Anda di halaman 1dari 8

Epistemologi Ilmu Dalam Islam, Apa Yang Di ketahui, Cara Mengetahui

Dan Sumber Ilmu Pengetahuan


Nama Kelompok 4 :
1. Almadina Syahindra Solihin
2. Nur Hidayati
3. Alfu laila
4. Farida

Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gresik
Pendahuluan
Agama islam adalah satu-satunya agama disisi Allah yang di ridhoi, agama islam
juga membantu berbagai dimensi hubungan manusia dalam menjalani aspek kehidupan.
Ia mengajarkan bagaimana melakukan hubungan baik antara manusia dengan Sang
Khaliq, manusia dengan manusia, dan manusia dengan makhluk lainnya. Sejak lahir
manusia tidak lepas dari interaksi sosial dalam ruang lingkup keluarga maupun
masyarakat serta lingkungannya. Manusia diberikan kemampuan berpikir dan berenung
oleh Allah Subhana Wa Ta’ala untuk sadar dan peduli akan alam semesta. Sebelum
turunnya Al-qur’an, perenungan ini telah di mulai sejak sebelum masehi., yaitu zaman
filsafat yunani kuno.
Para ahli filsafat mencoba mencari jawaban asal mula alam semesta berdasarkan
dugaan-dugaan. Pada saat itu lahir beberapa pemikir yang satu dengan lainnya punya
pendapat yang berbeda beda. Misalnya Thales (625-524 SM), dalam buku yang
ditulisnya dengan judul Timaeus berpendapat bahwa alam semesta ini alam raya ini
berasal dari air. Menurutnya, air adalah pokok pangkal dari segala sesuatu yang ada dan
akan berakhir serta kembali pada air pula. (Al-Arief, 2021/2022). Kemudian islam datang
memberikan pengetahuan tentang alam semesta melalui Al-Quran yang merupakan
sumber pengetahuan yang bersifat absolut. Al-Quran tidak membicarakan asal mula alam
semesta secara detail, namun dalam bentuk isyarat-isyarat yang menggambarkan
penciptaan melalui proses bertahap secara kronologis.
Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan merupakan kajian yang berguna, karena
ia membahas aspek kehidupan manusia yang amat fundamental yaitu ilmu pengetahuan.
Epistemologi mengkaji secara filosofis tentang asal, struktur, metode, validitas dan
tujuan ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan apa yang disebut kebenaran serta kriterianya
dan menjelaskan cara yang dapat membantu diperolehnya kebenaran itu. Epistemologi
mempunyai tempat yang cukup sentral dalam bangunan filsafat ilmu, sehingga
epistemologi telah menarik perhatian para pemikir baik di Barat maupun di bangunan
pemikiran Islam modern. Epistemologi yang telah tumbuh sejak ratusan tahun silam, kini
berada pada posisi perkembangan yang semakin menggairahkan. Kehadiran perguruan
tinggi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia sesuai dengan fungsi utamanya
untuk mengembangkan ilmu, telah memberikan kontribusi signifikan dalam memelihara
semangat perkembangan ilmu.
Dalam perspektif epistemologi Islam, tidak dikenal adanya dikhotomi antara ilmu
agama dengan ilmu non-agama (umum). Ilmu adalah ilmu, Ia berasal dari sumber yang
sama, kemudian berkembang sesuai dengan wilayah obyeknya masing-masing, baik
menyangkut obyek material maupun obyek forma. Ia terus bersentuhan dengan fenomena
alam, manusia dan apapun yang berada di luar keduanya. Melalui persentuhan itulah
ilmu pengatahuan terus berkembang memasuki ruang sejarah dari waktu ke waktu. Jika
sains dan teknologi ini ditelusuri kembali ke masa-masa pertumbuhannya, hal itu tidak
lepas dari sumbangsih para ilmuwan muslim. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
asal-usul sains modern atau revolusi ilmiah berasal dari peradaban Islam. Memang
sebuah fakta, umat Islam adalah pionir sains modern.
Pembahasan
A. Pengertian Epistemologi
Kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: kata “Episteme” dengan arti
pengetahuan dan “logos” berarti teori, uraian,ulasan, atau ilmu. Epistemologi dapat
diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan
istilah “Theory of Knowledge”. Istilah Epistemologis secara etimologis diartikan sebagai
teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan.
Epistemologi adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kemutlakan
pengetahuan. Jadi objek material epistemologi adalah pengetahuan dan objek formalnya
adalah hakikat pengetahuan itu. Sistematika penulisan epistemologi adalah arti
pengetahuan, terjadinya pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, dan asal-usul
pengetahuan.
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas
menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. ilmu pengetahuan
harus berkembang terus, sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau
disempurnakan oleh temuan ilmu pengetahuan yang muncul kemudian. (Al-Arief,
2021/2022)
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu
peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologilah yang
menentukan kemajuan sains dan teknologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat
strategis dalam merekayasa pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi,
meskipun teknologi sebagai kausalitas dari pemanfaatan dan pengembangan
epistemologi.
B. Pengertian Islam
Islam (Arab: =‫ا=ال=س=ل=م‬, (“berserah diri kepada Tuhan“) adalah agama yang mengimani
Allah atau disebut tauhid. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di
seluruh dunia, menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama
Kristen. Islam memiliki arti “penyerahan”, atau penyerahan diri sepenuhnya kepada
Tuhan (Allah)
Pengikut ajaran Islam yang dikenal dengan sebutan (Muslim). "seorang yang
tunduk kepada Tuhan, atau lebih lengkapnya adalah sebutan Muslimin bagi laki-laki dan
Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-
sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh
Allah. (Zainur, 2019)
C. Pengertian Epistemologi Islam
Epistemologi Islam, atau pada mulanya lebih dikenal dengan Filsafat Hukum Islam,
pada dasarnya adalah ilmu baru yang lahir jauh sesudah kemapanan ilmu-ilmu keislaman
lainnya.

Epistemologi Islam secara terminologi yaitu cabang filsafat yang melingkupi


dasar-dasar pengetahuan, sumber pengetahuan, karakteristik pengetahuan, ukuran
kebenaran pengetahuan serta cara mendapatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan
pemikiran Islam. (Zainur, 2019)
Sebagaimana misalnya dalam Al-Qur’an mengungkapkan kisah Nabi Adam as
penuh dengan hikmah dan pelajaran diantara hikmah dan rahasia yang ada dalam kisah
itu adalah masalah kemungkinan untuk memperoleh epistemologi. Selain itu, Al-Qur’an
secara tegas juga mengajak keturunan Nabi Adam as pada pengetahuan. Dalam Al-
Qur’an terdapat berbagai perintah dan anjuran untuk memperhatikan, melihat, dan
merenungkan alam semesta sesuai dengan firman dan ayat-Nya :
‫اۡل‬ =ُ =‫يُ= ۡ=ؤ= ِم=نُ= ۡ=و= َ=ن= اَّل قَ= ۡ=و= ٍ=م= َع= ۡن= َو=ا=ل= ُّن= ُذ= ُر= ا=اۡل ٰ= ٰي‬
ِ =‫ت= تُ=ۡ=غ=نِ=ى= َو= َم=ا=‌ؕ= َو=ا= َ= ۡ=ر‬
=‫ض= ا=ل= َّس= ٰ=م= ٰ=و=تِ=فِ=ى= َم=ا= َذ=ا= ا= ْن=ظُ= ُ=ر= ۡ=و=ا= قُ= ِل‬
Artinya : “katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!”
Epistemologis Islam mengambil titik tolak Islam sebagai subjek untuk
membicarakan filsafat pengetahuan, maka disatu pihak epistemologiIslam berpusat
pada Allah, dalam arti Allah sebagai sumber pengetahuan dan sumber segala
kebenaran. Dilain pihak, filsafat pengetahuan Islam berpusat pula pada manusia,
dalam arti manusia sebagai pelaku pencari pengetahuan (kebenaran). Disini
manusia berfungsi sebagai subjek yang mencari kebenaran. Pendapat tersebut
berdasarkan alasan, bahwa manusia sebagai khalifah Allah berikhtiar untuk
memperoleh pengetahuan, sekaligus memberi interprestasinya. (Hasyim, 2018)
Dinamika epistemologi dalam pemikiran keagamaan di dunia Islam telah
berlangsung sejak periode klasik (650-1250), periode pertengahan (1250-1800) dan
periode modern (1800-sekarang). Periode perkembangan pemikiran modern sebagai
periode ketiga dipandang sebagai periode kebangkitan kembali umat Islam setelah
tenggelam selama abad pertengahan. Namun demikian, kehadiran modernisme telah
menyebabkan respons yang beragam dan memunculkan ketegangan di kalangan umat
islam. Dengan adanya modernisasi di segala bidang di beberapa Negara, seperti Mesir
memasuki masa liberal (liberal age). Paham liberalisme tumbuh mekar yang
mengakibatkan munculnya sejumlah gagasan tentang pemisahan antara agama,
kebudayaan dan politik. Dengan berkembangnya pemahaman liberatif di Mesir, lahirlah
apa yang disebut an-nahdah (renaissance), yang kemudian melahirkan beberapa trend
pemikiran.
D. Sumber-sumber Pengetahuan
Sumber harus dapat berdiri sendiri, baik dari sisi asal usul dan kemurnian nilai-
nilai yang dikandungnya yang dapat diterjemahkan menjadi petunjuk-petunjuk praktis
untuk dipraktekkan.
1. Pancaindera
Pancaindera sebagai salah satu chanel utama yang menyiapkan atau memberikan
ilmu pengetahuan kepada manusia, merupakan saluran yang bersifat realitas dan empiris.
Saluran pancaindera ini merupakan indrawi luaran yang memberikan pengetahuaan
tentang alam sekitar manusia. Sumber-sumber ini merupakan data yang bersifat empiris
yang diperolehi daripada lima chanel utama yang melibatkan organ-organ manusia dan
haiwan seperti melihat (mata), mendengar (telinga), merasa (lidah), menyentuh (kulit)
dan mencium (hidung). Data yang diperolehi melalui pancaindera ini juga terdiri daripada
data al-mahsusat alzahirah di mana data yang bersifat sains ini dapat mencapai kepada
pengetahuan yang berderajat `ilmu al-yaqin. Al-mahsusat al-zahirah adalah salah satu
pengetahuan manusia yang dicapai melalui pancaindera manusia khususnya melalui
penglihatan (organ mata). Data-data ini bersifat menyensor yaitu data yang diperolehi
manusia melalui alat inderawi luaran yang dimiliki oleh manusia. Oleh itu, data-data inilah
yang membekalkan sesuatu pengetahuan yang benar tentang alam sekitar kita.
2. Wahyu
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada
kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai
pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik. Wahyu
dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu
dengan melalui kepercayaan kita.
Wahyu pada asalnya ialah sesuatu yang diberitahukan dalam keadaan tersembunyi
dan cepat, wahyu Allah kepada nabi-nabinya ialah pengetahuan yang Allah tuangkan ke
dalam jiwa nabi agar mereka sampaikan kepada manusia untuk menunjuki mereka dan
memperbaiki di dunia serta membahagiakan mereka di akhirat, nabi setelah menerima
wahyu mempunyai kepercayaan yang penuh bahwa yang di terimanya adalah dari Allah
Swt. Wahyu di tuangkan dalam 2 bentuk yaitu :
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang terakhir, sumber asasi islam yang pertama
dan utama, kitab kodifikasi firman Allah SWT kepada manusia, di wahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW. Berisi petunjuk ilahi yang abadi untuk manusia,
untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
Sebagai sumber utama pengetahuan Al-Qur’an mutiara pengetahuan yang
tidak terhingga jumlahnyayang pada garis besarnya Al-Qur’an mengandung
beberapa pokok-pokok pikiran : Aqidah, syari’ah, ibadah, dan mu’amalah, akhlak
kisah-kisah lampau, berita-berita yang akan datang, pengetahuan ilahi-ilahi (alam
semesta).
b. As-Sunnah
Kedudukan as-sunnah sebagai sumber kedudukan islam selain berdasarkan
pada keterangan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis juga di dasarkanpada pendapat
kesepakatan para sahabat. Keberadaan As-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari
adanya ayat Al-Qur’an. (Zainur, 2019)

3. Akal
Penggunaan akal dengan baik amat difokuskan oleh Islam karena diantara satu syarat
seseorang itu dibebankan atau mukallaf dengan hukum syariat adalah mempunyai akal yang
sempurna. Penggunaan akal sebagai sumber ilmu amat dititik beratkan dalam syariat Islam
untuk menentukan persoalan hukum berlandaskan kepada sumber wahyu. Dalam hal ini, para
ahli fikih Islam telah meletakkan peranan ijtihad dalam menggunakan fungsi akal dalam
menentukan sumber hukum tambahan yang tidak tertulis secara jelas di dalam al-Qur’an dan
al-Sunnah contohnya qiyas, ijma`, istihsan, maslahah, siyasah syar`iyyah, masalih mursalah
dsb.
Pandangan islam mengenai akal manusia mendapat kedudukan yang lebih tinggi,
hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat Al-Quran, pengetahuan lewat akal disebut
pengetahuan aqli akal dengan indera dalam indra yang berkaitan dengan pengetahuan
satu dengan yang lainnya. akal berbeda dengan otak, akal dalam pandangan islam bukan
otak, melainkan daya berpikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Akal memiliki
jangkauan yang terbatas sehingga islam tidak menyerahkan segala sesuatu kepada akal
bahkan islam membatasi ruang lingkup akal berdasarkan kemampuannya karena akal
terbatas jangkauannya, tidak akan mungkin bisa menggapai hakikat segala sesuatu.
Kemaksiatan yang pertama kali dilakukanoleh makhluk adalah ketika Iblis
menolak perintah Allah untuk sujudkepada Adam karena lebih mengutamakan akalnya
yang belum bisamenjangkau hikmah perintah Allah tersebut dengan membandingkan
penciptaannya dengan penciptaan Adam Iblis berkata: ”Aku lebih baik dari padanya,
karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah..”
(QS.Shaad :76).
Karena inilah islam melarang akal menggeluti bidang-bidang yang diluar
jangkauannya seperti pembicaraan tentang Dzat Allah, hakekat ruh, dan yang
semacamnya, Rasulullah bersabda: ”Pikirkanlah nikmat-nikmat Allah, janganlah
memikirkan tentang Dzat Allah.”
Firman Allah didalam surah Al Isra’: Katakanlah, ”Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. al Isra’ : 85).

4. Intuisi / Ilham
Intuisi atau ilham merupakan sumber ilmu bersifat dalaman yang berkaitan dengan
hati, jiwa dan batin seseorang dalam memberikan sesuatu pengetahuan. Ilham yang benar
adalah datang dari Allah. Ia dilemparkan ke dalam jiwa hambanya yang bersih melalui jalan
kasyaf. Melalui jalan ini, pintu hati akan terbuka dan segala pengetahuan akan didapatkan
tanpa ada halangan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau
melalui kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih
dahulu. Dengan demikian, peran intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah adanya
kemampuan dalam diri manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa
pengetahuan, yang terdapat dalam diri seseorang adalah cara untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru yang dimana adanya upaya berpikir untuk membedakan salah
satuantara yang dua. Instuisi juga berperan sebagai alat untuk mendapatkan
pengetahuan dengan adanya kemampuan dalam diri seseorang untuk melahirkan
pernyatan-pernyataan berupa pengetahuan, pengetahuan yang muncul dengan instuisi
ini tidak dapat dibuktikan dengan seketika.
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa dasar untuk menerima ilham adalah
mempelajari semua dasar-dasar ilmu di alam ini. Manakala beramal dan beribadat boleh
memudahkan jiwa menerima ilham yang benar dan aktivitas berfikir pula akan
menyebabkan datangnya ilham itu. Prof Syed Al-Attas juga turut menyatakan bahwa intuisi
merupakan salah satu media yang sah dan penting dalam menghasilkan pengetahuan yang
berbentuk kreatif. Aktivitas seperti membaca, berfikir, melakukan percobaan dan berdoa
merupakan salah satu daripada usaha dalam menghasilkan ilmu melalui saluran ilham.
(Harahap, 2022)

5. Berita yang benar (Al-Khabar al-Sādiq)

Al-Khabar al-Sadiq atau sumber berita yang benar merupakan sumber utama
dalam saluran ilmu berdasarkan perspektif Islam. Sumber utama ini terdiri daripada dua
jenis yaitu sumber yang berlandaskan wahyu (al-Qur’an) dan sumber-sumber mutawatir.
Al-Qur’an sebagai sumber utama ilmu tidak dapat diragukan lagi karena merupakan
kebenaran mutlak yang menghantar kepada keyakinan. Dalam Surah al-`Alaq jelas
menunjukkan bahwa sumber segala ilmu adalah dari Allah kerana Allah lah yang
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui oleh manusia. Para malaikat juga
mengakui bahwa mereka tidak mempunyai suatu ilmu melainkan apa yang diberikan oleh
Allah S.W.T.
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa terdapat sumber-sumber ilmu yang lain jika diiringi
dengan kajian dan orientasi yang betul akan membawa kepada kebenaran wahyu Ilahi. Ini
disebabkan pada akhir suatu kajian itu akan membawa kepada sumber yang sama juga yaitu
Allah S.W.T. Sumber-sumber mutawatir pula merujuk kepada semua data ataupun
pengetahuan yang diambil dari banyak sumber lain secara bersambungan sehingga sampai
kepada satu jumlah bilangan rowi tertentu yang menyebabkan tidak dapat diragui lagi tentang
kebenaran data tersebut.
Hadith mutawatir adalah contoh untuk berita yang benar di mana dalam periwayatan
Hadith mutawatir penekanan terhadap sumber yang banyak dan data yang berterusan
menyebabkan tidak mungkin terdapat keraguan dan kepalsuan. Oleh sebab itu, data yang
berdasarkan kepada jenis ini merupakan data yang tidak mungkin dipermasalahkan
kesahihannya. Disamping itu juga, sumber-sumber bersifat mutawatir ini didasarkan kepada
rowi yang mempunyai keluhuran dan ketinggian akhlak yang tidak mungkin sama sekali
melakukan kebohongan atau pemalsuan terhadap berita atau pengetahuan yang disampaikan.

6. Keyakinan
Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui
kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan keyakinan ini
sangat sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya menetapkan bahwa alat lain
yang dipergunakannya adalah kepercayaan. Perbedaannya barangkali jika keyakinan
terhadap wahyu yang secara dogmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama.
Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan
(maturation) darikepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu
menyesuaikandengan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat
statik,kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan cocok buat kepercayaannya.
Wahyu dan keyakinan juga merupakan alat untuk memperoleh pengetahuan,
wahyu merupakan adanya kepercayaan di dalam diri seseorang mengenai sesuatu yang
disampaikan, dalam artian jika kita mempercayai sesuatu hal yang baru, melalui
kepercayaan kita tersebut, kita bisa memperoleh yang namanya pengetahuan, setelah kita
mempercayainya maka akan timbul rasa meyakini sesuatu hal tersebut.

E. Kesimpulan
Dengan beberapa prinsip dasar epistemologi islam kita bisa mengetahui peranan
islam dalam ilmu pengetahuan, yang mana Al-Qur’an (wahyu) sebagai salah satu sumber
ilmu pengetahuan yang kemudian di talar melalui akal sebagai keistimewaan bagi
manusia dan serta panca indra (rasa) atau sentuhan indrawi yang membantu memperoleh
pengetahuan. Semua itu menunjukkan, bahwa suatu peradaban bisa maju dan unggul,
meskipun tetap dilandasi oleh agama dan kepercayaan terhadap Tuhan (Allah SWT),
dengan cara mengembangkan epistemolog.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Arief, M. Z. (2021/2022). Makalah Kel 8 Filsafat Ilmu Islam Epistemologi Islam.


https://id.scribd.com/, hal. https://id.scribd.com/document/498454901/MAKALAH-KEL-8-
FILSAFAT-ILMU-ISLAM-EPISTEMOLOGI-ISLAM.

Harahap, A. S. (2022, februari 17). Epistemologi:Teori, Konsep dan Sumber-SumberIlmu. Diambil


kembali dari file:///C:/Users/SEMESTA%20IN/Downloads/204-Article%20Text-531-2-10-
20220217.pdf

Hasyim, M. (2018, juni 5). EPISTEMOLOGI ISLAM. Diambil kembali dari jurnal.yudharta.ac.id:
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/pai/article/view/1094

Pramushinta, A. S. (2017). Mengenal Epistemologi Islam.

redaksi. (2012, juni 19). Dasar-dasar Epistemologi Islam. Diambil kembali dari uinsgd:
https://uinsgd.ac.id/dasar-dasar-epistemologi-islam/

Zainur, M. I. (2019). Makalah Epistemologi Islam. https://id.scribd.com/, hal.


https://id.scribd.com/document/415011976/Makalah-Epistemologi-Islam.

Anda mungkin juga menyukai