Anda di halaman 1dari 11

AKAL DAN WAHYU

OLEH:
KUSYANTO ABU IYA’
PENDAHULUAN

Allah Swt. dengan sifat kasih sayang-Nya menganugerahkan


hidayah kepada semua makhluk dalam berbagai bentuk.
Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar menyatakan bahwa
hidayah yang diberikan Allah kepada makhluk-makhlukNya itu
dalam 5 bentuk:
1. Hidayah al-Wijdan atau Hidayah al-Ilham (instink, naluri);

2. Hidayah al-Hawas (indera);

3. Hidayah al-Aql (akal rasio):

4. Hidayah al-Wahyi (wahyu, agama);

5. Hidayah at-Tawfiq atau al-Ma’unah (pertolongan spontan dari


Allah dan sesuainya kehendak Tuhan dan rencana manusia)
Dapat disimpulkan bahwa ada dua petunjuk yang
diberikan Allah kepada manusia berkaitan dengan peran
dan tugasnya sebagai hamba dan khalifah di muka
bumi, yaitu :
1. Hidayah al-Aql (akal rasio) melekat pada diri
manusia sebagai potensi, alat dan sarana untuk
berfikir, memahami dan mengkaji serta
merumuskan sesuatu untuk kesejahteraan
hidupnya;
2. Hidayah al-Wahyi, dianugerahkan Allah kepada
manusia melalui para nabi dan rasul-Nya dalam
bentuk risalah (pesan pengarahan Allah) mengenai
hidup dan kehidupan manusia.
PENGERTIAN AKAL DAN WAHYU
Akal berasal dari bahasa Arab ‘aqala – ya’qilu
‫يعقل‬-‫عقل‬, bermakna adraka ‫(ادرك‬mencapai,
mengetahui), fahima ‫(فهم‬memahami), tadabbara
wa tafakkara ‫( تدبر و تفكر‬merenung dan berfikir).
Akal dalam konteks studi Islam adalah daya
berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia , daya
yang dimiliki manusia untuk memperoleh
pengetahuan dengan memperhatikan alam
sekitarnya.
Wahyu berasal dari bahasa arab al-wahyu ‫ الوحي‬,
memiliki arti suara, api, dan kecepatan. Al-Wahyu juga
sering diartikan dengan bisikan, isyarat, tulisan, dan
kitab. Oleh karena itu, wahyu dipahami sebagai
pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.
Dalam wacana keislaman, al-wahyu dimaknai sebagai
pemberitaan, risalah dan ajaran Allah yang diberikan
kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
Dengan demikian, wahyu terkandung arti penyampaian
sabda atau firman Allah kepada orang-orang yang
menjadi pilihan-Nya (Nabi dan Rasul) untuk diteruskan
kepada ummat manusia sebagai pegangan dan
panduan hidup.
ISTILAH AKAL DALAM AL-QUR’AN
Kata al-aqlu dalam bentuk masdar tidak terdapat
dalam al-Qur’an. Yang ada dalam bentuk fi’il,
yaitu :
1. ‘Aqoluh ‫( عقلوه‬Q.S. Al-Baqarah/2 : 75)
2. Ta’qilun ‫( تعقلون‬24 kali, salah satunya Q.S. Al-
Hajj/22: 46)
3. Na’qil ‫( نعقل‬Q.S. Al-Mulk/67: 10)
4. Ya’qiluha ‫( يعقلها‬Q.S. Al-Ankabut/29: 43)
Akal dalam ayat-ayat al-Qur’an mewakili kata-kata kunci yang
memiliki akar kata sama degan akal, menunjukkan
beberapa makna sebagai berikut :
1) Kata akal diartikan dengan memahami, mengerti
berfikir, memikirkan dan merenungkan;
2) Dorongan dan bahkan keharusan manusia untuk
menggunakan akal, pikiran, pemahaman, perenungan
dalam menghadapi dan memecahkan berbagai
persoalan;
3) Martabat manusia ditentukan oleh penggunaan akal
pikirannya dalam menghadapi sesuatu;
4) Akal merupakan kunci untuk mendapatkan pengetahuan
yang bersumber dari fenomena penciptaan (ayat al-
qauniyah) maupun yang bersumber dari fenomena
wahyu (ayat al-qauliyah).
Disamping kata al’aql, juga banyak termuat kata-kata
kunci yang semakna dengan akal, seperti :
1) Al-Qalb artinya akal budi atau hati nurani atau hati
sanubari, yang berfungsi untuk melihat, memahami
dan mendalami hal-hal yang bersifat nonfisik bahkan
metafisik. (Q.S. Al-A’raf/7 : 179)
2) Faqiha-yafqahu atau Tafaqqaha-yatafaqqahu artinya
memahami, mengerti dan mendalami sesuatu. (Q.S.
Thaha/20: 27-28)
3) Fakkara-Yufakkiru atau tafakkara-yatafakkaru artinya
berfikir, memikirkan sesuatu obyek. (Q.S. An-
Nahl/16: 11)
4) Tadabbara-yatadabbaru artinya merenung,
memperhatikan, meneliti, dan mengambil suatu
pelajaran atas suatu masalah atau peristiwa. (Q.S.
An-Nisa/4: 82)
5) Tadzakkara-yatadzakkaru artinya mengambil
pelajaran, menangkap pesan atau risalah,
memperhatikan secara mendala. (Q.S. Al-
Qashas/28: 51)
6) ‘Alima-ya’lamu artinya mengetahui, mengerti,
memahami, berilmu pengetahuan. (Q.S. Al-An’am/6:
97)
7) Nazhara-yanzhuru artinya melihat, memperhatikan,
meneliti. (Q.S. At-Thariq/86: 5)
ISTILAH WAHYU DALAM AL-QUR’AN
Kata wahyu dan tashrif-nya, baik dalam bentuk fi’il madhi
(awha, awhaina, auhaitu), fi’il mudhari’ (yuhi, nuhi, uhi, yuha,
uhiya), maupun dalam bentuk mashdar-nya (wahyun,
wahyan) muncul 78 kali dalam al-Qur’an, yang dari segi
maknanya dikelompokkan sebagai berikut:
1. Wahyu dalam arti firman Allah yang disampaikan
kepada Nabi dan Rasul-Nya, yang berupa risalah atau
kitab suci. (Q.S. A;-Nisa/4:163, Yunus/10:2, Yusuf/12:3,
dsb).
2. Wahyu dalam arti firman (pemberitahuan) Allah kepada
Nabi dan Rasul-Nya untuk mengantisipasi kondisi dan
tantangan tugasnya. (Q.S. Al-A’raf/7:117, Al-A’raf/7:160,
Hud/11:37, al-Syu’ara/26:52, dsb)
3. Wahyu dalam arti instink atau naluri atau potensi
dasar yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya.
(Q.S. An-Nahl/16:68, Fusshilat/41:12, al-
Zalzalah/99:5, dsb)
4. Wahyu dalam arti pemberian ilmu dan hikmah. (Q.S.
Al-Isra’/17:39)
5. Wahyu dalam arti ilham atau petunjuk Allah kepada
manusia dalam bentuk intuisi atau inspirasi dan
bisikan hati. (Q.S. al-Qashash/28:7)

Anda mungkin juga menyukai