Anda di halaman 1dari 10

UTS FILSAFAT SAINTEK

NAMA : ASTRID ANANDA TOBAN


NIM : F1A220035
KELAS :A
JURUSAN : S1 STATISTIKA

Soal:
1. Jelaskan pengertian filsafat beserta ciri-cirinya!
2. Jelaskan perbedaan antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi!
3. Jelaskan keterkaitan filsafat dengan sains!
4. Sebutkan beberapa Filsuf klasik dan kontemporer berserta pemikirannya!
5. Ceritakan sejarah perkembangan filsafat yang anda ketahui!

Jawab:
1. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang menggunakan logika,
metode, serta juga sistem dalam mengkaji masalah umum serta mendasar
tentang segala macam persoalan, seperti misalnya; pengetahuan, akal, pikiran,
eksistensi, serta juga bahasa. Pendapat lain pun ada yang mengatakan bahwa
arti filsafat ini merupakan suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk dapat
memberikan suatu pandangan hidup itu dengan secara menyeluruh dengan
berdasarkan refleksi terhadap pengalaman hidup serta juga pengalaman
ilmiah. Dengan kata lain, di dalam filsafat tersebut tidak terdapat eksperimen
atau juga percobaan, tapi mengemukakan masalah dengan secara persis,
mencari solusi, dan juga memberikan argumentasi atas solusi tersebut.
Adapun ciri-ciri dari filsafat adalah sebagai berikut:
a) Bersifat Universal

Pemikiran filsafat ubu cenderung memiliki sifatr universal (umum)


serta tidak bersangkutan (memiliki kaitan) dengan objek-objek khusus.
Misalnya seperti pemikiran mengenai manusia, keadilan, kebebasan, serta
lain-lain.
b) Tidak Faktual

Dalam hal ini, tidak faktual ini merupakan sesuatu yang spekulatif
dengan membuat berbagai dugaan yang masuk akal mengenai/tentang
suatu hal, namun tanpa bukti sebab telah/sudah melampaui batas dari
fakta-fakta ilmiah.
c) Berhubungan dengan Nilai

Menurut C. J. Ducasse, pengertian filsafat ini merupakan suatu upaya


manusia dalam mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut
dengan sebutan penilaian. Dalam hal tersebut, penilaian yang dimaksud
ialah sesuatu yang baik serta buruk, susila dan juga asusila, yang mana
pada akhirnya filsafat tersebut menjadi suatu usaha untuk dapat
mempertahankan nilai-nilai.
d) Berhubungan dengan Arti

Mengacu pada poin 3, sesuatu yang mempunyai nilai pastinya


memiliki arti. Itulah sebabnya para filsuf tersebut menciptakan berbagai
kalimat yang logis serta menggunakan bahasa yang tepat (ilmiah), agar
ide- idenya itu sarat dengan arti.
e) Implikatif

Pemikiran filsafat itu selalu terdapat implikasi (akibat), sehingga dari


tersebut diharapkan akan dapat melahirkan pemikiran baru yang dinamis
serta juga menyuburkan intelektual.

2. Perbedaan antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi

a) Ontologi

Ontologi dimaknai sebagai ilmu yang membahas tentang keberadaan.


Atau dengan kata lain, ontologi berarti cara untuk memahami hakikat dari
jenis ilmu komunikasi. Ontologi sendiri merupakan cabang ilmu filsafat
mengenai sifat (wujud) atau fenomena yang ingin diketahui manusia.
Dalam ilmu sosial ontologi berkaitan dengan sifat pada interaksi sosial atau
komunikasi sosial. Ontology merupakan mengerjakan terjadinya
pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial
ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan.

b) Epistemologi

Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari


tentang asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia.
Epistemologi sendiri dinamakan sebagai teori pengetahuan. Di dalam
kajian epistemologi, ilmu komunikasi dititikberatkan pada berita yang
sesuai dengan bukti dan fakta untuk menjadi berita yang bernilai tinggi.
Sehingga pesan yang disampaikan cenderung bersifat netral tanpa
memihak siapapun dengan sifat yang obyektif. Kunci standar penulisan
yang menggunakan pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa,
yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung
waktu kekinian.

c) Aksiologi

ksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari


pengetahuan yang didapatkan. Ilmu ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika.
Kedua, esthetic expression, atau ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political
life, atau kehidupan sosial politik. Dari bahasan ketiga inilah lahir filsafat
sosio- politik. Aksiologi merubakan cabang filsafat yang berkaitan dengan
etika, estetika, dan agama. Aksiologis merupakan bidang kajian filosofis
yang membahas value.

Ilmu komunikasi khususnya berita, dalam kajian aksiologis bahwa


fungsi berita dilihat dan dititikberatkan pada suatu hiburan masyarakat.
Sehingga para redaksi berita harus mampu menarik audiens dengan
menampilkan sesuatu yang ringan seperti halnya artike feature.
3. Ketertarikan ilmu filsafat dan sains:
Menurut Titus (1959) dalam Uyoh Sadulloh (2012), sains diartikan sebagai
common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan
terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode
observasi yang teliti dan krisis. Sains merupakan suatu metode berfikir yang
bersifat objektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna
terhadap dunia factual. Sains juga bersifat relative, dalam arti bahwa suatu
kebenaran sains dapat diuji kembali oleh pengalaman berikutnya kemungkinan
diperbaharui, bahkan dapat saja ditolak kalau memang hasil temuan baru
tersebut harus menolak.

Dalam perkembangan sains banyak terpengaruh dari pemikiran-pemikiran


para filsuf, seperti Leibniz yang menemukan “kalkulus diferensial”, Whitehead
dan Bartrand Russel dengan teori matematikanya yang terkenal, Ibnu Sina
seorang filsuf muslin yang telah banyak memberikan sumbangan terhadap
perkembangan ilmu kedokteran, Ibnu Khaldun seorang filsuf muslim juga yang
telah berjasa dalam mempelopori pengembangan ilmu sejarah dan sosiologi,
mendahului Agust Comte yang oleh Barat dianggap sebagai Bapak Sosiologi.
Tidak hanya perkembangan sains yang dipengaruhi oleh filsafat, namun
perkembangan filsafat juga dipengaruhi oleh sains. Sains membantu filsafat
dalam mengembangkan sejumlah bahan-bahan deskriptif dan factual serta
esensialbagi pemikiran filsafat, sains mengoreksi filsafat dengan jalan
menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan
ilmiah. (Uyoh Sadulloh, 2012).
Filsafat dan sains memiliki beberapa kesamaan, diantaranya adalah
1) keduanya menunjukkan metode berfikir reflektif dalam menghadapi fakta-
fakta dunia dan hidup,
2) keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka, serta memberikan perhatian
yang tidak berat sebelah terhadap kebenarannya,
3) keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisasi dan tersusun
secara sistematis.
4. Berikut beberapa filsuf Yunani yang paling berpengaruh dalam perubahan
dunia. Hidup sebelum masehi tapi namanya dikenang terus sampai sekarang.

1. Thales (620-546 SM)


Thales dinobatkan oleh para sejarawan sebagai bapak filsafat Yunani
kuno. Mayoritas ideologi Thales berasal dari Aristoteles, yang menunjuk
Thales sebagai orang pertama yang menyelidiki prinsip-prinsip dasar
seperti asal usul materi.
Sebagai seorang filsuf, Thales jarang membatasi penelitiannya pada
bidang terbatas pengetahuan kontemporer dan secara aktif terlibat dalam
memahami berbagai aspek pengetahuan seperti filsafat, matematika, sains,
dan geografi. Thales sangat dihargai di kalangan orang Yunani kuno.
Itulah beberapa filsuf Yunani kuno yang paling berpengaruh sejak dulu
hingga saat ini. Tokoh-tokoh kritis seperti mereka harus terus ada di dunia.

2. Aristoteles (384-322 SM)


Aristoteles menjadi filsuf paling berpengaruh di antara seluruh murid
Plato. Interpretasinya pada hal-hal lebih didasarkan pada fakta yang
dipelajari dari pengalaman yang akan diperoleh orang dalam kehidupan
mereka, suatu pendekatan yang berbeda dari Plato yang lebih suka
perspektif metafisika.
Pada saat pengetahuan manusia masih terlalu umum, ia membagi
pengetahuan ini ke dalam kategori yang berbeda seperti etika, biologi,
matematika, dan fisika. Aristoteles benar-benar menjadi tokoh kunci dalam
filsafat Yunani kuno yang pengaruhnya masih berlanjut hingga saat ini.

3. Plato (427-347 SM)


Plato merupakan murid dari Socrates dan memiliki pandangan
filosofis yang sama seperti gurunya. Meski demikian, Plato memilih untuk
menggabungkan dua pendekatan utama metafisika alih-alih menafsirkan
filsafat berdasarkan penalaran manusia. Dalam bidang fisika, Plato setuju
dengan pandangan Pythagoras.
4. Socrates (469-399 SM)
Socrates memulai perspektif baru untuk mencapai hasil praktis
melalui penerapan filsafat dalam kehidupan kita sehari-hari. Socrates secara
terbuka menjauh dari spekulasi fisik yang tiada henti bahwa para filsuf
sebelumnya telah begitu sibuk menafsirkan dan berusaha untuk membangun
sistem etika berdasarkan penalaran manusia alih-alih berbagai doktrin
teologis.

5. Zeno (490-430 SM)


Pada saat sebagian besar filsuf Yunani kuno menggunakan akal dan
pengetahuan untuk menafsirkan alam, Zeno dari Elea menghabiskan
waktunya untuk menjelaskan banyak teka-teki dan paradoks gerak dan
pluralitas. Zeno juga berusaha menjelaskan kesimpulan kontradiktif yang
ada di dunia fisik bertahun-tahun sebelum perkembangan logika.
Zeno pernah mengajukan banyak paradoks sendiri, yang kemudian
diperdebatkan di antara para filsuf generasi selanjutnya. Konsep infinity
atau tak terhingga juga merupakan konsep yang dicetus oleh Zeno.

6. Pythagoras (570-495 SM)


Pythagoras adalah seorang ahli matematika terkenal yang dikenal
karena menciptakan Teorema Pythagoras, salah satu perhitungan kunci
dalam geometri. Meskipun karya matematika-nya sangat melegenda, tapi
Pythagoras juga berpengaruh pada filsafat modern.
Pythagoras menganggap dunia sebagai harmoni yang sempurna dan
mengarahkan pengajarannya tentang bagaimana menjalani kehidupan yang
harmonis. Tidak hanya itu, dia juga menjadi orang pertama yang
mengajarkan kalau Bumi itu bulat, demikian dilaporkan oleh Athens
Insiders.
7. Anaxagoras (500-428 SM)
Mengutip Ancient History Lists, Anaxagoras adalah seorang filsuf dan
ilmuwan berpengaruh yang tinggal dan mengajar di Athena selama hampir
30 tahun. Kebanyakan pandangan filosofis dari Anaxagoras selalu berkaitan
dengan realitas alam semesta. Ide-idenya yang kontras dan bertabrakan
dengan ideologi dan kepercayaan kontemporer membuatnya harus
menghadapi konsekuensi dan pengasingan yang mengancam jiwa.
Anaxagoras percaya bahwa di dunia fisik, semuanya mengandung
bagian dari segalanya. Tidak ada yang murni sendiri, dan semuanya
bercampur aduk dalam kekacauan. Anaxagoras juga dinobatkan sebagai
orang pertama yang membangun filsafat secara keseluruhan di Athena.

5. Zaman Yunani Kuno (6 SM- 6 M)


Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM yang ditandai
oleh  runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi
pembenaran setiap gejala alam. Filsafat Yunani yang telah berhasil
mematahkan berbagai mitos tentang kejadian dan asal usul alam semesta, dan
itu berarti dimulainya tahap rasionalisasi pemikiran manusia tentang alam
semesta. Cara berpikir ini berlangsung sampai abad ke-6 SM. Sedangkan sejak
abad ke-6 SM orang mulai mencari jawaban rasional tentang asal usul dan
kejadian alam semesta.  
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan
demikian karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir
alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di
sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang
bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan mitos belaka. 
Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta yang sifatnya mutlak,
yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah. 
Filosof yang mengembangkan filasfat pada zaman Yunani yang begitu ramai
dipersoalkan sepanjang sejarah yaitu Socrates. Setelah itu, Plato meneruskan
keaktifan Socrates dengan mengarang dialog-dialog seperti gurunya. Plato
berpendapat bahwa berfilsafat artinya mencari kebijaksanaan atau kebenaran,
dan oleh karena itu dapat dimengerti bahwa mencari kebenaran itu dilakukan
secara bersama-sama dalam suatu dialog.   
Pemikiran filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa
Aristoteles (384 SM-322 SM). Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu
pengetahuan ialah mencari penyebab objek yang diselidiki. Kekurangan utama
para filosof sebelumnya adalah mereka tidak memeriksa semua penyebabnya. 

Zaman Pertengahan (6 M- 16 M)
Pada masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat perkembangan
filsafat tidak berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen.Hal ini dikarenakan
pihak gereja membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan
terhambat dan tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-
doktrin gereja yang berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-
pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para gerejawan, maka filosof
tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada hukuman
mati. 
Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua
periode yaitu: periode Scholastik Islam dan periode Scholastik Kristen.
Pada periode Scholastik Islam, para filosof Islamlah yang pertama
mengenalkan filsafatnya Aristoteles. Diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia
mengenalkan kepada orang-orang barat yang belum mengenal filsafat
Aristoteles. Para ahli pikir Islam yang lain (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan lain-lain. 
Mereka itulah yang memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof Eropa
yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah
benar. Namun dalam kenyataannya bangsa Eropa tidak mengakui atas peranan
ahli pikir Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa Barat.
Pada masa ini Scholastik Kristen, kekuasaan agama masih begitu
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di
kawasan Eropa. Adanya tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas
hanya dari kaum agamis yang berada di gereja saja, karena mereka yang diluar
gereja terlalu disibukkan dengan urusan melayani orang lain, daripada
memikirkan hal- hal yang tidak mengenyangkan seperti filsafat. Pada masa
inilah perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan sangat buruk.Karena pihak
gereja membatasi dan melarang para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu
pengetahuan dan filsafat tidak berkembang.

Zaman Renaisans (14 M-16 M)


Renaisans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam
bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Zaman renaisans terkenal dengan era kelahiran kembali
kebebasan manusia dalam berpikir.        
Pada zaman ini, manusia mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-
angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah
membatasi manusia dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu
pengetahuan.  Proses melahirkan kembali ini terjadi pada abad ke-15 dan 16.
Dan, yang melahirkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi kuno ini
adalah orang-orang yang biasa disebut kaum humanis.  
Renainssans dianggap sebagai masa peralihan dari Abad Pertengahan ke
zaman Modern. Dengan demikian, ia memiliki unsur-unsur abad pertengahan
dan modern, unsur-unsur keagamaan dan profance, otoriter dan individualistis.
Tetapi ini semua tak berarti pengingkaran bahwa Renaisans umumnya
dianggap sebagai suatu titik peralihan di dalam sejaeah kebudayaan barat.
Pada saat ini manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu terlihat
secara nyata dalam karya-karya seniman zaman renaisans seperti Donatello,
Botticelli, Michelangelo (1475-1564), Raphael (1483-1520, Perugino (1446-
1526, dan Leonardo da Vinci (1452-1592). Sedangkan dalam bidang ilmu
pengetahuan terdapat beberapa tokoh hebat antara lain Nicolaus Copernicus
(1478-1543), Andreas Vasalius (1514-1564), Galileo Galilei (1546-1642),
Johannes Kepler (1571-1642), dan Francis Bacon (1561-1632). 
Bangsawan Inggris yang meletakkan dasar filosofis untuk perkembangan
dalam bidang ilmu pengetahuan dengan mengarang suatu maha karya yang
bermaksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan
suatu teori baru dalam bukunya Novum Organon. 

Zaman Modern (17 M- 20 M)


Setelah zaman renaisans yaitu zaman pencerahan atau zaman modern.
Zaman Pencerahan (Inggris: Enlightenment) berlangsung dari abad ke-17
hingga ke-20 M. Di zaman ini terdapat peristiwa penting, yaitu revolusi di
Inggris dan Perancis. Orang-orang yang hidup di zaman ini memiliki
keyakinan bahwa mereka mempunyai masa depan yang cerah dan bercahaya
berkat rasio mereka sendiri. 
Sebelumnya, orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya,
seperti otoritas gereja, kitab suci, para ahli, dan negara. Oleh karena itu,
semboyan zaman pencerahan adalah Sapere aude (beranilah berpikir sendiri).  
Dengan semboyan itu, manusia di zaman pencerahan semakin
bersemangat untuk menemukan hal-hal baru. Mereka memanfaatkan akal
mereka semaksimal mungkin untuk menggapai perubahan, kemajuan,
pertumbuhan, pembangunan, peradaban, reformasi, bahkan revolusi.

Anda mungkin juga menyukai