Anda di halaman 1dari 11

PENYEBUTAN AS-SAMA’ WAL BASHOR DALAM AL-QUR’AN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah I’jaz Ilmy


Dosen Pengampu:
Al-Ustadz Dr. Sujiat Zubaidi Saleh, M.A.

Disusun oleh:

Nur Millati Hanifa 412020238131

Ratu Balqis 412020238017

Nurul Fitri 412020238080

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR KAMPUS PUTRI
1444 H/2022
PENYEBUTAN AS-SAMA’ WAL BASHOR DALAM AL-QUR’AN

A. Pendahuluan

Penciptaan manusia memiliki tujuan yang jelas yakni beribadah dan


menjadi khalifah dimuka bumi. Yang membedakan antara manusia dan
makhluk lainnya adalah manusia diberikan akal oleh Allah untuk berfikir,
dan untuk dapat berfikir maka manusia memerlukan panca indra untuk
menagkap segala informasi yang ada. Panca indra meliputi ; pendengaran,
pengliharan, peraba, perasa, pembauan. Pembentukan panca indra terjadi di
Rahim Ibu pada masa embrio, dan panca indra yang paling dapat menangkap
informasi adalah pendengaran dan penglihatan.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang Allah berikan sebagi petunjuk untuk
umat manusia. Al-Qur’an mendorong untuk berfikir dan meneliti apa-apa
yang Al-Qur’an isyaratkan, contonya adalah penyebutan pendengaran dan
penglihatan didalam AL-Qur’an. Maka penulis berusaha mengungkap
keistimewaan dari sebutnya kedua panca indra tersebut.

B. Sama’ wal Bashor dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an dengan mu’jizat berupa isyarat-isyarat keilmuan telah


menyebutkan hal ini, dengan menyebutkan kata sama’ dengan derivasinya
sebanyak 164 kali dan kata bashor dengan derivasinya sebanyak 148 kali.
Sedangkan penyebutan keduanya secara bersamaan dalam satu ayat terdapat
sebanyak 14 ayat dengan bentuk mufrod pada kata sama’ dan bentuk mufrod
ataupun jamak pada kata bashor.

Terdapat 4 ayat dengan menyebut sama’ dan bahor dalam bentuk


tunggal. Seperti yang terdapat dalam surat Al-isro (17:36):

1
ٰٓ
ُّ ‫ص َر َوٱ ۡلفَُؤ َاد ك‬ ۡ َّ ‫ك بِِهۦ ِع ۡل ۚ ٌم ِإ َّن‬
َ ‫ُل ُْأولَِئ‬
‫ك َك ا َن‬ َ َ‫ٱلسمۡ َع َوٱلب‬ َ َ‫س ل‬ ۡ
َ ‫ف َم ا لَي‬
ۡ
ُ ‫َواَل تَق‬
‫َع ۡنهُ َم ۡسوال‬

Artinya “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak


mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

Ayat lain yang memiliki redaksi yang sama terdapat pada surat hud
(11:20), Maryam (19: 38), dan Al-Jatsiyah (45:23). Hal ini merupakan bukti
kekonsistenan Al-Quran.

Namun ada pula Ayat dengan menggunakan sama’ dalam bentuk


tunggal dan abshor berbentuk jamak. Seperti dalam surat Al-Baqorah (2:7
dan 20), Al-An’am (6: 46), Yunus (10:31), An-Nahl (16:78 dan 108), Alm-
Mu’minun (23:78), Al-Sajadah (32: 9), Fushilat (41: 22 dan 26) Al-
Ahqof(46:26), Al-Mulk ( 67:23). Selain itu Al-Qur’an selalu menyebutkan
kata sama’ dalam bentuk mufrod lebih dahulu dibandingkan dengan panca
indra lainnya, seperti yang terdapat dalam surat an-nahl ayat 78:

َّ ‫ُو َن َش ْيًئ ۚا َّو َج َع َل لَ ُك ْم‬


‫الس ْم َع‬ ِ ٰ ‫واهلل اَخ رج ُكم ِّمن بطُو ِن اَُّم‬
ْ ‫طهت ُك ْم اَل َت ْعلَم‬ ْ ُ ْ ْ َ َْ ُ َ
.‫ص َار َوااْل َفِْئ َد َة ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُر ْو َن‬
َ ْ‫َوااْل َب‬

Artinya “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl:78)

Al-Razi menyatakan bahwa awal mula manusia terlahir dalam kondisi


fitrah, tidak mengetahui apapun, kemudian Allah menjadikan bagi manusia
pendengaran , penglihatan, dan hati agar dengannya manusia mampu
memperoleh pengetahuan1. Bentuk pengetahuan yang dimaksud ada kalanya
bersifat badihiyah ( bawaan pada manusia ) dan adakalanya bersifat

1
Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Gayyib ( bayrut : Ihya’ Atturats Al-Arabi 1420 H ) hal. 89

2
kasybiyyah ( hasil yang diusahakan ). Pengetahuan badihiyah biasanya
diberikan kepada orang-orang tertentu, akan tetapi pengetahuan kasbiyah
semua orang dapat mengusahakan untuk mendapatkannya. Oleh karena itu
dalam rangka mendapatkan pengetahuan kasbiyyah tersebut melibatkan peran
indra.

Penciptaan indra-indra tersebut pada dasarnya sebagai bekal manusia


untuk memperoleh pengetahuan, sehingga dapat merubah dirinya dari
kebodohan menuju ilmu pengetahuan. Agar dapat memperoleh pengetahuan
tersebut manusia harus memfungsikan indranya dengan maksimal. Indra
pendengaran dapat digunakan untuk mendengar nasehatnasehat Allah (ayat
al-Quran). Dengan demikian menurut Al-Razi fungsi indra telinga pada
manusia adalah dimaksudkan supaya mereka dapat menggunakan
semaksimal mungkin, telinga yang diberikan seharusnya digunakan untuk
mendengarkan hal-hal yang baik dan bermanfaat.

Menurut Wahbah Zuhailiy Allah swt memberikan potensi dasar berupa


indra dalam rangka mendapatkan pengetahuan yang ada. Indra pertama yang
diberikan Allah berupa pendengaran, dengan pendengaran diharapkan
manusia dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Pemanfaatan indra
pendengaran tersebut dapat berupa mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an atau
pengetahuan yang memiliki manfaat. Selanjutnya manusia dianugerahi indra
penglihatan dalam bentuk mata. Mata yang fungsinya hampir sama dengan
telinga yaitu untuk memperoleh pengetahuan dari apa yang dilihat di
sekelilingnya. Tentu pemandangan yang dimaksud adalah yang baik dan
bermanfaat. Selain indra pendengaran dan penglihatan, Allah swt juga
memberikan hati atau dalam hal ini sering dimaknai dengan akal. Dengan
akal manusia dapat memahami sesuatu, membedakan antara baik dan buruk,
memilah sesuatu yang bermanfaat dan membahayakan. Proses memperoleh
pengetahuan tidak langsung dapat dilakukan oleh akal, namun harus melalui
telinga dan mata2

2
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir terjemah jilid 7 ( Jakarta : Gema insani 2013 )
hal.509

3
C. Gelombang Suara dan Gelombang Cahaya

Menurut Quraisy shihab dalam tafsirnya Indra pendengaran dalam ayat


tersebut diidentikan dengan kata ‫مع‬XX‫ الس‬yang merupakan bentuk mufrad
(tunggal), indra penglihatan digambarkan dengan kata ‫ األبصار‬bentuk jama’,
dan hati dalam konteks ini lebih dimaknai dengan akal, disebutkan dengan
kata ‫دة‬XXX‫ األفئ‬bentuk jama. Kata ‫مع‬XXX‫ الس‬dalam bentuk mufrad (tunggal)
dimaksudkan karena setiap sesuatu yang didengar manusia itu cenderung
selalu sama, baik satu orang atau lebih.3

Dalam Sains Daun Telinga berfungsi menampung dan mengumpulkan


sejumlah gelombang suara sehingga memungkinkan manusia dapat
mendengar suara-suara dari berbagai arah. 4 artinya pendengaran bekerja 360
derajat. Sedangkan penglihatan tidak bisa beroprasi pada kondisi tersebut,
hanya 180 derajat pada posisi horizontal dan 145 pada posisi vertical. 5 maka
‫ األبصار‬dalam hal ini berbentuk jama’ (banyak) dengan alasan segala yang
dilihat manusia itu besifat relatif atau dapat berubah-ubah, tergantung sudut
pandang mata yang melihat. Ini karena mata merupakan alat indra yang
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk melalui Pupil dan memusatkan
pada objek yang dekat dan jauh utnuk jatuh tepat di retina dan ujung syaraf
menghasilkan suatu gambaran dalam otak.

Sampainya suara ke telinga bagian dalam melalui dua jalur: pertama,


melalui telinga luar masuk ke bagian tengah, pada manusia normal keduanya
penuh dengan udara. Kedua, melalui tulang-tulang tengkorak kepala sebagai
penghantar getaran-getaran suara. Pada janin telinga bagian luar berisis
selapu dan cairan, cairan tersebut mampu mengantarkan suara dengan baik.6
Ini membuktikan bahwa fungsi pendengaran sudah aktif sebelum manusia
lahir kemuka bumi. Selain itu gelombang suara akan berjalan disemua arah
dan melewati seluruh sisi yang menghalanginya, sedangkan Gelombang
3
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah terjemah, jilid 7, ( jakarta : Lentera hati, 2009) hal.
302
4
Abu Bakar Achmad, PUSTAKA PENGETAHUAN AL-QUR’AN, Jilid 6, (Jakarta:PT
Rehal Republika, 2007) h. 67
5
Yusuf Ahmad, Ensiklopedia keajaiban ilmiah Al-Qur’an (Jakarta: Taushia, 2009)
6
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar dalam Al-Qur’an (Jakarta: Zaman, 2013) h. 266

4
cahaya selalu berada pada garis lurus dan tidak mampu bekerja jika terhalang
oleh sesuatu.7

Maka dari itu komunikasi antara ibu dan bayi dalam Rahim bukanlah hal
yang mustahil. Bahkan banyak dari kalangan pendidik menyarankan ibu
hamil untuk berkomunikasi dan memperdengarkan music-music ataupun
lantunan Al-Qur’an. Hal ini disebut pendidikan pre natal, pendidikan prenatal
adalah proses membimbing yang dilakukan secara sadar oleh pendidik dalam
hal ini oleh ibu yang mengandung terhadap anak yang belum lahir ke dunia.
Pendidikan prenatal akan mempengaruhi perkembangan motoris hingga bayi
dilahirkan (pasca lahir). Segala sikap dan prilaku atau gerak langkah ibu
sangat mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam rahim, yang kemudian akan
berimplikasi terhadap pertumbuhan kelancaran motoris atau keterampilan
bayi setelah lahir.

Quraisy shihab menafsirkan kata ‫ األفئدة‬diterjemahkan dengan hati, namun


kata ini lebih sering dipahami dengan akal. Makna ini dapat diterima apabila
yang dimaksud adalah gabungan dari daya pikir dan kalbu. Dengan demikian
akal yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tetap berlandaskan hati
guna menimbang baik buruknya, sehingga tidak terjerumus dalam kesalahan,
Dalam hal ini terbagi dalam dua macam, pertama adalah alat (indra)
pendengaran dan penglihatan yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan pada objek yang bersifat material dan akal/hati yang digunakan
untuk mencapai pengetahuan pada objek yang bersifat immaterial8

D. Perkembangan Prenatal Pendengaran dan Penglihatan


Menurut Quraisy shihab Didahulukannya kata ‘pendengaran’ dan
‘penglihatan’ merupakan peruntukan yang tepat karena dalam ilmu
kedokteran modern membuktikan bahwa indra pendengaran berfungsi
mendahului indra penglihatan. Ia akan mulai tumbuh dan berfungsi pada diri
manusia di pekan-pekan pertama. 9
Dalam bidang keilmuan sains, tunas
7
Yusuf Ahmad, Ensiklopedia keajaiban ilmiah Al-Qur’an (Jakarta: Taushia, 2009)
8
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah terjemah, jilid 7, ( jakarta : Lentera hati, 2009) hal. 302

9
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah terjemah, jilid 7, ( jakarta : Lentera hati, 2009) hal. 302

5
pendengaran (otic Placode) terbentuk pada akhir minggu ke tiga sedangkan
tunas penglihatan mulai tampak pada awal minggu ke empat. Namun,
adapula pendapat yang mengatakan bahwa tahap awal pendengaran dan
penglihatan adalah sama yaitu sekitar minggu ke empat dan lima.

Fungsi pendengaran baru siap pada usia 18-20 minggu dari masa
kehamilan atau pada masa trisemseter kedua, pada tahap ini bayi dapat
mendengar suara dari dalam Rahim seperti detak jantung ibu, aliran darah,
pergerakan udara pada paru-paru, dan suara usus. Hingga pada usia
kehamilan 23-27, bayi dalam kandungan sudah mampu mendengar suara ibu
dan sekelilingnya, dan merespondnya dengan cegukan. Pada tahap kehamilan
trimester ketiga ini suara yang paling jelas terdengar adalah suara ibu.
Sedangkan dalam perkembangan penglihatan, dari awal kehamilan hingga
usaia ke 25 minggu, mata bayi akan tertutup untuk pengembangan retina,
baru pada usia kehamilan 26-28 minggu, kelopak mata janin mulai terbuka
namun belum dapat melihat apapun.

Bayi memiliki ambang pendengaran 10-20 desibel lebih tinggi dari


orang dewasa, maka dari itu ketika baru lahir bayi disunnahkan untuk
diadzankan.10 Adapun Fungsi Mata baru aktif ketika bayi telah lahir karena
baru terdapat cahaya, walapun penglihatan bayi pada masa awal belum
sempurna

Hal ini sesuai pula dengan Sabda nabi SAW, dalam riwayat bukhari
muslim memberi isyarat bahwa setelah janin melewati hari ke empat puluh
dua yaitu pada fase mudghoh, Allah menurunkan malaikat untuk
membentuknya menjadi manusia: membuat telinga, mata, kulit, otot dan
tulang, kemudian menetapkan taqdirnya11

10
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: PERDANA MULYA SARANA, 2012),
h.68.
11
Tafsir ilmi, penciptaan manusia dalam perpsktif al-quran dan sains (Jakarta: Lajnah pentashihan
Al-Quran) h. 90

6
‫ول‬ُ ‫ َح َّد َثنَا َر ُس‬:‫ال‬ ِ ‫عن اَيِب عب ِد الرَّمْح ِن عب ِد‬
َ َ‫اهلل بْ ِن َم ْس عُ ْو ٍد َر ِض َي اهللُ َعْن هُ ق‬ َْ َ َْ ْ ْ َ
‫َأح َد ُك ْم جُيْ َم ُع َخ ْلقُهُ ىِف بَطْ ِن‬ ‫ص ُد ُ ِإ‬ ِ َّ ‫اهلل صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم وهو‬ ِ
َ ‫ َّن‬  ‫وق‬ ْ ‫الصاد ُق الْ َم‬ َُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ
‫ض غَةً ِمثْ َل‬ َ ‫ُو ُن يِف ْ َذ‬
ْ ‫لِك ُم‬ َ ‫لِك َعلَ َق ةً ِمثْ َل َذ‬
ْ ‫لِك مُثَّ يَك‬ َ ‫ُو ُن يِف ْ َذ‬ ِ ِ
ْ ‫ُِّأمه َْأربَعنْي َ َي ْومًا مُثَّ يَك‬
ِ ‫ِه وَأجل‬ ِ ِ ‫ات بِ َكْت‬ ٍ ‫الروح ويُْؤ مر بَِأرب ِع َكلِم‬ ِِ
‫ِه‬ َ َ ‫ب ِر ْزق‬ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ ُّ ‫ك َفَيْن ُف ُخ فْي ه‬ ُ َ‫لِك مُثَّ يُْر َس ُل الْ َمل‬
َ َ‫ذ‬
‫َأح َد ُك ْم لََي ْع َم ُل بِ َع َم ِل َْأه ِل اجْلَن َِّة‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َو َع َملِه َو َش ق ٌّى َْأو َس عْي ٌد َف َوالَّذى الَ لَ هَ َغْي ُرهُ َّن‬
‫اب َفَي ْع َم ُل بِ َع َم ِل َْأه ِل النَّا ِر‬ ِ ِ ِ
ُ َ‫َحىَّت َم ا يَكُو َن َبْينَ هُ َو َبْيَن َه ا ِإالَّ ذ َراعٌ َفيَ ْس بِ ُق َعلَْي ه الْكت‬
ِ
ٌ‫َأح َد ُك ْم لََي ْع َم ُل بِ َع َم ِل َْأه ِل النَّا ِر َحىَّت َم ا يَكُو َن َبْينَ هُ َو َبْيَن َه ا ِإالَّ ذ َراع‬ ‫ِإ‬
َ ‫َفيَ ْد ُخلُ َها َو َّن‬
)‫ (رواه البخاري ومسلم‬.‫اب َفَي ْع َم ُل بِ َع َم ِل َْأه ِل اجْلَن َِّة َفيَ ْد ُخلُ َها‬ ِ ِ
ُ َ‫َفيَ ْسبِ ُق َعلَْيه الْكت‬
“Sesunggunya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim
ibunya selama empat puluh hari (berupa nutfah/sperma), kemudian menjadi
alaqah (segumpal darah) selama waktu itu juga, kemudian menjadi mudghah
(segumpal daging) selama waktu itu pula, kemudian Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan mencatat empat perkara yang
telah ditentutkan yaitu; rezekinya, ajal, amal perbuatan, dan sengsara atau
bahagianya.

Kemudian juga Allah berfirman dalam surat Al-sajadah ayat 9:

‫ئد ۚةَ قَلِيال‬ ۡ ٰ ‫ٱلسمۡ ع وٱ ۡلَأ ۡب‬


َ ‫ص َر َوٱلَأۡ‍ف‬ ِِ ِ ِِ
َ َ َ َّ ‫مُثَّ َس َّوىٰهُ َونَ َف َخ فيه من ُّروحهۦۖ َو َج َع َل لَ ُك ُم‬
‫َّما تَ ۡش ُك ُرو َن‬

Artinya “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke


dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (As-Sajadah :
9)

Dalam perkembangan sains, ilmuan berhasil membuktikan


pendengaran berpengaruh pada kemampuan untuk berbicara, manusia yang

7
tidak dapat mendengar niscaya sulit untuk berkomunikasi. Karena tidak ada
suara atau bunyi-bunyian yang biasanya ditangkap oleh telinga dan disimpan
di ingatan, sehingga manusia sulit untuk mengenali suara dan
mengucapkannya karena tidak tersimpan di ingatan.12 Selain itu telinga juga
menjadi panca indra yang terakhir aktif pada saat sakaratul maut sehingga
dianjurkan untuk dibimbing ketika membaca kalimat thayyibah. Pendegaran
juga tetap aktif meskipun tidur kecuali pada kisah As-habul kahfi karena
disebutkan oleh Al-Qur’an bahwa Allah menutup telinga mereka sehingga
penghubung indra dengan dunia nyata tidak ada lagi, dan dapat tidur 309
tahun lamanya.

E. PENUTUP

Kemu’jizatan Al-Qur’an adalah hal yang jelas tanpa perlu diragukan


lagi, salah satunya dalam penyebutan sama’ wal bashor dalam Al-Qur’an.
Penggunaan bentuk mufrod pada sama’ memiliki isyarat bahwa telinga dapat
mendengar suara pada satu posisi dari berbagai arah, sedangkan penyebutan
bashor dalam bentuk jamak menggambarkan terbatasnya mata dalam
menangkap gambar sehingga diperlukan beberapa posisi atau sudut untuk
mendapatkan gambaran lengkap.

Adapun penyebutan sama’ terlebih dahulu dibandingkan bahsor


ataupun fuad. Dikarnakan pendengaran memiliki kelebihan diatas panca indra
lainnya, pendengaran juga berfungsi lebih dahulu yaitu ketika manusia
verada dalam perut ibunya. Sedangkan penglihatan mulai berfungsi ketika
bayi telah lahir karena baru terdapat cahaya, walapun penglihatan bayi pada
masa awal belum sempurna

Adapun kemampuan akal dan mata hati yang berfungsi membedakan


yang baik dan buruk baru akan berfungsi jauh sesudah kedua indra tersebut di
atas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perurutan penyebutan indra-
indra pada ayat di atas menginformasikan tahap perkembangan fungsinya.

12
Abu Bakar Achmad, PUSTAKA PENGETAHUAN AL-QUR’AN, Jilid 6, (Jakarta:PT Rehal
Republika, 2007) h. 65

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Abu Bakar. PUSTAKA PENGETAHUAN AL-QUR’AN, Jilid 6,


(Jakarta:PT Rehal Republika, 2007)

Ahmad, Yusuf. Ensiklopedia keajaiban ilmiah Al-Qur’an (Jakarta: Taushia, 2009)

Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Gayyib ( bayrut : Ihya’ Atturats Al-Arabi 1420 H )

Az-Zuhaili, Wahbah . Tafsir Al-Munir terjemah jilid 7 ( Jakarta : Gema insani


2013 )

Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: PERDANA MULYA


SARANA, 2012),

Shihab, Quraisy. Tafsir Al-Misbah terjemah, jilid 7, ( jakarta : Lentera hati, 2009)

Tafsir ilmi, penciptaan manusia dalam perpsktif al-quran dan sains (Jakarta:
Lajnah pentashihan Al-Quran)

Thayyarah, Nadiah. Buku Pintar dalam Al-Qur’an (Jakarta: Zaman, 2013)

10

Anda mungkin juga menyukai