Anda di halaman 1dari 13

JASA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh

Dosen Pengampu:
Musbihin Sahal, LC., M.A.

Oleh:
Kelompok 8

Muhammad Rafi Alfani (53010230047)


Rohimulloh Pancer Kusumo (53010230046)

SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA (FUADAH)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Musbihin Sahal, LC.,
M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Sejarah Asia yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Salatiga, 16 Oktober 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3
A. Akad Wakalah...........................................................................................3
B. Akad Al-Kafalah .......................................................................................4
C. Akad Al-Hawalah .....................................................................................5
D. Akad ar-Rahn ...........................................................................................6
E. Akad Qardh ...............................................................................................7
BAB III PENUTUP ............................................................................................8
A. Kesimpulan ...............................................................................................8
B. Saran .........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam fiqh (ilmu hukum Islam), konsep “pelayanan” atau “pelayanan sosial”
tidak didefinisikan atau dibahas secara jelas dalam teks-teks primer seperti Al-
Quran atau Hadits. Namun konsep pemberian jasa atau pelayanan kepada orang
lain relevan dalam konteks hukum Islam, khususnya dalam kaitannya dengan
berbagai aspek kehidupan ekonomi dan sosial. Beberapa konteks penting yang
mungkin relevan dengan layanan fiqh adalah: Zakat (Zakat dan Infaq): Dalam
Islam, masyarakat wajib membayar zakat, salah satu bentuk bakti sosial. Zakat
adalah kewajiban umat Islam untuk memberikan sebagian hartanya kepada orang
yang membutuhkan. Tujuannya adalah untuk membantu masyarakat miskin dan
kurang beruntung. Sedekah (sedekah): Sadaqah adalah suatu bentuk kesukarelaan
yang memberikan layanan atau dukungan kepada individu atau kelompok yang
membutuhkan. Hal ini mencerminkan nilai-nilai Islam tentang kebaikan, kasih
sayang dan kepedulian. Konsep kebaikan dan keadilan sosial: Hukum Islam
mengedepankan prinsip keadilan sosial dan pemberian pelayanan kepada mereka
yang membutuhkan dalam rangka ibadah. Penyediaan layanan ini tidak terbatas
pada dukungan finansial tetapi juga mencakup kegiatan sosial lainnya, seperti
membantu orang sakit, mendidik atau melindungi kelompok paling rentan.
Kewajiban mengasuh orang tua: Dalam Islam, merawat orang lanjut usia dianggap
sebagai bentuk pelayanan yang sangat penting. Anak-anak diinstruksikan untuk
menjaga orang tuanya ketika membutuhkan bantuan. Wakaf (Wakaf): Wakaf
adalah sebuah konsep Islam di mana seseorang dapat “menyumbangkan”

iv
kekayaan atau asetnya untuk tujuan amal atau sosial, seperti mendirikan rumah
sakit, sekolah, atau masjid. Merupakan bentuk pelayanan sosial berkelanjutan
yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Meskipun istilah “pelayanan” tidak
sering disebutkan secara spesifik dalam dokumen fikih, namun konsep pemberian
pelayanan dan pelayanan sosial merupakan bagian integral dari etika Islam dan
prinsip keadilan sosial yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. .
Memberikan pelayanan kepada sesama merupakan sarana untuk mencapai
kebaikan, menerima keberkahan, dan mengikuti ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu wakalah dalam jasa?
2. Apa itu kafalah dalam jasa?
3. Apa itu hawalah dalam jasa?
4. Apa itu rohn dalam jasa?
5. Apa itu qordl dalam jasa?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian tentang wakalah dalam jasa
b. Untuk mengetahui pengertian tentang kafalah dalam jasa
c. Untuk mengetahui pengertian tentang hawalah dalam jasa
d. Untuk mengetahui pengertian tentang rohn dalam jasa
e. Untuk mengetahui pengertian tentang qordl dalam jasa

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Al-Wakalah
Wakalah merupakan suatu bentuk perjanjian dimana seseorang
meminjamkan wewenang (kekuasaan) mereka kepada seseorang untuk
menyenggelarakan, atau melaksanakan suatu urusan dengan atas nama
pemberi kuasa. Menurut sayyid sabiq wakalah adalah melimpahkan
kekuasaan seseorang kepada seseorang untuk sesuatu yang dapat
diwakilkan.1
Banyak orang yang mewakilkan urusannya kepada orang lain karena
berbagai alasan. Ada yang karena memang tidak ada waktu, atau memang
karena seseorang itu tidak memiliki kemampuan untuk mengurus masalah
tersebut.2
Pemberian kuasa ini tentu saja ada yang bersifat sukarela, ada yang
bersifat profit, dengan pemberian semacam upah atau free kepada pihak
yang menerima kuasa. Namun dalam praktik biasanya pemberian kuasa
dilaksanakan dengan cuma-cuma, kecuali jika disepakati sebaliknya. 3 Ada
atau tidaknya upah kepada penerima kuasa itu tergantung kesepakatan
kedua belah pihak.
Dalam fiqih wakalah dibagi menjadi tiga macam yaitu 4: 1)Wakalah al
mutlaqah yaitu mewakilkan secara mutlak tanpa adanya batasan waktu.
Contoh wakalah ini misalnya adalah “juallah mobil ini,” tanpa
menyebutkan berapa harganya. 2)Wakalah al muqayyadah yaitu menunjuk
wakil untuk bertindak atas namanya dalam urusan-urusan tertentu.
3)Wakalah al ammah yaitu perwakilan yang lebih luas dari al
muqayyadah tapi lebih sederhana dari al muqayyadah, contohnya misalnya
“belikanlah aku mobil yang bagus dan hemat bahan bakar”.

1
Sayyid Sabiq, Fikih Sunat Sayit Sabiq (Bandung: Al-Ma’arif, 1997), hlm. 56.
2
Ghafur Ashori, Perbankan Syariah, hlm. 163.
3
Ibid.
4
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), hlm. 32.

vi
Dasar hukum tentang kebolehan pemberian kuasa ini adalah al-Qur’an
yang mengisahkan tentang Ashabul Kahfi (Surat Al-Kahfi) ayat 19 yang
artinya sebagai berikut: Dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar
mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah
seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada
(disini?)”. mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah
hari”. berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa
lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara
kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan
hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah
ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-
lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada
seorangpun.

Pada masa Rasulullah juga pernah terjadi pemberian kuasa terhadap


sahabat Rasulullah itu sendiri, antara lain adalah pemberian kuasa untuk
menikahkan, membayar utang dan memeliharanya.Wakalah sebagai
bentuk tolong menolong yang di ridhoi oleh Allah SWT ini juga
didasarkan pada sabda Rasulullah SAW. Yang artinya berbunyi:“Dan
Allah (akan) menolong hambaNya selama hamba-hambaNya mau
menolong saudara-saudaranya”. Dalam islam sendiri wakalah
diperbolehkan kepada setiap muslim karena wakalah sendiri termasuk
jenis ta’awun yang artinya adalah saling tolong menolong, dan tolong
menolong sendiri sangat dianjurkan dalam al-Qur’an dan sunah Rasulullah
SAW

B. Akad Al-Kafalah
Kafalah dalam artinya adalah penanggungan hutang, yaitu orang yang
diperbolehkan bertindak (dalam akal sehat) berjanji untuk melaksanakan hak
yang wajib dilaksanakan oleh orang lain atau berjanji untuk mengajukan hak

vii
tersebut di pengadilan.5 Oleh karena itu, dalam akad asuransi utang
mensyaratkan adanya kafil, ashiil, makfullaahu dan makfulbihi. Kafiil adalah
orang yang wajib memberikan asuransi dengan syarat baligh,berakal,tanpa
paksaan, dan memiliki kemampuan untuk menjamin, dan ashiil adalah orang
yang terlilit hutang dan membutuhkan penjamin. Makfullahu adalah orang
yang mengutangkan dengan syarat saling kenal,baligh,berakal,dan hadir saat
akad kafalah, sedangkan makfulfihi adalah yang dijadikan jaminan atau
tanggungan, dengan syarat jelas nilai,jumlah, dan spesifiknya, bukan hal yang
diharamkan syariat, dapat berupa uang,benda, atau pekerjaan, objek adalah
tanggungan orang yang berhutang.6 Semua persyaratan ini harus dipenuhi.

Dasar hukum mengenai akad memberi kepercayaan ini dapat dipelajari


dalam al-Qur’an pada bagian yang mengisahkan Nabi Yusuf dalam Q. S
Yusuf: 72 yang artinya sebagai berikut: Penyeru-penyeru itu berkata: “Kami
kehilangan piala Raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan
memeperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin
terhadapnya”

C. Akad Al-Hawalah
Al-hawalah atau Al-hiwalah adalah perpindahan kewajiban utang dari orang
yang berhutang ke orang yang berhutang lainnya dengan dasar saling percaya. 7
Dalam islam merupakan perpindahan beban dari muhil (orang yang berhutang)
menjadi tanggungan muhal’alaih.8 Hiwalah dibedakan menjadi dua jenis.
Menurut Hanafi Ial-Hawalah: 1) Hiwalah mutlaqah, yaitu seseorang
memindahkan hutangnya kepada orang lain dan tidak mengaitkan dengan
hutang yang ada pada orang lain. 2) Hiwalah muqayyadah, yaitu seseorang
memindahkan utang dan mengaitkan dengan piutang yang ada padanya.

5
Abu Bakr Al-Jazairi Jabir, Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim (Jakarta: Darul Falah, 2001),530.
6
Ghafur Ashori, Perbankan Syariah, hlm. 158.
7
Ismail, Perbankan Syariah,206.
8
Ghafur Ashori, Perbankan Syariah,153.

viii
Dasar hukum yang membolehkan ini terdapat pada salah satu hadits yang
berbunyi: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah
Shalalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,’Penundaan pembayaran utang oleh
orang kaya adalah kezhaliman. Jika salah seorang diantara kalian diminta
untuk mengalihkan utang kepada orang kaya, maka hendaklah dia
menerimanya’.” (HR Bukhari - Muslim).

D. Akad ar-Rahn
Ar-Rahn atau rahn adalah perjanjian penyerahan barang yang digunakan
sebagai jaminan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan sebagai contoh: andi
menggadaikan sertifikat rumah untuk mendapatkan sejumlah uang. Beberapa
ulama berpendapat bahwa rahn sebagai harta milik pemilik yang digunakan
sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat.9 Dalam Masyarakat, rahn lebih
dikenal dengan istilah gadai.

Landasan syariah akad Rahn terdapat pada Q.S al-Baqarah ayat 283 yang
artinya sebagai berikut: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah
tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para
saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang
menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

E. Akad Qardh

9
Ismail, Perbankan Syariah,209.

ix
Secara etimologi Qardh atau Iqardh berarti pinjaman. Secara terminologi
muamalah (ta’rif) adalah memiliki sesuatu yang harus dikembalikan dengan
pengganti yang sama.10 Yang artinya Qardh merupakan suatu pinjaman murni
yang pengembaliannya tanpa menyertakan tambahan. Qardh adalah pemberian
harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan
kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam fikih, al-Qardh
dikategorikan sebagai suatu bentuk akad yang berdasarkan prinsip tolong
menolong.11

Ketentuan qardh dalam al-Qur’an terdapat dalam surat al-Hadiid ayat 11 yang
artinya sebagi berikut: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman
itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala yang banyak.

BAB III

10
Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan
Akad/Perjanjian Pembiayaan pada Baank Syariah) (Yogyakarta: UII Press, 2009),137.
11
Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016),150.

x
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam fiqih, jasa adalah suatu perbuatan atau pekerjaan yang diatur
berdasarkan prinsip-prinsip Islam, termasuk keadilan, pemenuhan kontrak,
hak dan tanggung jawab, serta pentingnya menjalani pekerjaan yang halal
dan baik. Kesimpulannya, jasa dalam fiqih harus mematuhi nilai-nilai
agama, adil, dan sesuai dengan kontrak, serta memberikan manfaat kepada
masyarakat. Dalam fiqih jasa dibagi menjadi beberapa bagian diantara lain
adalah:
1. Al-Wakalah adalah pemberian kekuasaan yang dimana seseorang
memberikan kuasa kepada orang lain untuk menyelenggarakan atau
melaksanakan suatu urusan yang dirasa tidak bisa dihadiri atau tidak
mampu
2. Al-Kafalah dalam fiqih adalah konsep jaminan atau penjaminan yang
diatur dalam hukum Islam.
3. Al-Hawalah adalah perpindahan kewajiban utang dari orang yang
berhutang ke orang yang berhutang lainnya dengan dasar saling
percaya.
4. Ar-Rahn adalah perjanjian penyerahan barang yang digunakan sebagai
jaminan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan.
5. Qardh merupakan suatu pinjaman murni yang pengembaliannya tanpa
menyertakan tambahan.
B. Saran
Saran-saran fiqih yang meliputi wakalah, kafalah, hawalah, rahn
dan qardh adalah:
1. Wakalah:
Pergunakanlah wakalah (wakil) dengan bijak namun pastikan Anda
memahami syarat dan batasan yang terkait dengannya. Pastikan wakil
Anda dapat dipercaya dan memiliki keterampilan yang tepat.
2. Kafalah:

xi
Jika menerima tanggung jawab kafalah, lakukanlah dengan baik
dan adil. Pastikan untuk melindungi hak-hak individu yang Anda jamin.
3. Hawalah:
Hawalah (pengalihan hutang) dapat digunakan untuk mengatur
hutang dengan cara yang lebih nyaman. Pastikan proses hawalah
dilakukan dengan benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
4. Rahn:
Jika Anda memberikan barang sebagai jaminan (rahn), pastikan
barang tersebut dijaga dengan baik. Jangan menggunakan jaminan untuk
keperluan pribadi tanpa izin pemiliknya.
5. Qardh:
Apabila memberikan pinjaman (qardh), lakukanlah dengan itikad
baik dan tanpa mengharapkan riba atau keuntungan tambahan. Pastikan
peminjam membayar kembali uangnya sesuai kesepakatan.
Saran ini mencakup prinsip-prinsip hukum Islam yang berkaitan
dengan wakalah, kafalah, hawalah, rahn dan qardh, dan menekankan
pentingnya menerapkannya dengan integritas, keadilan dan ketelitian
sesuai dengan nilai-nilai Syariah.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Sabiq, Sayyid.Fikih Sunat Sayit Sabiq. Bandung: Al-Ma’arif, 1997.


Indah Nuhyatia. “Penerapan dan Aplikasi Akad Wakalah pada Produk Jasa Bank
Syariah”, dalam jurnal Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum IslamVol. 3 No. 2
Tahun 2013.
Cahyani,Tri. 2018. Konsep Fee Based Service Dalam Perbankan Syariah. Journal
of Islamic Economics and Business,1(1),238-248.

xiii

Anda mungkin juga menyukai