Anda di halaman 1dari 14

DEMOKRASI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
ALMER SAMANTHA HIDAYA, M.A.

Oleh:
Kelompok 3
M. Akhsani Taqwim 53030230002
Nilna Asyifa 53030230007

PROGRAM STUDI ILMU HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Almer Samantha
Hidaya, M.A. sebagai dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Salatiga, 26 September 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER……………………………………………………………………. i
KATA ii
PENGANTAR…………………………………………………….............
DAFTAR iii
ISI………………………………………………………………...................
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………......... 1
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demokrasi…………….......................................................... 2
2.2 Sejarah Demikrasi...........…………………………….. 2
………………………….
2.3 Kondisi 3
Demokrasi…………………………………………………………….....
2.3.1 Di Dunia................................................................................................ 3
2.3.2 Di Indonesia........................................................................................... 4
2.4 Permasalahan Demokrasi Di Indonesia.................................................... 7
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..
3.2 Saran……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau
negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak
yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara
langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang
memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa
Indonesia. Selain itu yang melatar belakangi pemakaian sistem demokrasi di
Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan
berkembang di Indonesia, selain itu banyaknya suku, budaya dan bahasa,
kesemuanya merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Demokrasi?
b. Bagaimana Sejarah Demokrasi?
c. Bagaimana kondisi demokrasi?
d. Apa permasalahan Demokrasi yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui tentang pengertian Demokrasi
b. Untuk memahami tentang perkembangan sejarah Demokrasi
c. Untuk memahami tentang kondisi demokrasi yang ada di Dunia & di
Indonesia
d. Untuk memahami tentang permasalahan demokrasi yang ada di Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi


Istilah demokrasi berasal dari gabungan dua kata ba- hasa Yunani:
demos (rakyat) dan kratos (pemerintah). De- finisi "pemerintahan oleh
rakyat" mungkin terdengar lugu, tetapi pengertian tersebut segera
memunculkan sejumlah isu yang kompleks.
Pengertian sempit demokrasi dirumuskan oleh Joseph Schumpeter.
Baginya demokrasi secara sederhana merupa- kan sebuah metode politik,
sebuah mekanisme untuk me- milih pemimpin politik. Warga negara
diberikan kesem- patan untuk memilih salah satu di antara pemimpin-pe-
mimpin politik yang bersaing meraih suara. Di antara pe- milihan, keputusan
dibuat oleh politisi. Pada pemilihan berikutnya, warga negara dapat
mengganti wakil yang mereka pilih sebelumnya. Kemampuan untuk memilih
di antara pemimpin-pemimpin politik pada masa pemilihan inilah yang
disebut dengan demokrasi. Dalam kalimat Schumpeter, "metode demokratis
adalah penataan kelem- bagaan untuk sampai pada keputusan politik di mana
indi- vidu meraih kekuasaan untuk mengambil keputusan me- lalui
perjuangan kompetitif untuk meraih suara.
Pada ujung spektrum lainnya kita mempunyai pengertian demokrasi
yang sangat komprehensif yang diusulkan oleh David Held. Held
menggabungkan pemahaman pan- dangan liberal dan tradisi Marxis untuk
sampai pada arti demokrasi yang mendukung suatu prinsip dasar otonomi.
Pada ruang di antara pengertian sempit demokrasi yang diusulkan oleh
Schumpeter dan pemahaman sangat komprehensif sebagaimana dilontarkan
oleh Held, terjadi perdebatan mengenai apakah demokrasi dan bagaimana-
kah seharusnya demokrasi itu. Cara pandang mengenai demokrasi ini
membantu kita dalam memahami bahwa demokrasi merupakan sebuah entitas
yang dinamis, yang diberikan definisi berbeda-beda; pengertian demokrasi
tetap menjadi bahan perdebatan

5
2.2 Sejarah Demokrasi
Sekitar 500 tahun sebelum Masehi, sejarah demokrasi dicatat karena
ada sekelompok kecil manusia di Yunani dan Romawi yang mulai
mengernbangkan sistem pemerintahan yang memberikan kesempaian cukup
besar bagi publik untuk ikut serta dalam merancang keputusan.
Perkembangan yang paling penting bagi sejarah demokrasi, dalam
berbagai literatur, telah terjadi di Eropa. Istilah demokrasi berasal dari Yunani
kuno, democratia. Plato yang memiliki nama asli Aristocles (427-347 SM)
sering disebut sebagai orang pertama yang memperkenalkan istilah
democratia, Demos berarti rakyat, kratos berarti pemerintahan.
Demokrasi menurut Plato saat itu adalah adanya sistem pemerintahan
yang dikelola oleh para filosof. Hanya para fllosoflah yang mampu
melahirkan gagasan dan mengetahui bagaimana memilih antara yang baik dan
yang buruk untuk masyarakat. Belakangan diketahuisebetulnya yang
diinginkan oleh Plato adalah sebuah aristokrasi. Di Yunani dan Romawi pada
500 tahun SM itulah pertama kali dilahirkan suatu sistem pemerintahan yang
memberi partisipasi rakyat melalui sejumlah besar warga negara.
Pada tahun 1960-1970an, ada suatu keraguan terhadap masa depan
karakteristik institusi demokrasi di Eropa Ba- rat, Amerika serta negara-
negara bekas kolonisasi barat seperti Australia dan Selandia Baru. Pembagian
Eropa yang diikuti oleh Perang Dunia II seakan membekukan demokrasi,
sementara komunis timur terlihat sukses dalam merepresi pembangkangan
dan mengontrol opini melalui media massa serta mendominasi pengajaran di
dalam sis- tem pendidikan. Meskipun tanpa dukungan Angkatan Bersenjata
Rusia, aliansi kekuatan Uni Soviet menunjuk- kan kapasitas impresif untuk
berlomba-lomba memperoleh kekuasaan di negara-negara miskin dan untuk
menguasai mereka sebagai suatu tantangan yang besar. Partai komunis datang
untuk menguasai negara terbesar di dunia, ya- itu Cina dan mengelabui
Amerika Serikat serta aliansinya untuk bertahan di Korea. Mereka berusaha
untuk menggerogoti kekuatan Amerika Serikat yang besar di Indocina,
sementara di kepulauan Karibia-Kuba, kaum komunis mendemonstrasikan
pemerintahan revolusioner yang mampu keluar dari dominasi kekayaan dan
kekuasaan Amerika Serikat.

6
Jika pada tahun 1980-an, proses demokrasi berlang- sung lamban dan
kurang mengejutkan, maka pada tahun 1990-an, proses tersebut berlangsung
amat cepat yang di- tandai oleh runtuhnya rezim komunis dan digantikan oleh
suatu pemerintahan yang mengarah atau mengacu pada demokrasi, di mana
konfrontasi dua kutub antara Uni So- viet dan AS telah berakhir. Ketika
daerah-daerah di Eropa Timur dan Tengah tidak lagi berada dalam
kungkungan kekuatan militer Soviet, mulailah terjadi gelombang protes di
mana-mana. Hanya satu rezim saja, yakni di Rumania, yang tetap berusaha
bertahan. Bahkan, ketika Uni Soviet kolaps dan terpecah-pecah menjadi 15
negara terpisah yang memerintah secara mandiri, banyak dari pecahan-
pecahan Uni Soviet tersebut yang mengklaim berjuang bagi pembentukan
negara yang demokratis.
Sistem pemerintahan yang demikian merupakan perkembangan dari
model sebelumnya yang didominasi oleh sistem kerajaan, kediktatoran,
aristokrasi atau oligarki. Tetapi harus dipahami, Yunani Kuno bukanlah
sebuah negara dalam pengertian kita yang modern saat ini, yaitu suatu tempat
di mana semua orang Yunani hidup dalam sebuah negara dengan suatu
pemerintahan (Dahl, 2001). Yunani Kuno masa itu adalah sebuah tempat
berkumpul ratusan kota yang merdeka, yang dikelilingi oleh daerah
pedalaman, Negara Yunani saat itu adalah gambaran tentang sebuah negara-
kota atau polis. Sebuah negara-kota tentu saja sangat berbeda .dengan ciri
khas negara-negara modern saat ini yang kita sebut sebagai negara bangsa,
Negara nasional, seperti Amerika, Perancis, Jepang, ataupun Indonesia.
Dalam masa depan patut kita tunggu bagaimana kondisi demokrasi ini
apakah masih digunakan seperti saat ini ataupun mulai beralih kesistem
pemerintahan yang lain. Bahkan bisa jadi Demokrasi dimasa depan
mengalami perkembangan yang luar biasa dan masih bisa digunakan.

2.3 Kondisi Demokrasi


2.3.1 Kondisi Demokrasi Di Dunia
Kondisi Demokrasi di indonesia dalam sejarahnya yang dimulai
pada 17 Agustus 1945 mengalami beberapa fase perkembangan yaitu:

7
1. Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Pada fase ini, Indonesia resmi menjadi negara yang merdeka dan
menerapkan sistem demokrasi parlementer. Sistem ini berlangsung
hingga tahun 1959.
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada masa ini, sistem demokrasi berubah menjadi sistem demokrasi
terpimpin. Sistem ini berlangsung hingga tahun 1965.
3. Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru (1966-1998)
Pada masa ini, sistem demokrasi berubah menjadi sistem demokrasi
Pancasila. Sistem ini berlangsung hingga tahun 1998.
4. Demokrasi Pasca Reformasi (1998-sekarang)
Setelah jatuhnya Presiden Soeharto pada Mei 1998, Indonesia
mengalami proses reformasi politik yang membuka peluang bagi
perkembangan demokrasi. Pada masa ini, Indonesia menerapkan
sistem demokrasi yang lebih terbuka dan partisipatif.
Pada 2021,Menurut Dosen Departemen Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Dr. Caroline
Paskarina, M.Si.,kualitas demokrasi Indonesia pada 2021 menurun
dibandingkan 2019 berdasarkan data Indeks Demokrasi Indonesia Badan
Pusat Statistik. Namun hal itu dapat dimaklumi karena pada saat itu
indonesia sedang mengalami puncak pandemi Covid-19.
Pada tahun tahun terakhir menurut Indeks Demokrasi versi
Economist Intelligence Unit (EIU), demokrasi Indonesia memang
tergolong cacat (flawed democracy)
2.3.2 Kondisi Demokrasi Di Indonesia
Kualitas pelaksanaan demokrasi di Indonesia disoroti tengah
menjadi tantangan. Hal ini dikuatkan dengan beberapa laporan
pelaksanaan awal 2023 yang menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia
rentan mengalami penurunan. Hal itu sama halnya dengan tren yang
terjadi secara global, sebagaimana pemberitaan Jakarta Post, 17 Januari
2023. Persoalan demokrasi inipun tak lepas dari segi penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Di mana, demokrasi merupakan

8
salah satu sistem politik yang memberi penghargaan atas hak dasar
manusia.
. Sementara, ancaman resesi yang menghantui beberapa negara
saat ini juga menjadi tantangan lain bagi stabilitas dan demokrasi suatu
negara, termasuk Indonesia. Hal ini lantaran kondisi ekonomi suatu
negara memiliki keterkaitan yang erat dengan demokrasi, terutama dalam
menjaga stabilitas demokrasi suatu negara.
Dengan latar belakang tersebut, Pusat Riset Politik – Badan Riset
dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) menyelenggarakan Outlook 2023
dengan tema “Political Outlook Indonesia 2023: Demokrasi dan Hak
Asasi Manusia di Tengah Ancaman Resesi”, Selasa (31/01) di Gedung
Widya Graha, Kampus BRIN Gatot Subroto Jakarta. Kegiatan tersebut
juga disiarkan secara daring melalui kanal youtube.
Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan, Sosial, dan
Humaniora Ahmad Najib Burhani, dalam sambutannya menyampaikan,
setahun mendatang akan diselenggarakan Pemilu. Ia mengatakan, itu
memungkinkan tahun ini menjadi tahun politik dan tahun yang sangat
penting. Termasuk erat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan riset dan
aktivitas politik di PRP-BRIN. “Beberapa orang mengindikasikan bahwa
pada Pemilu 2024, akan muncul persoalan atau isu terkait etnisitas, “
jelas NajibMenurutnya, kondisi itu tentu akan berbeda dengan Pemilu
sebelumnya, yang saat itu terkait isu agama.
Siti Zuhro membahas keterkaitan demokrasi dan HAM dengan
perwakilan politik, pemerintahan, dan otonomi daerah. Ia mengatakan,
demokrasi Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Hampir semua
penopang sistem demokrasi kurang efektif, bukan hanya dari aspek
kebebasan sipil dan pluralism, namun juga fungsi pemerintahan. Hal ini
karena demokrasi yang terkonsolidasi belum terwujud. Ia juga
menjelaskan berbagai permasalahan/isu-isu yang muncul terkait
perwakilan politik, pemerintahan, dan otonomi daerah menjelang Pemilu
2024.
Sedangkan Kurniawati H. Dewi Isu-isu lain yang akan menjadi
bahasan menarik yaitu platform digital apa yang akan digunakan dalam

9
kepentingan politik (Pemilu), seperti etika/moralitas terkait kebijakan
pemerintah yang bersinggungan dengan Pemilu 2024, pelanggaran HAM,
dan yang lainnya. Beberapa isu yang muncul tersebut menjadi catatan
penting dalam kaitannya dengan Outlook 2023.
Hal menarik lainnya yang muncul ialah posisi BRIN dalam
kaitannya dengan tahun politik. Sebagai, lembaga pemerintah, BRIN
harus bisa menjaga independensi dari partai-partai politik dan
kepentingan politik. Oleh karena itu, adanya Isu-isu yang muncul
nantinya menjadi landasan yang relevan penyelenggaraan dari Klaster
Agama Outlook 2023 pada kegiatan hari ini.
Kegiatan ini menghadirkan pembicara yaitu para peneliti PRP-
BRIN. Mereka membahas tentang demokrasi dan HAM dari berbagai sisi
sesuai bidang kepakarannya.
Gender, dan Minoritas mengaitkan demokrasi dan HAM dengan
Agama, Gender, dan Minoritas. Dalam paparannya, ia menekankan
bagaimana mendorong politik identitas yang konstruktif (bersifat
membangun) menjelang Pemilu 2024.
Kemudian Syafuan Rozi mengupas demokrasi dan HAM dari sisi
ekonomi politik dan isu-isu strategis. Ia mengaitkannya dengan proyeksi
ancaman resesi global di tahun 2023 dan solusinya menuju Green
Political Economy. Pembahasannya terkait kebijakan dan langkah yang
harus diambil untuk mengantisipasi memburuknya keadaan politik 2023
dalam konteks Politik Energi, serta proyeksi IKN Nusantara terkait visi
Kota Green Forest City.
Di lain sisi, Sarah N. Siregar membahas demokrasi dan HAM
terkait pertahanan, keamanan, dan konflik. Sarah menjelaskan mengenai
tata kelola keamanan demokratis, penegakan hukum dan penghormatan
HAM dalam Sektor Pertahanan Keamanan Indonesia Tahun 2022.

10
2.4 Permasalahan Demokrasi Di Indonesia
Masalah demokrasi Indonesia yang terlihat krusial adalah absennya
masyarakat sipil yang kritis kepada kekuasaan, buruknya kaderisasi partai
politik, hilangnya oposisi, pemilu biaya tinggi karena masifnya politik uang
dalam pemilu, kabar bohong dan berita palsu, rendahnya keadaban politik
warga, masalah pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang belum tuntas
hingga kini, kebebasan media dan kebebasan berkumpul, dan berserikat, serta
masalah masalah intoleransi terhadap kelompo kminoritas.
Kita mengalami situasi krisis suara kritis kepada kekuasaan karena
hampir semua elemen masyarakat sipil dari mulai LSM, kampus, media dan
mahasiswa telah merapat dengan kekuasaan atau sekurang-kurangnya memilih
untuk diam demi menghindari "stigma" berpihak kepada kelompok intoleran
yang anti-Pancasila dan anti-demokrasi.
Sedikit-banyak ini disebabkan oleh polarisasi politik yang tajam yang
membelah Indonesia menjadi dua kubu, yang membuat setiap suara
mengkritik pemerintah segera dikelompokkan ke kubu anti-pemerintah.
Padahal absennya suara kritis adalah kehilangan besar untuk demokrasi yang
membutuhkan kekuatan yang sehat untuk mengontrol kekuasaan.
Kampus perlu mendapat catatan secara khusus karena baru kali ini
sejak era Reformasi kampus begitu berlomba-lomba merapat kepada
kekuasaan, terlihat dari maraknya praktik kooptasi ikatan alumni dengan
orang-orang di lingkaran istana yang jadi ketuanya, pemberian gelar doctor
honoris causa kepada elite politik yang tidak didasarkan kepada kontribusi
nyatanya kepada masyarakat dan ilmu pengetahuan melainkan lebih karena
pertimbangan politik, absennya gerakan mahasiswa yang membawa
gagasan bernas dan berani bersuara kritis kepada kekuasaan, dan
kekuasaan sangat besar yang dimiliki pemerintah untuk menentukan rektor
terpilih melalui kementerian dikti.
Pengawasan atau surveilance atas aktivitas dosen baik di media sosial
ataupun di dunia nyata merupakan gejala penghalang kebebasan akademik
lainnya yang semakin melemahkan suara kritis dari kampus.

11
BAB III

3.1 Kesimpulan
Pada ruang di antara pengertian sempit demokrasi yang diusulkan oleh
Schumpeter dan pemahaman sangat komprehensif sebagaimana dilontarkan
oleh Held, terjadi perdebatan mengenai apakah demokrasi dan bagaimana-
kah seharusnya demokrasi itu.
Cara pandang mengenai demokrasi ini membantu kita dalam
memahami bahwa demokrasi merupakan sebuah entitas yang dinamis, yang
diberikan definisi berbeda-beda; pengertian demokrasi tetap menjadi bahan
perdebatan
Sejarah Demokrasi Sekitar 500 tahun sebelum Masehi, sejarah
demokrasi dicatat karena ada sekelompok kecil manusia di Yunani dan
Romawi yang mulai mengernbangkan sistem pemerintahan yang memberikan
kesempaian cukup besar bagi publik untuk ikut serta dalam merancang
keputusan.
Hanya para fllosoflah yang mampu melahirkan gagasan dan
mengetahui bagaimana memilih antara yang baik dan yang buruk untuk
masyarakat.
Mereka berusaha untuk menggerogoti kekuatan Amerika Serikat yang
besar di Indocina, sementara di kepulauan Karibia-Kuba, kaum komunis
mendemonstrasikan pemerintahan revolusioner yang mampu keluar dari
dominasi kekayaan dan kekuasaan Amerika Serikat.
Jika pada tahun 1980-an, proses demokrasi berlang- sung lamban dan
kurang mengejutkan, maka pada tahun 1990-an, proses tersebut berlangsung
amat cepat yang di- tandai oleh runtuhnya rezim komunis dan digantikan oleh
suatu pemerintahan yang mengarah atau mengacu pada demokrasi, di mana
konfrontasi dua kutub antara Uni So- viet dan AS telah berakhir.
Bahkan, ketika Uni Soviet kolaps dan terpecah-pecah menjadi 15
negara terpisah yang memerintah secara mandiri, banyak dari pecahan-
pecahan Uni Soviet tersebut yang mengklaim berjuang bagi pembentukan
negara yang demokratis.

12
Kondisi Demokrasi Di Dunia Pada 2021,Menurut Dosen Departemen
Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
Dr. Caroline Paskarina, M.Si.,kualitas demokrasi Indonesia pada 2021
menurun dibandingkan 2019 berdasarkan data Indeks Demokrasi Indonesia
Badan Pusat Statistik.

3.2 Saran
a. Kita dalam konteks ini sebagai mahasiswa harus menjalankan
demokrasi dengan sebaik-baiknya baik dalam lingkup yang besar
maupun lingkungan yang kecil seperti di kampus. Contohnya
menyukseskan pemira dengan cara memilih calon yang memang
pantas untuk kita pilih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Tajuddin Noer.(2014).Demokrasi dan Demokratisasi(proses dan prospek


dalam sebuah dunia yang sedang berubah). Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Nugroho, Heru. (2002). Gelombang Demokrasi Dunia. Yogyakarta; Pustaka


Pelajar.

Sunarso.(2015). Bedah Demokrasi(Sejarah, Konsep, dan Implementasinya di


Indonesia). Yogyakarta; UNY Press.

14

Anda mungkin juga menyukai