Sebelum mengetahui mengenai ilmu filsafat, ada baiknya kita terlebih dahulu
mengenal tentang pengantar filsafat. Pengantar dalam KKBI adalah pembimbing, konsep,
dan proses sedangkan filsafat berarti pencinta kebijaksanaan (love of wisdom) atau
mengetahui suatu kehidupan. Jadi maksud dari pengantar ilmu filsafat adalah pembimbing
untuk mengetahui segala ilmu kehidupan atau ilmu pengetahuan.
Menurut Aristoteles, filsafat dimulai dengan suatu thauma (rasa kagum) yang timbul
dari suatu aporia, yakni suatu kesulitan yang dialami karena adanya percakapan-percakapan
yang saling kontradiksi. Istilah aporia dari bahasa Yunani juga berarti problema, pertanyaan
atau “tanpa jalan keluar”. Jadi filsafat itu dimulai ketika manusia mengagumi dunia dan
berusaha menerangkan berbagai gejala dunia itu. Filsafat disebutkan sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang bersifat eksistensial artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan
kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang menjadi motor penggerak kehidupan kita
sehari-hari sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu
masyarakat atau bangsa.
Pembimbing ke filsafat tak akan lengkap tanpa sepatah kata tentang perkembangan
filsafat sepanjang sejarah. Sejarah filsafat ialah penyelidikan ilmiah mengenai perkembangan
pemikiran filsafat dari seluruh bangsa manusia dalam sejarah. Apabila sejarah filsafat
dianggap satu-satunya pengantar, bahkan satu-satunya filsafat, itu kami anggap kurang tepat.
Lagi pula dilihat dari sudut didaktik, pembimbing yang melulu “historis” saja kami anggap
kurang pada tempatnya karena banyaknya aliran-aliran dan pendapat-pendapat yang sering
bertentangan satu sama lain. Hal itu dengan mudah dapat menimbulkan salah paham dan
menghasilkan kekecewaan belaka. Akan tetapi jika pengantar historis itu diberikan di
samping pengantar sistematis maka ia akan sangat besar faedahnya.
I. Filsafat Barat
a. Filsafat Zaman Purba (600 sebelum masehi-500 sesudah masehi)
Filsafat barat mulai di Yunani. Pengaruh daei filsafat timur memang ada, tetapi
hanya sedikit. Sifat-sifat filsafat Yunani sangatlah mempengaruhi seluruh alam
pikiran Barat: Melepaskan diri dari mitos-mitos dan mencari pertanggung jawaban
yang rasional daripada kenyataan mencari apa yang tetap dan kekal dalam kenyataan
yang berubah-ubah.
2) Skolastik
Sesudah Agustinus mengalami keruntuhan, satu-satunya yang ebrani muncul
kepermukaan adalah Skotus Erigena (810-877). Disebut Skolastik karena
filsafat diajarkan pada Universitas-universitas (sekolah) pada waktu itu.
Mempelajari tentang pengertian-pengertianumum (pengaruh Plato). Filsafat
mengabdi pada Theologi dan Anselmus (1033-1100), Abaeladrus (1079-
1142).
3) Filsafat Arab
Berkat pengaruh Helensime (Iskandar), filsafat Yunani hidup terus di Siria,
diperkembangkan lebih lanjut oleh filsufus-filsifus Arab, kemudian diteruskan
ke Eropa melalui Spanyol.
2) Filsafat di Jerman
Timbulnya cara berpikir yang “historis” dan “dialektis”. Kemajuan ilmu alam
membawa ke arah positif yaitu timbulnya industri.
3) Filsafat di Prancis
a) Tradisionalisme dan Fideisme. Lebih mementingkan dasar-dasar
kesusilaan, manusia tak dapat mempercayai akalnya sendiri. Satu-satunya
kepastian terdapat pada kewibawaan, entah dari manusia (Tradisionalisme)
atau Tuhan (Fidieisme).
b) Spititualisme. Sifat-sifat kerohanian daripada kesadaran manusia diakui
dan dipentingkan.
c) Positivisme. Reaksi terhadap subyektivisme dan idealisme Hegel,
berpangkalan pada asas-asas Kant.
4) Filsafat di Inggris
Filsafat inggris tetap empiristis tetapi dipengaruhi oleh kritisisme Jerman dan
Positivisme Jerman.
5) Neo-Skolastik
filsafat dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan saling melengkapi satu sama
lainnya. Perbedaan antara kedua kegiatan manusia ini, bukan untuk dipertentangkan,
melainkan untuk saling mengisi, saling melengkapi, karena pada hakikatnya, perbedaan itu
terjadi disebabkan cara pendekatannya yang berbeda. Maka dalam hal ini perlu
mempertimbangkan antar filsafat dan ilmu, yang menyangkut perbedaan-perbedaan maupun
titik temu antar keduanya. Hederson memberikan gambaran hubungan antara filsafat dan
ilmu sebagai berikut:
Ilmu (Science)
- Anak filsafat
- Analitis; memriksa segala gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh
gambaran senyatanya menurut bagian-bagian
- Menekankan fakta-fakta untuk melukiskan objeknya, netral dan mengabstrakkan
faktor keinginan dan penilaian manusia
- Memulai sesuatu memakai asumsi-asumsi
- Menggunakan metode eksperimen yang terkontrol sebagai cara kerja dan sifat
terpenting, menguji sesuatu menggunakn pengindraan
Filsafat
- Induk ilmu
- Sinopsis; memandang dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan, untuk dapat
menerangkannya, menafsirkannya, dan memahaminnya secara keseluruhan.
- Bukan saja menekankan keadaan sebenarnya dari objek, melainkan juga bagaimana
seharusnya objek itu. Manusia dan nilai merupakan faktor penting.
- Memeriksa dan meragukan segala asumsi-asumsi
- Menggunakan semua penemuan ilmu pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan
pengalaman dengan memakai pemikiran.
Semua ilmu sudah dibicarakan dalam filsafat. Bahkan beberapa ilmu pengetahuan lahir
dari filsafat, berarti ilmu yang memisahkan diri dari filsafat. Ilmu bersifat analitis, ilmu
pengetahuan hanya menganggap salah satu lapangan pengetahuan sebagai objek formulanya.
Sedangkan filsafat belajar dari ilmu pengetahuan dengan menekankan keseluruhan dari
sesuatu (sinopsis), karena keseluruhan mempunyai sifat sendiri yang tidak ada pada bagian-
bagiannya.
Ilmu bersifat deskriptif tentang objeknya agar dapat menemukan fakta-fakta, teknik-
teknik dan alat-alat. Filsafat tidak hanya melukiskan sesuatu, melainkan membantu manusia
untuk mengambil keputusan tentang tujuan, nilai-nilai dan tentang apa-apa yang harus dibuat
manusia. Filsafat tidak netral, karena faktor-faktor subjektif memegang peranan penting
dalam berfilsafat.
Selanjutnya Prof. Sikun Pribadi mengemukakan perbedaan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan, sebagai berikut:
Jelaslah, bahwa perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan ialah bahwa ilmu
pengetahuan bertolak dari dunua fakta (jadi bersifat ontis),sedangkan filsafat bertolak dari
dunia nilai, artinya selalu menghubungkan masalah dengan makna keseluruhan hidup (jadi
bersifat deontis), walaupun kedua bidang aktivitas manusia itu sifatnya kognitif.
Filsafat pancasila adalah hasil pemikiran paling mendalam dan dianggap telah
dipercaya serta diyakini sebagai suatu kesatuan dari norma dan nilai yang dianggap paling
benar, adil, bijaksana, paling baik dan paling sesuai dengan kaidah didirikannya Negara
Republik Indonesia. Pancasila sebagai falsafah dapat diartikan sebagai pandangan hidup
dalam kegiatan praktis. Dalam pengertian lain, filsafat pancasila merupakan kegunaan nilai-
nilai pancasila sebagai pedoman atau pandangan hidup bernegara, pada prinsipnya pancasila
sebagai filsafat yakni perluasan manfaat dari yang bermula sebagai dasar dan ideologi
berkembang menjadi produk filsafat (falsafah).
Menyusul hal tersebut, filsafat pancasila berarti mempunyai fungsi dan peranan untuk
manusia sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap dan tingkah laku sebagai bentuk
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara
untuk bangsa Indonesia.
1. Ir. Soekarno
Bagi sosok Soekarno, filsafat pancasila merupakan filsafat asli dari Indonesia yang
diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akultirasi budaya India (Hindu-Budha),
Barat (Kristen) dan Arab (Islam). Beliaulah pencetus pertama falsafah pancasila
sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang setaraf dengan falsafah negara di
Dunia.
2. Soeharto
Filsafat pancasila mulai mengalami perubahan, melalui para filsuf yang lahir di
Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti dengan interpretasi dalam
budaya Indonesia (Pncasila truly Indonesia).
3. Ruslan Abdulgani
Ahli ini memiliki pemdapat bahwa Pancasila itu adalah filsafat dari negara yang
terlahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia.
4. Notonagoro
Notonagoro mengatakan bahwa filsafat pancasila memberikan pengetahuan dan
pengertian ilmiah mengenai hakikat pancasila. Menurutnya, secara ontologi kajian
pancasila sebagai filsafat dimaksudkan untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila yang
terkandung di dalam pancasila.