Anda di halaman 1dari 4

FINAL TEST STUDI AL-QUR’AN DAN HADIS

Nama : Muhammad Halwani

NIM : 220101010344

Lokal : PAI B 2022

Dosen Pengampu : Dr. M. Daud Yahya, M.Ag

1. Bagaimana metode memperoleh ilmu pengetahuan?


Jawab:
Dalam Al-Qur’an mengisyaratkan adanya tiga komponen yang terlibat dalam
proses memperoleh ilmu pengetahuan, yaitu :
1) Al-Sama’(Pendengaran)
Kata Al-Sama berarti telinga yang berfungsi untuk menangkap suara dan
memahami pembicaraan. Dalam Al-Qur’an, kata Al-Sama seringkali dihubungkan
dengan penglihatan dan qalbu, yang menunjukkan adanya saling melengkapi antara alat
pendengaran dan penglihatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat
secara jelas dalam QS. al-Isra (17): 36, QS. al-Mu’minun (23): 78, QS. al-Sajdah (32): 9
dan QS. al-Mulk (67): 23.

2) Al-Bashar (Penglihatan)
Kata Al-Bashar artinya mengetahui atau melihat sesuatu. Kata Al-Bashar dalam
Al-Qur’an identik dengan pemaknaan ra’a )‫ (راى‬yakni “melihat”. Banyak ayat Alquran
yang menyeru manusia untuk melihat dan merenungkan segala sesuatu yang dilihatnya.
Hal ini dapat ditemui dalam QS. al-A’raf (7): 185, QS. Yunus (10): 101, dan QS. al-Sajdah
(32): 27.

3) Al-Fu’ad (Pemahaman).
Kata Al-Fu’ad adalah nama lain dari kata qalbu. Al- Fu'adatau Al-Qalb merupakan
pusat penalaran, pemikiran dan kehendak yang berfungsi untuk berpikir dan memahami
sesuatu. Ayat-ayat yang menyebutkan kata tersebut adalah QS. Al-Haj (22): 46, QS. As-
Syua’ra (26): 192-194, dan QS. Muhammad (47): 24.

Dalam Al-Qur’an ketiga komponen disebut secara terstruktur sebagai mana dalam
QS. al-Nahl (16): 78, yakni :

ْ َ‫اَل ْفـِٕ َدةَ ۙ لَعَلَّكُ ْم ت‬


َ‫شك ُُر ْون‬ َ ْ ‫َار َو‬ َ ْ ‫س ْم َع َو‬
َ ‫اَل ْبص‬ َ َ‫ّٰللاُ اَ ْخ َر َجكُ ْم ِّم ْۢنْ بُطُ ْو ِّن ا ُ َّم ٰهتِّكُ ْم ََل تَ ْعلَ ُم ْون‬
َّ ‫شيْـًٔ ۙا َّو َجعَ َل لَكُ ُم ال‬ ‫َو ه‬

Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur.”

Menurut H. Abd. Muin Salim menyatakan bahwa ilmu yang diperoleh melalui
usaha, misalnya membaca disebut dengan pengetahuan olahan (ilmu kasbiyun), sedangkan
ilmu yang diperoleh tanpa usaha disebut dengan pengetahuan limpahan (ilmu wahabiyyun).
Di samping itu, adalagi jenis ilmu yang disebut dengan pengetahuan rasa (ilmu
syuru’iyyun).

Ilmu Kasbiyyun adalah ilmu atau pengetahuan yang diperoleh manusia bersumber
dari luar dirinya melalui pengalaman hidup ataupun dengan usaha yang disengaja.
Misalnya memperoleh ilmu pengetahuan dengan cara membaca dari tulisan-tulisan, selain
itu juga bisa dengan melakukan sebuah penelitian.

Ilmu Wahabiyyun adalah ilmu atau pengetahuan yang diperoleh manusia bersumber
dari luar dirinya sebagai pemberian Tuhan kepadanya baik untuk kepentingannya sendiri
maupun untuk kepentingan kemanusiaan dan lingkungannya. Misalnya ilmu pengetahuan
berupa ilham atau berupa wahyu.

Ilmu Syuru’iyyun adalah ilmu atau pengetahuan yang diperoleh seseorang


berdasarkan potensi jiwa untuk menanggapi dan memahami keadaan dirinya pada satu saat.
Misalnya pengetahuan rasa ini adalah kesadaran terhadap jiwa yang sedih, gembira,
sukarela, ataupun benci. Semua ini diketahui oleh pribadi yang dimiliki sebagai suatu
potensi alamiah setiap orang dan merupakan bagian dari kodratnya sebagai makhluk hidup.

2. Kemukakan bukti bukti keteraturan alam semesta ciptaan Allah SWT!


Jawab:
Al-Qur'an sudah menjelaskan tentang keteraturan sistem alam semesta sejak abad
ke-7 Masehi, yang mana pada saat itu manusia belum membuat teknologi seperti pesawat,
satelit, dan teleskop canggih untuk mengobservasi alam semesta yang sangat luas dengan
jarak ribuan kilometer dari bumi. Al-Qur'an juga yang lebih dulu memaparkan tentang teori
kaku matahari dan benda-benda langit lainnya bergerak pada garis orbit tertentu

Ilmu Fisika telah membuktikan keteraturan alam semesta melalu berbagai


percobaan, penelitian, dan observasi. Itu artinya, Ilmu Fisika telah mengungkap kebenaran
yang sudah terkandung di dalam Al- Qur'an. Keteraturan dalam Ilmu Fisika yang bisa
ditemukan di beberapa ayat Al- Qur'an di antaranya dalam Asy-Syams (matahari), QS. Al-
Lail (malam), QS. Al- Falaq (waktu subuh), QS. Al-Fajr (fajar), QS. Al-
Isra’(memperjalankan), QS. Al-Ma’arij (tempat-tempat naik), QS. Al-Buruj (gugus
bintang), QS. An-Najm (bintang), QS. At-Tariq (yang datang malam hari), dan QS. An-
Nur (cahaya).

3. Apa yang perlu dilakukan untuk kebaikan dunia dan bekal kebaikan akhirat?
Perkuat jawaban dengan dalil AlQuran dan Hadits!
Jawab:
Yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menguatkan takwa. Takwa adalah kunci surga. Orang yang bertakwa akan diberi
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Bila ia menghadapi masalah, Allah Swt. pasti akan
memberinya solusi. Bila ia kesulitan ekonomi, Allah pasti akan memberi rezeki yang
datang secara tidak terduga seperti firman Allah dalam Al Qur'an surah Al-Thalaq ayat
2-3. Orang yang bertakwa juga pasti disediakan surga yang sangat luas, seperti dalam
Al Qur’an surah Ali Imran ayat 133.
2. Doa. Setiap setelah shalat ataupun di banyak kesempatan lainnya, kita selalu
memanjatkan doa, "Ya, Tuhan Kami berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari api neraka." (QS al-Baqarah [2]: 201).
Rasulullah SAW memberi petunjuk praktis untuk merealisasikan doa di atas dalam
hadis, "Empat perkara yang apabila diberikan kepada seseorang maka sungguh dia
telah mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat: Pertama, hati yang senantiasa
bersyukur. Kedua, lisan yang senantiasa berzikir. Ketiga, tubuh yang bersabar ketika
mendapat cobaan, dan Keempat, istri yang berusaha tidak berkhianat pada dirinya
dan harta suaminya." (HR Thabrany).

3. Perasaan gembira dan bahagia ketika mendapat nikmat akan mendatangkan kebaikan
dunia dan akhirat dalam bentuk berkah (tambahan kebaikan). "Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
makasesungguhnya azab-Ku sangat pedih'."(QS Ibrahim [14]: 7).

4. Lisan yang berzikir merupakan ekspresi keimanan dan rasa syukur kepada Allah SWT.
Bentuknya beragam, bisa tahmid, tahlil, takbir, tasbih, atau membaca Al-Qur’an. Apa
pun bentuknya, yang pasti zikir kepada Allah merupakan salah satu amalan yang dapat
mendatangkan ketenangan jiwa. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tenteram." (QS ar-Ra'd [13]: 28). Ketenangan jiwa inilah yang akan
mendatangkan kebaikan, baik dunia maupun akhirat.

Anda mungkin juga menyukai