Kata-kata itu bagus. Kalau kata-kata sudah tidak berdaya, orang akan pakai puisi. Puisi
juga terkadang tidak berdaya, maka satu-satunya jalan paling puncak adalah musik.
Musik itu berbicara dari jiwa ke jiwa, berbeda dengan kata-kata. Kalau kata-kata itu
membuat orang keluar dari dirinya. Tetapi kalau musik, orang biasanya merasapinya ke
dalam. (Hazrat Inayat Khan).
Abstrak
Idealisme adalah filsafat yang berpandangan bahwa dunia ide dan ide adalah hakikat
realitas. Realitas sebenarnya tidak hadir dalam objek material, tetapi ada di pikiran ide.
Meskipun idealisme menganggap bahwa esensi adalah ide, namun juga mengakui
keberadaan materi. Namun menurut Idealisme, yang utama adalah dunia ide karena ide
yang pertama ada sebelum materi. Makalah ini akan menelaah filosofi idealisme dan
menggunakannya sebagai pisau tajam membedah studi konsentrasi saya yaitu Musik
Gerejawi khususnya “mencipta himne”. Bangunan Filosofi ini akan membentuk
pemahaman bahwa mencipta himne dapat dibangun berdasarkan ide-ide yang
menekankan penalaran abstrak dan moral seorang pencipta.
Pendahuluan
Kita sedang menjual emas untuk membeli plastik. Demikianlah H.A. Pandopo
menggambarkan miskinnya penggubah himne gereja di tengah kayanya budaya
Indonesia. Gereja sepertinya terlalu cepat puas dengan himne 1 impor dari gereja Eropa.
Gereja seolah tutup mata dengan semakin terbenamnya kearifan budaya di tengah
nyanyian impor itu. Kondisi itulah yang mendorong saya studi dengan konsentrasi
musik gereja khususnya mempelajari ilmu mencipta himne. Dalam mencipta himne,
tidak terlepas dari pencipta. Pencipta dimaksud meliputi penulis puisi (syair) dan
penulis nada (komponis). Sebuah himne tercipta dimungkinkan dari satu orang sebagai
penulis puisi sekaligus nada, namun bisa juga dari orang yang berbeda. Perpaduan puisi
dengan nada yang tepat akan jadi pertunangan harmonis dalam dunia cipta himne.
Tunangan ini bisa terjadi tatkala kedua insan itu tak saling mengenal, bahkan salah satu
di antaranya telah meninggal dunia. Biasanya puisi akan terlebih dahulu tercipta
kemudian nada. Tulisan ini khusus menelaah pencipta puisi dengan alat bedah filsafat
idealisme.
Idealisme
Idealisme adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh
Leibniz pada awal abad ke-18. Istilah ini dipakai dalam menerapkan pemikiran Plato
yaitu “dunia ide”. Leibniz membenturkan konsep idealisme dengan materialisme
Epikuros. Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang ide sebagai kunci
memahami hakikat realitas. Idealisme berasal dari kata ide yang artinya dunia di dalam
jiwa (Plato). Dengan demikian pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide dan
merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-
gejala psikis, roh, budi, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Dalam dunia sastra, terdapat aliran idealisme juga, misalnya sebuah cerita, di dalamnya
terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.[2] Berdasarkan pesan-pesan
itu, seseorang dapat menganalisis tentang pandangan penulis.[2] Idealisme yang
dikemukakan terkait dengan tema cerita, misalnya tema yang berhubungan dengan
cinta, perjuangan, dan pembangunan masa depan.[2] Ada dua bentuk idealisme: yaitu
idealisme aktif, yaitu idealisme yang melahirkan insipirasi-inspirasi baru yang bisa
dilakukan dalam realitas, sedangkan idealisme pasif adalah idealisme yang hanya semu,
tidak pernah bisa diwujudkan, bersifat utopis saja.
Hegel mengangkat idealisme subyektif dan obyektif untuk menggambarkan tesis dan
antitesis secara berturut-turut. Hegel sendiri mengemukakan pandangannya sendiri
yang disebut idealisme absolut sebagai sintesis yang lebih tinggi dibanding unsur yang
membentuknya (tesis dan antitesis).
Dalam dunia sastra, terdapat aliran idealisme juga, misalnya sebuah cerita, di dalamnya
terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang.[2] Berdasarkan pesan-pesan
itu, seseorang dapat menganalisis tentang pandangan penulis.[2] Idealisme yang
dikemukakan terkait dengan tema cerita, misalnya tema yang berhubungan dengan
cinta, perjuangan, dan pembangunan masa depan.[2] Ada dua bentuk idealisme: yaitu
idealisme aktif, yaitu idealisme yang melahirkan insipirasi-inspirasi baru yang bisa
dilakukan dalam realitas, sedangkan idealisme pasif adalah idealisme
yang hanya semu, tidak pernah bisa diwujudkan, bersifat utopis saja.
Tokoh-tokoh Idealisme
1). Plato (477 -347 Sb.M)
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas
ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja
yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala
sesuatu yang dialami sehari-hari.
Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis dimana paham ini
menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang kita peroleh tidak dianggap sebagai
miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dapat
disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman
tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah
pengalaman.
Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua
menggunakan hati.
Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh
pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah
makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika,
pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia.
Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang
bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena ketidak mampuan
filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka satu-satunya jalan
memahami manusia adalah dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih
mampu menjangkau pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran,
walaupun bersifat abstrak.
Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan pernah sempurna.
Kesempurnaan itu terletak pada iman. Filsafat bisa menjangkau segala hal, tetapi tidak
bisa secara sempurna. Karena setiap ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali
filsafat.
4). J. G. Fichte (1762-1914 M.)
Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun
1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya disebut
“Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhanapemikiran Fichte:
manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek
tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian
seperti yang dipikirkannya.
5). F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)
Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda. Pada tahun
1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Dia adalah
filsuf Idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan
idealisme Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah sebagai identitas murni
atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang subyektif dengan
yang obyektif. Yang mutlak menjelmakan diri dalam 2 potensi yaitu yang nyata (alam
sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang subyektif dari subyek). Yang mutlak
sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan alam (obyek) yang subyektif
dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar. Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah roh
dan bukan pula alam, bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang
mutlak adalah identitas mutlak atau indiferensi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai
identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak
ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya
saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya alam saja
atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar
Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang
diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak
mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian
sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah
pemikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang
murni dari Plato. Plato menyatakan bahwa alam cita-cita itu adalah yang merupakan
kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa
bayangan saja dari alam ide.
Pada jaman Aufklarung para filosof yang mengakui aliran serba dua (dualisme) seperti
Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan
kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan
kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak
memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman idealisme pada masa abad ke-
18 dan 19 ketika periode idealisme.
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum masehi
oleh Plato (427-347 SM).Semasa Plato hidup kota Athena adalah kota yang berada
dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah mendorong Athena
memasuki era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut,
perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai
penginapan Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan
kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul berbagai gagasan-gagasan
baru ke dalam lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat
mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan & nilai-nilai tradisional.
Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan pengajar (para Shopis. Ajarannya
memfokuskan pada individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk
menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak pada
individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya komunal
masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan
terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan
kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti,
bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian,
kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah.
Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh
semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah
selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan
bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat
diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-
objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.
Ada pendapat lain yang mengatakan, idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu
gagasan, ide. Sesuai asal katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental.
Terdapat aliran filsafat yang beranggapan, yang ada yang sesungguhnya adalah yang
ada dalam budi, yang hadir dalam mental. Karena hanya yang berbeda secara demikian
yang sempurna, utuh, tetap, tidak berubah dan jelas. Itu semua adalah idealisme.
Idealisme mempunyai pendirian bahwa kenyataan itu terdiri dari atau tersusun atas
substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide-ide. Alam fisik ini tergantung dari jiwa
universal atau Tuhan, yang berarti pula bahwa alam adalah ekspresi dari jiwa tersebut.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-
pikir atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya
material. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada
bagi materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata,
sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal
itu sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah
nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.
Demikian proses roh atau ide yang disebut Hegel dialektika. Proses itulah yang
menjadi keterangan untuk segala kejadian. Proses itu berlaku menurut hukum akal. Jadi
semua yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil. Maksudnya
luasnya rasio sama dengan luasnya realitas, sedangkan realitas menurut Hegel adalah
proses pemikiran (ide).
Prinsip-prisip Idealisme
Aliran idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan. William
T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh
di Amerika Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-
satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan
harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai
kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang
harmonis, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk
hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah
perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan
sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga
terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.