Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan 4 Lembaran kerja 3 NILAI

Hari / Tanggal : MATA KULIAH FILSAFAT


Senin, 28 September 2020 PENDIDIKAN
Prodi Pendidikan Fisika
FMIPA – UNIMED
Dosen Pengampuh : FAISAL S.Pd,.M.Pd Nama : RODEARNA SIREGAR
NIM : 4203121046

Materi : Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Materalisme


Indikator Capaian : Dapat mendeskripsikan aliran Filsafat Pendidikan Idealisme , Realisme,
Materialisme

ALIRAN FILSAFAT PENDIDKAN


1.IDEALISME
Pendapat para ahli tentang idealisme
 Plato (477 -347 SM)
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari
kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi
pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan
yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur,
mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari. Menurut
Plato juga tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangan bahwa
pengetahuan yang diperoleh melallui indera tidak pasti dan tidak lengkap,  karena
dunia hanyalah merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk
spiritual murni dan benda-benda diluar penjelmaan material.

 J. G. Fichte (1762-1914 M.)


Ia adalah seorang filsuf Jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M).
Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin.   Filsafatnya
disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara
sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan
inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang
dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan
mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.

 G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)


Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791
memperoleh gelar Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau
spirit), suatu istilah yang di ilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang
mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada
alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide
(berpikir).
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa :

Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal-pikir atau kedirian
daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek dan daya-daya material. Idealisme
menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan menganggap
bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan
oleh akal-pikir atau jiwa (mind).

Hubungan Aliran Filsafat Idealisme dalam Pendidikan


Aliran idealisme terbukti cukup banyak  berpengaruh dalam dunia pendidikan. William T.
Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika
Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang
melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis
sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak
sekedar kebutuhan alam semata.
Bagi aliran idealisme, peserta didik merupakan pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual.
Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu
kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Sejak idealisme sebagai aliran filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah
pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola
pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak
sepenuhnya berpusat dari anak atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat tapi idealisme.
Maka tujuan pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk individual,
masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia.
Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan
sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

2. REALISME
Pendapat para ahli tentang realisme
 Aristoteles
“Menurut Aristoteles (bahasa Yunani: ριστοτέλης, Aristoteles) adalah seorang
filosof Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung. Dia menulis di
banyak mata pelajaran, termasuk fisika, metafisika, puisi, teater, musik, logika,
retorika, politik, pemerintahan, etika, biologi dan zoologi. Meskipun ia adalah
murid Plato selama 20 tahun dan sangat terpengaruh olehnya, ada dalam
filsafatnya yang merupakan reaksi terhadap pemikiran Plato dalam
mendefinisikan Soul (jiwa), dia merasa perlu untuk mempertimbangkan tingkat
kehidupan yang berbeda:
a.       Kehidupan Tanaman tingkat terendah dimana hanya ditemukan kemampuan
mencari gizi, kekuatan menerima makanan.
b.      Kehidupan Hewan kemapuan mencari gizi dan kemampuan persepsi-
menginginkan kemampuan dan kekuatan penggerak.
c.       Kehidupan Manusia-memiliki kemampuan berpikir-hewan yang berpikir
dan fungsi sejati adalah hidup secara rasional.”
 Johan Amos Comenius
“ Menurut John Amos Comenius (28 Maret 1592 -15 November 1670) seorang
guru Ceko, ilmuwan, pendidik, dan penulis. Dia adalah seorang Moravia (uskup)
Protestan, pengungsi religius, dan salah satu pencetus paling awal pendidikan
universal, sebuah konsep yang akhirnya ditetapkan dalam bukunya Didactica
Magna. Ia sering dianggap sebagai FATHER OF MODERN EDUCATION.
Konsepsi menarik dari pemikiran Comenius adalah realistis yang jelas, meski
keyakinan religiusnya tidak menyelaraskan dengan hal tersebut. Manusia
bagaikan sebuah cermin yang terpenjara dalam sebuah ruangan, yang
merefleksikan gambaran-gambaran dari semua yang ada disekitarnya, dan
menjadi suatu figure hidup untuk menggambarkan karakter dari pikiran. Kamar
adalah duniayang eksternal.”

 Santo Thomas Aquinas


“Menurut Santo Thomas Aquinas Aliran Realiseme Berkaitan dengan indra.
Dimana,  Indra adalah sumber pengetahuan. Bentuk Manusia universal, atau
kategori, dari berbagai persepsi tentang seperti benda.
a.    Percaya pada pengetahuan melalui indra.
b.   Percaya bahwa baik materi dan hakikat terikat di benda-benda fisik.
c.    Percaya bahwa pengetahuan dimulai dengan rasa persepsi.
d.   Pengetahuan dapat tumbuh di luar indra ketika alasan dunia diterapkan pada
pengalaman indrawi.
e.    Percaya dalam menggunakan penalaran induktif untuk sampai pada
generalisasi atau universal.
Dia berpikir penyelidikan ilmiah yang didukung Thomas berjuang keras untuk
menjawab hubungan antara Tuhan dan substansi material darimana dunia itu
dibuat.
Jika Tuhan adalah roh, maka sesuatu akan terpisah dari-Nya. Jawaban Saint
Thomas pada masalah ini bahwa Tuhan adalah sesuatu yang tanpa batas dan
abadi, tidak ada awal atau akhirnya. Oleh karena itu, benda ini tidak hidup pada
waktu sama dengan Tuhan di dalam kekekalan sebelum alam semesta ini dibuat.
Tuhan menciptakan sesuatu benda, dan pada materi utama, Tuhan menciptakan
benda tersebut yang merupakan unsure pokok yang membedakan dengan benda
yang lainnya dan berbeda dengan objek individu dimana dunia itu dibuat. Materi
bukanlah satu hal yang otomatis atau keberadaan yang tanpa sebab.”

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa :

Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat
bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rahani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan mengetahui disatu pihak, dan dipihak
lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan
manusia.

Hubungan Aliran  Realisme dan Pendidikan


Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan john locke bahwa
akal-pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabularasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih
kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan dipandang dibutuhkan
karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai dengan apa yang
dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap diidentikkan
sebagai  sebagi upaya pelaksanaan psikologi behaviorisme ke dalam ruang pengajaran.
Murid adalah sosok yang mengalami inferiorisasi secara berlebih sebab ia dipandang sama
sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Di sini dalam
pengajaran setiap siswa akan subjek didik tak berbeda dengan robot. Ia mesti tunduk dan takluk
sepatuh-patunya untuk diprogram dan mengerti materi-materi yang telah ditetapkan sedemikian
rupa.
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk untuk
hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu beradaptasi
dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk pendidikan model ini kemudian cenderung
lebih banyak dikendalikan skeptisisme positivistik, ketika mereka dalam hal apa pun akan
meminta bukti dalam bentuk-bentuk yang bisa didemonstrasikan secara indrawi.

3. MATERIALISME
Pendapat ahli tentang materialisme
 Thales (625-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah air.
 Anaximandros (610-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah apeiron,
yaitu unsur yang tak terbatas.
 Anaximenes (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah udara.
 Heraklitos (540-475 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah api.
 Demokritus (460-360 SM) berpendapat bahwa hakikat alam adalah atom-atom
yang amat banyak dan halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian alam
semesta

Dari pendapat para ahli diatas disimpulkan bahwa :


Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan
spiritual, atau supranatural. Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada
sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme
mengakui bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja
atau kursi secara objektif ada, maka orang berpikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang
memikirkan meja atau kursi sebelum benda yang berbentuk meja dan kursi belum atau tidak ada.

Hubungan Aliran  Materialisme dan Pendidikan


1.   Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Positivisme
  

Menurut Waini Rasyidin (1992),filsafat positivisme sebagai cabang dari materialism lebih
cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan
secara factual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan
mengutamakan sains pendidikan.
Dikatakan positivisme,karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah
yang mendasarkan fakta-fakta,berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka namakan
positif.
2. Pandangan Materialisme Mengenai  Belajar Behaviorisme
Menurut behaviorisme,apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya tergantung
pada kegiatan fisik,yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak. Gerakan fisik
yang terjadi dalam otak,kita sebut berpikir,dihasilkan oleh peristiwa lain dalam dunia materi,baik
material yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada diluar tubuh manusia.
Pendidikan,dalam hal ini proses belajar,merupakan proses kondisionaisasi lingkungan.
Misalnya, dengan mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada
kucing,akhirnya ia menjadi takut pada kucing. Menurut behaviorisme, perilaku manusia adalah
hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anal dan kucing diatas).

DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CV.Alfabeta
Pertiwi, Ramadhani. “Aliran Materialisme dalam Pendidikan”. 15 April 2013. http://muslimahasy-
syauq.blogspot.co.id/2013/04/aliran-materialisme-dalam pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai