Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari hakikat atas
kebenaran sesuatu atau studi yang membahas tentang fenomena
kehidupan dan pemikiran mausia secara kritis. Ada banyak filusuffilusuf yang terkenal dengan pemikirannya masing-masing seperti
seorang filusuf yang terkenal dalam pemikiran kritisisme yaitu
Immanuel Kant dan seorang filusuf yang terkenal dengan pemikiran
idealisme yaitu Heggel.
Filsafat Kant yang dibicarakan pada makalah ini menjadi sebuah sintesis yang
kritis atas dua kecenderungan pokok yang sudah ada sebelum pencerahan,
rasioanlisme dan empirisme. Dengan sintesis ini, Kant menghasilkan sebuah cara
berfilsafat baru yang menjadi pijakan dalam sejarah selanjutnya. Karena Kant
menghasilkan pemikiran yang sangat penting dan berpengaruh dalam sejarah filsafat.
Filsafat Hegel sering disebut sebagai puncak idealisme
Jerman. Filsafatnya banyak diinspirasikan oleh Imanuel Kant dengan
filsafat ilmunya, Kant melakukan pengkajian terhadap kebuntuan
perseteruan antara Empirisme dan Rasionalisme, keduanya bagi
Kant terlalu ekstrem dalam mengklaim sumber pengetahuan.
Hegel yang pada awalnya sangat terpengaruh oleh filsafat
Kant tersebut kemudian menemukan jalan keluarnya melalui cara
yang dilakukannya secara terus menerus. Ketertarikan Hegel sejak
awal pada metafisika, meyakinkannya bahwa ada ketidakjelasan
bagian

dunia,

bagi

Bertrand

Russell

pemikirannya

merupakan Intelektualisasi dari wawasan metafisika.


1

kemudian

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Hegel
Hegel tokoh terbesar dari filsafat idealis lahir di kota Stuttgart pada tanggal 27
Agustus 1770 dari keluarga pegawai negeri, ayahnya merupakan pekerja di kantor
keuangan kerajaan Wurtenberg. Idealisme Jerman memuncak pada era Hegel.
Walaupun usianya lebih tua daripada Schelling, Hegel menyusun karyanya yang
terpenting ketika Schelling sudah menjadi filosof terkenal. Mula-mula ia dianggap
sebagai murid Schelling, tetapi lama-kelamaan ia berdiri sendiri dan banyak berbeda
dengan pemikiran Schelling.
Tahun 1788 dia masuk sekolah teologi yaitu Universitas Tuebingen. Di sana
dia mengenal penyair Holderlin dan Schelling. Pada awalnya dia sangat tertarik
dengan teologi, dia bahkan menganggap filasafat adalah teologi dalam pengertian
penyelidikan terhadap Yang Absolut. Dari tahun 1790 sampai 1800 bisa dibilang
Hegel hanya menghasilkan karya-karya yang berbau teologi antara lain The
Positivity of Christian Religion tahun 1796 dan The Spirit of Christianity tahun
1799.
Hegel selanjutnya setelah sempat tinggal di Swiss, mengajar di Universitas
Jena tahun 1801, di sana dia selain mengajar dia juga bekerjasama dengan Schelling

dalam menyunting jurnal filsafat. Tahun 1807 terbitlah Die Phanomenologie des
Geistes (Fenomenologi Roh) yang merupakan dasar dari sistem filsafatnya.
Hegel sendiri juga terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa politik yang terjadi
pada masa ia hidup. Peristiwa itu adalah dikalahkannya pasukan Prusia oleh tentara
Prancis di bawah pimpinan Napoleon tahun 1806. Dengan demikian Prusia dikuasai
oleh pemerintahan Napoleon. Dalam pemerintahan Napoleon rakyat Prusia hidup
dalam iklim yang jauh lebih demokratis, kebebasan pers misalnya sangatlah dijunjung
tinggi. Namun ternyata Napoleon tidak dapat bertahan lama menguasai Prusia, karena
lewat peperangan sengit antara Leipzig dan Waterloo, Napoleon pun dikalahkan
tahun 1816. Kekaisaran Prusia kembali dipulihkan dan pemerintahan yang bersifat
otoritarian kembali dijalankan di seluruh wilayah Prusia.
Tahun 1818 dia menggantikan Fichte sebagai Profesor di Universitas Berlin
dan di sana dia mempublikasikan sebuah karya yang sangat berpengaruh terhadap
filsafat politik dan filsafat hukum, buku yang terbit tahun 1820 itu berjudul
Grundlinien der Philosophie des Rechts (Garis Besar Filsafat Hukum). Selanjutnya
terbit juga buku-buku lain yang merupakan hasil dari kuliahnya di Universitas Berlin,
yang terpenting dari beberapa karyanya itu adalah Philosophy of History. Hegel
meninggal di Berlin tahun 1831 sama dengan nasib anaknya yang tidak diakuinya
yang meninggal di Jakarta yang dulu Batavia saat menunaikan tugasnya sebagai
tentara Belanda tahun 1831.
B. Pemikiran Idealisme Hegel
Dalam filsafat ada beberapa aliran salah satunya adalah aliran idealisme. Plato
adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi aliran idealis.
George W.F Hegel kemudian merumuskan aliran idealisme ini secara komprehensif
ditinjau secara filosofi maupun sejarah.

Idealisme adalah mencari suatu dasar yakni suatu metafisika yang di temukan
lewat dasar tindakan sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya.Titik tolak tersebut
dipakai sebagai dasar untuk membuat suatu kesimpulan tentang keseluruhan yang
ada. Aliran Idealisme dinamakan juga dengan spiritualisme. Idealisme berarti serba
cita, sedangkan spiritualisme berarti serba ruh. Idealisme berasal dari kata idea,
yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan
jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan
jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan
yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta
penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
George Wilhelm Friedrich Hegel dikenal sebagai filosof yang menggunakan
dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang
dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan),
antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).
Menurut Hegel yang mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam
alam, dengan maksud agar dapat sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh adalah ide
atau pikiran. Pernyataan Hegel yang terkenal adalah semuanya yang real bersifat
rasional dan semuanya yang rasional bersifat real. Maksudnya adalah bahwa luasnya
rasio sama dengan luasnya realitas.
Menurut Hegel, seluruh proses dunia adalah suatu perkembangan roh. Sesuai
dengan hukum dialektika roh meningkatkan diri, tahap demi tahap, menuju kepada
4

yang mutlak. Sesuai dengan perkembangan roh ini maka filsafat Hegel disusun dalam
tiga tahap, yaitu:
a) Tahap ketika roh berada dalam keadaan ada dalam dirinya sendiri. ilmu
filsafat yang mebicarakan roh dalam keadaan ini disebut logika.
b) Dalam tahap kedua roh berada dalam keadaan berbeda dengan dirinya
sendiri, berbeda dengan yang lain. Roh disini keluar dari dirinya sendiri,
menjadikan dirinya diluar dirinya dalam bentuk alam, yang terikat pada ruang dan
waktu. Ilmu filsafat yang membicarakan tahap ini disebutnya filsafat alam.
c) Akhirnya tahap ketiga, yaitu tahap ketika roh kembali pada dirinya sendiri,
yaitu kembali daripada berada diluar dirinya, sehingga roh berada dalam keadaan
dalam dirinya sendiri dan bagi dirinya sendiri. tahap ini menjadi sasaran filsafat roh.
Hegel mengelompokkan idealisme menjadi tiga bagian yaitu :
1) Filsafat idealisme subyektif, yakni idealisme yang berpangkal kepada
subyek.
2) Filsafat idealisme obyektif, yakni idealisme yang memandang bahwa ego
berada di dalam alam, dan alam berada di dalam ego
3) Filsafat idealisme mutlak (idealisme absolut) adalah idealisme yang
merupakan sintese dari idelaisme subyektif dan idealisme obyektif.

C. Immanuel Kant
Immanuel Kant (1724-1804) termasuk filsuf yang terbesar
dalam sejarah filsafat modern. Ia lahir di Konigsbrerg, sebuah kota
kecil di Prusia Timur. Di Universitas di kota asalnya ia menekuni
hampir semua mata pelajaran yang diberikan dan akhirnya menjadi
profesor di sana. Dibidang filsafat, Kant dididik dalam suasana
rasionalisme

yang

pada

universitas Jerman. Kant

waktu

itu

menonjol

di

universitas-

tidak kawin dan selalu hidup tertib,

sehingga ia dapat mencurahkan seluruh waktu dan tenaga kepada


karya-karya filosofisnya.
Kehidupan kant Sebagai filsuf dapat dibagi menjadi dua
periode: Zaman praktis dan zaman kritis. Dalam zaman praktis dia
menganut pendirian rasionalistis yang dilancarkan oleh Wolff dan
kawan-kawannya. Tetapi karena dipengaruhi oleh Hume, berangsurangsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan
Hume lah yang membangunkan dia dari tidur dari dogmatisnya.
Yang menyusul ialah zaman kritis. Dan justru dalam zaman kritis
inilah Kant mengubahkan wajah filsafat secara radikal. Kant sendiri
menamakan

filsafatnya

sebagai

kritisisme

dan

ia

mempertentangkan kritisisme dengan dogmatis. Menurut dia,


kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalannya dengan terlebih
dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Kant adalah
filsuf pertama yang mengusahakan penyelidikan ini.
D. Kritisisme Immanuel Kant
Filsafat Kant merupakan titik tolak periode baru bagi filsafat
Barat. Ia mengatasi dan menyimpulkan aliran Rasionalisme dan
Empirisme, yang dibantah oleh Copleston VI. Kant memandang
rasionalisme dan empirisme senantiasa berat sebelah dalam
menilai akal dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Kant
tidak menentang adanya akal murni, ia hanya menunjukkan bahwa
akal murni itu terbatas. Akal murni menghasilkan pengetahuan
tanpa dasar indrawi atau independen dari alat panca indra.

Kant dalam argumennya, bahwa akal dipandu oleh tiga ide


transcendental, yaitu ide psikologis yang disebut jiwa, ide dunia,
dan ide tentang Tuhan. Ketiganya tersebut memiliki fungsi masingmasing, yaitu ide jiwa menyatakan dan mendasari segala gejala
batiniah yang merupakan cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir
dalam bidang psikis, ide dunia menyatakan segala gejala
jasmaniah, ide Tuhan mendasari segala gejala, segala yang ada,
baik batiniah maupun yang lahiriah.
Kant mengarang macam-macam kritik mengenai akalbudi,
kehendak, rasa, dan agama. Dalam karyanya yang sering disebut
metafisika. Menurutnya Metafisika merupakan uraian sistematis
mengenai keseluruhan pengertian filosofis yang dapat dicapai. Ia
berpendapat bahwa pada sekurang-kurangnya pada prinsipnya
mungkin untuk memperkembangkan suatu metafisika sistematis
yang lengkap. Namun Kant mulai meragukan kemungkinan dan
kompetensi metafisik, sebab menurut dia metafisik tidak pernah
menemukan

metode

ilmiah

yang

pasti

untuk

memecahkan

masalahnya, maka perlu diselidiki dahulu kemampuan dan batasbatas akal-budi.


Immannuel Kant membedakan akal (vertstand) dari rasio dan
budi (vernuft). Tugas akal merupakan yang mengatur data-data
indrawi,

yaitu

dengan

mengemukakan

putusan-putusan.

Sebgaimana kita melihat sesuatu, maka sesuatu itu ditrasmisikan


ke dalam akal, selanjutnya akal mengesaninya. Hasil indra diolah
sedemikian rupa oleh akal, selanjutnya bekerja dengan daya fantasi
umtuk menyusun kesan-kesan itu sehingga menjadi suatu gambar
yang dikuasai oleh bentuk ruang dan waktu.

Pemikiran-pemikiran Kant yang terpenting diantaranya adalah


tentang akal murni. Menurut Kant dunia luar itu diketahui hanya
dengan sensasi, dan jiwa, bukanlah sekedar tabula rasa. Tetapi jiwa
merupakan alat yang positif, memilih dan merekontruksi hasil
sensasi yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa dengan menggunakan
kategori, yaitu dengan mengklasifikasikan dan memersepsikannya
ke dalam idea. Melalui alat indara sensasi masuk ke otak, lalu objek
itu diperhatikan kemudian disadari. Sensasi-sensasi itu masuk ke
otak melalui saluran-saluran tertentu yaitu hukum-hukum, dan
hukum-hukum tersebut tidak semua stimulus yang menerpa alat
indra dapat masuk ke otak. Penangkapan tersebut telah diatur oleh
persepsi sesuai dengan tujuan. Tujuan inilah yang dinamakan
hukum-hukum.
Demikian gagasan Immanuel Kant yang menjadi penggagas
Kritisisme. Filsafat memulai perjalanannya dengan menyelidiki
batas-batas

kemampuan

rasio

sebagai

sumber

pengetahuan

manusia. Maka Kritisisme berbeda dengan corak filsafat modern


sebelum sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara
mutlak.
Dengan Kritisisme yang diciptakan oleh Immanuel Kant,
hubungan

antara

rasio

dan

pengalaman

menjadi

harmonis,

sehingga pengetahuan yang benar bukan hannya pada rasio, tetapi


juga pada hasil indrawi. Kant memastikan adanya pengetahuan
yang benar-benar pasti, artinya menolak aliran skeptisisme, yaitu
aliran yang menyatakan tidak ada pengetahuan yang pasti.

Zaman

pencerahan

dengan enlightenment. Terjadi

atau
pada

yang
abad

dikenal
ke

18

di

Inggris

di

Jerman.

Immanuel Kant mendefinisikan zaman itu dengan mengatakan


dengan aufklarung, manusia akan keluar dari keadaan tidak akil
balig (dalam bahasa Jerman: unmundigkeint), yang dengan ia
sendiri bersalah. Sebabnya menusia bersalah karena manusia
tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya yaitu rasio.
Dengan demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam
proses emansipasi manusia barat yang sudah dimulai sejak
Renaissance dan reformasi. Di Jerman, seorang filosof besar yang
melebihi zaman aufklarung telah lahir yaitu Immanuel Kant.
E. Ciri-ciri Kritisisme
Isi utama dalam kritisisme yaitu gagasan Immanuel Kant
tentang teori pengetahuan, etika, dan estetika. Gagasan tersebut
muncul karena ada pertanyaan-pertanyaan yang mendasar yang
timbul pada pemikiran Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut yaitu:
1.

Apa yang dapat saya ketahui?

2.

Apa yang harus saya lakukan?

3.

Apa yang boleh saya harapkan?


Ciri-ciri Kritisisme Immanuel Kant dapat disimpulkan menjadi

tiga hal yaitu:


1.

Menganggap objek pengenalan berpusat pada subjek dan

bukan pada objek.

2.

Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk

menetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanya mampu


menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja.
3.

Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu

diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur a priori

yang

berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteoriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
F. Karya-karya Immanuel Kant
Immanuel Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis
terhadap rasio murni, dan Kant mewujudkan pemikirannya tersebut
ke dalam beberapa buku yang sangat penting yaitu tentang kritik.
Buku-bukunya antara lain berjudul:
a. Kritik atas Rasio murni (kritik der reimem Vernunft)
tahun 1781
Dalam kritik ini Kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan
adalah bersifat umum, mutlak, dan memberi pengertian baru.
Untuk itu Kant terlebih dulu membedakan adanya tiga macam
putusan. Pertama, putusan analitis a priori di mana predikat tidak
menambah sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat
di dalamnya (misalnya, setiap benda menempati ruang). Kedua,
putusan

sintesis

aposteriori,

misalnya

pernyataan"meja

itu

bagus", di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan


pengalaman indrawi. Ketiga, putusan sintesis a priori di sini
dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat
sintetis, namun bersifat a priori juga. Misalnya, putusan yang

10

berbunyi "segala kejadian mempunyai sebabnya". Putusan ini


berlaku umum dan mutlak (jadi a priori), namun putusan ini juga
bersifat sintetis dan aposteriori, Sebab di dalam pengertian
"kejadian" belum dengan sendirinya tersirat pengertian "sebab".
Maka di sini baik akal ataupun pengalaman indrawi dibutuhkan
serentak. Ilmu pasti, mekanika, dan ilmu pengetahuan alam disusun
atas putusan sintetis yang bersifat a priori ini. Menurut Kant,
putusan jenis ketiga inilah syarat dasar bagi apa yang disebut
pengetahuan (ilmiah) dipenuhi, yakni bersifat umum dan mutlak
serta memberi pengetahuan baru.
b.

Pada Taraf Indra

Dalam buku ini unsur a priori memainkan peranan bentuk dan


unsure aposteriori memainkan

peranan

materi.

Menurut

Kant

unsure a priori itu sudah terdapat pada tarap indra.


Ia berpendapat bahwa dalam pengatahuan indrawi selalu ada
dua bentuk a priori, yaitu ruang dan waktu. Jadi ruang tidak
merupakan ruang kosong, dimana benda-benda diletakkan; ruang
tidak merupakan ruang dalam dirinya(ruang an sinch). Waktu
bukan

merupakan

suatu

arus

tetap,

dimana

pengindraan-

pengindraan bisa ditempatkan.


.

c. .Kritik Atas Rasio Praktis


Rasio murni yang dimaksudkan Immanuel Kant adalah rasio yang dapat
menjalankan roda pengetahuan. Akan tetapi diasmping rasio murni terdapat rasio
praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan atau dengan kata
lain rasio yang memberikan perintah kepada kehendak kita.

11

Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang mutlak


yang disebut sebagai imperatif kategori . Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang
harus disadari sebaik-baiknya bahwa ketiga hal tersebut dibuktikan, hanya dituntut,
yang disebut Kant ketiga postulat dari rasio praktis. Ketiga itu adalah kebebasan
kehendak, inmoralitas jiwa, dan adanya Allah. Menerima ketiga hal tersebut
dinamakan Kant sebagai Gloube alias kepercayaan, dengan demikian Kant berusaha
untuk mempengaruhi keyakinannya atas Yesus Kritus dengan penemuan filsafatnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
George Wilhelm Friedrich Hegel dikenal sebagai filosof yang menggunakan
dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang
dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan),
antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi). Pernyataan Hegel yang
terkenal adalah semuanya yang real bersifat rasional dan semuanya yang rasional
bersifat real. Maksudnya adalah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas.
Filsafat Kant merupakan titik tolak periode baru bagi filsafat
Barat. Ia mengatasi dan menyimpulkan aliran Rasionalisme dan
Empirisme. Kant dalam argumennya, bahwa akal dipandu oleh tiga
ide transcendental, yaitu ide psikologis yang disebut jiwa, ide dunia,
dan ide tentang Tuhan. Pemikiran-pemikiran Kant yang terpenting
diantaranya adalah tentang akal murni. Menurut Kant dunia luar

12

itu diketahui hanya dengan sensasi, dan jiwa, bukanlah sekedar


tabula rasa. Tetapi jiwa merupakan alat yang positif, memilih dan
merekontruksi hasil sensasi yang masuk itu dikerjakan oleh jiwa
dengan menggunakan kategori, yaitu dengan mengklasifikasikan
dan memersepsikannya ke dalam idea.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilyanto, Ahmad Dwi. 2013. Idelisme Hegel (online)


(http://agungpagust.blogspot.com/2013/05/idealismehegel.html). Diakses 12 Desember 2014 pukul 09.40 WIB.
Asmoro, Ahmadi. 2004. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pres.
Bertens, K. 2002. Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman.
Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Hardiman, Budi. 2009. Kritik Ideologi. Yogyakarta: Kansius.
Russel, Bertand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Utama,

Nova.

2012.

Pemikiran

Immanuel

Kant

(online)

(http://novautama.wordpress.com/2012/10/24/pemikiran-immanuel-kant).
Diakses 12 Desember 2014 pukul 09.45 WIB..

13

14

Anda mungkin juga menyukai