Anda di halaman 1dari 12

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

“REALISME”

A. Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar.
Karena filsafat merupakan pandangan hidup untuk menentukan arah dan
tujuan proses pendidikan. Oleh karena itu filsafat dan pendidikan mempunyai
hubungan yang sangat erat. Pengkajian filosofis terhadap pemdidikan mutlak
diperlukan karena membantu dalam memberikan informasi tentang hakikat
manusia sebagai dirinya sendiri baik secara horizontal maupun secara vertical.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan. Filsafat akan menentukan “mau dibawa ke
mana” siswa kita. Filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia itu.
Kajian terhadap persoalan ini menelusuri hakekat manusia sehingga muncul
beberapa asumsi tentang manusia. Misalnya, manusia adalah makhluk religi,
makhluk social, makhluk yang berbudaya, dan sebagainya. Dari telaah
tersebut filsafat mencoba menelaah tiga pokok persoalan, yaitu hakekat benar-
salah (logika/ilmu), hakekat baik-buruk (etika), dan hakekat indah-tidak indah
(estetika).
Selanjutnya, berbagai pemikiran filsafat pendidikan yang muncul di
dalam masyarakat bersamaan dengan dinamika perkembangannya dan
membawa perubahan yang selanjutnya dikenal dengan aliran filsafat
pendidikan. Aliran-aliran filsafat tersebut, muncul sejak manusia hidup dalam
satu kelompok yang dihadapkan dengan problem regenerasi bagi
keturunannya.
Pemahaman terhadap berbagai aliran filsafat pendidikan memiliki arti
yang sangat penting, ketika seorang pendidik atau calaon pendidik hendak
menangkap hakekat dari setiap dinamika perkembangan pemikiran tentang
filsafat yang telah terjadi. Bagaimanapun aliran-aliran filsafat pada dasarnya

1
merupakan gagasan dari para pemikir yang cukup berpengaruh secara luas
pada zamannya, sehingga tidak dapat diabaikan.
Pada setiap aliran filsafat pendidikan memiliki pandangan yang berbeda
dalam memandang perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan atas factor-
faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perkembangan
manusia. Namun, aliran filsafat yang akan dibahas pada makalah ini adalah
aliran filsafat pendidikan “Realisme”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan aliran filsafat pendidikan realisme?
2. Siapa tokoh dalam aliran filsafat pendidikan realisme?
3. Apa saja ciri-ciri kelompok aliran realisme?
4. Apa itu konsep filsafat menurut aliran realisme?
5. Bagaimana implikasi aliran realisme dalam pendidikan?
6. Apa kelebihan dan kekurangan aliran realisme dalam pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami maksud dari aliran realisme.
2. Untuk mengetahui dan memahami tokoh yang terdapat dalam aliran
realisme.
3. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri kelompok dalam aliran
realisme.
4. Untuk mengetahui dan memahami konsep filsafat menurut aliran
realisme.
5. Untuk mengetahui dan memahami implikasi aliran realisme dalam
pendidikan
6. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan aliran
realisme dalam pendidikan.

2
D. Pembahasan
1. Pengertian Aliran Realisme
Realisme berasal dari kata bahasa Inggris yaitu real, atau yang nyata,
dapat diartikan juga yang ada fakta tidak dibayangkan atau tidak
diperkirakan. Adapun kata fakta dalam bahasa Indonesia berarti hal
(keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar
terjadi. Realisme juga berasal dari kata Latin yaitu realis yang berarti nyata.
Dalam bidang metafisika, realisme berarti konsep-konsep umum yang
disusun oleh budi manusia yang sungguh juga terdapat dalam kenyataan,
lepas dari pikiran manusia. Dalam arti umun, realisme berarti kepatuhan
kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang
diharapkan atau yang diinginkan.
Realisme merupakan suatu aliran dalam ilmu pengetahuan. Aliran
realisme mepersoalkan objek pengetahuan manusia. Aliran realisme
mamndang bahwa objek pengetahuan manusia terletak di luar diri manusia.
Contohnyya sebuah kursi itu ada karena ada yyang membuatnya, begitu juga
dengan adanya alam yang berarti ada yang membuatnya. Tetapi kaum realis
tidak mempercayai adanya ruh karena yang ada hanyalah jiwa. Kaum realis
juga berpendapat bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian.
Selain itu, aliran realisme merupakan filsafat yang memandang realitas
secara dualistis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri
atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua
bagian, yaitu subyek yyang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di
pihak lainnya adalah adanya realitas di luar manusia, yang dapat dijadikan
objek pengetahuan manusia.

2. Tokoh Aliran Realisme


1) Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya ia mereaksi
terhadap filsafat gurunya, yaitu idealism. Hasil pemikirannya disebut filsafat

3
realisme. Ia mengajarkan cara berpikir atas prinsip realistis, yang lebih dekat
pada alam kehidupan manusia sehari-hari.
Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani
sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dlam hidupnya
berada dalam kondisi alam materi dan social. Sebagai makhluk rohani,
manusia sadar ia akan menujju pada proses yang lebih tinggi yang menuju
kepada manusia ideal. Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian
pendidikan dengan filsafat sebagai alat pencapainya.
Ia menganggap penting pula pembentukan kebiasaan pada tingkat
pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral.
Aristoteles juga menganggap kebahagiaan sebagi tujuan dari pendidikan
yang baik. Ia mengembangkan individu secara bulat, totalitas. Aspek-aspek
jasmanilah, emosi, dan intelek sama dikembangkan, walaupun ia mengakui
bahwa kebahagiaan tertinggi ialah kehidupan berpikir. Adapun ajaran-ajaran
Aristoteles dalam aliran realisme adalah sebagai berikut:;
a. Logika
Aristoteles terkenal sebagai bapak logika, tetapi tidaklah berarti
bahwa sebelumnya tidak ada logika. Aristoteleslah orang pertama yang
memberikan uraian secara sistematis tentang logika. Logika adalah ilmu
yang menuntun manusia untuk berpikir yang benar dan bermetode.
Dengan kata lain logika adalah suatu cara berpikir yang secara ilmiah
yang membicarakan bentuk-bentuk pikiran itu sendiri yang terdiri dari
pengertian, pertimbangan, dan penalaran secara hukum-hukum
menguasai pikiran tersebut.
b. Metafisika
Dalam uraian ini, Aristoteles mengkritik ajran gurunya tentang ide-
ide. Menurut Aristoteles, yang sungguh ada itu bukanlah yang umum
melainkan yang khusus, satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya
yang ada, melainkan manusia ini, itu Anas, dan lain-lain. Semuanya ada.
Jadi, Aristoteles bertentangan dengan gurunya Plato yang mengatakan
bahwa semua yang Nampak hanyalah merupakan bayangan semata.

4
c. Abstraksi
Bagaimana budi dapat mencapai pengetahuan yang umum itu
sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya tidak umum. Menurut
Aristoteles, obyek yang diketahui itu memang konkrit dan satu persatu,
jadi tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh indera dan indera
mengenalnya. Pengetahuan indera itu dapat diolah oleh manusia (Budi).
Manusia itu menggalkan yang bermacam-macam dan tidak sama,
walaupun tidak dingkari. Yang dipandang hanya yang sama saja dalam
permacaman itu. Pengetahuan yang satu dalamm macamnya oleh
Aristoteles dinamai idea tau pengertian.
Jadi, Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman, sedangkan
ide juga dihargainya serta diterangkan bagaimana pula mencapainya
dengan berpangkan pada realitas yang bermacam-macam.
d. Politik
1) Tujuan Negara
Aristoteles dalam bukunya menyatakan”bahwa manusia menurut
kodratnya merupakan Zoon Politicon” atau makhluk social yang
hidup dalam Negara.
2) Rumah tangga
Aristoteles mengkritik pendapat Plato bahwa para penjaga tidak
boleh hidup berkeluarga dan dilarang mempunyai milik pribadi.
Menurut Aristoteles, untuk hidup menurut keutamaan manusia perlu
keluarga dan butuh milik pribadi, tetapi kekayaan tidak boleh
ditambah dengan sembarang cara.
3) Susunan negara
Negara yang paling baik ialah Negara yang di arahkan untuk
kepentingan umum. Susunan Negara yang paling baik menurut
Aristoteles ialah “Politeia”. Politeia adalah demokrasi moderat atau
demokrasi yang mempunyai undang-undang dasar.

5
e. Etika
Dalam karya Aristoteles “Ethika Nicomachea” mengatakan dalam
segala perbuatannya manusia mengejar satu tujuan. Ia selalu mencari
sesuatu yang baik baginya. Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai
manusia, maka tujuan yang tertinggi dan terakhir dari manusia adalah
kebahagiaan. Tugas etika ialah mengembangkan dan mempertahankan
kebahagiaan itu. Menurut Aristoteles, manusia hanya disebut bahagia
jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik.
2) Francis Bacon (1210-1292 M)
Menurut Francis Bacon, pengetahuan yang sebenarnya adalah
pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dan
dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan sejati.
Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Kata Bacon selanjutnya
bahwa kita sudah terlalu lama dipengaruhi oleh metode deduktif. Dari
dogma-dogma diambil kesimpulan. Menurut Bacon, ilmu yang benar
adalah yang telah terakumulasi antara pikiran dan kenyataan, kemudian
diperkuat oleh sentuhan inderawi.

3. Ciri-ciri Kelompok Aliran Realisme


Ada beberapa ciri-ciri dari kelompok yang mengikuti aliran realisme
ini, diantaranya:
a. Kelompok realis membedakan antara objek pikiran dan tindakan pikiran
itu sendiri. Menekankan teori korespondensi untuk meneliti kebenaran
pernyataan-pernyataan. Kebenaran adalah hubungan erat putusan kita
kepada fakta-fakta pengalaman atau kepada dunia sebagaimana adanya.
Kebenaran adalah kepatuhan kepada realitas yang objektif.
b. Seorang realis menyatakan ia tidak menjauhkan diri dari fakta yang
nyata. Menekan kemauan-kemauan dan perhatian-perhatiannya dan
menerima perbedaan dan keistimewaan benda-benda sebagai kenyataan
dan sifat yang menonjol dari dunia. Ia bersifat curiga terhadap

6
generalisasi yang condong untuk menempatkan segala benda di bawah
suatu system.
c. Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan
yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak diantara mereka yang
bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualism atau
mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh, Alfred North Whitehead yang
mencetuskan ‘filsafat organisme’. Ia mengkritik pandangan sains yang
yang tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan
dan akal, alam dan jiwa, subtansi dan kualitas-kualitas.

4. Konsep Filsafat Menurut Aliran Realisme


Adapun konsep filsafat menurut alioran realisme itu terbagi atas 4
(empat) jenis, yaitu:
a. Metafisika-realisme
Dalam pandangan metafisika, realitas itu dipahami sebagai sesuatu
yang sifatnya objektif, tersusun atas materi dan bentuk serta berdasrakan
hukum alam. Sesuatu yang objektif adalah sesuatu yang berada di luar
kesadaran manusia seperti keberadaan benda-benda, misalnya kursi,,
meja, binatang, pintu, pohon, air, matahari dan lain sebagainya. Benda-
benda ini secara objektif juga mengikuti hukum alam, di mana benda-
benda tersebut dapat rusak. Sifat-sifat benda yang secara objektif
mengikuti hukum alam ini di dalam pelajaran-pelajaran sekolah dekat
kepada pembelajaran soal-soal sains.
Berbeda dengan idealism yang memandang bahwa realitas itu
dikotomik, yakni ada duni penampakan yang kita tangkap lewat indera
dan ada dunia realitas yang kita tangkap kecerdasan akal pikir yang
terfokus pada ide-gagasan, dan ide-gagasan yang eternal itu nlebih
dahulu ada dan lebih penting dari pada dunia empiris-inderawi. Maka
realisme menyatakan bahwa benda-benda itulah yang pertama hadir
tanpa harus diketahui oleh kesadaran kita.

7
b. Humanologi-realisme
Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa
merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuuan
berpikir.
c. Epistemology-realisme
Epistemology adalah telaah filsafat yang berkaitan dengan masalah
pengetahuan termasuk di dalamnya masalah kebenaran. Dalam masalah
filsafat pendidikan, maka epistemology banyak berbicara mengenai
masalah kurikulum, cara belajar dan metode pembelajaran, dan juga
sumber-sumber pengetahuan, yaitu apakah sumber pengetahuan mutlak
hanya berasal dari guru, ataukah ada sumber-sumber pengetahuan
lainnya.
Aliran realisme menyatakan bahwa pengetahuan seseorang
diperoleh lewat sensasi da abstraksi. Sensasi dala hal ini adalah
diguunakannya panca indera manusia untuk menemukan penegtahuan
bagi dirinya. Melalui panca inderanya maka manusia dapat menangkap
berbagai macam objek riil di luar dirinyadan kemudian dilanjutkan
dengan proses abstraksi, yaitu proses pengambilan kesan-kesan umum
sehingga kesan ini kemudian disimpan dalam kesadaran seseorang.
Epistemology realis ini berbeda dengan epistemology idealis yang
mengatakan bahwa mengetahui berarti memikirkan kembali gagasan-
gagasan yang sudah dimiliki dan tersembunyi sehingga sehingga
pengetahuan manusia bersifat apriori. Realisme justru menyatakan
bahwa pengetahuan manusia lebih banyak bersifat a posteriori, karena
pengetahuan diperoleh dari perjumpaan sumber dengan objek. Dari
pertemuan subjek dan objek yang diamati itulah lahir pengetahuan
mengenai objek yang dimaksud.
d. Aksiologi-realisme
Aspek aksiologi banyak berkaitan dengan bidang nilai. Pertanyaan-
pertanyaan dasarnya adalah apakah nilai itu bersifat absolute ataukah
justru bersifat relatif? Masalah nilai menjadi sangat penting dalam

8
konteks filsafat pendidikan. Dalam pendidikan tidak hanya berbicara
mengenai proses transfer pengetahuan, melainkan juga menyangkut
penanaman nilai. Dalam kaitan dengan nilai, pandangan realisme
menyatakan bahwa nilai bersifat absolut, abadi namun tetap mengikuti
hukum alam yang berlaku.
Melalui konsepnya tersebut kelompok realis juga menyatakan
bahwa mata pelajaran yang dilaksanakan di sekolah pada intinya adalah
untuk menerangkan realitas objek dunia, sehingga studi-studi di sekolah
banyak didasarkan pada kajian-kajian ilmu kealaman atau sains. Hal ini
banyak dimaklumi mengingat bahwa melalui sains lah realitas itu
tergelar secara objektif dan menantang manusia untuk memahaminya.

5. Implikasi Pendidikan Realisme


Realisme dapat didefinisikan sebagai posisi filosofi yang menegaskan
1) adanya tujuan dunia dan permulaan-permulaan di dalamnya; 2)
kemampuan mengetahui objek sebagaimana ia ada dalam dirinya sendiri; 3)
kebutuhan akan kesesuaian dengan realitas objektif dalam perilaku manusia.
Kaum realis mengacu unsure-unsur universal yang tidak berubah
terlepas dari waktu,, tempat, dan keadaan. Ini adalah watak universal yang
membentuk unsure-unsur dalam pendidikan manusia. Menurut kaum realis,
pendidikan mengandaikan pengajaran, pengajaran mengandaikan
pengetahuan, pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah sama di
mana-mana. Oleh karena itu, pendidikan di mana-mana harus sama.
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk memberikan siswa pengetahuan
esensial yang ia butuhkan untuk bertahan hidup di alam.
b. Kurikulum
Kaum relais percaya bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk
mencari tahu tentang realitas adalah mempelajarinya melalui mata
pelajaran yang terorganisir, terpisah, dan tersusun secara sistematis. Ini
disebut pendekatan materi pelajaran pada kurikulum yang terdiri dari

9
dua komponen dasar, tubuh pengetahuan dan pedagogi yang tepat yang
sesuai dengan kesiapan peserta didik. Kurikulum seni liberal dan disiplin
ilmu matematika terdiri dari sejumlah konsep terkait yang merupakan
struktur dari disiplin tersebut.
c. Metodologi
Guru diharapakan menjadi terampil baik dalam materi pelajaran yang ia
ajarkan dan metode mengajarnya untuk peserta didik. Sekolah formal
berarti transmisi pengetahuan dari para ahli untuk kaum muda dan yang
belum dewasa. Tugas sekolah yang utama adalah tugas intelektual. Peran
kepala sekolah adalah untuk memastikan bahwa guru tidak terganggu
oleh fungsi rekreasi dan social dalam melakukan tugas intelektual
mereka dalam merangsang siswa belajar.
d. Hubungan Guru-Peserta Didik
Guru adalah orang yang memiliki tubuh pengetahuan dan yang harus
mampu mentransmikannya kepada siswa. Ini semacam hubungan yang
ditekankan dalam realisme. Pengajaran tidak harus mengindoktrinasi dan
proses belajar mengajar harus berlangsung interaktif. Guru
mengoptimalkan minat siswa dengan mengkaitkan materi pelajaran
dengan pengalaman mereka. Guru menjalankan disiplin dengan
memberikan imbalan (reward), dan mengontrol siswa dengan pelbagai
aktivitas.

6. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Realisme dalam Pendidikan


Kelebihan dan kekuranga pasti ada disetiap aspek kehidupan, di sini
juga terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan aliran realisme dalam
pendidikan. Adapun kelebihan dan kekurangannya, seperti:
a. Kelebihan
a) Program pendidikan terfokus sehingga peserta didik dapat
menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup, dan dapat melaksanakan
tanggung jawab social dalam hidup bermasyarakat.

10
b) Peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan yang handal
sehingga mampu mengikuti perkembangan iptek.
c) Dalam hubungan dengan disiplin, tata cara yang baik sangat penting
dalam belajar. Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan
pada suatu pedoman. Karena peserta didik perlu mempunyai disiplin
mental dan moral untuk setiap tingkat kebaikan.
d) Metodenya logis dan psikologis, semua kegiatan belajar berdasarkan
pengalaman baik langsung maupun tidak langsuung. Metode
mengajar bersifat logis, bertahap, dan berurutan.
b. Kekurangan
a) Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima
jenis pendidikan yang sama.
b) Kekeliruan menilai persepsi,, tidak ada penjelasan mengenai objek
khayalan atau halusinasi, semua persepsi tergantung konteks visual.
E. Kesimpulan
Aliran realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia
materi di luar kesadran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita
kenal dengan mempergunakan intelegensi. Segala yang diamati oleh panca
indera kita adalah suatu kebenaran
Pengaruh aliran realisme dalam pendidikan, kemampuan dasar dalam
proses kependidikan yang dialami lebih ditentukan perkembangannya oleh
pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris (pengalaman) pada
hakikatnya yang membentuk manusia.

11
Daftar Pustaka

Kristiawan, Muhammad. 2016. Filsafat Pendidikan; The Choice Is Yours. Valia


Pustaka: Jogjakarta
Murtaufik, Sudarto. 2014. Telaah Kritis Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan.
AKADEMIA. Vol. VIII. Nomor 2. Halaman 192-204 http://journal.unisla.ac.id.,
Diunduh pada tanggal 3 September 2019
Sutono, Agus. 2011. Aliran Realisme dalam Filsafat Pendidikan. CIVIS. Vol. I.
Nomor 1 http://journal.upgris.ac.id., Diunduh pada tanggal 3 September 2019
Zaman Huri, Ahmad. 2016. Aliran Realisme. Makalah dipublikasikan. Universitas
Islam Negeri AR Raniry: Banda Aceh www.academia.edu., Diunduh pada
tanggal 4 September 2019

12

Anda mungkin juga menyukai