Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

FILSAFAT DAN ETIKA PEMERINTAHAN

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN FILSUF (ARISTOTELES) TENTANG FILSAFAT

NAMA : DENDI SATRIA BUANA


NPM : 227321016
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
SEMESTER : SATU
KELAS : 32.A
DOSEN PENGASUH : DR. ZAINAL, S.SOS., M.SI.

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN 2022
0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat merupakan akar dari semua ilmu pengetahuan sehingga di sebut sebagai The

Mother of Science. Filsafat jangkauannya sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh

yang dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula

dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.

Dalam filsafat, pencarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara terus menerus

(hingga akhirnya membuahkan jawaban yang semakin lama semakin mendekati kebenaran). Inti

filsafat adalah berpikir, dan berpikir adalah sebuah tindakan manusia yang bersifat eksistensial,

utuh dan menyejarah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata filsafat menunjukkan pengertian yaitu

pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan

hukumnya. Menurut Anshari (2009), filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab

masalah-masalah yang tidak dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah tersebut diluar

jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Sementara itu menurut Tim Filsafat UGM 1996, filsafat adalah

usaha memahami atau mengerti dunia dalam hal dan maknanya.

Karakteristik dasar filsafat oleh Jan Hendrik Rapar diungkapkan setidaknya ada lima hal,

yaitu berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran, mencari kejelasan dan berpikir rasional

(Suriasumantri, 1985): (1) Berpikir Radikal; Berpikir secara radikal adalah karakter utama filsafat,

karena filsuf berpikir secara radikal, maka ia tidak akan pernah terpaku hanya pada fenomena suatu

entitas dan wujud realitas tertentu; (2) Mencari Asas: Karakter filsafat berikutnya adalah mencari

1
asas yang paling hakiki dari keseluruhan realitas, yaitu berupaya menemukan sesuatu yang

menjadi esensi realitas; (3) Memburu Kebenaran; Berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang

segala sesuatu; (4) Mencari Kejelasan; Berfilsafat berarti berupaya mendapatkan kejelasan

mengenai seluruh realitas; (5) Berpikir Rasional: Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu

kebenaran, dan mencari kejelasan tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa berpikir secara

rasional. Karakteristik inilah yang dijadikan dasar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang

lain.

Perkembangan ilmu tidak bisa dilepaskan dari peran dan pengaruh filsafat yang mulai

berkembang sejak zaman Yunani kuno sekitar abad ke 6 SM – 6 M, berlanjut ke zaman

pertengahan sekirar abad ke 6 M – 14 M, zaman reneisans sekitar abad ke 14 M – 16 M dan zaman

modern di abad ke 17 M – 20 M. Pada setiap masanya selalu muncul ilmuwan filsafat (filsuf)

dengan pemikiran-pemikiran yang memberi pengaruh pada perkembangan ilmu dan pengetahuan

bahkan sampai saat ini.

Salah seorang tokoh filsafat yang pemikiran-pemikirannya berpengaruh sampai saat ini

adalah Aristoteles (381 SM – 322 SM). Ia merupakan filsuf dan ilmuwan dari zaman Yunani kuno

yang menjadi salah satu tokoh intelektual terbesar dalam sejarah Barat. Aristoteles merupakan

filsuf yang merintis dan membangun pondasi bagi filsafat dan sain.

Untuk lebih mengetahui filsafat menurut Aristoteles, kita perlu mengetahui apa saja

pemikirannya dalam filsafat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang termuat dalam latar belakang diatas, maka topik

permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut adalah tentang apa yang menjadi pemikiran filsafat

dari Aristoteles.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Aristoteles lahir di Kota Stagira, Macedonia pada 384 SM. Ia merupakan seorang filsuf

dan ilmuan besar pada masa Yunani kuno. Tokoh pelopor dari perkembangan studi tentang logika

formal, dan berbagai bidang filsafat keilmuan lainnya. Ia meyakini bahwa setiap aspek kehidupan

manusia dapat dijadikan objek pemikiran dan analisis.

Menurut pendapatnya filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang

terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

Filsafat Aristoteles secara umum dapat dianggap sebagai filsafat yang berusaha menengahi

kesenjangan antara apa yang ada di dalam pikiran (universalitas wujud) dan apa yang ada di dalam

realitas (partikularitas wujud). Aristoteles membagi filsafat sebagai berikut:

1. Logika

Penemuan Aristoteles yang terbesar dalam bidang logika adalah silogisme (syllogimos).

Silogisme maksudnya uraian berkunci, yaitu menarik kesimpulan dari kenyataan yang umum

atas hal yang khusus dan dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru dan tepat dari

dua kebenaran yang telah ada.

2. Filosofia Teoritika

a. Fisika: Ia beranggapan bahwa jagat raya terbatas, berbentuk bola dan jagat raya tidak

mempunyai permulaan dalam waktu dan tidak mempunyai akhir (kekal). Sedangkan bumi

dan isinya terdiri dari empat unsur: api, udara, tanah dan air.

b. Metafisika: yaitu berpusat pada persoalan barang dan bentuk. Aristoteles beranggapan

bahwa bentuk ikut serta memberikan kenyataan pada benda. Benda dan bentuk tidak dapat

dipisahkan.

3
c. Matematika: yaitu tentang barang yang menurut kuantitasnya. Aristoteles berprinsip bahwa

ketidakhinggaan hanya ada didalam konsep saja. Pemikirannya yang terbesar dalam

matematika adalah tentang logika dan analisis.

3. Filosofia Praktika (tentang hidup kesusilaan)

a. Etika (kesusilaan dalam hidup perorangan) dan ekonomi (kesusilaan dalam hidup

kekeluargaan). Aristoteles memakai pendekatan biologis untuk menganalisa manusia.

Manusia dapat dengan sadar mengendalikan dorongan rasionalnya. Memiliki nafsu yang

bermacam-macam, salah satunya bersosialisasi baik sekedar bersahabat atau urusan

seksual.

b. Politika (kesusilaan dalam hidup kenegaraan). Aristoteles mengklasifikasikan sistem-

sistem politik seperti dibawah ini:

 Monarki (kerajaan), diperintah oleh seorang raja untuk kepentingan semua, tapi jika

sebaliknya berpotensi tirani.

 Aristokrasi, diperintah beberapa orang untuk kepentingan bersama, jika sebaliknya

dapat berpotensi ologarki, memperkaya sekelompok orang saja.

 Polity, diperintah semua rakyat untuk kesejahteraan umum, jika sebaliknya

mayoritas rakyat memerintah untuk kepentingan si miskin saja dapat menjadi

demokrasi.

4. Filosofia Poetika/Aktiva

Dibidang seni Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku “Poetike”.

Menurutnya keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Ia

berpandangan bahwa sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan

hasil chatarsis disertai dengan estetika.

4
BAB III

PENUTUP

Aristoteles terkenal sebagai bapak logika. Logika adalah berpikir secara teratur menurut

hukum logika yang tepat, atau berdasarkan hubungan sebab akibat. Ia menyebut metode

berpikirnya analytica, tetapi lebih populer disebut logika. Inti dari logika adalah silogistik.

Aristoteles membagi filsafat menjadi empat persoalan yaitu logika, fisika, metafisika dan

pengetahuan praktis. Analisis mengenai filsafat dilakukannya menggunakan silogisme. Pemikiran

Aristoteles mengenai logika yang memanfaatkan metode deduktif dijadikan sebagai dasar dalam

logika formal.

Aristoteles menganut paham aliran Realisme. Ia memiliki pemikiran bahwa materi tidak

mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis) dan pemikiran ini sangat berpengaruh pada pemikiran

Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya.

Secara sistematis, karakteristik kefilsafatan Aristoteles adalah (1) menyeluruh, artinya

peikiran yang luas, (2) mendasar, artinya pemikiran mendalam sampai kepada hasil yang

fundamental, dan (3) spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi

pemikiran selanjutnya.

Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih

merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-

teorinya yang bertahan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Ini terjadi karena teori-teori

tersebut dianggap logis dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya.

Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritataif terhadap logika dan

metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber ilmu utama dari ilmu pengetahuan atau “the

master of those who know”


5
DAFTAR PUSTAKA

Mahfud dan Patsun, 2019. Mengenal Filsafat Antara Metode Praktik dan Pemikiran Socrates, Plato
dan Aristoteles. CENDIKIA Jurnal Studi Keislaman.

Maulidi, Sahrul. 2016. Aristoteles: Inspirasi dan Pencerahan untuk Hidup Lebih Bermakna.
Jakarta. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1996.

Suriasumantri, Jujun. S., (ed.), Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan tentang
Hakekat Ilmu, Jakarta: Penerbit PT Gramedia, 1985.

Anda mungkin juga menyukai