b. Idealisme Obyektif
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide
manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat
dalam susunan alam. Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau
masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada
dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia,
sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia
dan segala pikiran dan perasaannya.
Kelompok idealis obyektif modern berpendapat bahwa semua bagian alam
tercakup dalam suatu tertib yang meliputi segala sesuatu, dan mereka menghubungkan
kesatuan tersebut kepada ide dan maksud-maksud dari suatu akal yang mutlak (absolute
mind).
Kelompok idealis obyektif tidak mengingkari adanya realitas luar atau realitas
obyektif. Mereka percaya bahwa sikap mereka adalah satu-satunya sifat yang bersifat adil
kepada segi obyektif dari pengalaman, oleh karena mereka menemukan dalam alam prinsip:
tata tertib, akal dan maksud yang sama seperti yang ditemukan manusia dalam dirinya
sendiri. Terdapat suatu akal yang memiliki maksud di alam ini. Mereka percaya bahwa hal itu
ditemukan bukan sekadar difahami dalam alam.
Sejak idealisme sebagai aliran filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas
adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual.
Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak
sepenuhnya berpusat dari anak atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat tapi idealisme.
Maka tujuan pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk
individual, masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis,
dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan
individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan
dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai :
a. Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau
fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi
dalam aktifitas pembelajaran. Untuk itu, penting bagi guru memahami kondisi peserta didik
dari berbagai sudut, baik mental, fisik, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya.
b. Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang
guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.
c. Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model
pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.
d. Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang
guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda
dengan guru yang lain.
e. Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi
sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.
f. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual.
B. ALIRAN FILSAFAT REALISME
1. Defenisi Aliran Filsafat Realisme
Memasuki abad ke-20, realisme muncul. Real berarti yang aktual atau yang ada, kata
tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh,
artinya yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan
apa yang ada. Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis.
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rahani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan
mengetahui disatu pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia. Implikasinya Realisme dalam
pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang mendasar bagi manusia dan kewajiban
penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak dilahirkan
dengan pendidikan yang baik.
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap
pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada. Contoh : Batu yang
tersandung di jalan yang baru dialami memang ada. Bunga mawar yang bau harumnya
merangsang hidung sungguh-sungguh nyata ada bertengger pada ranting pohonnya di taman
bunga. Kucing yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada dan hidup dalam
rumah keluarga itu.
Adanya benda tetumbuhan, makhluk hidup, dan manusia itu lengkap. Mereka tidak
hanya ada dalam bayangan dan budi sebagai esensia atau hakikat yang abstrak, tetapi lengkap
dengan eksistensia atau keberadaan mereka masing-masing. Contoh : Batu yang tersandung
waktu orang melintas di jalan bukan hanya bayangan dan konsep ”kebatuan”, tetapi memang
ada, dapat disentuh, menyembul keluar di badan jalan. Kucing yang mencuri lauk bukan
hanya bayangan dan konsep ”kekucingan”, tetapi betul-betul ada dan bila dipegang memang
mencakar
Jadi, yang ada dan dialami oleh pancaindra dan dimengerti oleh budi itu tak dapat
diragukan memang ada; dengan lingkup dan esensia dan eksistensianya, dengan hakikat dan
keberadaannya, dan merupakan makhluk yang ada dan hidup. Karena hanya bila berupa
bayangan, konsep, esensianya saja, bagaimana batu dapat disandungi, bunga mawar dapat
dicium baunya, kucing dapat kelihatan waktu mencuri lauk?
pendidikan antara lain idealisme, realisme, materialisme dan pragmatisme. Idealisme tujuan
menekannkanb pada penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. Materialisme tujuan
dengan kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup social dan pribadi yang kompleks.
sebagai alat menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
masyarakat
B. SARAN
Menurut Saran Kami dari isi Makalah ini. Sebaiknya sebagai seorang pengajar kita
perlu mengetahui aliran apa yang cocok untuk pengajaran di sekolah yang berlaku di
Indonesia agar dapat diterapkan dengan baik. Sebagai seorang pengajar kita harus bisa
menjaga kepercayaan masyarakat karena sekolah yang baik adalah sekolah yang dapat
dipercaya masyarakat dan untuk para orang tua agar dapat mengawasi anaknya dalam belajar
sehingga anaknya dapat meraih prestasi. Agar dinding pemisah antara sekolah dan
masyarakat itu dapat dihapuskan.
DAFTAR PUSTAKA
Minna, Minarwati. “Filsafat Pendidikan Materialisme dan Filsafat Pendidikan
Paragmatisme”. 11 Juni 2015. http://senjaplb.blogspot.co.id/2013/10/filsafat-pendidikan-
materialisme-dan.html
Pertiwi, Ramadhani. “Aliran Materialisme dalam Pendidikan”. 15 April 2013.
http://muslimahasy-syauq.blogspot.co.id/2013/04/aliran-materialisme-dalam pendidikan.html
Kadhapi, Muamer. “Filsafat Pendidikan”. 28 Desember 2014. http://cahaya-
fieraz.blogspot.co.id/2014/12/filsafat-pendidikan-idealisme-realisme.html
Mawarni, Sella. “Filsafat Idealisme dalam Pendidikan”. http://kuliah-e-
learning.blogspot.co.id/2013/11/filsafat-idealisme-dalam-pendidikan.html
Munir, Muhammad. “Aliran Pendidikan Realisme”.
http://anekailmu-ilmu.blogspot.co.id/2013/01/aliran-pendidikan-realisme.html