Anda di halaman 1dari 6

KONSEP AKAL DAN WAHYU DALAM PEM IKIRAN HARUN NASUTION

Siti Ani Mulyani

AFI/4/191310002

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diciptakan Allah mempunyai banyak sekali
kelebihan jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya. Satu hal yang
membuat manusia lebih baik dari makhluk yang lain yaitu manusia mampu berpikir dengan
akalnya, karena manusia di anugerahi oleh Allah dengan akal sehingga dengannya manusia
dapat memilih, mempertimbangkan, menentukan jalan pikirnya sendiri. Agama Islam sangat
menjunjung tinggi kedudukan akal. Dengan akal manusia mampu memahami al-Qur’an
sebagai wahyu yang diturunkan lewat Nabi Muhammad. Menurut Harun Nasution dalam
ajaran agama yang diwahyukan ada dua jalan untuk memperoleh pengetahuan, yaitu melalui
akal dan wahyu. Wahyu adalah penyampaian sabda Allah kepada orang yang menjadi
pilihannya untuk diteruskan kepada umat manusia sebagai pegangan dan panduan hidupnya
agar dalam perjalanan hidupnya senantiasa pada jalur yang benar. Harun Nasution yang
dikenal sebagai salah seorang tokoh pembaharuan Islam di Indonesia pada tahun 70 an,
adalah salah seorang intelektual muslim Indonesia yang memberikan perhatian terhadap akal
dan wahyu. Sebagai bukti otentik bahwa Harun Nasution adalah tokoh yang mendalami
konsep akal dan wahyu adalah bukunya yang berjudul Akal dan Wahyu dalam Islam.

Bagi Harun Nasution, menggunakan akal adalah salah satu dasar dalam beragama Islam.
Iman seseorang tidak akan sempurna jika tidak didasarkan pada akal. Dalam Islam-lah
menurutnya, agama dan akal pertama kali bisa berdampingan. Dia meyakini potensi akal
harus dimanfaatkan untuk mencapai kemajuan umat Islam yang terwujud dalam
perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan modern yang berdasar kepada
sunnatullah dan tidak bertentangan dengan Islam. Harun memadukan wahyu dengan akal
selaku dua unsur utama yang saling melengkapi. Ia meyakini al-Qur’an sebagai wahyu Allah
memandang akal sebagai sesuatu yang sangat penting. Akal dapat membedakan kebaikan
dengan keburukan. Pemikiran Harun memang terkontaminasi ketika kuliah di McGill. Model
pemikirannya terhadap agama Islam gaya khas orientalis Barat, yang menempatkan semua
agama pada posisi dan fenomena yang sama. Menurut Nurcholis Madjid, Harun Nasution
adalah Abduhisme (pengikut fanatik Muhamad Abduh).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep akal dalam pemikiran Harun Nasution?
2. Bagaimana konsep wahyu dalam pemikiran Harun Nasution?

C. Tujuan dan Kegunaan


a. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Bagaimana konsep akal dalam pemikiran Harun Nasution.
2. Mengetahui Bagaimana konsep wahyu dalam pemikiran Harun Nasution.

b. Kegunaan
 Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah pengetahuan dan
keilmuan dalam kajian studi Aqidah dan Filsafat Islam.
 Diharapkan pula memberikan pemahaman akan kedudukan akal yang merupakan
anugerah paling utama yang diberikan Allah SWT kepada manusia serta
kontribusinya terhadap wahyu yang dalam definisinya adalah penyampaian sabda
Allah kepada orang yang menjadi pilihannya untuk diteruskan kepada umat manusia
sebagai pegangan dan panduan hidupnya agar dalam perjalanan hidupnya senantiasa
pada jalur yang benar.

D. Kerangka Teori
A. Konsep Akal dan Wahyu dalam Pemikiran Harun Nasution
1) Pengertian akal

Materi aql dalam al-Qur’an terulang sebanyak 49 kali, kecuali satu, semuanya datang dalam
bentuk kata kerja seperti dalam bentuk ta’qilun atau ya’qilun. Kata kerja ta’qilun terulang
sebanyak 24 kali dan ya’qilun sebanyak 22 kali, sedangkan kata kerja a’qala, na’qilu dan
ya’qilu masing-masing satu kali.

Pengertian akal dapat dijumpai dalam penjelasan ibnu Taimiyah bahwa lafadz akal adalah
lafadz yang mujmal (bermakna ganda) sebab lafadz akal mencakup tentang cara berfikir yang
benar dan mencakup pula tentang cara berfikir yang salah. Adapun cara berfikir yang benar
adalah cara berpikir yang mengikuti tuntunan yang telah ditetapkan dalam syar’a.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu atau
kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya.
2) Pengertian wahyu

Wahyu sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa arti
seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara
cepat dari Allah ke dalam dada Nabi-NabiNya. Wahyu adalah sesuatu yang di
manifestasikan, diungkapkan. Ia adalah pencerahan, sebuah bukti atas realitas dan penegasan
atas kebenaran. Setiap gagasan yang di dalamnya ditemukan kebenaran ilahi adalah wahyu,
karena ia memperkaya pengetahuan sebagai petunjuk bagi manusia.

3) Konsep akal dan wahyu dalam pemikiran Harun Nasution

Kata akal Berasal dari bahasa Arab al-‘aql, dalam kamus-kamus Arab, kata ‘aql itu berarti
mengikat atau menahan, pengikat serban misalnya, disebut ‘iqal, menahan orang dipenjara
disebut aqil. Dalam Al-Qur’an, kata aql hanya terdapat dalam bentuk kata kerja, misalnya
aqolu, ta’qilun, na’qil, ya’qiluna, dan ya’qiluba, semuanya mengandung arti paham atau
mengerti. Jadi, akal adalah suatu daya berpikir untuk berusaha menempatkan sesuatu pada
tempatnya, supaya terhindar dari mala petaka atau suatu nilai kehinaan. Yaitu dengan
keterangan, bahwa makhluk yang berakal harus berpikir, bersikap dan berbuat atau berkata
kearah yang benar atau tepat dan makhluk berakal harus mempunyai prioritas tepat mengenai
amal perbuatan yang dilakukannya.

Besar kecilnya peranan akal dalam sistem teologi suatu aliran sangat menentukan dinamis
atau tidaknya pemhaman seseorang tentang ajaran Islam. Berkenan dengan akal ini, Harun
Nasution mengatakan: “Akal melambangkan kekuatan manusia. Karena akal pula manusia
mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan makhluk lain di sekitarnya. Bertambah tinggi
akal manusia bertambah tinggi kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain.
Bertambah lemah kekuatan akal manusia bertambah rendah kesanggupannya menghadapi
kekuatan-kekuatan lain tersebut”. Sejalan dengan itu, lemah atau kuatnya akal yang terdapat
pada suatu aliran akan mennentukan corak pemikiran keagamaan yang ditampilkannya. Jika
suatu aliran memberikan kekuatan yang besar terhadap akal, maka aliran tersebut akan
bercorak rasional. Sebaliknya, jika suatu aliran memberikan daya yang kecil terhadap akal
maka aliran tersebut bercorak tradisional.

Dalam Islam, akal mendapat perhatian dan penghargaan yang tinggi. Tidak sedikit ayat Al-
Qur’an atau Hadist yang menganjurkan manusia agar menggunakan akalnya atau berpikir
dengan baik dalam memahami ajaran-ajaran agama atau mengembangan ilmu pengetahuan.
Seperti kaum teologi yang berpendapat bahwa akal sebagai daya untuk memperoleh
pengetahuan. Akal dalam pengertian Islam, tidaklah otak, tetapi adalah daya berpikir yang
terdapat dalam jiwa manusia, daya yang sebagai digambarkan dalam al-Qur’an, memperoleh
pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Akal dalam pergertian inilah yang
dikontraskan dalam Islam dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia
yaitu Tuhan.

Harun Nasution dalam menjelaskan kedudukan akal bagi manusia dalam pandangannya ia
merujuk pada pemikiran pemikiran pembaharuan dalam Islam.
Seperti Ahmad Khan menurut nya hanya Al-Qur’an lah yang bersifat absolut dan dipercayai.
Semua lainnya hanya bersifat relatif, boleh diterima, boleh di tolak tetapi disamping itu ia
mempunyai kepercayaan kuat kepada akal dan hukum alam. Di samping itu Harun
menjelaskan bahwa seorang ulama yang juga memberi kedudukan tinggi ke pada akal adalah
Al-Syaikh Muhammad Abduh, menurutnya kedudukan akal dalam diri seseorang, sama
seperti kedudukan Nabi sesuatu umat. Akal adalah sendi kehidupan dan dasar kelanjutan
hidup manusia. Akal merupakan salah satu kriteria akal dan pengetahuan dan tidak ada yang
dapat mendekatkan manusia kepada Tuhan kecuali kesucian akal dari rasa ragu-ragu.

Menurut Harun Nasution, Tuhan berdiri di puncak alam wujud dan manusia di kakinya
berusaha dengan akalnya untuk sampai kepada Tuhan, dan Tuhan sendiri dengan belas
kasihan-Nya terhadap kelemahan manusia, diperbandingkan dengan ke Maha Kekuasaan
Tuhan, menolong manusia dengan menurunkan wahyu melalui Nabi-nabi dan Rasul-rasul.
Konsep Harun Nasution ini sejalan dengan aliran-aliran Teologi Islam yang berpendapat
bahwa akal menusia akal bisa sampai kepada Tuhan.

Menurut Harun Nasution yang ditulisnya dalam buku Akal dan Wahyu dalam Islam. Akal
menurut nya adalah melambangkan kekuatan manusia karena akalnya lah maka manusia
mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain disekitarnya.
Bertambah tinggi akal manusia bertambah tinggi kesanggupannya untuk mengalahkan
kekuatan-kekuatan makhluk lain itu. Bertambah lemah kekuatan akal manusia bertambah
rendah kesanggupannya menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa Harun Nasution membagi akal manusia
menjadi dua pertama akal yang kuat jika manusia dengan menggunakan akalnya maka
manusia itu akan mempunyai kesanggupan untuk menaklukan makhluk lain. Semakin
bertambah tinggi akalnya maka semkin tinggi pula kesanggupannya. Dan yang kedua akal
yang lemah yaitu jika manusia mempunyai akal lemah maka kekuatan akal manusia itu akan
bertambah lemah dalam menghadapi kekuatan-kekuatan makhluk lain.

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi informasi disini
yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada Tuhan,
menyempurnakan akal tentang mana yang baik mana dan yang buruk, serta menjelaskan
perincian upah dan hukuman yang akan diterima manusia di akhirat. Memang sulit
membuktikan bahwa wahyu memiliki kekuatan, tetapi kita tidak mampu mengelak sejarah
wahyu ada, oleh karena itu sejarah wahyu ada karena beberapa faktor antara lain:

1. Wahyu ada karena izin dari Allah, atau karena pemberian dari Allah;
2. Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu al-ur’an dan Sunnah;
3. Membuat suatu keyakinan pada diri manusia;
4. Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib, dan
5. Wahyu turun melalui para ucapan Nabi-Nabi, diberikan oleh al-Qur’an sendiri.

Konsep dasar Harun Nasution dalam upaya membuktikan peranan akal dalam soal membahas
ketuhanan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan, Harun Nasution berpendapat
bahwa memakai akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan tentang kedua soal
tersebut. Akal menurutnya, sebagai daya berpikir yang ada dalam diri manusia, berusaha
keras untuk sampai kepada diri Tuhan, dan wahyu sebagai pengkhabaran dari alam
metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan tentang Tuhan dan kewajiba-
kewajiban manusia terhadap Tuhan.

E. Metode Penelitian
a. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dan kualitatif.
Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang
tidak menggunakan perhitungan. Dan analisis ini digunakan guna mencari hasil serta
mengumpulkan data, menyusun, menggunakan dan menafsirkan sebuah data yang ada.
Kegiatan kajian pustaka ini juga dapat dilakukan dengan memilih dan memilah sumber
bacaan yang relevan serta sesuai dengan bidang-bidang ilmu dan bidang kajian yang hendak
dijadikan penelitian.

Kajian kepustakaan merupakan bagian integral dari keseluruhan proses penelitian dan akan
memberikan kontribusi yang sangat berharga terhadap hampir keseluruhan langkah dan tahap
dalam penelitian. Kajian kepustakaan ini bahkan harus dilakukan sebelum perencanaan
penelitian itu sendiri. Penelitian ini berlaku bagi pengetahuan humanistic atau interpretative
dan secara teknis penekanannya lebih pada kajian teks, partisipan observation, atau
grounded research. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama
menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore), kedua menggambarkan dan
menjelaskan (to describe and explain). Dari hal tersebut, maka penelitian ini hendak
menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu objek penelitian, berupa
menguraikan, menjelaskan, dan memfokuskan kajian Konsep akal Dan wahyu Dalam
pemikiran Harun Nasution.

b. Tekhnik pengumpulan data


a. Data primer yaitu data yang langsung dari sumber pertama mengenai masalah
yang akan diungkap secara sederhana dan disebut sebagai data asli. Dan data
yang dimaksud yakni berupa sumber yang dijadikan sebagai rujukan dalam
menyusul proposal penelitian ini adalah buku karya Harun Nasution dengan
judul Akal Dan Wahyu Dalam Islam.
b. Data sekunder yaitu informasi yang berkaitan dengan objek penelitian yang
disampaikan orang lain. Data yang dimaksud berupa data-data atau referensi
yang relevan dan terkait dengan tema proposal penelitian ini diantaranya; kitab
atau buku-buku, skripsi, tesis, jurnal, dan sebagainya.
F. Tekhnik Analisa Data

Metode deskriptif merupakan metode untuk membuat perencanaan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta-fakta. Metode ini digunakan untuk memaparkan bagaimana
Konsep Akal Dan Wahyu Dalam Persepsi Harun Nasution. Langkah yang digunakan yaitu;
menganalisis dan menyajikan fakta-fakta secara sistematis, sehingga mudah dipahami dan
disimpulkan. Analisis ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian
berdasarkan data.

Anda mungkin juga menyukai