Anda di halaman 1dari 19

AKAL

DAN
WAHYU
KELOMPOK 1
KELOMPOK :
1. FAUZAN NA’IM
2. MUHAMMAD RAFFA PUTRA O
3. MUHAMMAD RAFLY
ATHALLAH
4. ATHALLAH NOVA RAMDHAN
Pendahuluan
Allah Swt., Sang Pencipta alam, dengan sifat kasih dan sayang- Nya
menganugerahkan “hidayah” kepada semua makhluk-Nya dalam
berbagai bentuk. Muhammad Abduh dalam Tafsir al-Manar,
menyatakan bahwa hidayah yang diberikan Allah kepada semua
makhluk-Nya itu dalam 5 (lima) bentuk:

1. hidayah al-wij dan atau hidayah al-ilham (isntink, naluri),


2. hidayah al-hawas (indera),
3. hidayah al-`aql (akal rasio),
4. hidayah al-wahyi (wahyu, agama)
5. hidayah al-tawfiq atau al-ma’unah (pertolongan spontan
dari Allah dan sesuainya kehendak Tuhan dan rencana
manusia)
PENGERTIAN AKAL DAN
WAHYU
PENGERTIAN AKAL
Secara bahasa :

kata 'aql sering disebut sebagai lafazh musytarak, yakni kata yang memiliki banyak makna Dalam
kamus bahasa Arab al-Munjid fi al-Lughah wa al-a'lam, dijelaskan bahwa aqala memiliki makna adraka
(mencapai mengetahui), fahima (memahami), tadabbara wa tafakkara (merenung dan berfikir).

Kata al-aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti nurun ruhaniyyun bihi tudriku al- nafsu ma
la tudrikuhu bi al-hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai, mengetahui
sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh Indera
SECARA ISTILAH :

● Atas dasar beberapa pengertian lughawi di atas, maka yang dimaksud dengan akal dalam konteks
pembahasan Studi Islam ini adalah daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya yang
dimiliki manusia untuk memperoleh pengetahuan dengany memper-hatikan alam sekitarnya
PENGERTIAN WAHYU

• Secara Bahasa

• kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahyu, merupakan kata asli Arab, bukan kata
pinjaman dari bahasa asing (mu’arrab). Kata itu memiliki arti suara, api dan kecepatan. Al-
wahyu juga sering diartikan dengan bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Oleh karenanya,
wahyu dipahami sebagai pemberitahuan sccara tersembunyi dan cepat
SECARA ISTILAH :

Dalam wacana keagamaan (Islam), al-wahyu lebih dimaknai sebagai pemberitaan,


risalah dan ajaran Allah yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya
kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda atau firman Allah kepada orang-
orang yang menjadi pilihan-Nya (Nabi dan Rasul) untuk diteruskan kepada umat manusia
sebagai pegangan dan panduan hidupnya.
ISTILAH AKAL DALAM AL-
QUR'AN
1. Kata akal diartikan dengan memahami, mengerti, berfikir, memikirkan dan merenungkan

2. Dorongan dan bahkan keharusan manusia untuk menggunakan akal, pikiran, pemahaman, perenungan
dalam menghadapi dan memecahkan berbagai persoalan

3. Martabat manusia ditentukan oleh penggunaan akal pikirannya dalam menghadapi sesuatu. Mereka yang
tidak menggunakan akal dan hati nuraninya yang fitri tidak ubahnya seperti hewan saja, bahkan lebih
sesat lagi

4. Akal merupakan kunci untuk mendapatkan pengetahuan, baik pengetahuan yang bersumber dari
fenomena penciptaan (al-ayat al-kawniyah) maupun yang bersumber dari fenomena wahyu (al-ayat al-
qawliyah)
ISTILAH WAHYU DALAM AL-QUR'AN

1. Wahyu dalam arti firman Allah yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya, yang berupa
risalah atau kitab suci

2. Wahyu dalam arti firman (pemberitahuan) Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya untuk
mengantisipasi kondisi dan tantangan tugasnya

3. Wahyu dalam arti instink atau naluri atau potensi dasar yang diberikan Allah kepada
makhluknya

4. Wahyu dalam arti pemberian ilmu dan hikmah

5. Wahyu dalam arti ilham atau petunjuk Allah kepada manusia dalam bentuk intuisi atau
inspirasi dan bisikan hati
KEDUDUKAN SERTA FUNGSI AKAL DAN WAHYU
DALAM MEMAHAMI ISLAM
AKAL MEMILIKI KEDUDUKAN DAN FUNGSI
SEBAGAI BERIKUT :

1. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam al-Qur’an
dan al-Sunnah, di mana keduanya adalah sumber utama ajaran Islam.

2. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusia untuk mengetahui maksud-maksud yang
tercakup dalam pengertian al-Qur’an dan al-Sunnah.

3. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan semangat al-Qur’an dan al-Sunnah untuk
dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan persoalan umat manusia dalam bentuk ijtihad.

4. Akal juga akan berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan al- Qur’an dan al-Sunnah dalam kaitannya dengan
fungsi manusia sebagai khalifah Allah, untuk mengelola dan memakmurkan bumi seisinya.
FUNGSI DAN KEDUDUDKAN WAHYU
DALAM MEMAHAMI ISLAM:

1. Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh pemahaman dan pengamalan ajaran
Islam harus dirujukkan kepada al-Qur’an dan al-Sunnah.

2. Wahyu sebagai landasan etik. Karena wahyu itu akan dapat berfungsi bila akal difungsikan untuk
memahami, maka akal sebagai alat untuk memahami Islam harus dibimbing oleh wahyu itu sendiri
agar hasil pemahamannya benar dan pengamalannya pun menjadi benar.
Seperti yang kita tahu berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya Wahyu
itu bersifat mutlak dan mengikat sedangkan akal itu bersifat relatif,tentatif dan partikular.

Atas dasar itu Islam mengajarkan untuk memahami dan mengamalkan dinul Islam dengan rujukan yang
jelas, dengan cara ijtihad atau minimal ittiba’ dan melarang bertaqlid. Ijtihad artinya mencurahkan segala
kemampuan akal untuk memahami wahyu dengan bimbingan niat ibadah dan ikhlas lillahi ta’ala dan
didukung dengan perangkat dan persyaratan yang memadai, sedangkan ittiba’ adalah mengikuti hasil
pemikiran atau pendapat orang lain dengan berusaha kritis dan memahami dasar dalilnya. Sementara taqlid adalah
mengikuti pendapat orang lain secara membabi buta tanpa mengetahui asal usulnya
Kemudian meletakkan akal dan wahyu secara fungsional akan lebih tepat dibandingkan struktural, karena
bagaimanapun juga akal memiliki fungsi sebagai alat untuk memahami wahyu, dan wahyu untuk dapat dijadikan
petunjuk dan pedoman kehidupan manusia harus melibatkan akal untuk memahami dan menjabarkan secara praktis.

Manusia diciptakan oleh Allah Swt. dengan tujuan yang jelas, yakni sebagai hamba
dan khalifah Allah, dan untuk mencapai tujuan tersebut manusia dibekali akal dan
wahyu.
AKAL DAN WAHYU DALAM PERSPEKTIF TUJUAN
PENCIPTAAN MANUSIA

Dalam kajian filosofis, subjek yang mencipta segala yang ada (maujûdât) disebut Tuhan, sementara segala
yang ada sebagai objek penciptaan-Nya disebut alam. Alam merupakan tanda-tanda Tuhan. Al-Qur’an
sebagai firman Allah Q.S. Fushshilat/41: 53, menyebutkan: Akan kami tunjukkan tanda-tanda Kami di jagat
raya dan di dalam diri mereka sendiri (manusia). Di ujung ayat, disebutkan secara tidak langsung adanya
manusia. Manusia adalah salah satu makhluk (ciptaan) Tuhan yang ada di alam (semesta) ini.
A. MANUSIA SEBAGAI PUNCAK (TUJUAN AKHIR)
PENCIPTAAN
Alam manusia adalah puncak atau tujuan akhir penciptaan alam. Dalam konteks tujuan akhir
penciptaan alam, maka seluruh isi alam adalah untuk manusia, ibarat seluruh akar, batang dan
daun pisang dipersiapkan untuk buahnya. Apabila mau direnungkan, bukankah apa saja yang
ditemukan di dunia ini adalah untuk manusia? Tentang ini sebuah hadis Qudsi menyatakan: Lau
laka wa lan laka, mâ khalaqtu al-‘alama kullaha” (Kalau bukan karenamu, tidak akan Kuciptakan
alam semesta ini seluruhnya.”), al-Qur’an sendiri menyebutkan: “Dialah (Tuhan) yang
menjadikan segala apa yang ada di bumi untukmu.” (Q.S. al-Baqarah/2: 29).
B. TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

Dengan daya-daya yang dimilikinya sebagai puncak penciptaan alam, ternyata manusia, sebagaimana
diinformasikan al-Qur’an, diciptakan dengan tujuan untuk menjadi khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi
(Q.S. al-Baqarah/2): 31). Bila tujuan penciptaan untuk beribadah kepada Tuhan dialamatkan juga kepada
makhluk selain manusia, seperti jin dalam (Q.S. al-Dzâriyat/51: 56) atau bahkan seluruh isi bumi dan
langit dalam (Q.S. Hasyr/59: 24), maka lain halnya dengan tujuan penciptaan untuk menjadi khalifah.
Tujuan penciptaan yang terakhir ini hanya dimandatkan kepada manusia. Manusialah bukan makhluk
lain yang diharapkan Tuhan untuk menjadi instrumen melaksanakan kehendak-kehendak-Nya di bumi.
Bentuk lebih konkrit dari pelaksanaan kehendak Tuhan di bumi secara literal adalah memakmurkannya
(Q.S. Hud/11: 61) dan secara kontekstual adalah meminjam ungkapan Asy'arie (1992: 51) membangun
kebudayaan, peradaban.
Thanks!
Do you have any
questions?
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
` infographics & images by
and includes icons by Flaticon, and
Freepik

Anda mungkin juga menyukai