Anda di halaman 1dari 5

.

Pengertian Epistemologi dan Islam

1) Pengertian Epistemologi

Epistemologi secara etimologi berasal dari kata Yunani epistemeberarti pengetahuan,


danlogos berarti teori, uraian atau alasan. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai
sebuah teori tentang pengetahuan. Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “Theori
Of Knowledge.”

Menurut Harun Nasution, pengertian epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang
apa pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan.

Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan


mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan
metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian
ilmu.

Dari pengertian diatas bisa kita lihat bahwa epistemologi bersangkutan dengan masalah-
masalah yang meliputi:

§ Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan.

§ Metode yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh


pengetahuan.

§ Sistem yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran


pengetahuan.

2) Pengertian Islam

pengertian Islam secara harfiyah artinya bersih, damai, selamat, dan tunduk. Kata Islam
sendiri terbentuk dari tiga huruf, yakni S (sin), L (lam), dan M (mim) yang memiliki
arti dasar “selamat” (salama)

Sementara itu, Muhammad bin Ibrahim bin Abdulah at Tawairjiri mendefinisikan islam
sebagai penyerahan diri sepenuhnya kepada allah dengan mengesankan-Nya dan
mlaksanakan syariat-Nya dengan penuh ketaatan atau melepaskan diri dari kesyirikan.

Sesuai dengan Firman Allah yang terdapat pada ayat 208 surat Al-Baqarah yang
artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan
mengandung arti damai, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya mencari
keselamatan dan kebahagiaan hidup baik didunia maupun diakhirat. Hal demikian
dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura,
melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam
kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.

B. Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Rasa)

1) Wahyu

Wahyu berasal dari bahsasa arab al-wahy, artinya suara, api, dan kecepatan. Disamping
itu wahyu mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab.[6] Dikalangan ulama
terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam adalah Al Quran dan As sunnah.
Sedangkan penalaran atau akal pikiran adalah alat untuk memahami Al Quran dan As
sunnah, ketentuan ini sesuai agama islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari
Allah SWT. Semua yang terkandung dalam wahyu adalah benar dan kebenarannnya
tidak dapat dibantah manusia. Di kalangan kaum muslimin ada dua tipe pemikiran dalam
memahami wahyu itu sebagai sumber. Pertama, sebagai sumber ilmu pengetahuan
ilmiyah dan kedua, sebagai sumber petunjuk. Jalaluddin al-Suyuthi, Muhammad Shadiq
al-Rafi’i, Abd al-Razzaq al-Naufal dan Maurice Bucaille, mereka tergolong kedalam
kelompok yang pertama sedangkan Ibn Ishak al-Syathibi dan Quraish Shihab termasuk
kelompok yang kedua. Mahdi Ghulsyani memilih berada diantara kedua kelompok
tersebut, ia menekankan wahyu itu sebagai petunjuk bagi manusia yang mengandung
ilmu pengetahuan dan manusia itu diperintahkan untuk senantiasa menggunakan indra,
akal dan hatinya untuk menggali pengetahuan dari alam ini atas bimbingan wahyu itu
sendiri.

Ø Al Quran

Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran islam yang utama
adalah Al-quran (wahyu), akal pikiran dan rasa adalah alat untuk memahami Al-
quran dan As-sunnah. Ketentuan ini sesuai dengan agama islam itu sendiri sebagai
wahyu yang berasal dari Allah SWT.

Sebagai sumber utama pengetahuan Al-quran mutiara pengetahuan yang tidak


terhingga jumlahnya yang pada garis besarnya Al-quran mengandung beberapa
pokok-pokok pikiran:

a). Aqidah,

b). Syariah, ibadah dan muamalah,

c). Akhlak,

d). Kisah-kisah lampau,

e). Berita-berita yang akan datang,

f). Pengtahuan-pengetahuan Ilahi lainnya.[7]


Al Quran adalah kitab Allah yang terakhir yang berisi petunjuk ilahi yang abadi untuk
manusia, untuk kebahagiaan mereka didunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran utama
islam. Al Quran diyakini berasal dari Allah SWT dan mutlak benar yang keberadaannya
sangat dibutuhkan manusia.

“Dan saesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta


alam, dia dibawa turun oleh Ar-ruh al amin (Jibril) kedalam hatimu (Muhammad)
agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan
dengan bahasa Arab yang jelas. (Q.S As-syu’ara 192-195)

Ø As sunnah

Kedudukan As sunnah sebagai sumber ajaran islam selain berdasarkan pada


keterangan ayat-ayat Al Quran dan hadis juga didasarkan pada pendapat
kesepakatan para sahabat. Sebagai sumber ajaran agama islam kedua setelah Al
Quran, As sunnah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan AlQuran.
Keberadaan As sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya ayat Al Quran:

§ Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian.

§ Yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian.

§ Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan.

Dalam kaitan ini, maka hadis berfungsi untuk memerinci petunjuk dan isyarat al Quran
yang bersifat global sebagai pengecualian teradap isyarat Al Quran yang bersifat umum,
sebagai pembatas terhadap ayat Al Quran yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi
informasi terhadap sesuatu yang tidak dapat dijumpai dalam Al Quran. Dengan posisinya
yang demikian itu maka pemahaman Al Quran dan juga pemahaman ajaran islam yang
seutuhnya tidak dapat dilakukan tanpa pengikutsertaan Nabi Muhammad SAW.

2) Pengetahuan melalui akal

Dalam pandangan islam, akal manusia mendapat kedudukan yang lebih tinggi, al ini
dapat dilihat dari beberapa ayat Al Quran. Pengetauan lewat akal disebut pengetahuan
“aqli”. Dalam pandangan islam , akal mempunyai pengertia tersendiri dan berbeda
dengan pandangan secara umum. Dalam pandangan islam, akal berbeda dengan otak,
akal dalam pandangan islam bukan otak, melainkan daya berpikir yang terdapat dalam
jiwa manusia. Akal dalam islam merupakan tiga unsur, yakni; pikiran, perasaan dan
kemauan. Dalam pengertian biasa pikiran terdapat pada otak, sedangkan perasaan pada
indra dan kemauan terdapat pada jiwa
Ketiga unsur tersebut satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Filosof islam
membagi akal menjadi dua jenis, yaitu:

Ø Akal praktis, yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indra
pengingat

Ø Akal teori, yang menangkap arti-arti murni yaitu arti-arti yang tidak penah ada dalam
materi Tuhan, Roh dan malaikat.

3) Pengertian lewat indra (rasa)

Pengertian lewat indra adalah segala pengertian yang dapat diperoleh manusia lewat
indranya alam panca indra, dan biasa disebut pengetahuan empiris.

Pengetahuan indra terwujud sentuhan indrawi manusia dengan dunia luar (alam) dari
sentuhan itu manusia memperoleh pengetahuan. Proses-proses aktifitas pengindraan
tersebut (indra dalam dan indra luar) mulai dari menerima (input), kemudian proses dan
dikeluarkan (output) maka jadilah pengetahuan pengindraan manusia. Indra adalah
sumber awal mengenal alam sekeliling kita. Bahkan satu riwayat menyatakan : “apabila
seorang manusia kehilangan salah satu indranya, maka ia telah kehilangan setengah
ilmu”.

C. Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi Islam

Pandangan Islam akan kebenaran merujuk kepada landasan keimanan dan keyakinan
terhadap keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaimana yang diutarakan oleh
fazrur rahman bahwa semangat dasar dari Al-qur’an adalah semangat moral, ide-ide
keadilan social dan ekonomi. Hokum moral adalah abadi, ia adalah “perintah Allah”.
Manusia tak dapat membuat dan memusnahkan hukum moral: ia harus menyerahkan diri
kepadanya. Pernyataan ini dinamakan Islam dan Implementasinya dalam kehidupan di
sebut Ibadah atau pengabdian kepada Allah. Tetapi hokum moral dan nilai-nilai spiritual,
untuk bisa dilaksanakan haruslah diketahui.

Dalam kajian epistemologi Islam dijumpai beberapa teori tentang kebenaran:

a. Teori Korespondensi

Menurut teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu
fakta bersesuaian, yang beralasan dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual,
maka kebenaran adalah sesuai fakta dan sesuatu yang selaras dengan situasi akal yang
diberinya interpretasi.
b. Teori Konsistensi

Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement)
dengan suatu yang lain yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-
putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara
putusan-putusan yang baik dengan putusan lainnya yang telah kita ketahui dan diakui
benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar, hubungan itu saling berhubungan dengan
kebenaran sebelumnya.

c. Teori Prakmatis

Teori ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata
tergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia
untuk berfaedah dalam kehidupannya.[8]

D. Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam

Ilmu atau pengetahuan dalam Islam mempunyai peran dan fungsi yang cukup penting.
Tak dapat dipungkiri keberadaan ilmu menempati posisi sangat tinggi karena mempunyai
peran dan pengaruh cukup besar pada perkembangan, perubahan dan kemajuan umat
manusia.

Jalaluddin Rakhmat mengungkap peran penting ilmu menurut Islam antara lain :

§ Ilmu pengertahuan harus berusaha menemukan keteraturan (sistem), hubungan


sebab akibat dan tujuan dialam semesta. Dalam banyak ayat Alquran dijelaskan
bahwa alam ini diurus oleh pengurus dan pencipta yang tunggal, karena itu tidak
pernah ada kerancuan (tahafut) di dalamnya. Alam bergerak menuju tujuan
tertentu, karena Allah tidak menciptakannya untuk main-main dan bukan perbuatan
sia-sia. Keteraturan dalam ilmu biasanya disebut hukum-hukum yang terdapat
dalam afaq disebut alquran sebagai qadar atau takdir sedangkan aturan dalam anfus
dan tarikh disebut sebagai sunnatullah.

§ Ilmu harus dikembangkan untuk mengambil manfaat dalam rangka mengabdi


kepada Allah sebab Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang dan segala yang
langit dan dibumi untuk manusia.

§ Ilmu harus dikembangkan dengan tidak menimbulkan kerusakan baik afaq atau
anfus.

Anda mungkin juga menyukai