxUl-
DgGHbRYDQUQFnoECB8QAQ&url=http%3A%2F%2Frepository.radenintan.ac.id%2F11301%2F1%2FCOVER
%2520-%2520BAB%2520I%2520-%2520II%2520-
%2520DAPUS.pdf&usg=AOvVaw2sfk8fFtXDYieTMYmuGsfx&opi=89978449.
3) Orang yang meminjamkan merupakan pemilik manfaat barang yang akan
dipinjamkan, maka sah meminjamkan barang sewaan dan barang wasiat
karena mereka memiliki hak atas kepemilikan manfaat barang tersebut.

2. Syarat yang berhubungan dengan Musta’ir (peminjam) diantaranya sebagai


berikut:
1) Orang yang meminjam harus jelas. Maka tidak boleh apabila peminjam
tersebut samar-samar.
2) Peminjam harus orang yang mengerti dan cakap dalam mempergunakan
barang yang dipinjam. Maka tidak boleh meminjamkan barang seperti mobil
kepada anak kecil atau orang gila karena ketidak cakapan mereka dalam
mempergunakan barang tersebut.
3. Syarat yang berhubungan dengan mu’ar (barang yang dipinjam) diantaranya
sebagai berikut:
1) Dapat dimanfaatkan tanpa harus merusak bentuk fisiknya (zatnya). Oleh
karena itu meminjamkan makanan hukumnya tidak sah. Karena makanan tidak
bisa dimanfaatkan tanpa merusak zatnya. Pendapat ini dikemukakan oleh
Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah.
2) Mempunyai manfaat dan diperbolehkan oleh syara‟ untuk memanfaatkannya.
Pendapat ini dikemukakan oleh Malikiyah dan Syafi‟iyah. Malikiyah
menambahkan sekalipun tidak diperbolehkan memperjualbelikannya, seperti
anjing untuk berburu dan kulit binatang sembelihan.

4. Syarat yang berhubungan dengan Shighat (ungkapan ijab Kabul/serah-terima).


1) Setiap ungkapan yang menunjukan keridhaan pemilik dan kebolehan
memanfaatkan barang tanpa adanya pengganti, baik dengan ucapan,
perbuatan, isyarat, atau saling memberi. Pendapat ini dikemukakan oleh
Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah. Sedangkan menurut Syafi‟iyah harus
mutlak berbentuk ucapan, tidak boleh yang selainnya. Adapun tulisan yang
disertai niat dan isyaratnya orang yang tidak bisa berbicara hukumnya sah.6

6
Enang Hidayat, Transaksi Ekonomi Syariah, ..... h. 58-59
E. Rukun Ariyah
Menurut mayoritas ulama Hanafiyah rukun Ariyah hanya membutuhkan
ungkapan ijab dari peminjam saja, sedangkan Kabul dari orang yang meminjamkan
tidak termasuk rukun karena cukup dengan menyerahkan barang kepada peminjam
barang hal tersebut berdasarkan dari istihsan (perbuatan yang dianggap baik oleh
syara‟ dan adat kebiasaan).
Menurut ulama mazhab Syafi’iyah, di dalam Ariyah mensyaratkan adanya
lafazh shighat akad, yakni ucapan serah terima atau sering disebut ijab kabul dari
peminjam dan yang meminjamkan barang pada waktu transaksi sebab memanfaatkan
milik barang tergantung pada adanya izin dari satu pihak.

Secara umum, jumhur ulama fiqih menyatakan bahwa rukun Ariyah ada
empat, yaitu:

a) Mu’ir (yang meminjamkan)


b) Musta’ir (peminjam)
c) Mu’ar (barang yang dipinjam)
d) Shighat (ungkapan ijab Kabul/serah-terima)7

F. Macam-macam Bentuk Ariyah


Secara umum macam-macam Ariyah terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1) Al-Ariyah Mutlak
Al-ariyah mutlak adalah bentuk peminjaman barang yang di dalamnya tidak
ada syarat apapun, sehingga peminjam bebas mempergunkannya dikarenakan tidak
jelas apakah hanya boleh dimanfaatkan oleh peminjam saja atau boleh untuk orang
lain.

2) Al-Ariyah Muqayyad (pinjaman Terbatas)


Al-ariyah muqayyad adalah meminjamkan sesuatu barang yang dibatasi dari
segi penggunaannya, waktu, dan tempat. Hukumnya, peminjam diwajibkan untuk
menaati batasan tersebut dan dilarang untuk melanggarnya, kecuali adanya kesusahan
yang menyebabkan peminjam tidak dapat mengambil manfaat barang tersebut. 8

7
Muhammad Nawawi Al-Jawi, Nihayatuz zain, (Surabaya: AlHaramain Jaya, 2005), h. 262.
8
Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah……, h. 144
Dengan demikian peminjam dibolehkan melanggar batasan tersebut. Orientasi
‘ariyah muqayyad (pinjaman terbatas) antara lain:
a) Apabila para pihak menyepakati bahwa barang yang dipinjam hanya boleh
dipergunakan oleh orang yang dipinjamkan, maka peminjam hanya
diperbolehkan menggunakan barang tersebut untuk dirinya sendiri, dan
tidak diperbolehkan meminjamkannya lagi kepada pihak lain.
b) Apabila orang yang meminjakan menegaskan adanya batas waktu dan
tempat penggunaan. Maka peminjam harus menaatinya dan
mengembalikan sesuai dengan kesepakatan. Dan apabila peminjam
melanggar batas tersebut, maka peminjam wajib bertanggung jawab
apabila terjadi kerusakan pada barang pinjaman.
c) Apabila pemilik barang mengatur batas maksimum barang yang diangkut
oleh barang pinjaman misalnya seperti kendaraan. Maka apabila orang
yang dipinjamkan melanggar, maka peminjam wajib mengganti kerugian
apabila terjadi kerusakan pada barang tersebut.9

G. Berakhirnya Akad Ariyah


Para ulama’ berpendapat bahwasanya akad ariyah dapat berakhir dikarenakan
beberapa hal, diantaranya adalah:

a. Berakhirnya waktu yang telah disepakati, hal ini diterapkan khusus dalam
pinjaman yang dibatasi waktu tertentu (muqayadi).
b. Orang yang meminjamkan mengambil barang yang dipinjmkan dari orang yang
meminjam dalam keadaan yang diperbolehkan, sehingga tidak merugikan
orangyang meminjam.
c. Salah satu dari yang melakukan akad hilang akalnya.
d. Terhalang melakukan akad karena bodoh atau pailit
e. Rusak atau hilangnya barang yang dipinjamkan. Apabila rusak maka memiliki
keharusan untuk memperbaiki dan apabila hilang maka harus diganti. 10

9
Jamaluddin, “Konsekuensi Akad Al-‘Ariyah dalam Fiqh Muamalah
Maliyah Perspektif Ulama Mazhahib Al-Arba’ah”. Jurnal Qowanin, Vol. 02
No. 2 (Juli 2018), h. 8
10
eko firmanto, “Berakhirnya Akad Ariyah - Penelusuran Google,” last modified 2020, accessed October 15,
2023, https://www.google.com/search?client=firefox-b-e&q=berakhirnya+akad+ariyah.
Demikian merupakan hal-hal yang dapat menjadi penyebab berakhirnya akad ariyah.
Dengan adanya salah satu dari hal tersebut maka ariyah dapat berakhir.
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Akad ariyah merupakan suatu istilah dari akad pinjaman, atau mengunakan
manfaat dari suatu barang tanpa menmiliki fisik dari barang tersebut dan
mengembalikan kepada pemiliknya saat barang tersebut selesai digunakan. Adapun
hukum dari akad ariyah dijelaskan dalam Q.S al-Maidah ayat 15. Rukun yang harus
dipenuhi dalam pelaksanaan akad ariyah diantaranya adalah adanya mu’ir (yang
meminjamkan), musta’ir (peminjam), mu’ar (barang yang dipinjam) dan juga shighat
(ijab qobul). Demikian makalah yang dapat kami buat apabila ada kekurangan kami
menerima kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
eko firmanto. “Berakhirnya Akad Ariyah - Penelusuran Google.” Last modified 2020. Accessed
October 15, 2023. https://www.google.com/search?client=firefox-b-
e&q=berakhirnya+akad+ariyah.

Imel Febrianti. “AL-ARIYAH MENURUT HUKUM EKONOMI SYARIAH (Studi Kasus Pada Petani Singkong
Di Desa Labuhan Ratu IX, Labuhan Ratu, Lampung Timur).” Accessed October 15, 2023.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwj8puuT6veBAxUl-
DgGHbRYDQUQFnoECB8QAQ&url=http%3A%2F%2Frepository.radenintan.ac.id
%2F11301%2F1%2FCOVER%2520-%2520BAB%2520I%2520-%2520II%2520-
%2520DAPUS.pdf&usg=AOvVaw2sfk8fFtXDYieTMYmuGsfx&opi=89978449.

saprida choiriyah. “Sosialisasi ‘Ariyah Dalam Islam Di Kecamatan Air Kumbang Kabupaten Banyuasin.”
Accessed October 15, 2023. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwj8puuT6veBAxUl-
DgGHbRYDQUQFnoECB8QAQ&url=http%3A%2F%2Frepository.radenintan.ac.id
%2F11301%2F1%2FCOVER%2520-%2520BAB%2520I%2520-%2520II%2520-
%2520DAPUS.pdf&usg=AOvVaw2sfk8fFtXDYieTMYmuGsfx&opi=89978449.

“Surat Al-Ma’idah Ayat 2 Arab, Latin, Terjemah Dan Tafsir | Baca Di TafsirWeb.” Accessed October 15,
2023. https://tafsirweb.com/1886-surat-al-maidah-ayat-2.html.

Anda mungkin juga menyukai