0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan11 halaman
Teks tersebut membahas tentang akal dan wahyu menurut Islam. Ada dua bentuk petunjuk yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu akal yang merupakan daya berfikir alami manusia dan wahyu yang diberikan melalui nabi untuk mengarahkan manusia. Kedua bentuk petunjuk tersebut penting bagi manusia untuk menjalani hidup.
Teks tersebut membahas tentang akal dan wahyu menurut Islam. Ada dua bentuk petunjuk yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu akal yang merupakan daya berfikir alami manusia dan wahyu yang diberikan melalui nabi untuk mengarahkan manusia. Kedua bentuk petunjuk tersebut penting bagi manusia untuk menjalani hidup.
Teks tersebut membahas tentang akal dan wahyu menurut Islam. Ada dua bentuk petunjuk yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu akal yang merupakan daya berfikir alami manusia dan wahyu yang diberikan melalui nabi untuk mengarahkan manusia. Kedua bentuk petunjuk tersebut penting bagi manusia untuk menjalani hidup.
Allah Swt. dengan sifat kasih sayang-Nya menganugerahkan
hidayah kepada semua makhluk dalam berbagai bentuk. Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar menyatakan bahwa hidayah yang diberikan Allah kepada makhluk-makhlukNya itu dalam 5 bentuk: 1. Hidayah al-Wijdan atau Hidayah al-Ilham (instink, naluri);
2. Hidayah al-Hawas (indera);
3. Hidayah al-Aql (akal rasio):
4. Hidayah al-Wahyi (wahyu, agama);
5. Hidayah at-Tawfiq atau al-Ma’unah (pertolongan spontan dari
Allah dan sesuainya kehendak Tuhan dan rencana manusia) Dapat disimpulkan bahwa ada dua petunjuk yang diberikan Allah kepada manusia berkaitan dengan peran dan tugasnya sebagai hamba dan khalifah di muka bumi, yaitu : 1. Hidayah al-Aql (akal rasio) melekat pada diri manusia sebagai potensi, alat dan sarana untuk berfikir, memahami dan mengkaji serta merumuskan sesuatu untuk kesejahteraan hidupnya; 2. Hidayah al-Wahyi, dianugerahkan Allah kepada manusia melalui para nabi dan rasul-Nya dalam bentuk risalah (pesan pengarahan Allah) mengenai hidup dan kehidupan manusia. PENGERTIAN AKAL DAN WAHYU Akal berasal dari bahasa Arab ‘aqala – ya’qilu يعقل-عقل, bermakna adraka (ادركmencapai, mengetahui), fahima (فهمmemahami), tadabbara wa tafakkara ( تدبر و تفكرmerenung dan berfikir). Akal dalam konteks studi Islam adalah daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia , daya yang dimiliki manusia untuk memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Wahyu berasal dari bahasa arab al-wahyu الوحي, memiliki arti suara, api, dan kecepatan. Al-Wahyu juga sering diartikan dengan bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab. Oleh karena itu, wahyu dipahami sebagai pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat. Dalam wacana keislaman, al-wahyu dimaknai sebagai pemberitaan, risalah dan ajaran Allah yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Dengan demikian, wahyu terkandung arti penyampaian sabda atau firman Allah kepada orang-orang yang menjadi pilihan-Nya (Nabi dan Rasul) untuk diteruskan kepada ummat manusia sebagai pegangan dan panduan hidup. ISTILAH AKAL DALAM AL-QUR’AN Kata al-aqlu dalam bentuk masdar tidak terdapat dalam al-Qur’an. Yang ada dalam bentuk fi’il, yaitu : 1. ‘Aqoluh ( عقلوهQ.S. Al-Baqarah/2 : 75) 2. Ta’qilun ( تعقلون24 kali, salah satunya Q.S. Al- Hajj/22: 46) 3. Na’qil ( نعقلQ.S. Al-Mulk/67: 10) 4. Ya’qiluha ( يعقلهاQ.S. Al-Ankabut/29: 43) Akal dalam ayat-ayat al-Qur’an mewakili kata-kata kunci yang memiliki akar kata sama degan akal, menunjukkan beberapa makna sebagai berikut : 1) Kata akal diartikan dengan memahami, mengerti berfikir, memikirkan dan merenungkan; 2) Dorongan dan bahkan keharusan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, pemahaman, perenungan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai persoalan; 3) Martabat manusia ditentukan oleh penggunaan akal pikirannya dalam menghadapi sesuatu; 4) Akal merupakan kunci untuk mendapatkan pengetahuan yang bersumber dari fenomena penciptaan (ayat al- qauniyah) maupun yang bersumber dari fenomena wahyu (ayat al-qauliyah). Disamping kata al’aql, juga banyak termuat kata-kata kunci yang semakna dengan akal, seperti : 1) Al-Qalb artinya akal budi atau hati nurani atau hati sanubari, yang berfungsi untuk melihat, memahami dan mendalami hal-hal yang bersifat nonfisik bahkan metafisik. (Q.S. Al-A’raf/7 : 179) 2) Faqiha-yafqahu atau Tafaqqaha-yatafaqqahu artinya memahami, mengerti dan mendalami sesuatu. (Q.S. Thaha/20: 27-28) 3) Fakkara-Yufakkiru atau tafakkara-yatafakkaru artinya berfikir, memikirkan sesuatu obyek. (Q.S. An- Nahl/16: 11) 4) Tadabbara-yatadabbaru artinya merenung, memperhatikan, meneliti, dan mengambil suatu pelajaran atas suatu masalah atau peristiwa. (Q.S. An-Nisa/4: 82) 5) Tadzakkara-yatadzakkaru artinya mengambil pelajaran, menangkap pesan atau risalah, memperhatikan secara mendala. (Q.S. Al- Qashas/28: 51) 6) ‘Alima-ya’lamu artinya mengetahui, mengerti, memahami, berilmu pengetahuan. (Q.S. Al-An’am/6: 97) 7) Nazhara-yanzhuru artinya melihat, memperhatikan, meneliti. (Q.S. At-Thariq/86: 5) ISTILAH WAHYU DALAM AL-QUR’AN Kata wahyu dan tashrif-nya, baik dalam bentuk fi’il madhi (awha, awhaina, auhaitu), fi’il mudhari’ (yuhi, nuhi, uhi, yuha, uhiya), maupun dalam bentuk mashdar-nya (wahyun, wahyan) muncul 78 kali dalam al-Qur’an, yang dari segi maknanya dikelompokkan sebagai berikut: 1. Wahyu dalam arti firman Allah yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya, yang berupa risalah atau kitab suci. (Q.S. A;-Nisa/4:163, Yunus/10:2, Yusuf/12:3, dsb). 2. Wahyu dalam arti firman (pemberitahuan) Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya untuk mengantisipasi kondisi dan tantangan tugasnya. (Q.S. Al-A’raf/7:117, Al-A’raf/7:160, Hud/11:37, al-Syu’ara/26:52, dsb) 3. Wahyu dalam arti instink atau naluri atau potensi dasar yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. (Q.S. An-Nahl/16:68, Fusshilat/41:12, al- Zalzalah/99:5, dsb) 4. Wahyu dalam arti pemberian ilmu dan hikmah. (Q.S. Al-Isra’/17:39) 5. Wahyu dalam arti ilham atau petunjuk Allah kepada manusia dalam bentuk intuisi atau inspirasi dan bisikan hati. (Q.S. al-Qashash/28:7)