Anda di halaman 1dari 12

Telaah Terhadap Ayat dan Hadist Tentang Sistem Indera

( Makalah ini dibuat dan ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan )

Disusun Oleh:

Fikri Aidi Maulana (2020304026)

Ike Fitria (2020304027)

Anisatul Faizah (2020304028)

Dosen Pengampu:

Dr. Alfi Julizun Azwar, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021 M – 1441/1442 H


KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tempo
yang telah ditentukan. Kami selaku penulis tak lupa juga meminta maaf atas penyusunan makalah ini
apabila ditemukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja didalamm makalah
ini.

Dalam kesempatan kali ini, kami ucapkan banyak terima kasih terutama kepada dosen
pengampu kami dalam mata kuliah "Islam dan Ilmu Pengetahuan" ini Dr. Alfi Julizun Azwar, M. Ag
dan Ibu Halimatussa'diyah, S. Ag yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini
sehingga dapat menyempurnakan makalah yang telah kami selesaikan ini. Dan tidak lupa pula kami
ucapkan kepada teman-teman yang ikut berpatisipasi dalam membantu penyelesaian makalah kami.

Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca, serta dapat membantu bagi
perkembangan sistem belajar di kelas sehingga lebih memiliki pemahaman yang kompeten di masa
yang akan datang nanti. Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih bagi seluruh pihak yang sudah
membantu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Aamiin.

Palembang, 04 Juni 2021


Penyusun

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Al-qur'an adalah kalam Allah SWT yang di dalamnya memuat petunjuk bagi manusia yang
berguna bagi dasar yang kukuh untuk semua prinsip, etika, dan moral yang sangat dbutuhkan bagi
kehidupan manusia1. Sains sangat umum dan semuanya telah Allah ceritakan di dalam Al-qur'an
termasuk sistem indra manusia.

Materi sistem indera manusia adalah materi yang sangat banyak dijelaskan dalam Al-qur'an
meliputi indera pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, dan pengecap. Menurut Muhammad
As-Sayyid Yusuf dan Ahmad Durrah sistem indera manusia sudah terbentuk saat manusia berada di
dalam kandungan dan langsung berfungsi ketika manusia itu dilahirkan 2. Allah berfirman dalam surat
An-Nahl ayat 78:

َ ‫ص ٰـ َر َوٱأۡل َ ۡفٔـِٔ َد َة لَ َعلَّ ُكمۡ َت ۡش ُكر‬


‫ُون‬ َ ‫ُون َش ۡ ࣰٔـیا َو َج َع َل لَ ُك ُم ٱلس َّۡم َع َوٱأۡل َ ۡب‬
َ ‫ون أُ َّم َه ٰـ ِت ُكمۡ اَل َت ۡعلَم‬ ُ ‫َوٱهَّلل ُ أَ ۡخ َر َج ُكم م ِّۢن ب‬
ِ ‫ُط‬

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.

[Surat An-Nahl 78]

‫تفسير الجاللين‬

﴿‫﴿وج َع َل َل ُك ْم ال َّس ْمع﴾ ِب َمعْ نى األَسْ ماع ﴿واألَبْصار واألَ ْف ِئدَة﴾ القُلُ وب ﴿لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ ‫ُطون أُمَّهات ُك ْم ال َتعْ لَم‬
َ ‫ُون َش ْي ًئا﴾ الجُمْ لَة حال‬ ُ ‫أخ َر َج ُك ْم مِن ب‬
ْ ‫وهَّللا‬
َ ‫ُون﴾ َت ْش ُكرُو َن ُه َعلى َذل َِك َف ُت ْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ ‫َت ْش ُكر‬

Berdasarkan ayat tersebut Allah mengeluarkan diri kalian dari dalam perut ibu dalam
keadaan tidak mengenal sedikit pun apa yang ada di sekeliling kalian. Kemudian Allah memberi
kalian pendengaran, penglihatan, dan mata hati sebagai bekal mencari ilmu pengetahuan, agar
kalian beriman kepada-Nya atas dasar keyakinan dan bersyukur atas segala karunia-Nya.

Ahmad Syafi'I Ma'arif, Islam dan Masalah Kenegaraan (Studi Tentang Peraturan Dalam Konstituante), 1
.(Jakarta: LP3ES, 1985), Cet.ke-1, h.11
Muhammad As-Sayid Yusuf dan Ahmad Durrah, Pustaka Pengetahuan Al-Qur'an, (Jakarta: PT Rehal Publika), 2
.2008, h. 65
PEMBAHASAN

 Sistem Indera Menurut Al-Qur'an

Sebagai umat Muslim, segala yang dilakukan hendaknya selalu berpedoman


kepada Al-qur'an seperti pembelajaran sistem indera. Pembelajaran sistem indera yang
tidak dihubungkan dengan ayat-ayat Al-Qur'an bererati tidak menjadikan Al-qur'an
sebagai pedoman hidup dalam belajar, karena sangat banyak ayat-ayat Al-qur'an yang
menjelaskan tentang sistem indera bahkan sangat spesifik seperti ayat tentang indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba, dan pengecap. Pembelajaran sistem
indera yang tidak dihubungkan dengan ayat-ayat Al-qur'sn seolah-olah membuat sains
dan ajaran agama terpisah serta tidak terintegrasi dengan nilai-nilai hidup dalam
masyarakat muslim. Jika sains dan ajaran agama terpisah maka akan timbul hal-hal yang
tidak diinginkan seperti siswa siswi hanya terfokuskan pada teori da tidak
memperdulikan nilai-niai Islami yang tersirat di dalamnya. Salah satu solusi agar
pembelajaran sistem indera sesuai dengan nilai-nilai Islam dan mudah untuk dipahami
oleh siswa dan siswi, diperlukan sebuah media yang dapat memadukan ayat-ayat Al-
qur'an dengan materi sistem indera.

Al-qur'an hanya menyebut pendengaran dan penglihatan sebagai dua alat


indera. Pertama, karena pentingnya pendengaran dan penglihatan dalam proses
persepsi. Kedua, pemyenutan pendengaran dan penglihatan cukup untuk menunjukkan
urgensi semua alat indera dalam proses persepsi . inilah di antara karakteristik gaya
Bahasa dalam Al-qur'an yang ringkas dan mendalam, yaitu cukup dengan kiasan dan
isyarat untuk menunjukkan hakikat-hakikat mendasar yang bersifat umum.

Dalam banyak ayat Al-Qur'an, pendengaran disebutkan lebih dulu daripada


penglihatan karena beberapa alasan berikut.

1) Pertama, pendengaran lebih penting daripada penglihatan dalam proses


persepsi, belajar, dan perolehan ilmu. Manusia masih mungkin untuk belajar
Bahasa dan memperoleh pengetahuan bila kehilangan penglihatannya.
Diantara yang menunjukkan pentingnya pendengaran dalam persepsi dan
belajar Bahasa( Bahasa termasuk instrument paling penting dalam berfikir
dan memperoleh pengetahuan), contohnya seperti ayat Al-qur'an sebagai
berikut:
‫ِیر‬
ِ ‫ب ٱل َّسع‬ ۡ َ‫وا لَ ۡو ُك َّنا َن ۡس َم ُع أَ ۡو َن ۡعقِ ُل َما ُك َّنا ف ِۤی أ‬
ِ ‫ص َح ٰـ‬ ۟ ُ‫َو َقال‬
Artinya: Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau
memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka
yang menyala-nyala.” [Surat Al-Mulk 10]

‫تفسير الجاللين‬

ْ ‫وقالُوا لَ ْو ُك ّنا َنسْ َمع﴾ أيْ َسماع َت َفهُّم‬


﴿‫﴿أو َنعْ قِل﴾ أيْ َع ْقل َت َف ُّكر‬

Karena kaitan erat antara pendengaran dan akal tersebut, dalam banyak
ayat Al-qur'an disebutkan kata mendengar, tetapi dalam arti memahami,
berfikir, dan mempertimbangkan.

2) Kedua, indera pendengar akan langsung bekerja seusai persalinan. Anak akan
langsung dapat mendengar suara-suara setelah persalinan. Adapun untuk
dapat melihat sesuatu dengan jelas, si anak membutuhkan waktu untuk
beberapa saat.
3) Ketiga, indera pendengar melaksanakan fungsinya secara terus menerus
tanpa henti, sedangkan indera penglihatan adakalanya berhenti
melaksanakan fungsinya ketika manusia menutup kedua matanya atau ketika
tidur. Suara nyaring juga dapat membangunkan manusia dari tidurnya. Oleh
sebab itu, dalam kisah Ashabul Kahfi Allah SWT menerangkan bahwa Dia
menutup telinga mereka hingga mereka terlelpa tidur, dan suara pun tidak
membuat mereka terbangun. Sebagaimana ayat Al-qur'an sebagai berikut:
َ ‫ض َر ۡب َنا َعلَ ٰۤى َءا َذان ِِهمۡ فِی ۡٱل َك ۡهفِ سِ ن‬
‫ِین َعدَ ࣰدا‬ َ ‫َف‬

Artinya: Maka Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu, selama
beberapa tahun. [Surat Al-Kahfi 11]

‫تفسير الجاللين‬

َ ‫ض َربْنا َعلى آذانه ْم﴾ أيْ أ َنمْ نا ُه ْم ﴿فِي ال َكهْف سِ ن‬


﴿‫ِين َعدَ ًدا﴾ َمعْ دُودَة‬ َ ‫َف‬

4) Keempat, indera pendengar dapat mendengar semua suara, baik dalam gelap
maupun terang, sedangkan indera penglihatan hanya dapat melihat dalam
cahaya. Al-qur'an juga menyebut "as-sam'u" (pendengaran) dalam bentuk
tunggal, sedangkan "al-abshar" (penglihatan) dalam bentuk jamak. Hal ini
termasuk bukti kemukjizatan gaya Bahasa Al-qur'an . sebab indera pendengar
dapat menerima suara yang datang dari segala arah, sedangkan mata hanya
dapat melihat bila manusia mengarahkan pandangannya ke arah sesuatu
yang ingin dilihatnya. Jika terdengar suara dari tempat yang dihuni banyak
orang, mereka semua akan mendengar suara yang sama. Namun jika mereka
melihat sesuatu yang sama dari sudut yang berbeda-beda, penglihatan
mereka kepada sesuatu itu tidak akan sama persis.

Potensi Perspektif Al-Qur'an dan Hadist


Dalam Al-qur'an terdapat tiga konsep untuk menunjukkan adanya potensi
manusia. Ketiga konsep itu adalah:
1) Konsep manusia sebagai insan
Kata insan dalam Al-qur'an diawali dari surat al-'Alaq sebanyak tiga
kali, dan secara kuantitatif di dalam Al-Qur'an kata insan muncul
sebanyak 65 kali3. Kata insan jika dilihat dari akar katanya dapat berarti,
senang, jinak, dan harmonis. Dari beberapa arti kata insan tersebut dapat
memberikan arti dan gambaran tentang karakteristik dasar manusia
yaitu, lalai, tidak stabil, dan dapat berubah dan diubah. Kata al-Insan
menitikberatkan pada pengertian bahwa manusia dilihat dari aspek
psikis, yaitu berupa pikiran, perasaan, penglihatan dan pandangan yang
ke semuanya itu bersumber dari daya hidup manusia yaitu al-Ruh. Oleh
karenanya Ruh yang merupakan sumber daya hidup manusia mempunyai
unsur kemampuan dasar (potensi).
2) Konsep manusia sebagai basyar
Konsep basyar dalam al-Qur'an menunjukkan manusia dari segi
fisik, dan dalam kehidupan sehari-hari senantiasa berkaitan dengan hal-
hal yang bersifat lahiriah dan didorong oleh berbagai kebutuhan manusia
yang berkaitan dengan fisik. Sebagai contoh kebutuhan akan makan,
minum, seksual, dan lain sebagainya yang ke semuanya akan mengalami
kehancuran sebagai akhir dari seluruh aktifitasnya. Namun demikian dari
basyar inilah manusia mampu mewujudkan hasil dari olah pikiran,
perasaan, dan kehendaknya yang berupa hasil karya, karsa, dan rasa dan
cipta manusia yang lebih dikenal dengan hasil budaya manusia atau yang
lebih lazim disebut dengan kebudayaan.

3) Konsep manusia sebagai al-nafs

Muhammad Fu'ad al-Baqi, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-Qur'an al-Karim, (Kairo:Dar al-Hadis, 2001), 3
h.119
Al-nafs menurut Jayadi sebagaimana dikutip Ali Syamsuddin
bahwa ia diciptakan Allah SWT sebagai totalitas pribadi manusia
secara utuh4.

 Sistem Indera menurut al-hadits


Pertanggung jawaban panca indera

Hadits

B. Terjemah
“Dari Abu Hurairah dan Abi Said berkata : Rasullah SAW bersabda : Pada hari kiamat nanti
para
hamba di pertemukan dengan-
 Nya, dan Allah berkata kepada mereka” Bukankah telah Ku
ciptakan untukmu pendengaran, penglihatan, harta serta keturunan dan telah kutundukan
padamuhewan ternak dan tumbuhan dan hasil bumi agar kau bisa memimpin dan hidup
sejahtera dan
kamu mengira bahwa kamu kan bertemu dengan hari ini ?” mereka berkata “ tidak ” maka
Allahmengatakan pada mereka “ Hari ini Aku melupakan seperti kamu me
lupankan-
Ku.” ( HR. Imam
Tirmidzi)
A. Hadits Tentang Memanfaatkan Panca Indera untuk Mencari Ilmu
Hadits

Terjemah
Dari Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami, lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain), sebagaimanayang dia dengar, maka kadang-kadang
orang yan disampaikan ilmu lebih paham dari orang yang mendengar. (H.R At-Tirmidzi).

. Biografi Rawi

a. Abdullah Ibn Mas’ud.

Abdullah Ibn Mas’ud adalah Abdullah Ibnu Mas’ud Ibn Ghafil Ibn Habib Al

-Mudzaly, seorangsahabat Nabi yang dahulu pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra.Ibu beliau
bernama Ummu Abdillah bin Abu Daud Ibn Sau-ah yang juga memeluk Islamdipermulaan
4
.Ali Syamsuddin, Mengukir Sifat Kepribadian Muslim, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.34
Islam.Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Bukhari dan Muslim menyepakati sejumlah 64
hadits21 diantaranya diriwaatkan oleh Bukhary sendiri dan 35 diantaranya oleh Muslim.

Beliau wafat di Madinah pada tahun 32 H dan dikembumikan di Baqi’ 5

b. Imam Tirmidzi rahimahullahu Ta’ala.

Imam Tirmidzi rahimahullahu Ta’ala adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin At

-Tirmidzi. Lahir pada tahun 200 H dan wafat di Turmudz pada malam Senin tanggal 13 Rajab 279 H.
Beliauadalah salah seorang ulama hafizh yang telah bertemu dengan para Syaikh generasi awal,
seperti

Qutaibah bin Sa’id, Muhammad bin Basysyar, Ali bin Hajar dan para imam hadits lainnya.

Banyak sekali yang telah meriwayatkan hadits dari Imam Tirmidzi.Beliau sendiri jugamemiliki banyak
karya tulis seputar ilmu hadits.Kitabnya yang paling baik adalah yang berjudulAs-Shahih. Selain itu,
kitab ini juga banyak sekali mengandung faidah dan tidak banyakmengalami proses pengulangan
riwayat.

Imam Tirmidzi rahimahullahu Ta’ala berkata, “Aku telah menyodorkan kitab

ini kepada paraulama di kawasan Hijaz, Irak, Khurasan.Ternyata mereka bisa menerima kitab ini
danmenganggapnya sebagai kitab yang baik.Barangsiapa menyimpan kitab ini di dalam
rumahnya,maka seakan-

akan ada Nabi bersabda di dalam rumahnya tersebut.” 6

At-tirmidzi adalah ulama hadits yang pertama sekali mempopulerkan predikat haditsHasan.Yaitu,
hadits yang kurang pantas dinilai shahih, tetapi tidak layak juga bila dinilai

dha’if.Sementara, para ulama pendahulunya membagi hadits ahad hanya menjadi

shahih dan dha’if.Artinya, hadits yang menurut at-Tirmidzi itu hasan, dimasukkan ke dalam
kelompok dho’if. Maka, kalau para ulama sebelum at-Tirmidzi (seperti ulama Fiqh pendiri madzhab
empat) berkata bahwa hadits dha’if untuk kepentingan tertentu dapat dij adikan hujjah,
dimaksudkan adalah hadits hasan menurut kerangka at-Tirmidzi. Jadi, bukan sembarang hadits
dha’if. Teori para ulama Fiqh tadi mengacaukan pikiran kita karena mereka membagi hadits kepada
dua,sementara, kita sudah mengenal tiga jenis nilai hadits. 7

5
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,(Semarang: PT.
Pustaka RizkiPutra, 1999), hlm. 263-264.

.Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Hadits Qudsi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hlm 22 6
Muh. Zuhri, Hadits Nabi (Sejarah dan Metodologinya), (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm 176- 7
177
5. Keterangan Hadits

Do’a yang ditujukan kepada orang yang dimaksud dalam hadits, yaitu: semoga Allah SWT

mempereloknya dengan keagungan dan keindahan, bagi orang yang mendengar sesuatu darikami
yaitu perkara Agama berupa suatu ayat dari Al-Qur’an atau suatu Hadits, lalu ia menyampaikannya
persis seperti apa yang ia dengar tanpa mengurangi atau menambahinya, baik ia lelaki maupun
wanita.Banyak orang yang mendengar hadits tidak secara langsung tetapi melalui perantara
sehinggalebih hafal, lebih menguasai dan lebih memahami dari pada orang yang mendengar
secaralangsung.8

Hadits tersebut menggambarkan pentingnya kedudukan ilmu dalam pandangan islam, karena

‘mendengar’ sendiri merupakan salah satu proses mangetahui sebuah ilmu. Sehingga
Rasulullahmeninggikan derajat seseorang yang mau mendengarkan sesuatu dari beliau, yang
kemudianmenyampaikan sebagai mana yang telah ia dengar, sehingga akan banyak orang
yangmengetahui dari apa yang ia dengar dan ia sampaikan. Hal ini berarti adanya anjuran
untukmemanfaatkan panca indera dalam mencari ilmu.Semakin banyak kita mendengar, melihat,
dan berfikir dengan menggunakan panca indera, makasemakin banyak ilmu yang akan kita peroleh.
Dan Allah memberikan pendengaran dan penglihatan agar manusia dapat berfikir dan bersyukur.

6. Aspek TarbawiDari uraian di atas dapat di ambil beberapa aspek tarbawi sebagai berikut:

1) Panca indera sangat penting dalam mencari ilmu terutama pada alat pendengaran

.2) Sebelum kita menyampaikan kabar kepada orang lain hendaklah kita memperhatikan,memeriksa
dan menghafal kemudian berhati-hati saat menyampaikan kabar tersebut kepadaorang lain.

3) Kejujuran dan kebenaran adalah sesuatu yang akan membawa pada kemuliaan dankebahagiaan.

4) Orang yang berilmu dituntut untuk mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan.

B. Hadits tentang dorongan memanfaatkan panca indera

Hadits

Terjemah

Dari Abdullah berkata : Beliau (Rasulullah SAW) biasa mengajarkan kami beberapa kalimat,dan
beliau tidak mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan

tasyahhud :“ Wahai Allah, rukunkanlah hati

8
Syekh Mansyur Ali Nashif, Mahkota pokok-pokok hadis Rasulullah SAW. Jilid I, (Bandung: Sinar
Baru, 1993),hlm 167.
-hati kami, damaikanlah diantara kami, tunjukilahkami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah
kami dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang
dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, isteri dan
cucu kami, terimalah taubatkami, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang dan jadikanlahkami orang-

orang yang mensyukuri ni’mat Engkau berterima kasih lagi menerimanya, dansempurnakanlah
ni’mat itu atas kami”.(HR. Abu Daud).

4. Biografi Rawi

a. Abdullah Ibn Mas’ud.

Abdullah Ibn Mas’ud adalah Abdullah Ibnu Mas’ud Ibn Ghafil Ibn Habib Al

-Mudzaly, seorangsahabat Nabi yang dahulu pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra.Ibu beliau
bernama Ummu Abdillah bin Abu Daud Ibn Sau-ah yang juga memeluk Islamdipermulaan
Islam.Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Bukhari dan Muslim menyepakati sejumlah 64
hadits21 diantaranya diriwaatkan oleh Bukhary sendiri dan 35 diantaranya oleh Muslim.Beliau
wafatdi Madinah pada tahun 32 H dan dikembumikan di Baqi’.

b. Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala.

Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala adalah Imam Sulaiman bin Al

Asy’asy bin Ishaq Al

Asadi As-Sijistani.Beliau telah melakukan rihlah untuk mencari ilmu hadits, mengumpulkan,serta
telah menyusun kitab dalam jumlah yang banyak.Beliau menulis hadits yang diriwayatkandari para
ulama kawasan Irak, Syam, Mesir, dan Khurasan.Lahir pada tahun 202 H dan wafat diBasrah pada
malam hari tanggal 16 Syawwal 275 H.Imam Abu Daud telah meriwayatkan hadits dari para syaikh
(guru) Imam Bukhari danMuslim. Diantara mereka adalah Ahmad bin Hambal, Utsman bin abi
Syaibah, Qutaibah bih

Sa’id, dan para imam hadits yang lainnya. Sedangkan diantara murid yang meriwayatkan hadits

dari beliau adalah putranya sendiri yang bernama Abdullah, Abu Abdirrahman, An-

Nasa’i, Abu

Ali Al-

lu’lui, dan masih banyak lagi yang lainnya.


Ketika kitabnya yakni kitab As-Sunan disodorkan kepada Ahmad bin Hambal, maka ImamAhmad pun
menganggapnya sebagai kitab yang bagus.

 Abu Daud rahimahullahu Ta’ala berkata, “Aku telah menulis hadits Rasulullah sebanyak500.000
riwayat. Kemudian aku menyelesaikan menjadi 4.800 hadits yang kemudian aku himpun di dalam
kitab ini. Aku menyebutkan riwayat-riwayat yang berstatus shahih dan jugayang mendekati status
tersebut. Dari kesemua riwayat hadits tersebut, ada empat riwayat hadits yang cukup bisa dijadikan
pegangan orang-orang. Yang pertama adalah sabda Rasulullah SAW

“ Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat”. Kedua sabda Rasulullah SAW, “Di

antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan pembicaraan yang tidak

bermakna”. Ketiga sabda Rasulullah SAW, Seorang mukmin tidak menjadi mukmin sampai dia

bisa merasa ridha kepada saudaranya sebagaimana kalau dia ridha kepada dirinya

sendiri”.Keempat adalah sabda Rasulullah SAW, “Sesuatu yang halal sudah jelas dan yang haram pun
sudah jelas…”

Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala tergolong imam yang sangat alim, ahli Ibadah dan Wara’.
Disebutkan bahwa beliau memiliki lengan baju yang berukuran lebar dan sempit, beliau pun ditanyai
mengenai hal ini, “Apa gunanya ini ??” beliau menjawab, lengan baju yang sempit tidak dibutuhkan
untuk hal itu.”

Anda mungkin juga menyukai