Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Kewarganegaraan

DEMOKRASI

Oleh :

(Kelompok 5)

 Ahmad Hasyim (2020304018)


 Fitra Nabila Kadir (2020304020)
 Siti Fathonah (2020304019)

Dosen Pengampu :

Erniwati, M. Hum

JURUSAN ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI RADEN FATTAH PALEMBANG

Tahun Ajaran : 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan kita kesehatan dan
keselamatan sehingga dengan sampai saat ini kita masih bisa merasakan nikmat-Nya. Sholawat
serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi agung kita, Baginda Nabi
Muhammad SAW. Semoga kita semua dikumpulkan serta diberi syafaat-Nya di yaumul akhir
kelak. Aamiin ya rabbal’aalaamiin

Atas dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Erniwati, M. Hum selaku dosen Kewarganegaraan yang telah memberikan arahannya
sehingga terselesaikannya penulisan tugas rangkuman makalah ini.

Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Serta
makalah ini dirancang untuk memberikan arahan atau dasar kepada pembaca agar dapat
meningkatkan pengetahuannya.

Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan, Kami selaku penyusun memohon maaf atas
kesalahan tersebut. Maka dari itu kritik dan saran sangat terbuka dalam proses pembelajaran
kedepannya.

Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Palembang, 12 Maret 2021

Penyusun
ii
DAFTAR ISI

JUDUL .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................... …..iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................iv
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................v
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................vi
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demokrasi..........................................................................................viii
2.2 Unsur Penegak Demokrasi.....................................................................................ix
2.3 Macam-macam Demokrasi....................................................................................xi
2.4 Prinsip-prinsip Demokrasi.....................................................................................xii
2.5 Sejarah Demokrasi di Indonesia............................................................................xiv
2.6 Proses Perkembangan Demokrasi di Indonesia......................................................xvi
2.7 Islam dan Demokrasi..............................................................................................xvi

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................xvii
3.2 Saran........................................................................................................................xvii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................xviii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat wilayah, masyarakat, dan pemerintah.
Negara dikatakan suatu organisasi karena di dalamnya terdapat stuktur contohnya presiden yang dibantu
oleh wakil presiden dan menteri - menterinya. Terbentuknya suatu negara harus mempunyai tiga syarat
utama yaitu wilayah, masyarakat, dan pemerintah. Setiap negara memiliki sistem atau bentuk
pemerintahan tersendiri. Bentuk-bentuk pemerintahan itu diantaranya Oligarki, Anarki, Moboraksi,
Diktator, dan Demokrasi. Oligarki adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh segelintir orang
banyak. Partisipasi rakyat dalam pemerintahan dibatasi atau bahkan ditoadakan dengan dihapusnya
lembaga perwakilan rakyat dan keputusan hukum tertinggi ada pada tangan segelintir orang tersebut.
Anarki adalah pemerintahan yang kekuasaannya tidak jelas, tidak ada peraturan yang benar-benar dapat
dipatuhi.
Setiap individu bebas menentukan kehendaknya sendiri-sendiri tanpa aturan yang jelas. Moboraksi
adalah pemerintahan yang dikuasai olah kelompok orang untuk kepentingan kelompok yang berkuasa,
bukan untuk kepentingan rakyat. Biasanya mobokrasi dipimpin oleh sekelompok orang yang mempunyai
motivasi yang sama.Diktator ialah kekuasaan yang terpusat pada seseorang yang berkuasa mutlak
(otoriter), dan Demokrasi adalah kekuatan rakyat atau suatu bentuk pemerintahan dengan rakyat sebagai
pemegang kedaulatannya. Dari beberapa bentuk pemerintahan ini, demokrasi yang paling umum
digunakan dalam suatu sistem pemerintahan termasuk Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang
menjunjung tinggi demokrasi, untuk di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara yang paling terbaik
menjalankan demokrasinya, mungkin kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu. Nah pada kesempatan
ini, kami akan menyusun sebuah makalah tentang Demokrasi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah arti demokrasi?
b. Apa saja unsuk penegak demokrasi?
c. Bagaimana sejarah demokrasi?
d. Apa saja prinsip-prinsip demokrasi?
e. Apa saja macam-macam demokrasi?
f. Bagaimana perkembangan demokrsi di Indonesia?

iv
g. Bagainama Islam dan demokrasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui arti demokrasi
2. Mengetahui unsur penegak demokrasi
3. Mengetahui sejarah demokrasi
4. Mengetahui prinsip-prinsip demokrasi
5. Mengetahui macam-macam demokrasi
6. Mengetahui perkembangan demokrsi di Indonesia
7. Mengetahui Islam dan demokrasi

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Demokrasi


Demokrasi secara etimologis berasal dari bahasa yunani “Demokratia” yang dibagi
dalam dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan,
sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat atau pemerintahan yang rakyatnya
memegang peranan yang sangat menentukan. Secara harfiah, demokrasi berarti kekuatan
rakyat atau suatu bentuk pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya.
Berikut ini pengertian demokrasi menurut beberapa ahli:
1. Aristoteles
Menurut Aristoteles Demokrasi adalah suatu negara suatu kebebasan karena melalui
kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di dalamnya.
2. Abraham Lincoln
Menurut Abraham Lincoln Democracy is government of the people, by the people, and
for the people (Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).
3. Hans Kelsen
Menurut Hans Kelsen Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
melaksanakan kekuasaannegara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Dimana rakyat
telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan didalam
melaksanakan kekuasaan negara.
4. Sidney Hook
Menurut Sidney Hook Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-
keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
5. Mohammad Hatta
Menurut Mohammad Hatta Demokrasi sebagai sebuah pergeseran dan penggantian

vi
kedaulatan raja menjadi kedaulatan rakyat.
2.2 Unsur Penegak Demokrasi
Tegaknya demokrasi sebagai tatanan kehidupan kenegaraan sangat tergantung pada unsur-
unsur penopang tegaknya deemokrasi itu sendiri. Beberapa unsur penting tersebut antara lain:
1. Negara hukum(rechtsstaat dan the rule of law)
Negara hukum adalah negara yang memberikan perlindungan hukum bagi warga negara
melalui kelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak serta adanya penjaminan
HAM.
 Konsep rechtsstaat mempunyai ciri-ciri:
- Adanya perlindungan terhadap HAM
- Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin
perlindugan HAM
- Pemerintahan berdasarkan peraturan
- Adanya peradilan administrasi
 Konsep the rule of law dicirikan oleh :
- Adanya supremasi aturan-aturan hukum
- Adanya kesamaan kedudukan di depan hukum(equality before the law)
- Adanya jaminan perlindungan HAM
Dengan demikiran ciri-ciri negara hukum menurut Konferensi International Commission
of Jurists di Bangkok, adalah :
a) Perlindugan konstitusional, artinya menjamin hak-hak individu, konsitusi harus pla
menentukan cara prosedural untuk memperoleh atas hak-hak konstitusional, artinya
menjamin hak-hak individu, konsitusi harus pla menentukan cara prosedural untuk
memperoleh atas hak-hak ang di jamin.
b) Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
c) Adanya pemilu yang bebas
d) Adanya kebebasan menyatakan pendapat
e) Adanya kebebasan berserikat/ berorganisasi dan berposisi
f) Adanya pendidikan kewarganegaraan.
2. Masyarakat madani( civil society)

vii
Masyarakat madani yakni sebuah masyarakat dengan ciri-ciri terbuka, egaliter, bebas dari
dominasi dan tekanan negara, serta berpartisifasi aktif dalam menegakkan demokrasi.
Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan dalam membangn
demokrasi. Sebab salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptana partisipasi
masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputuan yang dilakukan olwh negara atau
pemerintahan.
3. Aliansi kelompok strategis
Komponen berikutnya yang dapat mendukung tegaknya demokrasi adalah adanya aliansi
kelompok strategis yang terdiri dari partai politik, kelompok gerakan dan kelompok
penekan atau kelompok kepentingan termasuk di dalamnya pres yang bebas dan
bertanggung jawab.
2.3 Sejarah Demokrasi
Sejarah Demokrasi di Indonesia Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah
negara pada tanggal 17 Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers)
melalui UUD 1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) menganut paham atau
ajaran demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan demikian
berarti juga NKRI tergolong sebagai negara yang menganut paham Demokrasi Perwakilan
(Representative Democracy). Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan
hubungan antara rakyat disatu pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara
Indonesia yang duduk di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan
bahwa sebahagian terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat, baik mengikutinya secara
langsung di negara-negara Eropah Barat (khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui
pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintahan
kolonial Belanda di Indonesia sejak beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah cukup
akrab dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropah Barat dan Amerika
Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945) negara-negara penganut ajaran
demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-II.Didalam praktek kehidupan
kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini, ternyata paham demokrasi
perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan

vii
i
yang saling berbeda satu dengan lainnya.
Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950) Indonesia
mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan juga Demokrasi
Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang instabilitas pemerintahan
(eksekutif = Kabinet) dan nyaris berujung pada konflik ideologi di Konstituante pada bulan
Juni-Juli 1959. Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut di
atas, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang
memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan model Demokrasi
Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara Pancasila dan paham Integralistik
yang mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara. Namun belum berlangsung
lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-nya Demokrasi Terpimpin, kehidupan
kenegaraan kembali terancam akibat konflik politik dan ideologi yang berujung pada peristiwa
G.30.S/PKI pada tanggal 30 September 1965, dan turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden
RI pada tanggal 11 Maret 1968. Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai
Presiden ke-2 RI dan menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan
Demokrasi Pancasila (Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah
yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Demokrasi Pancasila (Orba)
berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan dengan model-model demokrasi lainnya
yang pernah diterapkan sebelumnya, yaitu sekitar 30 tahun, tetapi akhirnyapun ditutup dengan
cerita sedih dengan lengsernya Jenderal Soeharto dari jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei
1998, dan meninggalkan kehidupan kenegaraan yang tidak stabil dan krisis disegala aspeknya.
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto,
maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan
reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara
yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD
1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan
kehidupan kenegaraan di era Orde Baru. Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan
dengan kelembagaan negara, khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian
kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya
mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan
dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Model Demokrasi pasca

ix
Reformasi (atau untuk keperluan tulisan ini dinamakan saja sebagai Demokrasi Reformasi,
karena memang belum ada kesepakatan mengenai namanya) yang telah dilaksanakan sejak
beberapa tahun terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kemampuannya
untuk mengarah-kan tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun lembaga-
lembaga negara yang utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dan lembaga-
lembaga legislatif (DPR dan DPD) telah terbentuk melalui pemilihan umum langsung yang
memenuhi persyaratan sebagai mekanisme demokrasi
2.4 Prinsip-prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Prinsip Demokrasi Sebagai Sistem Politik
a. Pembagian kekuasaan (kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif)
b. Pemerintahan konstitusiona
c. Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
d. Pers yang bebas
e. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
f. Pengawasan terhadap administrasi negara
g. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
h. Pemerintahan yang diskusi
i. Pemilihan umum yang bebas
j. Pemerintahan berdasarkan hukum
2. Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)
a. Pemusatan kekuasaan Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif menjadi satu dan dipegang
serta dijalankan oleh satu lembaga.
b. Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusional Pemerintahan dijalankan berdasarakan
kekuasaan. Konstitusinya memberi kekuasaan yang besar pada negara atau pemerintah..
c. Rule of Power Prinsip negara kekuasaan yang ditandai dengan supremasi kekuasaan yang
besar pada negara atau pemerintah.
d. Pembentukan pemerintah tidak berdasarkan musyawarah tetapi melalui dekrit.
e. Pemilihan umum yang tidak demokratis. Pemilihan umum dijalankan hanya untuk
memperkuat keabsahan penguasa atau pemerintah negara.

x
f. Manajemen dan kepemimpinan yang tertutup dan tidak bertanggung jawab
g. Tidak ada dan atau dibatasinya kebebasan berpendapat, berbicara dan kebebasan pers.
h. Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan penggunaan paksaan.
i. Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia bahkan sering terjadi pelanggaran hal
asasi manusia.
j. Menekan dan tidak mengakui hak-hak minoritas warga negara.
2.5 Macam-macam Demokrasi
Terdapat macam-macam demokrasi jika dibagi berdasarkan jenisnya masing-masing. Macam-
macam demokrasi ini bisa dilihat dari bentuknya, prosesnya, hingga ideologinya. Berikut
macam-macam demokrasi yang perlu kamu ketahui:
1. Demokrasi Berdasarkan Bentuknya
Macam-macam demokrasi berdasarkan bentuknya dibagi menjadi dua yakni demokrasi
prosedural dan demokrasi substansial.
- Demokrasi Prosedural, yaitu bentuk demokrasi dimana proses pemilihan pemimpin
dilakukan secara langsung. Misalnya Pilpres, Pilkada.
- Demokrasi Substansial, yaitu bentuk demokrasi dimana nilai-nilai demokrasi diwujudkan
dan terdapat perlindungan terhadap minoritas. Misalnya, kebebasan menyampaikan pendapat
tanpa merugikan kepentingan umum.
2. Demokrasi Berdasarkan Prosesnya
Macam-macam demokrasi berdasarkan prosesnya dibagi menjadi dua yakni demokrasi
langsung dan demokrasi tidak langsung.
- Demokrasi langsung, yaitu proses demokrasi dimana semua elemen masyarakat ikut dalam
permusyawaratan untuk merumuskan dan memutuskan kebijakan Undang-Undang.
Demokrasi ini membutuhkan partisipasi luas warga dalam politik. Demokrasi langsung adalah
ketika warga negara dapat menentukan kebijakan secara langsung, tanpa perwakilan,perantara
atau majelis parlemen. Jika pemerintah harus mengesahkan undang-undang atau kebijakan
tertentu, peraturan tersebut ditentukan oleh rakyat. Mereka memberikan suara pada suatu
masalah dan menentukan nasib negara mereka sendiri.

xi
- Demokrasi tidak langsung, yaitu proses demokrasi dimana kebijakan umum atau Undang-
Undang dirumuskan dan diputuskan oleh lembaga perwakilan rakyat, misalnya Dewan
Perwakilan Rakyat.
Demokrasi tidak langsung atau demokrasi representatif adalah ketika orang memilih siapa
yang akan mewakili suara mereka di parlemen. Demokrasi ini adalah bentuk demokrasi yang
paling umum ditemukan di seluruh dunia.
Sebagian besar negara demokrasi tidak langsung di dunia menganggap diri mereka sebagai
negara demokrasi liberal. Ini karena mereka lebih menghargai kebutuhan warga negara
mereka daripada kebutuhan seluruh negara. Inilah sebabnya mengapa di negara-negara seperti
India dan Amerika Serikat, sulit untuk menyatakan keadaan darurat.
3. Demokrasi Berdasarkan Ideologinya
Berdasarkan ideologinya, macam-macam demokrasi dibagi menjadi tiga yakni demokrasi
liberal, demokrasi sosial, dan demokrasi pancasila.
- Demokrasi Liberal, yaitu ideologi demokrasi yang berlandaskan pada kebebasan individu.
Dalam pelaksanaannya, negara memiliki kekuasaan terbatas dan harus memberikan
perlindungan terhadap hak-hak individual dalam kehidupan warga negaranya.
- Demokrasi Sosial, yaitu ideologi demokrasi yang berlandaskan komunalisme rakyat suatu
negara. Dalam pelaksanaannya, negara menjadi pemilik kekuasaan dominan yang mewakili
rakyat. Kepentingan umum lebih diutamakan ketimbang hak-hak individual yang bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat.
Demokrasi Pancasila, yaitu ideologi demokrasi yang berlandaskan kepada nilai-
nilai Pancasila. Indonesia menggunakan demokrasi Pancasila, seperti yang tertuang dalam sila
ke-4 Pancasila.
2.6 Perkembangan Demokrsi di Indonesia
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin kembali ke
Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat
sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang berbnyi
sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini segala kekuasaan dijalankan oleh
Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah

xii
negara yang absolut pemerintah mengeluarkan :
• Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah menjadi
lembaga legislatif.
• Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan Partai Politik.
• Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan sistem pemerintahn
presidensil menjadi parlementer
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
a) Masa demokrasi Liberal 1950 – 1959
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau berkedudukan
sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen,
akuntabilitas politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
• Dominannya partai politik
• Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
• Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 :
• Bubarkan konstituante
• Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
• Pembentukan MPRS dan DPAS
b) Masa demokrasi Terpimpin 1959 – 1966
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang
berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua kekuatan
nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan presiden
membentuk DPRGR

xii
i
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI.
3. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru 1966 – 1998
Pelaksanaan demokrasi orde baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966,
Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekwen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang
melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Namun demikian perjalanan demokrasi
pada masa orde baru ini dianggap gagal sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk turun jadi
Presiden
5. Pelaksanaan demokrasi pada masa Reformasi 1998 s/d sekarang.
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke
Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
4. Pelaksanaan demokrasi Orde Reformasi 1998 – sekarang
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi dengan
mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempurnaan pelaksanaannya dan
perbaikan peraturan-peraturan yang tidak demokratis, dengan meningkatkan peran lembaga-

xi
v
lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung
jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara
lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil Pemilu
1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga-lembaga
tinggi yang lain.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
2.7 Islam dan Demokrasi
Ada banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang demokrasi, di antaranya seperti
yang dikutip Hamidah1 adalah sebagaimana di bawah ini: Menurut Joseph A. Schumpeter,
demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik di mana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas
suatu rakyat. Sementara menurut Abdurrahman Wahid, demokrasi mengandung dua nilai,
yaitu nilai yang bersifat pokok dan yang bersifat derivasi. Menurut Abdurrahman Wahid, nilai
pokok demokrasi adalah kebebasan, persamaan, musayawarah dan keadilan.
• Demokrasi Dalam Al-Qur’an
Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari pergumulan pemikiran manusia.
Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri. Namun begitu menurut Mahasin,
tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan demokrasi. Sebagaimana
dijelaskan di depan, bahwa elemen-elemen pokok demokrasi dalam perspektif Islam meliputi:
as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah.
1. as-Syura Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara
eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:
“Dan urusan mereka diselesaikan secara musyawarah di antara mereka”. Dalam surat
Ali Imran:159 dinyatakan: “Dan bermusayawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”.

xv
Dalam praktik kehidupan umat Islam, lembaga yang paling dikenal sebagai pelaksana syura
adalah ahl halli wa-l‘aqdi pada zaman khulafaurrasyidin. Lembaga ini lebih menyerupai tim
formatur yang bertugas memilih kepala negara atau khalifah8 Jelaslah bahwa musyawarah
sangat diperlukan sebagai bahan pertimbanagan dan tanggung jawab bersama di dalam setiap
mengeluarkan sebuah keputusan. Dengan begitu, maka setiap keputusan yang dikeluarkan
oleh pemerintah akan menjadi tanggung jawab bersama.
2. al-‘Adalah
al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk rekrutmen dalam
berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana. Tidak boleh kolusi
dan nepotis. Arti pentingnya penegakan keadilan dalam sebuah pemerintahan ini ditegaskan
oleh Allah SWT dalam beberapa ayat-Nya, antara lain dalam surat an-Nahl: 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan”.
3. al-Musawah al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak yang merasa
lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa
memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Kesejajaran ini
penting dalam suatu pemerintahan demi menghindari dari hegemoni penguasa atas rakyat.
Dalam perspektif Islam, pemerintah adalah orang atau institusi yang diberi wewenang dan
kepercayaan oleh rakyat melalui pemilihan yang jujur dan adil untuk melaksanakan dan
menegakkan peraturan dan undang-undang yang telah dibuat. Oleh sebab itu pemerintah
memiliki tanggung jawab besar di hadapan rakyat demikian juga kepada Tuhan. Dengan
begitu pemerintah harus amanah, memiliki sikap dan perilaku yang dapat dipercaya, jujur dan
adil. Sebagian ulama’ memahami 11 al-musawah ini sebagai konsekuensi logis dari prinsip
al-syura dan al-‘adalah.
4. al-Amanah al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan
seseorang kepada orang lain. Oleh sebab itu kepercayaan atau amanah tersebut harus dijaga
dengan baik. Dalam konteks kenegaraan, pemimpin atau pemerintah yang diberikan
kepercayaan oleh rakyat harus mampu melaksanakan kepercayaan tersebut dengan penuh rasa
tanggung jawab.
5. al-Masuliyyah al-Masuliyyah adalah tanggung jawab. Sebagaimana kita ketahui, bahwa
kekuasaan dan jabatan itu adalah amanah yang harus diwaspadai, bukan nikmat yang harus

xv
i
disyukuri, maka rasa tanggung jawab bagi seorang pemimpin atau penguasa harus dipenuhi.
6. al-Hurriyyah al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga
masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya. Sepanjang hal
itu dilakukan dengan cara yang bijak dan memperhatikan al-akhlaq al-karimah dan dalam
rangka al-amr bi-‘l-ma’ruf wa an-nahy ‘an al-‘munkar, maka tidak ada alasan bagi penguasa
untuk mencegahnya. Bahkan yang harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan tidak
adanya lagi pihak yang berani melakukan kritik dan kontrol sosial bagi tegaknya keadilan.
Prinsip dan elemen-elemen demokrasi dalam ajara Islam itu adalah: as-syura, al-‘adalah, al-
amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah. Realitas demokrasi dalam sebuah negara pernah
diterapkan pada masa Nabi Muhammad dan khulafaurrasyidin. Tetapi setelah itu, pada
sebagian besar negara-negara Islam tidak mewarisi nilai-nilai demokrasi tersebut. Realitas ini
tidak hanya terjadi pada negara-negara Islam saja, tetapi juga negara non-Islam (Barat). Inilah
problem yang dihadapi oleh banyak negara. Secara umum nilai-nilai agama memang belum
banyak dipraktikkan dalam ikut memberikan kontribusi pada banyak negara, apalagi negara
sekular. Oleh sebab itu statement Fukuyama maupun Huntington, yang mengatakan bahwa
secara empirik Islam tidak compatible dengan demokrasi tidak sepenuhnya benar. Sebab di
negara non-Muslim pun demokrasi juga tidak sepenuhnya diterapkan

• Realitas Demokrasi Di Negara Muslim


Watak ajaran Islam sebagaimana banyak dipahami orang adalah inklusif dan demokratis. Oleh
sebab itu doktrin ajaran ini memerlukan aktualisasi dalam kehidupan kongkret di masyarakat.
Ketika dalam proses pergumulan sejarahnya inilah umat Islam menghadapi tantangan yang
berat dan kerapkali jauh dari wilayah yang ideal tadi. Itulah maka ada term Islam ideal dan
Islam historis. Dengan demikian, betapa sulitnya menegakkan demokrasi, yang di dalamnya
menyangkut soal: persamaan hak, pemberian kebebasan bersuara, penegakan musyawarah,
keadilan, amanah dan tanggung jawab. Sulitnya menegakkan praktik demokratisasi dalam
suatu negara oleh penguasa di atas, seiring dengan kompleksitas problem dan tantangan yang
dihadapinya, dan lebih dari itu adalah menyangkut komitmen dan moralitas sang penguasa itu
sendiri.
Dengan demikian, memperhatikan relasi antara agama dan demokrasi dalam sebuah
komunitas sosial menyangkut banyak variabel, termasuk variabel independen non-agama.

xv
ii
Sementara itu Bahtiar Effendy20 menegaskan, bahwa kurangnya pengalaman demokrasi di
sebagian besar negara Islam tidak ada hubungannya dengan dimensi “interior” ajaran Islam.
Secara teologis menurut Effendy, bahwa kegagalan banyak negara Islam untuk
mengembangkan mekanisme politik yang demokratis antara lain karena adanya pandangan
yang legalistik dan formalistik dalam melihat hubungan antara Islam dan politik. Oleh
karenanya menurut Effendy perlu pendekatan substansialistik terhadap ajaran Islam agar
dapat mendorong terciptanya sebuah sintesa yang memungkinkan antara Islam dan demokrasi.

xv
iii
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini, Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang
segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan
rakyat.Kata “demokrasi” seiring waktu memiliki sangat banyak pengertian.Namun, diantara
banyaknya pengertian yang berbeda terdapat juga sejumlah persamaan penting yang
menunjukkan unuversalitas konsep demokrasi berdasarkan kriteria-kriteria yang menjadi
cerminan perwujudan konsep tersebut. Hendry B. Mayo, misalnya, mencatat setidaknya ada 8
ciri utama yang harus diperhatikan untuk menilai apakah suatu masyarakat bersifat demokratis
atau tidak. Demokrasi berdasarkan penyaluran kehendak rakyat. Demokrasi langsung
merupakan sistem demokrasi yang mengikutsertakan seluruh rakyat dalam pengambilan
keputusan negara.Demokrasi tidaklangsung merupakan sistem demokrasi yang digunakan untuk
menyalurkan keinginan dari rakyat melalui perwakilan parlemen.Demokrasi berdasarkan
hubungan antar kelengkapan negara.Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum
merupakan sistem demokrasi yang dimana rakyat memiliki perwakilan untuk menjabat
diparlemen namun tetap di kontrol oleh referendum.Demokrasi perwakilan dengan sistem
parlementer merupakan sistem demokrasi yang didalamnya terdapat hubungan kuat antara
badan eksekutif dengan badan legislatif perkembangan demokrasi di indonesia dimulai dari
Demokrasi Perwakilan (Representative Democracy) pada masa revolusi (1945 – 1950). Setelah
itu Demokrasi Liberal pada masa Orde Lama (1950 - 1959). Kemudian beralih ke Demokrasi
Terpimpin yang juga pada masa Orde Lama (1959 – 1966). Setelah demokrasi termpimpin
beralih lagi Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (1966 – 1998). Pada Orde Reformasi (1998 –
sekarang), demokrasi yang digunakan adalah Demokrasi Reformasi.Prinsip dan elemen-elemen
demokrasi dalam ajara Islam itu adalah: as-syura, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-
hurriyyah. Realitas demokrasi dalam sebuah negara pernah diterapkan pada masa Nabi
Muhammad dan khulafaurrasyidin.
3.2 Saran
Dengan menerapkan prinsip-prinsip dari demokrasi tersebut akan membuat bangsa kita
menjadi lebih maju dan sejahtera.Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali

xi
x
hanya ini yang dapat ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak-pihak
tertentu kami meminta kritik dan sarannya, kritik maupun sarannyan sangatlah penting untuk
pengintrospesikan diri melengkapi makalah ini. Terima kasih 

xx
Daftar Pustaka

https://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-1/ilmu- kewarganegaraan/perkembangan-
demokrasi-di-indonesia/
https://repository.unikom.ac.id/32148/1/demokrasi.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/16531/7/7.%20BAB%20II__2018463IH.pdf
https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/islam-dan-demokrasi.html
https://www.academia.edu/3831902/MAKALAH_DEMOKRASI
http://repository.uinsu.ac.id/4712/5/BAB%20III%20ismed.pdf

xx
i

Anda mungkin juga menyukai