2.2.3 Gambaran klinis
Lesi ANUG sering didominasi oleh lesi ulseratif yang sangat sakit, nekrotik dan lesi
membranous, sampai ke infeksi kronis dengan sedikit gejala-gejala. Lesi yang khas berupa
ulserasi yang dangkal dan nekrotik, paling sering timbul pada papila interdental dan gingival
marginal (Lynch et al., 1994). Ulserasi jug dapat timbul di pipi, bibir, lidah, palatum dan
daerah faringeal. Lesi ulseratif dapat berkembang meluas dan melibatkan prosesus alveolaris
disertai kuestrasi dari gigi-geligi dan tulang (Lynch et al., 1994).
Gambaran klinis ANUG pada daerah palatum keras (Leao et al., 2007)
2.3 Prognosa
Prognosis adalah suatu prediksi dari lama, perjalanan, penghentian dari penyakit dan
responnya terhadap perawatan. Prognosis diegakkan setelah diagnosis dibuat dan sebelum
rencana perawatan ditegakkan. Untuk penentuan prognosis penyakit periodontal secara
keseluruhan, faktor-faktor yang perlu dipakai sebagai bahan pertimbangan antara lain: usia
serta latar belakang penyakit sistemik yang diderita, adanya maloklusi, status periodontal
yang dihubungkan dengan pembuatan protesa, merokok, dan kooperasi dari pasien. Faktor-
faktor ini merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam penentuan prognosis
(Prayitno, 2003).
Dari hasil analisis mengenai faktor-faktor penentu prognosis, praktisi dapat
menentukan kategori prognosis secara klinis sebagai berikut (Prayitno, 2003):
a. Excellent prognosis ( prognosis sempurna )
Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang sangat baik, pasien sangat
kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan.
b. Good prognosis ( prognosis bagus )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang adequat,
kemungkinan kontrol faktor etiologi dan pemeliharaan gigi yang adequat, pasien kooperatif,
tidak ada faktor sistemik/ lingkungan, (jika ada) faktor sistemik tersebut terkontrol
c. Fair prognosis ( prognosis sedang )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang yang sedikit adequat,
beberapa gigi goyang, furcation involvolment grade I, kemungkinan pemeliharaan yang
adequat, kerja sama pasien diterima, terdapat faktor sistemik/ lingkungan yang terbatas.
d. Poor prognosis ( prognosis jelek )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang moderat-cepat,
terdapat kegoyangan gigi, furcation involvolment grade I dan II, kesulitan dalam
pemeliharaan dan atau kerja sama pasien yang ragu-ragu, terdapat faktor sistemik/
lingkungan.
e. Questionable prognosis ( prognosis yang dipertanyakan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: Kehilangan tulang yang
cepat, furcation involvolment grade II dan III, kegoyangan gigi, daerahnya sulit dijangkau,
terdapat faktor sistemik/ lingkungan.
f. Hopeless prognosis ( prognosis tanpa harapan )
Apabila terjadi satu atau lebih hal-hal sebagai berikut: kehilangan tulang yang cepat,
daerahnya tidak dapat dilaukan pemeliharaan, indikai pencabutan, terdapat faktor sistemik/
lingkungan yang tidak terkontrol.
Fase 1
Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkanbeberapa faktor
etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau meloakukan
perwatan restoratif dan prostetik.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I:
• Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak, Scaling dan
• root planning
• Perawatan karies dan lesi endodontic
• Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
• Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment )
• Splinting temporer
• Perawatan ortodontik
• Evaluasi respon terapi fase I, korelasi terhadap deformitas anatomikal seperti poket
periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi
Fase 2
Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket
periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari
penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit
periodontal.
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini :
Bedah periodontal untuk mengeliminasi poket dengan cara kuretase gingiva, gingivektomi,
prosedur bedah flap periodontal
Rekonturing tulang (bedah tulang)
Prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft ).
Penempatan Implant serta perawatan endodontik
Fase 3
Fase restoratif dengan melakukan
Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang.
evaluasi respon terhadap terapi fase III dengan pemeriksaan periodontal
Fase 4
Fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada
penyakit periodontal sehingga perlu dilakukan kontrol periodik.
Beberapa prosedur dalam fase ini:
• riwayat medis dan riwayat gigi pasien
• re-evalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat skor plak
• ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi
• melakukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dantulang
alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali
• Skaling dan polishing tiap 6 bulan sekali, tergantung dari efektifitas kontrol plak kontrol plak
pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus,
• aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies.
• keinginan dan kemampuan pasien dalam memelihara diri sendiri selamafase
perawatan merupakan langkah yang paling penting.
2.5 Pencegahan
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan oleh dokter
gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan
mencegah serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan
periodontal yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan
jaringan periodontal dengan mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di seluruh
dunia Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit ini
disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan dikontrol. Sasaran yang
ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah perawatan yang lebih parah.
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling berhubungan satu
sama lain yaitu :
1. Kontrol Plak
2. Profilaksis mulut
3. Pencegahan trauma dari oklusi
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
7. Pencegahan kambuhnya penyakit
1. Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah pembentukan
kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit periodontal , tanpa control plak
kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau dipelihara. Setiap pasien dalam praktek dokter gigi
sebaiknya diberi program kontrol plak. Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang
sehat, kontrol plak berarti
pemeliharaan kesehatan. Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti
penyembuhan.
Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti mencegah
kambuhnya penyakit ini.
Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia
1. Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi penggunaan
alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih proksimal seperti dental
floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air.
2. Kontrol plak secara kimia adalah memakai bahan kumur - kumur seperti
chlorhexidine (Betadine, Isodine).
2. Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari penyingkiran
materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi.
Untuk memberikan manfaat yang maksimum bagi pasien, profilaksis mulut harus
lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :
- memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak. Gincu kue
warna ros dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-anak.
- Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh permukaan.
- Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta gigi
- Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.
- Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung .
- Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.
3. Pencegahan trauma dari oklusi
Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara perlahan- lahan (akibat
pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi asli dengan tambalan gigi yang tidak tepat
dapat menimbulkan kebiasaan oklusi yang tidak baik seperti bruxim atau clenching.