Dosen Pengampu:
Orin Oktasari, Mhi
Disusun Oleh:
Intan Febriyanti (2111140107)
Cindy Fattika Sari (2111140119)
Taufik Hussein (2111140112)
Selvi Sintia (2111140113)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB l PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB ll PEMBAHASAN
A. Ariyah.............................................................................................................3
B. Qardhul Hasan................................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai pedoman hidup manusia, merupakan agama yang tidak
hanya berkaitan dengan masalah ritual, akan tetapi merupakan sistem yang
komprehensif dan mencangkup seluruh aspek kehidupan, salah satunya
masalah industri keuangan sebagai motor penggerak roda perekonomian.
Sekalipun Islam menganjurkan manusia untuk melakukan aktivitas ekonomi
yang mampu mendatangkan keuntungan bagi para penggiat usaha, namun
tidak semua persoalan ekonomi Islam yang berorientasi pada keuntungan
semata (profit oriented). Banyak sekali kegiatan ekonomi yang justru bernilai
sosial dengan mengenyampingkan aspek keuntungan.
Islam adalah agama yang selalu mengedepankan kepentingan umat,
sekaligus menghargai hak-hak pribadi seorang muslim. Ini berlaku dalam
segala hal termasuk kebijakan ekonomi. Sistem ekonomi Islam berbeda
dengan sistem ekonomi kapitalis yang terlampau membuka ruang kebebasan
individu, juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang membatasi
kebebasan perorangan. Sebagaimana dikatakan Naqwi bahwa dari
postulatpostulat etik dasar Islam setidaknya ada lima sasaran kebijakan yang
bisa ditarik, yaitu kebebasan individual, keadilan distributif, pertumbuhan
ekonomi, pendidikan universal (untuk umum) dan peluang kerja maksimum.
Selain anjuran investasi, Islam memberikan kebebasan kepada
manusia untuk memasuki pintu usaha yang ia kehendaki sesuai dengan
kemampuan dan kecenderungan hatinya dan diharapkan bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya. Di satu segi ajaran Islam hendak mendorong umatnya
untuk berprestasi termasuk dalam bidang ekonomi, namun di segi lain Islam
sarat dengan muatan etika, termasuk etika ekonomi dan bisnis serta hukum
menurut Islam
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ariyah dan dasar Hukum Ariyah?
2. Apa Pengertian dan Dasar Hukum Qardhul Hasan?
3. Bagaimana Rukun dan Syarat Ariyah?
4. Bagaimana Rukun dan Syarat Qardhul Hasan?
5. Bagaimana Prinsip Qardhul Hasan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian Ariyah dan dasar Hukum Ariyah.!
2. Untuk Mengetahui Pengertian dan Dasar Hukum Qardhul Hasan.!
3. Untuk Mengetahui Rukun dan Syarat Ariyah.!
4. Untuk Mengetahui Rukun dan Syarat Qardhul Hasan.!
5. Untuk Mengetahui Prinsip Qardhul Hasan.!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ariyah
1. Pengertian Ariyah
Ariyah menurut bahasa ialah pinjaman. Sedangkan menurut istilah,
pengertian ‘ariyah di bagi menjadi beberapa pendapat:1
a. menurut Hanafiyah, ariyah ialah: kepemilikan atas manfaat secara Cuma-
Cuma
b. menurut malikiyah, Ariyah ialah:Memiliki manfaat dalam waktu tertentu
dengan tanpa imbalan.
c. Menurut syafi’iyah, Ariyah adalah:
“Kebolehan mengambil manfaat dari sesorang yang membebaskannya,apa
yang mungkin untuk dimanfaatkan, serta tetap zat barangnya supaya
dapat dikembalikan kepada pemiliknya.”
d. Menurut Hanbaliyah, Ariyah ialah:
“kebolehan memanfaatkan suatu zat barang tanpa imbalan dari peminjam
atau yang lainnya.”
Dari definisi yang diungkapkan oleh para ulama mazhab tersebut
dapat disimpulkan bahwa, ariyah adalah kebolehan mengambil manfaat
barang-barang yang diberikan oleh pemiliknya kepada orang lain dengan
tanpa di ganti atau secara Cuma-Cuma (gratis). Bila diganti dengan sesuatu
atau ada imbalannya, hal itu tidak dapat disebut ariyah.
2. Dasar Hukum ‘Ariyah
Menurut Sayyid Sabiq, tolong menolong (‘Ariyah) adalah sunnah.
Sedangkan menurut al-Ruyani, sebagaimana dikutif oleh Taqiy al-Din, bahwa
ariyah hukumnya wajib ketika awal islam. Ada juga yang berpendapat ariyah
ini adalah suatu usaha tolong menolong oleh karena itu hukumnya boleh atau
mubah sapanjang yang demikian itu dilakukan sesuai dengan ketentuannya.2
1
Febriyanti, Imel. Al-Ariyah Menurut Hukum Ekonomi Syariah (StudiKasus Pada Petani
Singkong di Desa Labuhan Ratu IX, Labuhan Ratu, Lampung Timur). Diss. IAIN Metro, 2017.
2
Retnaeni, Nur Hidayati. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN
KAS MASJID UNTUK PINJAMAN KEGIATAN USAHA KELOMPOK BUDIDAYA
3
4
rusak.
Perubahan status ‘Ariyah dari manah kepada tanggungan Menurut
ulama Hanafiyah, penyebab perubahan ariyah dari amanah kepada tanggungan
anatara lain sebagai berikut:
a. Menghilangkan barang
b. Tidak menjaganya ketika menggunakan barang
c. Menggunakan barang pinjaman tidak sesuai dengan persyaratan atau
kebiasaan yang berlaku
d. Menyalahi tata cara penjagaan seharusnya
B. Qardhul Hasan
1. Pengertian Qardhul Hasan
Secara epistimologi kata qardhul hasan berasal dari q-r-d berarti
memotong. Dikatakan demikian karena harta tersebut benar-benar dipotong
apabila diberikan kepada peminjam. Berdasarkan hadist Nabi Muhammad
Saw, pemberian pendahuluan pinjaman dengan cara alqardh lebih berkenan
bagi Allah daripada memberi shadaqah. Ini merupakan keterangan yang sah
dan tidak perlu dipergunakan lagi, serta merupakan sunnah Nabi Muhammad
Saw dan ijma’ ulama.5
Secara terminologi, al-qardhu al-hasan (benevolent loan) adalah suatu
pinjaman yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dalam hal ini
anggota tidak dituntut untuk mengembalikkan apapun kecuali pinjaman. Sifat
qardhul hasan ini tidak memberi keuntungan finansial. al-qardh al-hasan
merupakan gabungan dari dua kata, yaitu al-qardh dan al-hasan. Secara bahasa
qardh berasal dari kata qarada dan sinonimnya qatha’a yang berarti
memotong. al-qardh secara bahasa juga bisa diartikan sebagian pinjaman atau
hutang, sedangkan al-hasan artinya baik. Dalam menjelaskan al-qardh al-
hasan para ahli fiqh muamalah menggunakan istilah qardh, karena istilah
alqardh al-hasan tidak ditentukan dalam literatur fiqh muamalah. Namun
demikian, maka qardh yang dimaksudkan oleh mereka adalah al-qardh al-
5
Velayati, Naili. "Implementasi Pembiayaan Al-Qardh Pada Pelatihan Kewirausahaan."
Jurnal Qiema (Qomaruddin Islamic Economics Magazine) 7.2 (2021): 179-197.
7
hasan.
Disebut qardhul hasan karena pinjaman ini merupakan wujud peran
sosial lembaga keuangan syariah non bank untuk membantu masyarakat
muslim yang kekurangan secara finansial. Di samping itu, karena sifatnya
dana sosial, pinjaman ini juga bersifat lunak. Artinya jika anggota mengalami
kesulitan untuk mengembalikkan sebagian atau seluruh kewajibannya pada
saat yang telah disepakati dan Baitul Maal wal-Tamwil (BMT) memastikan
ketidakmampuannya mengembalikkan pinjaman, maka BMT harus
memberikan dispensasi/keringanan dengan tidak memberikan denda dan
menunggu sampai anggota mempunyai kemampuan untuk membayarnya yaitu
dengan memperpanjang jangka waktu pengembalian.
Dilihat dari definisi di atas, al qardh adalah suatu akad yang membawa
kepada pemindahan harta milik pemiutang kepada penghutangnya dan hutang
itu akan dibayar balik kepada pemiutangnya sebagaimana hutang yang
diterimanya. Hutang berlaku pada harta yang bernilai (mithli). Al-hasan
adalah kalimah ini digandingkan dengan kalimah al-qardh itu maknanya ialah
“yang baik”. Kalimah ini digandingkan bertujuan untuk menguatkan maksud
al qardh. Kalimah al- qardh sebenarnya sudah cukup menggambarkan suatu
muamalah yang baik yang tidak memerlukan ganjaran faedah atau
keuntungan, bahkan setiap faedah atau keuntungan ke atas pinjaman adalah
riba yang dilarang oleh Allah.
2. Dasar Hukum Qardhul Hasan
1) Al-qur’an
Al-qur’an merupakan sumber hukum islam yang utama. Setiap
muslim berkewajiban untuk berpegang teguh kepada hukum-hukum yang
terdapat di dalamnya agar menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT,
yaitu mengikuti segala perintah allah dan menjauhi segala larangannya.
a. QS. Al-Baqarah ayat 245
“Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka
Allah melipat gandakan ganti kepadamu dengan banyak Allah menahan dan
melapangkan (rezeli) dan kepadanya lah kamu dikembalikan.”
8
Dan dalam harta yang dikeluarkan untuk jihad itu tidak boleh
tercampur dengan harta yang tidak halal atau syubhad. Allah akan melipat
gandakan hartanya, satu dirham akan dilipatkan oleh Allah menjadi tujuh ratus
dirham, maka berinfaklah kalian dijalan-Nya untuk menegakkan kalimat-Nya,
wahai orang-orang mukmin. Dan janganlah kalian takut akan menjadi miskin
karena sesungguhnya Allah yang melapangkan dan menyempitkan (rezeki)
atas hamba-Nya sebagai cobaan atau melapangkannya sebagai ujian pula,
maka dengan kalian tidak berinfaq dijalan Allah, tidak akan merubah
ketentuan-Nya sedikitpun.
b. QS. Al-Baqarah Ayat 280:
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah
tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu
menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.
Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran”. Setelah Allah SWT
menetapkan kepada orang-orang yang melakukan riba untuk mengambil
modal dasar mereka saja dan mengembalikan harta yang mereka hasilkan dari
perbuatan riba, jika mereka masih memiliki harta tersebut, lalu Allah SWT
menerapkan bagi orang yang merasa kesulitan dalam mengembalikannya
untuk menunggu hingga keadaanya membaik.
c. QS. Al-hadid Ayat 11:
“Barang siapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang
baik, maka Allah akan mengembalikan berlipat ganda untuknya dan baginya
pahala yang mulia.”
Ayat ini menganjurkan kaum muslimin untuk berinfaq di jalan Allah.
Orang-orang Arab sudah terbiasa menyebutkan kata qardh (pinjaman) ini
untuk mengungkapkan sebuah perbuatan baik, dan alasannya adalah karena
qardh ini maknanya adalah mengeluarkan sedikit harta sekaligus
mengharapkan penggantinya (pengembaliannya). Untuk itu, makna ayat ini
adalah: barang siapa yang mau berinfaq di jalan Allah dan ingin diganti
dengan kelipatan yang sangat banyak.
Ayat-ayat yang diuraikan diatas adalah hujah yang kuat tentang
9
adalah adanya serah terima barang yang dipinjamkan dan hendaknya terdapat
manfaat (imbalan) dari akad ini bagi orang yang meminjamkan karena jika hal
itu terjadi maka akan menjadi riba. Syarat lainnya ialah mengetahui jumlah
dan ciri-ciri harta yang dipinjamkan. Agar seorang peminjam bisa
mengembalikan ganti yang serupa kepada pemiliknya. Sebab qardh akan
menjadi hutang yang ditanggung si peminjam dan ia harus mengembalikannya
begitu ia mampu tanpa diundur-undur. Dalam Fatwa DSN-MUI dijelaskan
bahwa syarat qardh yaitu nasabah al-qardh wajib mengembalikan jumlah
pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama, biaya
administrasi dibebankan kepada nasabah. Dari pengertian tersebut dapat
dijelaskan bahwa syarat akad qardh adalah harta yang dipinjamkan harus milik
sendiri dan tidak ada kelebihan dalam pengembalian hutang.
Harta yang dipinjamkan jelas ukurannya, baik dalam takaran,
timbangan, bilangan, maupun ukuran panjang supaya mudah dikembalikan.
Para ulama empat madzab telah sepakat bahwa pengembalian barang
pinjaman hendaknya ditempat pelaksanaan akad qardhul hasan dilaksanakan.
Boleh ditempat mana saja, apabila tidak membutuhkan biaya kendaraan.
Apabila diperlukan, maka bukan sebuah keharusan bagi pemberi pinjaman
untuk menerimanya. Orang yang meminjam adalah orang yang memberi
amanat yang tidak ada tanggungan atasnya, kecuali karena kelalaian, atau
pihak pemberi pinjaman mempersyaratkan penerima harus bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang dipinjamnya. Ketika seorang hendak meminjamkan
uang kepada seseorang, alangkah lebih baik mereka membuat kontrak tertulis
dengan menetapkan syarat dan ketentuan utang itu disertai dengan penetapan
jatuh temponya. Kontrak atau dokumen seperti itu harus dibuat di depan dua
orang saksi.
6. Sebab-sebab yang Membatalkan Qardhul Hasan
Pembayaran utang dengan membaginya kepada beberapa bagian
seperti diserahkan pada waktu-waktu tertentu, bisa berupa cicilan maupun
tanpa cicilan (langsung lunas). Yang demikian ini sah dan boleh menurut
syariat. Akan tetapi, jika pemberi utang mensyaratkan kepada orang yang
12
berutang bahwa seandainya dia terlambat membayar salah satu cicilan pada
waktunya, uang tersebut menjadi jatuh tempo semuanya, maka syarat ini tidak
wajin dilaksanakan.
Jika penjual pertama menjual barang kepadanya sekaligus
meminjaminya, maka yang demikian tersebut termasuk transaksi yang
diharamkan Allah dan Rasul-nya. Keduanya sama-sama layak dikenai sanksi
manakala ia telah mengetahui larangannya. Ia wajib mengembalikan pinjaman
atau barang kepada pemiliknya. Jika hal itu tidak bisa dilakukan, maka ia
hanya berhak atas pinjamanya, jika tidak, maka barang tersebut diganti dengan
nilai yang sama. Ia tidak berhak atas tambahan di luar itu.
7. Prinsip Qardhul Hasan
Prinisip qardhul hasan berarti pemilik dana (masyarakat) memberikan
fasilitas dananya kepada bank (penerima dana) di mana pemilik dana tidak
mengharapkan imbalan atas dana yang telah diberikan. Bank juga sebagai
pemilik dana yang biasanya diambil dari denda nasabah dan pendapatan non
halal. Hanya nasabah yang dianggap layak yang dapat diberi pinjaman ini.
Kegiatan yang dimungkinkan untuk diberikan pembiayaan atau pinjaman ini
ialah nasabah yang terdesak dalam melakukan kewajiban-kewajiban non
usaha atau pengusaha yang menginginkan usahanya bangkit kembali yang
oleh karena ketidak mampuannya untuk melunasi kewajiban usahanya.
Kemudian penerima pinjaman (muqtaridh) wajib mengembalikan
pinjamannya dalam jumlah yang sama dan apabila peminjam tidak mampu
mengembalikan pada waktunya maka peminjam tidak boleh dikenai sanksi.
8. Manfaat Qardhul Hasan
Manfaat al-qardhul hasan banyak sekali, diantaranya meliputi: 1.
Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk dapat
talangan jangka pendek. 2. Al-qardhul hasan juga merupakan salah satu ciri
pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang didalamnya
terkandung misi sosial, disamping misi komersial. 3. Adanya misi sosial
kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas
masyarakat terhadap bank syariah. 4. Resiko al-qardh terhitung tinggi karena
13
14
DAFTAR PUSTAKA