Anda di halaman 1dari 13

PENDENGARAN DAN

PENGLIHATAN DALAM
AL-QUR’AN
Oleh :
Ali Jawad
31101200298
 Al-Qur’an adalah mujizat yang tak pernah habis untuk dikaji. Banyak aspek
kemujizatan al-Qur’an yang menjadi sumber decak kekaguman, diantaranya aspek
bahasa al-Qur’an (al-ijaz al balaghi). Mujizat tersebut dapat dikorelasikan
dengan kemukjizatan ilmiah (al i’jaz al ‘ilmiy) al-Qur’an. Istilah al I’jaz
al‘Ilmiy (kemukjizatan ilmiah) al Qur’an mengandung makna bahwa sumber ajaran
agama tersebut telah mengabarkan kepada kita tentang fakta-fakta ilmiah yang kelak
ditemukan dan dibuktikan oleh eksperimen sains umat manusia, yang mungkin
belum dapat dicapai atau diketahui dengan sarana kehidupan yang ada pada jaman
Rasulullah saw.

 Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai keajaiban yang menyertainya:


mata dengan kemampuan melihat, telinga dengan kemampuan mendengar, dan hati
dengan kemampuan mempersepsi (memahami). Di lain pihak, ada juga manusia
yang tidak bermata (matanya tidak berfungsi) tetapi dapat melihat, telinganya rusak
tetapi tidak tuli alias peka terhadap ayat-ayat Allah

 Manusia ketika hilang matanya, maka hilanglah segalanya, hidup dalam kegelapan
sepanjang waktu, tidak bisa melihat apa-apa, Akan tetapi kalau manusia kehilangan
pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Pada saat itu, musibah yang ia derita
lebih ringan daripada ia kehilangan mata.
 Akan tetapi Allah swt ketika menyebutkan kata "pendengaran" dalam Al-
Qur'an selalu didahulukan daripada penglihatan. Sungguh, ini merupakan
satu mu'jizat Al-Qur'an yang mulia. Allah telah mengutamakan dan
mendahulukan pendengaran daripada penglihatan. Sebab, pendengaran
adalah organ manusia yang pertama kali bekerja ketika di dunia, juga
merupakan organ yang pertama kali siap bekerja pada saat akhirat terjadi.
Maka pendengaran tidak pernah tidur sama sekali
 Penjelasan mengenai alat indra diatas dapat kita kaitkan dengan Al-
Qur’an. Ketika manusia lahir ke bumi, Allah SWT menganugerahkan
kepada manusia (termasuk kita) tiga alat untuk mencari Ilmu. Sebab pada
dasarnya manusia itu tidak mengetahui terhadap apa-apa. Didalam QS.
an-Nahl ayat 78, Allah SWTberfirman :
َ ‫ْصا َر َواأْل َ ْفئِ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكر‬
‫ُون‬ َ ‫َوهَّللا ُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُو ِن أُ َّمهَاتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬
َ ‫ون َش ْيئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواأْل َب‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak


mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan,
dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
   Kata pendengaran #‫س ْم َع‬ َّ ##‫)) لا‬  secara khusus dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 22
kali dan selalu disebutkan dalam bentuk tunggal yaitu dalam surat al-Baqarah: 7, 20,
al-An’aam: 46, Yunus: 31, Hud: 20, al-Hijr: 18, an-Nahl: 78, 108, al-Isra: 36, al-
Muminun: 78, asy-Syu’ara: 212, 223, as-Sajdah: 9, Qaaf: 37, al-Mulk: 23, al-Jinn:
9, al-Kahfi: 101, Fushshilat: 20, 22, al-Jatsiyah: 23,  al-Ahqaf: 26.
 Diantara contoh ayat-ayat yang menyebutkan kata pendengaran (#‫س ْم َع‬ َّ ##‫) لا‬dan
penglihatan (‫ص َر‬ َ jjj‫ ب‬ / ‫صا َر‬ َ ‫ ْب‬jj‫) أْل َا‬secara bersamaan adalah : 
 ‫اب َع ِظي ٌم‬ َ ‫أَ ْب‬ ‫س ْم ِع ِه ْم َو َعلَى‬
ٌ ‫صا ِر ِه ْم ِغشَا َوةٌ َولَهُ ْم َع َذ‬ َ  ‫َختَ َم هَّللا ُ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َو َعلَى‬
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka
ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. al-Baqarah: 7)
‫َي ٍء قَ ِدي ٌر‬ ْ ‫صا ِر ِه ْم إِنَّ هَّللا َ َعلَى ُك ِّل ش‬ َ ‫س ْم ِع ِه ْم َوأَ ْب‬
َ ِ‫ ب‬ ‫ب‬ َ ‫َولَ ْو شَا َء هَّللا ُ لَ َذ َه‬
 Jika Allah menghendaki, niscaya Dia
melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa
atas segala sesuatu. (QS. al-Baqarah: 20)
‫صا َرك ُ ْم َو َختَ َم َعلَى قُلُوبِ ُك ْم‬ َ  ُ ‫قُ ْل أَ َرأَ ْيتُ ْم إِنْ أَ َخ َذ هَّللا‬
َ ‫س ْم َع ُك ْم َوأَ ْب‬
 Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah
mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, (QS. al-an’aam: 46)
‫ار‬
َ ‫ص‬ َ ‫ َواأْل َ ْب‬ ‫س ْم َع‬
َّ ‫ ال‬ ‫ض أَ َّمنْ يَ ْملِ ُك‬ ِ ‫س َما ِء َواأْل َ ْر‬َّ ‫قُ ْل َمنْ يَ ْر ُزقُ ُك ْم ِم َن ال‬ 
 Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang kuasa (menciptakan)pendengaran dan penglihatan, (QS.
Yunus: 31)
َ ُ‫صا ِر ِه ْم َوأُولَ ِئكَ ُه ُم ا ْل َغافِل‬
‫ون‬ َ ‫س ْم ِعه ِ ْم َوأَ ْب‬
َ ‫ين طَبَ َع هَّللا ُ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َو‬ َ ‫ أُولَ ِئكَ الَّ ِذ‬ 
 Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah
dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. an-
Nahl: 108)
 Pada ayat-ayat di atas, kata pendengaran selalu disebutkan dalam bentuk
tunggal, sedangkan kata penglihatan disebutkan dalam bentuk jama’. Ada juga
beberapa ayat yang menyebutkan penglihatan dalam bentuk tunggal,
diantaranya :
‫هُ َم ْسئُواًل‬j‫ان َعْن‬ َ ِ‫ َو ْالفُ َؤا َد ُكلُّ أُولَئ‬ ‫ص َر‬
َ ‫ك َك‬ َ َ‫ ال َّس ْم َع َو ْالب‬ ‫ك بِ ِه ِع ْل ٌم إِ َّن‬
َ َ‫ْس ل‬ ُ ‫َواَل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
 Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnyapendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Isra’:39)
ARGUMENTASI ILMIAH DIDAHULUKANNYA
KATA PENDENGARANDARI PENGLIHATAN
ADALAH :
 Pertama, Sesungguhnya pendengaran adalah organ tubuh
manusia yang pertama kali bekerja ketika seorang manusia
lahir di dunia. Maka, seorang bayi ketika saat pertama kali
lahir, ia bisa mendengar terlebih dahulu daripada melihat.
Karena itu tuntunan Islam mengajarkan saat bayi lahir, hal
pertama yang harus dilakukan adalah memperdengarkan
adzan pada sang bayi.
 Kedua,  Pendengaran adalah organ yang tidak pernah tidur
atau pun istirahat. Dan organ tubuh yang tidak pernah tidur
maka lebih tinggi (didahulukan) daripada makhluk atau organ
yang bisa tidur atau istirahat. Telinga tidak tidur selama-
lamanya sejak awal kelahirannya, ia bisa berfungsi sejak detik
pertama lahirnya kehidupan yang pada saat organ-organ
lainnya baru bisa berfungsi setelah beberapa saat atau beberapa
hari, bahkan sebagian baru berfungsi setelah beberapa tahun
kemudian. Dan telinga pulalah yang merupakan alat pendengar
panggilan penyeru pada hari qiamat kelak ketika terompet
dibunyikan.
 Ketiga,  mata membutuhkan cahaya untuk bisa melihat,
sedangkan telinga tidak memerlukan hal lain. Maka, jika dunia
dalam keadaan gelap, mata tidak bisa melihat, walaupun
kondisi mata tidak rusak. Akan tetapi telinga bisa mendengar
apapun, baik siang maupun malam; dalam gelap maupun
terang benderang. Jika kita bangun tidur, lalu kita letakkan
tangan di dekat mata, maka mata tersebut tidak akan
merasakannya. Akan tetapi jika ada suara berisik di dekat
telinga, maka kita akan terbangun seketika.
Keempat, telinga adalah penghubung antara manusia dengan
dunia luar. Allah ta'ala ketika ingin menjadikan ashhabul kahfi
:tidur selama 309 tahun, Allah berfirman
‫فضربنا على آذانهم في الكهف سنين عددا‬ 
  Maka Kami tutup telinga-telinga mereka selama bertahun-
tahun (selama 309 tahun) (Q.S. Al-Kahfi: 11)
 Dari sini, dapat disimpulkan bahwa ketika telinga ditutup
sehingga tidak bisa mendengar, maka orang akan tertidur
selama beratus-ratus tahun tanpa ada gangguan. Hal ini karena
gerakan-gerakan manusia pada siang hari menghalangi
manusia dari tidur pulas, dan sebaliknya tenangnya manusia
(tanpa ada aktivitas) pada malam hari menyebabkan manusia
bisa tidur pulas. 
Sedangkan hal menarik lainnya yang layak untuk dikaji adalah mengapa kata
"pendengaran" dalam hampir semua ayat diatas berbentuk tunggal (mufrad)
sedangkan kalimat "penglihatan" dalam bentuk jamak ? Padahal, bisa saja Allah
mengatakannya
‫أسماعكم و أبصاركم‬
Pendengaran-pendengaran kalian, dan penglihatan-penglihatan kalian,. 

 Ternyata, mata adalah indera yang bisa diatur sekehendak manusia, kita bisa
melihat dan bisa tidak melihat, kita bisa memejamkan mata bila kita tidak ingin
melihat sesuatu atau memalingkan wajah ke arah lain. Akan tetapi telinga tidak
memiliki kemampuan itu, ingin mendengar atau tidak ingin mendengar, maka
kita tetap mendengarnya.
 Jadi mata memiliki kemampuan untuk memilih sedangkan pendengaran tak

punya kemampuan memilih, sehingga pantas Allah ta'ala menyebutkan


kata "penglihatan" dalam bentuk jamak, dan kata "pendengaran" dalam bentuk
tunggal. Karena setiap mata berbeda-beda pada yang dilihatnya, akan tetapi
pendengaran mendengar hal yang sama. Setiap kita memiliki mata, ia melihat
apa saja yang ia mau lihat; akan tetapi kita tidak mampu memilih hal yang mau
kita dengarkan, kita mendengarkan apa saja yang berbunyi, suka atau tidak suka.
INDERA TERAKHIR SAAT KEMATIAN
 Indera pendengaran adalah indera yang paling akhir
berfungsi, sehingga ketika skarat maut, manusia
dianjurkan untuk ditalqinkan, yang artinya diajari,
diingatkan, serta dituntun mengucapkan kalimat- kalimat
thayyibah Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya:
ُ ‫قَا َل َر‬
} ُ ‫سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم { لَقِّنُوا َم ْوتَا ُك ْم اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللَا‬
"Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:"Ajarkanlah kepada orang-orang yang hendak
mati di antara engkau semua itu dengan bacaan La ilaha
illallah." (Riwayat Muslim no. 916, Tirmidzi no. 982,
Abu Daud 3117, An-Nasa’I 1826, Ibnu Majah 1445)
KESIMPULAN
 Marilah bersama-sama menjaga hati, mata, dan telinga kita agar tidak tunduk dalam
arahan hawa nafsu. Ketiganya haruslah selalu diasah dan dikelola untuk mengetahui,
mengerti, serta memahami ayat-ayat Allah, baik yang kauniyyah (alam dan lingkungan
sekitar) maupun yang qauliyyah (Alquran dan sunah). Sehingga, kita selalu hidup sesuai
kehendak Allah SWT dan semakin mulia kedudukan kita di sisi-Nya.
 Allah Menciptakan alat pendengaran dan penglihatan untuk setiap makhluknya termasuk
manusia agar kita selalu bersyukur dan mempergunakan alat-alat tersebut sesuai dengan
fungsionalnya masing-masing serta tidak melanggar apa yang dilarang oleh Allah SWT
yang ada di dalam Al-Qur’an. Hal tersebut di jelaskan dalam Al-Qur'an Surat An Nahl :
179 yang mana terjemahannya adalah sebagai bertikut:
”Dan sungguh kami telah mejadikan isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya (untuk memahami ayat-
ayat Allah), dan mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakannya (untuk
memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka pun mempunyai telinga, tetapi
dipergunakannya (untuk mendengarkan ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang
bahkan lebih sesat lagi, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.”
( QS. Al-'Araaf : 179 ).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai