Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, sebagai apa yang disebut sebuah
gerakan ideologis. Ideologi adalah sebuah istilah yang sarat-nilai, dan mencakup
semua sistem kepercayaan. Persisnya, ideologi adalah kumpulan doktrin, mitos,
simbol, dan sebagainya dari gerakan sosial, kelas, atau gerakan lainnya yang
menghasilkan pengetahuan. Oleh sebab itu, Pengetahuan mengenai sejarah berbagai
peristiwa yang menyangkut peradaban islam baik yang timbul dimasa lampau maupun
masa sekarang merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui1.
Islam merupakan agama satu-satunya yang banyak melahirkan berbagai ilmu
pengetahuan dan banyak melahirkan berbagai ilmuwan-ilmuwan hebat pada masanya
yang dapat merubah peradaban dunia, pengetahuan itu lahir dari semangatnya orang-
orang islam yang mengkaji apa yang diturunkan oleh Tuhan-Nya yaitu Al Quran dan
Sunah-Sunah Nabi Muhammad SAW yaitu Hadis dan belum ada agama lain yang
dapat menandingi pencapaian Umat Islam pada waktu itu. Tetapi pada masa
renaissance eropa, ilmu-ilmu islam diserap bangsa eropa dan pada waktu itu Umat
Islam mengalami kemunduran yang amat memprihatinkan dan hampir seluruh
wilayah islam dalam cengkraman bangsa eropa. Yang diakibatkan dari banyaknya
umat islam yang meninggalkan dalam mengkaji Al Quran. Oleh karena itu, kita harus
memahami dan mengetahui prinsip dasar epistemologi Islam agar sejarah kelam Umat
Islam tidak terjadi lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian epistemologi dan Islam?
2. Bagaimana sumber pengetahuan (wahyu, akal, dan rasa)?
3. Bagaimana kriteria kebenaran dalam epistemologi Islam?
4. Bagaimana peranan dan fungsi pengetahuan Islam?

1 Drs. T. Ibrahim dan Drs. H. Darsono, Membangun Akidah Akhlak, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2003) h. 15-16.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistemologi dan Islam


Pengertian Epistemologi
Menurut Harun Nasution, pengertian epistemologi ; episteme berarti
pengetahuan dan epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang apa pengetahuan
dan bagaimana memperoleh pengetahuan. Selanjutnya, Drs. R.B.S. Furdyartanto
memberikan pengertian epistemologi sebagai berikut; Epistemologi berarti : ilmu
filsafat tentang pengetahuan atau pendek kata, filsafat pengetahuan.
Dari pengertian diatas Nampak bahwa epistemologi bersangkutan dengan
masalah-masalah yang meliputi:
1. Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan.
2. Metode yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh
realitas kebenaran pengetahuan.
3. Sistem yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran
pengetahuan2.
Diskursus ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan masalah kebenaran dan
bahkan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Maka definisi epistemologi adalah salah
satu cabang pokok bahasan dalam wilayah filsafat yang memperbincangkan seluk
beluk pengetahuan. Seperti sudah banyak dikenal, bahwa perbincangan epistemologi
tidak dapat meninggalkan persoalan-persoalan yang terkait dengan sumber ilmu
pengetahuan dan beberapa teori tentang kebenaraan.
Pertama, terkait dengan perbincangan apakah ilmu pengetahuan itu diperoleh
lewat akal pikiran semata (Rasionalisme), ataukah lewat pengamatan semata
(Empirisme) ataukah dimungkinkan lewat cara lain yakni intuisi (Intuisionisme).
Kedua, terkait dengan pembahasan apakah kebenaran pengetahuan manusia itu
dapat digambarkan dengan pola korespodensi, koherensi atau praktis pragmatis.
Istilah epistemologi sendiri pertama kali muncul pada pertengahan abad XIX
oleh J.F Rarrier dalam bukunya institute of metaphysics. Persoalan epistemologi
tersebut sebenarnya sudah dimulai dalam pertentangan antara Heraclitus (535-475

2 Harun Nasution, Filsafat Islam, Jakarta, 1978, h. 10.

2
SM) melawan Paramenindes (504-473 SM) yang pada dasarnya merupakan sengketa
fundamental, sebab yang mereka persoalkan sudah berupa masalah kebenaran
pengetahuan. Bagi Heraclitus, yang ada hanya gerak; tidak ada sesuatu pun yang
dapat disebut ada, melainkan semuanya menjadi. Segala-galanya dalam keadaan
menjadi, segala permulaan adalah mula dari akhir, segala hidup adalah mula dari
mati. Dalam dunia tidak ada yang tetap, semuanya berlaku panta rhei semuanya
mengalir. Dunia adalah tempat gerak yang bersambung, tempat kemajuan yang tidak
berakhir, yang baru mendapatkan tempatnya dengan menghancurkan dan
menewaskan yang lama.
Sedangkan Parmenindes membulatkan pokok keterangannya dengan
semboyannya yang pendek: hanya yang-ada itu ada, yang-tidak ada tidak ada.
Tidak ada yang lain kecuali yang ada. Sebab itu tidak ada yang menjadi dan tidak
ada pula yang hilang, adalah mustahil bagi akal. Menjadi menyatakan perpisahan
dari yang tidak ada ke yang-ada, didahului oleh yang tidak ada, sedangkan yang-ada
itu ada tetap selama-lamanya dan tidak berubah-ubah.

Pengertian Islam
Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan
aspek peristilahan. Menurut bahasa, kata islam berasal dari kata - - ,
yang mempunyai arti, yaitu keselamatan, perdamaian, dan penyerahan diri kepada
Allah SWT.
Dari pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang
berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan. Senada
dengan itu Nurcholis Majid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah
merupakan hakikat dari pengertian Islam.
Pengertian Islam menurut Maulana Muhammad Ali dapat dipahami dari
Firman Allah yang terdapat pada ayat 208 surat Al-Baqarah yang artinya: Hai orang-
orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu. Dan juga dapat dipahami dari ayat 61 surat al-Anfal yang
artinya: dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.

3
Dari uraian diatas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari
segi kebahasaan mengandung arti patuh tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan
dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik didunia maupun
diakhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan
paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai
makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk kepada
Tuhan.
Harun Nasution mengatakan bahwa Islam menurut istilah (islam sebagai
agama), adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat
manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya
membawa ajaran-ajawan yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai
berbagai segi dari kehidupan manusia. Sementara itu, maulana Muhammad Ali
mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian; dua ajaran pokoknya, yaitu
kesesaan Allah dan Kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata,
bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka kata Islam menurut istilah adalah
mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT,
bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW.
Posisi Nabi dalam ajaran Islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah untuk
menyebarkan agama Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran
agama Islam nabi terlibat dalam member keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh
prakteknya. Namuan keterlibatan ini masih dalam batas-batas yang dibolehkan Tuhan.

B. Sumber Pengetahuan (Wahyu, Akal dan Intuisi)


Wawasan tentang yang kudus telah menghilang dari konsepsi barat tentang
pengetahuan merupakan titik sentral dalam teori islam tentang pengetahuan.
Sesungguhnya, yang membedakan cara berpikir islami dari cara barat, adalah
keyakinan yang tidak tergoyahkan dari cara berpikir yang pertama bahwa Allah SWT
berkuasa atas segala hal dan bahwa segala sesuatunya, termasuk pengetahuan, berasal
dari satu-satunya sumber yang tidak lain adalah Allah SWT. Oleh karena itu sumber
pengetahuan adalah yang kudus, maka tujuan pengetahuan itu tidak lain adalah
kesadaran mengenai yang kudus. Semua filsuf Muslim yang berpendidikan, seperti
Ibn Miskaweh (932-1030), Al Ghozali (1059-1111), Ibnu Khaldun (1332-1406), Shah

4
Wali Ullah (1703-1763) dan Allama Muhammad Iqbal, semuanya berpendapat bahwa
sumber semua pengetahuan, adalah yang kudus dan yang ilahi3.
Sumber agama islam atau kadang-kadang disebut sumber ajaran islam atau
sumber pengetahuan islam bersumber dari Al Quran yang memuat wahyu Allah dan
Al Hadis yang memuat Sunnah Nabi Muhammad SAW. Komponen utama agama
islam (akidah, syariah, dan akhlak) dikembangkan dengan akal pikiran yang
memenuhi syarat untuk mengembangkannya. Dengan kata lain, yang dikembangkan
lebih lanjut supaya dapat dipahami manusia adalah wahyu Allah dan Sunnah
Rosulullah. Dengan demikian, sumber pengetahuan ajaran islam merupakan
pengembangan agama atau ajaran islam. Sumber utamanya sama yaitu al quran dan al
hadits, tetapi untuk ajaran islam ada sumber tambahan atau sumber pengembangan
akal pikiran manusia.
1. Al Quran (wahyu)
Wahyu berasal dari kata Arab al wahy artinya suara, api, dan kecepatan.
Disamping itu wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab.
Namun dari sekian banyak arti itu, wahyu lebih dikenal dalam arti :apa yang
disampaikan Allah kepada para nabi. Dalam islam wahyu atau firman Allah yang
disampaikan kepada nabi muhammad saw. Semua tersimpan baik dalam al quran,
karena itu, berupa wahyu dalam bahasa arab. Al quran adalah sumber agama islam
pertama dan utama. Menurut keyakinan umat islam yang diakui kebenarannya
oleh peneliti ilmiah, al quran adalah kitab suci yang memuat firman-firman
(wahyu) allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh malaikat jibril as
kepada nabi muhammad saw sebagai rosul allah sedikit demi sedikit selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di mekkah kemudian di madinah. Tujuannya
untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan
kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Didalam alquran secara gamblang menyatakan dalam bentuk sebuah cerita,
bahwa pada awal penciptaan , allah mengajarkan kepada adam nama benda-benda.
Adam sebenarnya, merupakan simbol manusia, sedangkan nama benda-benda
berarti unsur-unsur pengetahuan, baik yang duniawi maupun yang bukan duniawi.
Ketika allah bertanya kepada malaikat mengenai nama benda-benda, yang adam

3 Dr. H. Abuddin Nata, MA, Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2000, h. 95.

5
sudah mengetahuinya dapat mengatakannya, para malaikat itu mengaku tidak
tahu, karena seperti dengan tepat mereka katakan, mereka hanya mengetahui apa
yang telah diajarkan oleh Allah kepada mereka. Lalu Allah memerintahkan semua
malaikat agar memberi hormat kepada adam, yang mereka lakukan pula, kecuali
setan yang membangkang dan oleh karenanya mendapat kutukan. Dalam hal ini
pun, memberi hormat merupakan simbol pengakuan atas keunggulan. Adalah
menarik untuk dicatat bahwa keunggulan adam atas malaikat itu disebabkan oleh
pengetahuan, nama benda-benda yang telah diajarkan Allah kepadanya, dan bukan
karena keshalehannya, para malaikat lebih unggul dari padanya. Yang perlu
dicatat adalah bahwa pengetahuan yang memberikan keunggulan kepada Adam
adalah pengetahuan tentang benda-benda seperti yang dikatakan oleh al quran dan
bukan kesholehan beragama artinya kesholehan beragama seperti yang lazim
dipahami oleh orang awam.

2. Akal
Kata akal yang sudah menjadi kata indonesia itu berasal dari bahasa arab al
aql artinya pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran yang lebih tinggi
berkenaan dengan ilmu pengetahuan). Dalam bahasa indonesia perkataan akal
menjadi kata majemuk akal pikiran. Perkataan akal dalam bahaa asalnya (arab)
mengandung beberapa arti diantaranya mengikat dan menahan. Makna akar
katanya adalah ikatan. Ia juga mengandung arti mengerti, memahami, dan
berpikir. Para ahli filsafat dan ahli kalam mengartikan akal sebagai daya
(kekuatan, tenaga) untuk memperoleh pengetahuan, daya yang
membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain, daya
untuk mengabstrakan (menjadikan tidak berwujud) benda-benda yang ditangkap
oleh pancaindera.[6] Sumber pengetahuan yang lain adalah akal yang mempunyai
fungsi sangat besar untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Posisinya sangat tinggi
dalam Islam, ia berpotensi sebagai alat untuk berfikir, memahami dan mengambil
kesimpulan, khususnya dikalangan para filosof dibagi kepada dua yakni aktif dan
teoritis dengan fungsinya masing-masing. Akal aktif berkaitan dengan etika,
sedangkan yang pokok akal teoritis merupakan fakultas pemahaman.
Manusia dibedakan dari hewan oleh kecakapan mental yang luar biasa , yang
tidak dimiliki oleh hewan yakni akal. Akal mempunyai kemampuan bertanya
secara kritis. Kelebihan yang paling istimewa dari akal terletak pada kecakapan

6
atau kemampuannya untuk menangkap kuiditas atau esensi dari sesuatu yang
diamati atau dipahaminya.
Prinsip-prinsip pokok yang berkenaan dengan akal menurut Ibnu Rusyd :
a. Akal aktif yang dinamakan al aqlu al faal (active intellect) adalah sumber dari
segala akal manusia, bersifat satu dan universal.
b. Akal manusia terdiri dari akal aktif dan akal kemungkinan yang dinamakan al
aql bi al quwwah (receptive intellect), jika akal yang aktif merupakan sumber,
maka akal kemungkinan adalah pikiran yang berkuasa sehari-hari terhadap diri
manusia
c. Akaal dan jiwa manusia adalah satu, bersifat universal dan abadi. Jasmani
manusia boleh meninggal, tetapi akal dan jiwa tetap hidup, menjadi bebas dari
jasmani yang kasar itu, menyatukan diri dalam akal aktif yang menjadi
induknya. Hal seperti itu disebut mono-psychim.
d. Akal manusia ada yang bersifat fily, yaitu pemikiran yang praktis, dan ada
pula yang bersifat nadhary yaitu pemikiran mendalam dan teoritis yang
memandang segala sesuatu dengan ilmu pengetahuan.
e. Akal manusia (ratio) harus bebas dan berdiri sendiri di atas segala-galanya,
sedangkan agama dengan wahyu Tuhan merupakan penyempurna bagi akal
itu4.

3. Rasa (Intuisi)
Sebagai sumber atau ada yang mengatakan alat pengetahuan, indra tentu
sangat penting. Begitu pentingnya indra sehingga oleh aliran filsafat tertentu,
seperti empirisme, indra dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Indra adalah sumber awal mengenal alam sekeliling kita. Bahkan satu riwayat
menyatakan : apabila seorang manusia kehilangan salah satu indranya, maka ia
telah kehilangan setengah ilmu. Melalui mata manusia menangkap hal-hal yang
tampak apakah bentuk, keberadaan, sifat atau karakteristik benda-benda yang ada
di dunia. Melalui telinga dapat mendengar suara.
Demikian juga dengan indra perasa, kita bisa mengenal dimensi yang lain lagi
dari objek-objek dunia yaitu rasa, (masam, manis , asam, pahit dan lain-lain) yang

4 Alba, cecep, dkk., Pendidikan agama islam. Bandung: Tiga Mutiara, 1997.hal.14

7
tentunya tidak dapat dilihat dan didengar oleh mata dan telinga .Indra peraba
untuk memegang. Tak kalah pentingnya juga indra penciuman yang dapat
menyerap aspek lain dari objek-objek fisik yaitu bau Setelah melihat fungsi indra
sangat besar pengaruhnya untuk mendapatkan pengetahuan. Persoalan sekarang,
cukupkah indra memenuhi kebutuhan akan ilmu sebagai pengetahuan tentang
sesuatu sebagaimana adanya?. Apakah misalnya penglihatan manusia telah
mampu memberikan pengetahuan tentang sebuah benda, katakanlah langit, bulan,
bintang ? Sepintas bisa dijawab ya, dapat dikatakan langit itu biru dan bintang itu
kecil. Namun apakah penglihatan kita melaporkan benda-benda itu sendiri
sebagaimana adanya atau semata-mata kesan yang tercerap oleh mata belaka?.
Apakah kesan-kesan inderawi itu sama dengan kenyataan? tidak, ternyata indra itu
terbatas. Banyak dorongan dan perintah bagi kaum muslimin dalam Alquran
untuk mengadakan pengamatan (observasi) dengan indera juga penalaran dalam
memahami alam.

C. Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi Islam


Pandangan Islam akan kebenaran merujuk kepada landasan keimanan dan
keyakinan terhadap keadilan yang bersumber pada Al-Quran. Sebagaimana yang
diutarakan oleh fazrur rahman bahwa semangat dasar dari Al-quran adalah semangat
moral, ide-ide keadilan social dan ekonomi. Hokum moral adalah abadi, ia adalah
perintah Allah. Manusia tak dapat membuat dan memusnahkan hokum moral : ia
harus menyerahkan diri kepadanya. Pernyataan ini dinamakan Islam dan
Implementasinya dalam kehidupan di sebut Ibadah atau pengabdian kepada Allah.
Tetapi hokum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa dilaksanakan haruslah
diketahui.
Dalam kajian epistemologi Islam dijumpai beberapa teori tentang kebenaran :
1. Teori Korespondensi
Menurut teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat
suatu fakta bersesuaian, yang beralasan dengan realitas, yang serasi dengan situasi
actual, maka kebenaran adalah sesuai fakta dan sesuatu yang selaras dengan
situasi akal yang diberinya interpretasi.
2. Teori Konsistensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan
(judgement) dengan suatu yang lain yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan

8
antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas
hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan putusan lainnya yang telah
kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar, hubungan itu
saling berhubungan dengan kebenaran sebelumnya.
3. Teori Prakmatis
Teori ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata
tergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi
manusia untuk berfaedah dalam kehidupannya.

D. Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam


Ilmu atau pengetahuan dalam Islam mempunyai peran dan fungsi yang cukup
penting. Tak dapat dipungkiri keberadaan ilmu menempati posisi sangat tinggi karena
mempunyai peran dan pengaruh cukup besar pada perkembangan, perubahan dan
kemajuan umat manusia. Jalaluddin Rakhmat mengungkap peran penting ilmu
menurut Islam antara lain 5:
1. Ilmu pengertahuan harus berusaha menemukan keteraturan (sistem), hubungan
sebab akibat dan tujuan dialam semesta. Dalam banyak ayat Alquran dijelaskan
bahwa alam ini diurus oleh pengurus dan pencipta yang tunggal, karena itu tidak
pernah ada kerancuan (tahafut) di dalamnya. Alam bergerak menuju tujuan
tertentu, karena Allah tidak menciptakannya untuk main-main dan bukan
perbuatan sia-sia. Keteraturan dalam ilmu biasanya disebut hukum-hukum yang
terdapat dalam afaq disebut alquran sebagai qadar atau takdir sedangkan aturan
dalam anfus dan tarikh disebut sebagai sunnatullah.
2. Ilmu harus dikembangkan untuk mengambil manfaat dalam rangka mengabdi
kepada Allah sebab Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang dan segala
yang langit dan dibumi untuk manusia.
3. Ilmu harus dikembangkan dengan tidak menimbulkan kerusakan baik afaq atau
anfus.
Adapun fungsi ilmu menurut RBS. Fubyartana sebagaimana dikutip Endang
Saifuddin Anshari antara lain:

5 Lubis, Nur Ahmad Fadhil Lubis, 2001, Etika Bisnis, ( Jakarta : Hijri Pustaka Utama )

9
1. Fungsi Deskriptis : menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu obyek
atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti
2. Fungsi pengembangan : Melanjutkan hasil penemuan yang lalu yang menemukan
hasil ilmu pengetahuan yang baru
3. Fungsi prediksi : meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga
manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha
menghadapinya
4. Fungsi kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak
dikehendaki.
Dalam Ensiklopedi, Dawam Raharjo menyatakan satu fungsi ilmu yakni,
perbaikan atau pembaharuan, dalam istilah Alquran ishlah .Mahdi Ghulsyani
menerangkan manfaat ilmu antara lain :
1. Ilmu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang akan Allah.
2. Ilmu dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan
merealisasikan tujuan-tujuannya.
3. Dapat membimbing orang lain.
4. Dapat memecahkan berbagai problem masyarakat.
Terakhir, seraya mengutip pandangan Murtadha Muthahhari, Quraisy Shihab
menyingkap hubungan penting antara ilmu pengetahuan dan agama sebagai berikut :
1. Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, agama menentukan arah yang dituju.
2. Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya dan agama menyesuaikan
dengan jati dirinya.
3. Ilmu hiasan lahir dan agama hiasan batin
4. Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan dan agama memberi harapan dan
dorongan bagi jiwa
5. Ilmu menjawab pertanyaan yang dimulai dengan bagaimana dan agama
menjawab yang dimulai dengan mengapa.
6. Ilmu tidak jarang mengeruhkan pikiran pemeluknya, sedangkan agama selalu
menenangkan jiwa pemeluknya yang tulus.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam konteks islam, adanya kesaling-terkait antara al quran dan akal
mengantarkan seseorang pada kebenaran yang maksimal, karena keduanya saling
menyapa dan bekerjasama. Dengan demikian jelas, bahwa islam (al quran)
menjunjung tinggi kemampuan akal, dengannya inovasi baru selalu muncul yang
terangkum dalam kemajuan ilmu pengetahuan, akal tak dapat menyerap sesuatu dan
pancaindera tak dapat memikirkan sesuatu, hanya bila kedua-keduanya bergabung
akan timbullah pengetahuan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alquran dan Terjemahannya, 1996, Departemen Agama RI


Arkoun, Muhammad, 1996, Rethinking Islam, terj. Yudian W dan Latiful khuluq,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar )
Burhani, Ahmad Najib, 2001, Islam Dinamis, Menggugat Peran Agama Membongkar
Doktrin Yang Membantu, ( Jakarta : Buku Kompas )
Djaelani, Abdul Qadir, 1993, Filsafat Islam, ( Semarang : Bina Ilmu )
Hartono, Dic, 1986, Kamus popular filsafat, ( Jakarta : Rajawali Kartanegara )
Kartanegara, Mulyadi, 2002, Menembus Batas Waktu Panorama Filsafat Islam, ( Penerbit :
Mizan )

12

Anda mungkin juga menyukai