Anda di halaman 1dari 5

Nama: Imas Aropah

Prodi: PAI 1E

NMP: 2103003964

Jawaban Soal UAS Filsafat

1.Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Filsafat Barat


Filsafat Abad Pertengahan, di mulai pada abad ke 4 sampai abad ke 15. Filsafat
Barat pada pasca kelahiran Yesus Kristus ini ditandai dengan berpadunya filsafat
dan agama. Sayangnya, ajaran filsafat yang bertentangan dan doktrin gereja
diberangus bahkan filsif yang mengeluarkan ajaran tersebut di hukum mati. Hal itu
bisa kita dapati dari peristiwa matinya Copernicus dan Galileo yang mengeluarkan
teori yang bertentang dengan doktrin gereja. Itulah mengapa filsafat abad-abad ini
juga disebut sebagai abad kegelapan filsafat. Filsafat barat mengalami stagnansi
atau keterhambatan. Di sisi lain, filsafat timur khususnya filsafat Islam mengalami
perkembangan pesat pasca lahir dan tersebarnya ajaran Muhammad Saw. Di abad
kegelapan filsafat ini, hanya yang berhasil memadukan filsafat dan agamalah yang
berhasil bertahan dan diakui ajarannya. Dan filsuf tersebut salah satunya adalah
Thomas Aquinas dengan teorinya yang paling terkenal; lima argumentasi
pembuktian keberadaan Tuhan.
2. filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik
bersifat abstrak maupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga
untuk paham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-
pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang
lingkup filsafat.
Sedangkan, pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia terhadap obyek (riil dan
gaib) atau fakta. Dan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah kumpulan pengetahuan
yang benar disusun dengan sistem dan metode untuk mencapai tujuan yang berlaku
universal dapat diuji/diverifikasi kebenaranya.Ilmu pengetahuan tidak hanya satu,
melainkan banyak (plural) bersifat terbuka berkaitan dalam memecahkan masalah.
Jadi, Pengetahuan filsafat mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan
tertentu secara rasional.
3. Corak Pemikiran Filsafat Islam terdiri atas corak besar yang berpengaruh
hingga saat ini. Corak pertama disebut sebagai corak filsafat "Parlatetik"
(masyaiyah) corak filsafat ini amat kuat dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles. al-
Ghazali di kalangan kaum Muslimin besar sekali, sehingga menurut pandangan
kaum Orientalis, agama Islam yang digambarkan oleh kebanyakan kaum Muslimin
berpangkal pada konsepsi al-Ghazali. Karyanya yang terbesar yaitu Ihya ‘Ulumiddin
yang artinya “Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama”, dan dikarangnya selama beberapa
tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syam, Yerussalem, Hijjaz dan Tus,
dan yang berisi tentang paduan yang indah antara fiqih, tasawuf dan filsafat, bukan
saja terkenal di kalangan kaum Muslimin, tetapi juga di kalangan dunia Barat dan
luar Islam.

Pikiran-pikiran Al-Ghazali telah mengalami perkembangan sepanjang hidupnya dan


penuh kegoncangan batin. Sehingga sulit diketahui kesatuan dan kejelasan corak
pemikirannya seperti yang terlihat dari sikapnya terhadap filosof-filosof dan terhadap
aliran-aliran akidah pada masanya. Namun demikian, al-Ghazali telah mencapai
hakikat agama yang belum pernah ditemukan oleh orang-orang sebelumnya dan
mengembalikan kepada agama. Jalan yang terdekat kepada Tuhan ialah jalan hati
dan dengan demikian ia telah membuka pintu Islam seluas-luasnya untuk tasawuf.

4. Ciri-Ciri Filsafat

 Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek tertentu
saja.
 Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental dan essensial.
 Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis
meskipun spekulatif

5. Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber


pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman dengan cara observasi/penginderaan. Pengalaman merupakan faktor
fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia.
Empirisme berasal dari kata Yunani ”empiris” yang berarti pengalaman indrawi.
Karena itu, empirisme dinisbatkan kepada paham yang memilih pengalaman
sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut
dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada
dasarnya aliran ini sangat bertentangan dengan rasionalisme. Penganut empirisme
mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-
alat indrawi, yang kemudian dipahami di dalam otak, dan akibat dari rangsangan
tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek telah merangsang alat-
alat indrawi tersebut. Empirisme memegang peranan yang amat penting bagi
pengetahuan. Penganut aliran ini menganggap pengalaman sebagi satu-satunya
sumber dan dasar ilmu pengetahuan. Pengalaman indrawi sering dianggap sebagai
pengadilan yang tertinggi. Namun demikian, aliran ini banyak memiliki kelemahan
karena (1) indra sifatnya terbatas, (2) indra sering menipu, (3) objek juga menipu,
seperti ilusi/fatamorgana, dan (4) indra dan sekaligus objeknya. Jadi, kelemahan
empirisme ini karena keterbatasan indra manusia sehingga muncullah aliran
rasionalisme.

Rasionalisme adalah paham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide yang masuk
akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.

maka abad itu disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan). Sebagai aliran dalam
filsafat yang mengutamakan rasio untuk memperoleh pengetahuan dan kebenaran,
rasionalisme selalu berpendapat bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam
suatu pengetahuan. Dan menurut rasionalisme, pengalaman tidak mungkin dapat
menguji kebenaran hukum ”sebab-akibat”, karena peristiwa yang tak terhingga
dalam kejadian alam ini tidak mungkin dapat diobservasi. Bagi aliran ini kekeliruan
pada aliran empirisme disebabkan kelemahan alat indra tadi, dan dapat dikoreksi
seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indra dalam
memperoleh pengetahuan. Pengalaman indra digunakan untuk merangsang akal
dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi,
akal juga dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak didasarkan bahan indra
sama sekali. Jadi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang
betul-betul abstrak. Indra dan akal yang bekerja sama belum juga dapat dipercaya
mampu mengetahui bagian-bagian tertentu tentang suatu objek. Manusia mampu
menangkap keseluruhan objek beserta intuisinya. Jika yang bekerja hanya rasio,
yang menjadi andalan rasionalisme, maka pengetahuan yang diperoleh ialah
pengetahuan filsafat. Dan pengetahuan filsafat itu sendiri ialah pengetahuan logis
tanpa didukung data empiris. Jadi, pengetahuan filsat ialah pengetahuan yang
sifatnya logis saja.

6. Cabang utama filsafat

cabang ilmu filsafat di antaranya Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Ontologi


adalah cabang ilmu yang membahas hakikat segala sesuatu yang ada.
Epistemologi adalah cabang ilmu menjelaskan tentang bagaimana mencari
pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Aksiologi membahas tentang
untuk apa ilmu itu digunakan.

7. Korelasi antara filsafat, ilmu dan agama

 Ilmu (Ilmu Pengetahuan) Berbeda dengan filsafat, ilmu berusaha memahami alam


sebagaimana adanya, dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam.

Filsafat Ilmu  Ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan


ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut (Beerling, et al.,
1988:1-4). Filsafat ilmu erat kaitannya dengan epistemologi, yang secara umum
menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk  pengalaman manusia, juga mengenai
logika dan metodologi. Filsafat ilmu sebagai kelanjutan dari perkembangan filsafat
pengetahuan, adalah juga merupakan cabang filasafat.

 Agama             Agama merupakan sistem kepercayaan terhadap sesuatu yang


dianggap memiliki kekuatan supra natural (Tuhan). Agama merupakan sistem
peribadatan dan penyembahan (worship) terhadap Yang Mutlak dan sistem
peraturan (norma) yang mengatur hubungan antarmanusia, manusia dengan alam
dan manusia dengan Tuhan.  

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan


saling berkaitan karena semuanya merupakan kegiatan manusia. Hubungan
keduanya diibaratkan filsafat sebagai induknya ilmu sedangkan ilmu pengetahuan
sebagai anak filsafat. Mengapa demikian, karena filsafat sifatnya lebih luas atau
universal objeknya. Sedangkan ilmu pengetahuan objeknya terbatas karena hanya
di dalam bidang tertentu. Filsafat dengan ilmu pengetahuan dapat saling
bertemu sebab kedua-duanya menggunakan metode pemikiran reflektif dalam
usaha untuk menghadapi fakta-fakta dunia dan kehidupan. Keduanya menunjukkan
sikap kritik, dengan pikiran terbuka dan kemauan yang tidak memihak, untuk
mengetahui hakikat kebenaran. Mereka berkepentingan untuk mendapatkan
pengetahuan yang teratur. Antara filsafat dan ilmu memiliki tujuan yang sama,
yaitu mencari kebenaran. Dari aspek sumber, filsafat dan ilmu memiliki sumber
yang sama, yaitu akal atau rasio. Karena akal manusia terbatas, yang tak mampu
menjelajah wilayah yang metafisik, maka kebenaran filsafat dan ilmu dianggap
relatif, nisbi. Sementara agama bersumber dari wahyu, yang kebenarannya
dianggap absolut, mutlak·. Dari aspek objek, filsafat memiliki objek kajian yang lebih
luas dari ilmu. Jika ilmu hanya menjangkau wilayah fisik (alam dan manusia), maka
filsafat menjangkau wilayah baik fisik maupun yang metafisik (Tuhan, alam dan
manusia). Tetapi jangkauan wilayah metafisik filsafat (sesuai wataknya yang
rasional-spikulatif)  membuatnya tidak bisa disebut absolut kebenarannya.
Sementara agama (baca: agama wahyu) dengan ajaran-ajarannya yang terkandung
dalam kitab suci Tuhan,  diyakini sebagai memiliki kebenaran mutlak. Agama
dimulai dari percaya (iman), sementara filsafat dan ilmu dimulai dari keraguan.
Ilmu, filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi
manusia. Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama yang diberikan oleh
Tuhan kepada manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta keyakinan. Melalui
ketiga potensi tersebut manusia akan memperoleh kebahagiaan yang
sebenarnya.

8. - Manfaat filsafat di lingkup mahasiswa antara lain untuk mampu memikirkan


suatu masalah secara mendalam dan kritis, dapat membentuk argumen dalam
bentuk lisan maupun tulisan secara sistematis dan kritis, serta mengkomunikasikan
ide secara efektif. Seseorang yang mendalami filsafat dengan baik dan benar, tentu
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada.
- Hubungan (Relevansi) antara filsafat dan ilmu pendidikan juga dapat saling
berkaitan, Filsafat mempengaruhi pertumbuhan ilmu-ilmu yang lain. Inilah hubungan
horizontal antara filsafat termasuk filsafat pendidikan dengan keilmuan lainnya.
Filsafat pendidikan memiliki hubungan vertikal dengan ilmu yang lainnya ketika
berhubungan ke bawah atau ke atas, seperti hubungan dengan ilmu pendidikan,
sejarah pendidikan, dan seterusnya. Dan dapat kita aplikasikan sebagai mahasiswa
di dalam segala sesuatu kita senantiasa berfifkir logis kritis hingga ke akar-akarnya.

Anda mungkin juga menyukai