Anda di halaman 1dari 8

1.

Idealisme

1.A. Pengertian Idealisme

Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di
Barat maupun di Timur. Di Timur, Idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme
berasal dari Plato, yaitu filsuf Yunani yang hidup pada tahun 427-347 sebelum Masehi.
Dalam pengertian filsafat,idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya
keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat
kebendaan atau material. Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf
idealisme, yaitu:

1. Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
2. Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.

Filsafat idealisme secara umum disebut sebagai filsafat abad 19. Namun sebenarnya
konsep-konsep idealisme sudah ada sejak abad 4 masehi, yaitu dalam ajaran Plato. Plato
memercayai bahwa segala sesuatu yang dapat diinderai adalah kenampakan semata. Realitas
yang sesungguhnya adalah ide-ide, atau bentuk-bentuk asal dari kenampakan itu. Ide-ide itu
merupakan dunia “universal abadi” yang tidak berubah. Apa yang nampak hanyalah refleksi
atau bayangan dari konsep-konsep yang ada dalam dunia “universal abadi” maka selalu
berubah. Pandangan ini dimulai dari perenungan akan nilai-nilai dari kenampakan yang ada
di dunia ini. Plato menyimpulkan bahwa ada nilai dibalik kenampakkan itu, maka tentu yang
memberi nilai jauh lebih penting dari pada kenampakkan itu sendiri. Dan ternyata yang
memberi nilai atas kenampakkan itu adalah sesuatu yang metafisik, yang tidak nampak, tetapi
terus eksis, yaitu ide-ide.

Pada abad 19 pandangan ini kembali mendapat tempat dalam percaturan pemikiran.
Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah Hegel. Hegel mengatakan bahwa realitas
yang sesungguhnya adalah Jiwa. Jiwa itulah inti dari keberadaan dunia ini. Jiwa mengambil
bentuk objektif tertentu sehingga dapat di inderai dengan perantaraan dialektika. Sejarah,
alam, pikiran manusia ini adalah refleksi dari Jiwa. Ini berarti Hegel berada pada posisi
Idealisme Subjektif/absolut. Disamping idealisme absolut terdapat idealisme objektif.
Idealisme objektif menganggap bahwa realitas yang sesungguhnya adalah ide-ide atau
gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran manusia. Pikiran manusia menjadi penentu sebuah
kebenaran. Segala sesuatu yang dapat di inderai ini pada dasarnya hanyalah persepsi atau
sensasi fisik saja, karena indera tidak mampu secara lengkap mampu memahami seluruh
realitas.

Jadi secara umum idealisme adalah pandangan yang menganggap hal yang terpenting
adalah dunia ide-ide, sebab realitas yang sesungguhnya adalah dunia ide-ide tersebut. Ide-ide
tersebut bisa berupa pikiran-pikiran manusia rasional, bisa juga berupa gagasan-gagasan
kesempurnaan, seperti Tuhan, dan Moral tertinggi (Summum Bonnum). Apa yang bisa
diindera ini hanyalah bayangan atau imitasi dari ide-ide itu. Oleh karena itu dunia yang dapat
di indera ini bersifat tidak tetap. Beranjak dari hal tersebut di atas, maka sejarah, alam,
pikiran manusia itu bisa menjadi bernilai atau memiliki makna oleh karena adanya ide dibalik
kenampakan. Pada awalnya gereja abad 19 menyambut dengan gembira konsep idealisme ini,
karena bagi mereka konsep ini memberikan jawaban rasional atas kritikan materialisme dan
sekulerisme. Cara untuk bisa mengetahui kebenaran ini menurut filsuf idealisme adalah
intuisi, pernyataan atau wahyu, dan rasio. Hal ini berarti menunjukkan bahwa kritikan
beberapa tokoh materialisme yang mengatakan bahwa idealisme pada hakikatnya
mengorbankan rasio, atau tidak masuk akal, tidak berdasar.

Menurut Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba), menyatakan bahwa
realitas terakhir adalah dunia cita. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa
yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya,
bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind)
merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani
tanpa jiwa tidak memilki apa – apa.

1.B. Tokoh-tokoh Idealisme

 Hegel (1770-1831)
Hegel yang nama lengkapnya George Wilhelm Friedich Hegel  lahir di Stuttgart,
Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya seorang pegawai rendah bernama George
Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7
tahun ia memasuki sekolah latin,kemudian gymnasium.Hegel muda ini tergolong anak telmi
alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia memasuki sekolah tinggi teologi di Tubingen dan
setamatnya dari sekolah tersebut ia menjadi tutor, selain mengajar di yena, pada usia 41 tahun
ia menikah dengan Marie von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah menengah,
juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di Heidelberg dan
kemudian pindah ke Berlin hingga di kemudian hari ia menjadi Rektor Universitas Berlin
(1830). Walaupun telmi Hegel muda itu rajin,maka dari itu ia menjadi professor dan rektor
serta filsuf yang terkenal. Ia adalah seorang filsuf idealis Jerman yang lahir di Stuttgart,
Württemberg, kini di Jerman barat daya. Pengaruhnya sangat luas terhadap para penulis dari
berbagai posisi, termasuk para pengagumnya (F. H. Bradley, Sartre, Hans Küng, Bruno
Bauer, Max Stirner, Karl Marx) dan mereka yang menentangnya (Kierkegaard,
Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger, Schelling). Dapat dikatakan bahwa dialah yang
pertama kali memperkenalkan dalam filsafat, gagasan bahwa Sejarah dan hal yang konkret
adalah penting untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah
abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya yang lain dalam proses pencapaian
kesadaran diri
 Plato (427-347)

Plato (plateau) juga dapat berarti dataran tinggi. Plato (bahasa Yunani: Πλάτων) (lahir
sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah seorang filsuf dan matematikawan
Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia
barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates.Plato
adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa
Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar
pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana
Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah
perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato
meninggal ketika sedang menulis).

 Beberapa Pandangan Plato

 Pandangan Plato tentang Dunia Indrawi/Dunia nyata

Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang
dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau
bayangan dari dunia ideal/dunia rohani. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.

 Pandangan Plato tentang Karya Seni

Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide.
Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato
memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut
Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan
(mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul,
lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.

 Pandangan Plato tentang Keindahan

Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia


indrawi, yang terdapat dalam Philebus.Plato berpendapat bahwa keindahan yang
sesungguhnya terletak pada kerohanian. Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri
khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja
keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan
keindahan pada tingkatan yang rendah.

Tokoh-tokoh lain cukup banyak,antara lain :  Barkeley, Jonathan Edwards, Howison,


Edmund Husserl, Messer dan sebagainya.
1.C. Konsep Filsafat Umum Idealisme

a. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas
(segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).

 Hakikat Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau ideal. Bagi
penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi
fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat
material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh.
 Hakikat Manusia

Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual/kejiwaan.


Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous (akal fikiran) yang
merupakan bagian rasional, thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan,
kebutuhan atau nafsu). Dar ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang
dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah
makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan
suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan.

b.      Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat
pengetahuan. Menurut filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam pikiran, manusia
memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak hati). Beberapa filsuf percaya
bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah
susatu yang diingat kembali).

c.         Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat
nilai. Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifat abadi. Menurut
penganut Idealime Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan. Penganut Idealisme
Pantheistik mengidentikan Tuhan dengan alam.

1.D. Implikasi Terhadap Pendidikan

a.      Tujuan Pendidikan

Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan


pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan
yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.

Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas
adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual.
Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak
sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan
berpusat pada idealisme. Maka tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga
hal, yaitu : tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis
dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama
manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada
yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntut hak pribadinya, namun hubungan manusia yang
satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh
pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan
sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan
dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

b.      Kurikulum Pendidikan


Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan
vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-
kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan
kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.

c.       Metode Pendidikan

Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa
yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya
mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong
pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis,
memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan
sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk
menerima nilai-nilai peradaban manusia.

d.      Peran Guru

Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan
harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang
lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya bekerjasama dengan alam
dalam proses menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan
pendidikan bagi para siswa.

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-
gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan
pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang
sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti
hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah
lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga
kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca
beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak
bermakna”.
Model pemikiran filsafat idealisme yang menganggap anak didik merupakan makhluk
spiritual dan guru yang juga menganut paham idealisme menjadikan sistem pengajaran di
kelas biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak
melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
(1) Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik
(2) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa
(3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik
(4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid
(5) Guru menjadi teman dari para muridnya
(6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar
(7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa
(8) Guru harus rajin beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para
siswanya
(9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif
(10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang
diajarkannya
(11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana   para siswa belajar
(12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil
(13) Guru haruslah bersikap demokratis dan mengembangkan demokrasi
(14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.

e.       Peran Siswa

Siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya. Bagi aliran


idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual.
Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka
lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya
sebagai makhluk spiritual.

Anda mungkin juga menyukai