Anda di halaman 1dari 14

FILSAFAT IDEALISME

Disusun Oleh :

IMMANUELA FRISCA
MATA KULIAH : FILSAFAT

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAGELANG


PENDAHULUAN
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophos”, philo berarti cinta dan
sophos berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat adalah cinta kebijaksanaan atau
kebenaran. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta
kebijaksanaan. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Filsafat
merupakan induk atau sumber dari segala ilmu karena filsafat mencakup segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini.
Sesuai dengan pengertian berfilsafat tidak sama dengan berpikir. Orang yang
berpikir belum tentu berfilsafat, tetapi orang yang berfilsafat sudah pasti berpikir.
Berfilsafat merupakan kegiatan berpikir yang disertai dengan analisis
menggunakan rasio dalam menemukan sebuah kebenaran sedangkan berpikir
hanya merupakan kegiatan memikirkan hal-hal tertentu yang belum tentu berakhir
dengan penemuan sebuah kebenaran.
Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa ahli filsafat
tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat
perbedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-
kesimpulan yang berbeda, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini
dapat disebabkan pula oleh faktor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para
ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Ajaran filsafat yang berbeda-beda tersebut, oleh para peneliti disusun dalam suatu
sistematika dengan kategori tertentu, sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari
sinilah kemudian lahir apa yang disebut aliran filsafat.
Aliran-aliran tersebut antara lain adalah aliran materialisme, yang mengajarkan
bahwa hakikat realitas kesemestaan termasuk makhluk hidup dan manusia ialah
materi. Aliran idealisme/ spritualisme, yang mengajarkan bahwa ide atau spirit
manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Dan aliran realisme
yang menggambarkan bahwa ajaran materialis dan idealisme yang bertentangn itu,
tidak sesuai dengan kenyataan.

PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN IDEALISME
Ide adalah rancangan yang tersusun dalam pikiran; gagasan; cita (Ali
2006:127). Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa mind
(akal) dan nilai spiritual adalah hal yang fundamental yang ada di dunia
ini. Ia adalah suatu keseluruhan dari dunia itu sendiri. Idealisme
memandang ide itu primer kedudukannya, sedangkan materi sekunder.
Ide itu timbul atau ada lebih dahulu, baru kemudian materi. Segala
sesuatu yang ada ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau
pikiran, karena ide atau pikiran itu timbul lebih dahulu, baru kemudian
sesuatu itu ada. Ada juga yang mengatakan bahwa idealisme adalah
pemahaman yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada
kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui
manusia itu terletak di luarnya. Idealisme merupakan kebalikan dari
materialisme yang berpendapat bahwa materilah yang lebih utama dan
lebih dulu ada dibandingkan dengan ide. Dalam filsafat, idealisme
memiliki akar dari pandangan bahwa dunia ini hanyalah cerminan dari
ide, pikiran, roh atau lebih tepatnya ide, yang hadir sebelum segala dunia
ini hadir. Benda-benda material kasar yang kita kenal melalui indera kita
menurut aliran ini hanyalah salinan yang kurang sempurna dari ide yang
sempurna itu.
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa. Menurut Plato, cita adalah gambaran asli yang
semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli
(cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera.
Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia
ide. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah
ide. Ide sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta
penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan ide.
Keberadaan ide tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran
yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan
idealisme adalah gambaran dari dunia ide, sebab posisinya tidak
menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan ide adalah hakikat murni
dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat
mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, ide
digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa
bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan
lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang
tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam
lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada
yang mati demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang
merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran
yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian
kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak,
karena idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di
alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan
bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan
tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan
yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali
kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya
kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh
atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi
bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat
yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan
dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara
alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa
gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk
menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia.
Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh
karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk
kebudayaan dan peradaban baru. Maka apabila kita menganalisa berbagai
macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya
membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan
untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber
pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasan hanya
bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang
dalam idealisme disebut dengan idea.
 Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah sebagai berikut:
1. Metafisika-idealisme
Secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan
rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang
bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih
dapat berperan
2. Humanologi-idealisme.
Jiwa dikarunai kemampuan berpikir yang dapat menyebabkan
adanya kemampuan memilih;
3. Epistemologi-idealisme.
Pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan
pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin
dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran
yang cemerlang; sebagian besar manusia hanya sampai pada
tingkat berpendapat
4. Aksiologi-idealisme.
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang
diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.
II. JENIS JENIS ALIRAN IDEALISME
Idealisme mempunyai dua aliran, yaitu idealisme subjektif dan
idealisme objektif.
A. IDEALISME SUBJEKTIF
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan
bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan
masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul
dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena
ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam
dan masyarakat hanyalah sebuah ide/ fikiran dari dirinya sendiri atau
ide manusia. Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal,
jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala
yang ada. Objek pengalaman bukanlah benda material; objek
pengalaman adalah persepsi. Oleh karena itu benda-benda seperti
bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang
mempersepsikannya.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang uskup
inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M), menurut
Berkeley segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita
itu bukanlah materiil yang riil dan ada secara obyektif. Sesuatu yang
materiil misalkan jeruk, dianggapnya hanya sebagai sensasi-sensasi
atau kumpulan perasaan/ konsepsi tertentu yaitu perasaan / konsepsi
dari rasa jeruk, berat, bau, bentuk dan sebagainya. Dengan demikian
Berkeley dan Hume menyangkal adanya materi yang ada secara
obyektif, dan hanya mengakui adanya materi atau dunia yang riil
didalam fikirannya atau idenya sendiri saja.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari filsafat ini adalah,
kecenderungan untuk bersifat egoistis “Aku-isme” yang hanya
mengakui yang riil adalah dirinya sendiri yang ada hanya “Aku”,
segala sesuatu yang ada diluar selain “Aku” itu hanya sensasi atau
konsepsi-konsepsi dari “Aku”. Untuk berkelit dari tuduhan egoistis
dan mengedepankan “Aku-isme/solipisme” Berkeley menyatakan
hanya Tuhan yang berada tanpa tergantung pada sensasi.
Pandangan-pandangan idealisme subyektif dapat kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya tidak jarang kita temui perkataan-
perkataan seperti ini:
1) “Baik buruknya keadaan masyarakat sekarang tergantung pada
orang yang menerimanya, ialah baik bagi mereka yang
menganggapnya baik dan buruk bagi mereka yang menganggapnya
buruk.”
2) “kekacauan sekarang timbul karena orang yang duduk
dipemerintahan tidak jujur, kalau mereka diganti dengan orang-
orang yang jujur maka keadaan akan menjadi baik.”
3) “aku bisa, kau harus bisa juga,” dsb.

B. IDEALISME OBYEKTIF
Idealisme objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide
di luar ide manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal
menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam.
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau
masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan
filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan
materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan
materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk
manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia
membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia
yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang
sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua,
terdapat alam di atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal
atau esensi yang abadi. Pandangan dunia Plato ini mewakili
kepentingan kelas yang berkuasa pada waktu itu di Eropa yaitu kelas
pemilik budak. Dan ini jelas nampak dalam ajarannya tentang
masyarakat “ideal”. Pada jaman feodal, filsafat idealisme obyektif
ini mengambil bentuk yang dikenal dengan nama Skolastisisme,
system filsafat ini memadukan unsur idealisme Aristoteles (384-322
S.M), yaitu bahwa dunia kita merupakan suatu tingkatan hirarki dari
seluruh system hirarki dunia semesta, begitupun yang hirarki yang
berada dalam masyarakat feodal merupakan kelanjutan dari dunia
ke-Tuhanan. Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini
maupun dalam alam semesta merupakan “penjelmaan” dari titah
Tuhan atau perwujudan dari ide Tuhan. Filsafat ini membela para
bangsawan atau kaum feodal yang pada waktu itu merupakan tuan
tanah besar di Eropa dan kekuasaan gereja sebagai “wakil” Tuhan
didunia ini. Tokoh-tokoh yang terkenal dari aliran filsafat ini adalah:
Johannes Eriugena (833 M), Thomas Aquinas (1225-1274 M), Duns
Scotus (1270-1308 M), dan sebagainya.
Pikiran filsafat idealisme obyektif ini dapat kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari dengan berbagai macam bentuk. Perwujudan
paling umum antara lain adalah formalisme dan doktriner-isme.
Kaum doktriner dan formalis secara membuta mempercayai dalil-
dalil atau teori sebagai kekuatan yang maha kuasa , sebagai obat
manjur buat segala macam penyakit, sehingga dalam melakukan
tugas-tugas atau menyelesaikan persoalan-persoalan praktis mereka
tidak bisa berfikir atau bertindak secara hidup berdasarkan situasi
dan syarat yang kongkrit.

III. FILSAFAT DALAM IDEALISME PENDIDIKAN


Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan
masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap
pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran
pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat.
Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak
seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell
Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar
filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi
tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham
idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan
merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman
pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran
filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem
pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya
berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak
melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari
idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi
pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.
Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal,
tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara
keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar
anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna,
memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia,
mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan
mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan
terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang
tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang
satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang
saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan
secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual
dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang
berkaitan dengan Tuhan

IV. TOKOH TOKOH ALIRAN IDEALISME


1. J.G. Fichte (1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena
pada tahun 1780-1788.
2. F.W.J. Shelling (1775-1854 M)
Friedrich Wilhelm Joseph Schelling sudah mencapai kematangan
sebagai filosof pada waktu ia masih amat muda. Pada tahun 1789,
ketika usianya baru 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di
Universitas Jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya selalu
berkembang.
3. G.W.F Hegel (1798-1857 M)
Tema fisafat Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua
pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik berkenaan dari
sistemnya, proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik akhir
kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafatnya disebut filsafat
idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama adalah ide
(jiwa).
Hegel sangat mementingkan rasio, tentu saja karena ia seorang idealis.
Yang dimaksud olehnya bukan saja rasio pada manusia perseorangan,
tetapi rasio pada subjek absolut karena Hegel juga menerima prinsip
idealistik bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu
subjek. Dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi: “ Semua yang
real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real.”
Maksudnya, luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas
seluruhnya adalah proses pemikiran (idea, menurut istilah Hegel)
yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan lain, realitas
seluruhnya adalah Roh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya.
Dengan mementingkan rasio, Hegel sengaja beraksi terhadap
kecenderungan intelektual ketika itu yang mencurigai rasio sambil
mengutamakan perasaan.

V. IDEALISME MENURUT PANDANGAN ALKITAB


Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang mental dan
ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Idealisme berasal dari kata
ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini
lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang
materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis,
roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.

Masalah hubungan antara pikiran dengan keadaan, hubungan antara jiwa


dengan alam adalah masalah yang terpenting dari seluruh filsafat.
Masalahnya yang mana yang primer, jiwa atau alam.

Jawaban-jawaban yang diberikan oleh para ahli filsafat ke masalah ini


membagi mereka ke dalam dua kubu besar. Mereka yang menegaskan
bahwa jiwa ada yang primer jika dibandingkan dengan alam merekalah
kubu idealisme yang akhirnya menganggap adanya penciptaan dunia
dalam satu atau lain bentuk - dan di kalangan para ahli filsafat, Hegel,
misalnya, penciptaan ini sering menjadi lebih rumit dan mustahil
daripada dalam agama Nasrani. Yang lain, yang menganggap alam
sebagai yang primer, tergolong kubu materialisme.
Tetapi masalah hubungan antara pikiran dengan keadaan mempunyai segi
lain lagi - bagaimana hubungan pikiran kita tentang dunia di sekitar kita
dengan dunia itu sendiri? Dapatkah pikiran kita mengenal dunia yang
sebenarnya? Dapatkah kita menghasilkan pencerminan tepat dari realitas
di dalam ide-ide dan pengertian-pengertian kita tentang dunia yang
sebenarnya itu? Dalam bahasa filsafat masalah ini dinamakan masalah
identitas pikiran dengan keadaan, dan jumlah yang sangat besar dari para
ahli filsafat memberikan jawaban yang mengiyakan atas pertanyaan ini.
Hegel, misalnya, pengiyaanya sudah jelas dengan sendirinya; sebab apa
yang kita kenal di dalam dunia nyata adalah justru isi-pikirannya - yang
menjadikan dunia berangsur-angsur suatu realisasi dari ide absolut yang
sudah ada di sesuatu tempat sejak dahulukala, lepas dari dunia dan
sebelum dunia. Tetapi adalah jelas, tanpa bukti lebih lanjut, bahwa
pikiran dapat mengetahui isi yang sejak semula adalah isi-pikiran. Tetapi
hal itu sekali-kali tidak merintangi Hegel menarik kesimpulan lebih
lanjut dari pembuktiannya tentang identitas pikiran dengan keadaan yaitu
bahwa filsafatnya, karena tepat bagi pemikirannya, adalah satu-satunya
yang tepat, dan bahwa identitas pikiran dengan keadaan mesti
membuktikan keabsahannya dengan jalan umat manusia segera
menerjemahkan filsafatnya dari teori ke dalam praktek dan mengubah
seleruh dunia sesuai
dengan prinsip-prinsip Hegel. Ini adalah suatu khayalan yang sama-sama
terdapat pada Hegel dan pada hampir semua ahli filsafat.

Bagaimana
dengan kekristenan?
Allah memberikan akal budi kepada Manusia melebihi binatang di bumi
(Ayub 35:11).
Dengan akal budi yang diberikan Allah kepada manusia inilah, maka
manusia mampu berpikir untuk menelaah atau mengetahui dunia dan
isinya, bahkan manusia mampu berpikir tentang keberadaan Allah
sebagai satu pribadi pencipta, penguasa dan pengatur alam semesta
sebagai ciptaan-Nya. Selain itu Wahyu dari Allah adalah satu anugerah
yang diberikan kepada manusia untuk mengetahui. Pengetahuan mereka
terjadi atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan menyucikan jiwa mereka
dan
diterangkan-Nya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan
jalan Wahyu.
Jadi manusia memiliki akal yang diberikan Allah untuk mengetahui apa
yang ada disekitarnya.

Colin Brown dalam bukunya “Filsafat dan Iman Kristen” menuliskan


Istilah Idealisme adalah sebuah istilah yang luwes. Dalam arti yang
paling luas, istilah ini menunjukkan pandangan bahwa pikiran dan nilai-
nilai rohani (spiriual) lebih penting dibandingkan dengan hal-hal yang
bersifat materi. Kant beranggapan bahwa tidak mungkin mencapai
pengetahuan mengenai dunia ini hanya melalui pemikiran rasional saja.
Sebaliknya, dia percaya akan diri yang bersifat transcendental dan
keberadaan Allah, kemerdekaan, serta kekekalan yang diterima sebagai
dalil. Mengetahui sesuatu melalui idealisme merupakan satu
perkembangan iman kepada Allah sang pencipta yang ditegaskan dalam
bentuk pikiran spiritual.

Jika kaum idealis menyatakan ide adalah dasar kebenaran untuk


mengetahui realitas kontras, iman Kristen, kebenaran sejati adalah Allah
itu sendiri dan melalui Dia saja dapat mengetahui kebenaran itu dan
segala realitasnya.

Allah memberi kita akal budi untuk mengetahui keadaan sekitar kita.
Dengan memakai akal, indera, intuisi, idealis dalam diri kita dan wahyu
dari Allah, maka manusia mampu mengetahui. Kita tidak dapat
mengetahui keberadaan Allah jika hanya dengan mengandalkan kekuatan
akal kita, hanya dengan melalui Firman dan Roh Kudus, serta pewahyuan
yang dianugerahkan kepada kita, maka kita akan sedikit mengetahui
keberadaan Allah yang Maha besar dan segala pekerjaan-Nya.

VI. KESIMPULAN
Dari uraian di atas kita dapat memetik kesimpulan sebagai berikut:
a. Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa mind
(akal) dan nilai spiritual adalah hal yang fundamental yang ada di
dunia ini. Ia adalah suatu keseluruhan dari dunia itu sendiri.
Idealisme memandang ide itu primer kedudukannya, sedangkan
materi sekunder. Ide itu timbul atau ada lebih dahulu, baru
kemudian materi. Segala sesuatu yang ada ini timbul sebagai hasil
yang diciptakan oleh ide atau pikiran, karena ide atau pikiran itu
timbul lebih dahulu, baru kemudian sesuatu itu ada.
b. Idealisme mempunyai dua aliran, yaitu idealisme subjektif yaitu
filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide
manusia atau ide sendiri dan idealisme objektif yaitu idealisme
yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
c. Tokoh-tokoh aliran idealism antara lain J.G. Fichte (1762-1814 M),
F.W.J. Shelling (1775-1854 M), G.W.F Hegel (1798-1857 M), dan
lain-lain.
d. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat pada
idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau
materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada
idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme
terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.
e. Jika kaum idealis menyatakan ide adalah dasar kebenaran untuk
mengetahui realitas kontras, iman Kristen, kebenaran sejati adalah
Allah itu sendiri dan melalui Dia saja dapat mengetahui kebenaran
itu dan segala realitasnya.

VII. SARAN
Setelah kita memiliki pemahaman mengenai filsafat idealisme dan
juga filsafat lain yang berkaitan dengan aktivitas berfilsafat atau aktivitas
dalam menemukan kebenaran, maka kita harus bisa menggunakan atau
memanfaatkan filsafat tersebut dalam kehidupan kita agar kita bisa
menjadi individu yang berpengetahuan dan dapat menemukan suatu
kebenaran sesuai kenyataan, bukan kebenaran dari mulut ke mulut yang
masih diragukan kepastiannya. Perbedaan aliran-aliran filsafat tersebut
jangan kita jadikan sebagai bahan pertikaian yang memicu perselisihan
dan saling merendahkan yang akan menimbulkan perpecahan. Sebagai
individu berpendidikan mari kita gunakan perbedaan sebagai jalan
persatuan dan saling menghargai karena tanpa perbedaan hidup ini tidak
berwarna.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
http://jasonwalkerpanggabean.blogspot.com/2013/09/makalah-filsafat-
idealisme.html
http://lifeexpeditionblog.blogspot.com/2012/11/idealisme-dan-iman-
kristen.html

Anda mungkin juga menyukai