Anda di halaman 1dari 22

Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah :

1. Dr. Muhammad Tamar,M.Psi


2. Istiana Tajuddin, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog
3. Hillman Wirawan, S.Psi.,MA

PAPER FILSAFAT EKSISTENSI MANUSIA


FILSAFAT BARAT (EROPA)

KELOMPOK 3
Salsabila Novayanti Arliansyah (C021191021)
Devnet Vicente (C021191029)
Andi Tenriawaru Mulia P (C021191036)
Natasya Pinkan Mapaliey (C021191038)
Nur Fadillah Annisa (C021191040)
Anita Veronica (C021191043)

PSIKOLOGI B 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
PENGERTIAN FILSAFAT EROPA (BARAT)
Filsafat Eropa (barat) adalah filsafat yang berasal dari keinginan untuk mengarah
kepada pemikiran atau falsafah peradaban barat yang dimulai sejak Yunani kuno.

ALIRAN – ALIRAN FILSAFAT EROPA


Dari filsafat Eropa, muncul beberapa aliran seperti idealisme, materialisme,
eksistensialisme, skeptisisme, dualisme dan positivisme.
1. Idealisme
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) d an roh (spirit).
Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata idealisme
dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam
bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara
lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta
menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau
program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada
kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat
digunakan daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas
terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda
material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu
(primer) daripada materi.
Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan
nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual; dan hal ini tercermin
dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya
satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses
alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal,
jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan struktur
alam dalam kehidupan sendiri.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang
utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun,
materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorang akan
memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau
akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus
meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah
materi itu.
Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan
idealisme personal.
 Idealisme Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada
ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia.
Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau
karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan
masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
 Idealisme Objektif
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat
dalam susunan alam.
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah
hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui
sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang
bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan
segala pikiran dan perasaannya.
 Idealisme Personal (personalisme)
Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya.
Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme
monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak
atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang
pemikir.
Adapun beberapa tokoh dalam aliran idealisme antara lain:
 J.G. Fichte (1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun
1780-1788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah
mencukupi untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan
manusia. Prinsip yang dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan
prakteklah yang menjadi pusat yang disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial
dalam pengalaman adalah tindakan, bukan fakta.
Menurut pendapatnya subjek “menciptakan” objek. Kenyataan pertama ialah “saya
yang sedang berpikir”, subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek
memerlukan objek, seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini
merupakan antitesis. Subjek dan objek yang dilihat dalam kesatuan disebut sintesis.
Segala sesuatu yang ada berasal dari tindak perbuatan sang Aku.
 G.W.F Hegel (1798-1857 M)
Hegel lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah
seorang pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak
terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin,
kemudian gymnasium. Hegel muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada
usia 18 tahun ia memasuki Universitas Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia
menjadi seorang tutor, selain mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun ia menikah
dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur sekolah menengah, juga
pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar di Heidelberg
dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor Universitas Berlin (1830).
2. Materialisme
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan
keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi,
efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini
tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain,
materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh,
kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materi dan alam semesta sama sekali tidak memiliki karakteristik-karakteristik
pikiran dan tidak ada entitas-entitas nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah materi.
Setiap perubahan bersebab materi atau natura dan dunia fisik. Beberapa tokoh pemikir
materialisme, antara lain :
 Karl Marx (1818-1883)
Marx lahir di Trier Jerman pada tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan
pengacara yang cukup berada, dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam
tahun. Setelah dewasa Marx melanjutkan studinya ke universitas di Bonn, kemudian
Berlin. Ia memperoleh gelar doktor dengan desertasinya tentang filsafat Epicurus dan
Demoktirus. Kemudian, ia pun menjadi pengikut Hegelian sayap kiri dan pengikut
Feurbach. Dalam usia dua puluh empat tahun, Marx menjadi redaktur Koran Rheinich
Zeitung yang dibrendel pemerintahannya karena dianggap revolusioner.
Setelah ia menikah dengan Jenny Von Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan
disinilah ia bertemu dengan F.Engels dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx
dan Engels bergabung dengan Liga Komunis, dan atas permintaan liga komunis
inilah, mereka mencetuskan Manifesto Komunis (1848).
Dasar filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi merupakan hal yang
fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang
berlebihan, melainkan suatu system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan
kelas, perjuangan kelas yang tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu itu
Eropa disebut kelas borjuis. Pada puncaknya dari sejarah ialah suatu masyarakat yang
tidak berkelas, yang menurut Marx adalah masyarakat komunis.
 Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh karena
keduanya hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga bahwa materialisme
menyangkal adanya ruang mutlak lepas dari barang-barang material.

3. Eksistensialisme
Definisi eksistensialisme tidak mudah dirumuskan, bahkan kaum eksistensialis
sendiri tidak sepakat mengenai rumusan apa sebenarnya eksistensialisme itu. Sekalipun
demikian, ada sesuatu yang disepakati, baik filsafat eksistensi maupun filsafat
eksistensialisme sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral
Namun tidak ada salahnya, untuk memberikan sedikit gambaran tentang
eksistensialisme ini, berikut akan dipaparkan pengertiannya.
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang
berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan
keluar dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang
dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa
Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
Cara berada manusia itu menunjukkan bahwa ia merupakan kesatuan dengan alam
jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani, manusia selalu mengkonstruksi dirinya,
jadi ia tidak pernah selesai. Dengan demikian, manusia selalu dalam keadaan
membelum; ia selalu sedang ini atau sedang itu.
Untuk lebih memberikan kejelasan tentang filsafat eksistensialisme ini, perlu kiranya
dibedakan dengan filsafat eksistensi. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah
benar-benar seperti arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia
sebagai tema sentral. Sedangkan filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang
menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada
di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi cara beradanya tidak sama. Manusia berada
di dalam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada
di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya
itu. Manusia mengerti guna pohon, batu dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti
bahwa hidupnya mempunyai arti. Artinya bahwa manusia sebagai subyek. Subyek
artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut obyek.
Salah satu tokoh dalam aliran ini adalah Jean Paul. Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir
tanggal 21 Juni 1905 di Paris. Ia berasal dari keluarga Cendikiawan. Ayahnya seorang
Perwira Besar Angkatan Laut Prancis dan ibunya anak seorang guru besar yang
mengajar bahasa modern di Universitas Sorbone. Ketika ia masih kecil ayahnya
meninggal, terpaksa ia diasuh oleh ibunya dan dibesarkan oleh kakeknya. Di bawah
pengaruh kakeknya ini, Sartre dididik secara mendalam untuk menekuni dunia ilmu
pengetahuan dan bakat-bakatnya dikembangkan secara maksimal. Pengalaman masa
kecil ini memberi ia banyak inspirasi. Diantaranya buku Les Most (kata-kata) berisi nada
negatif terhadap hidup masa kanak-kanaknya.

4. Skeptisisme
Skeptisisme adalah suatu bentuk ketidakpercayaan pada cara mengetahui manusia.
Misalnya ketidakpercayaan pada ingatan sebagai sumber ingatan, karena ingatan
sifatnya sangat rapuh dan subyektif. Ada juga para pemikir skeptis yang tidak percaya
pada kepastian pengetahuan manusia tentang dunia di luar dirinya. Bagi mereka
pengetahuan tentang dunia di luar diri manusia (external world) hanya sebentuk sensasi-
sensasi saraf otak semata, dan bukan pengetahuan yang asli. Ada satu bentuk
skeptisisme lainnya yang disebut sebagai solipsisme. Paham ini berpendapat bahwa yang
ada hanyalah diri manusia dan keyakinan-keyakinan subyektifnya. Segala sesuatu di luar
diri manusia tidak ada. Misalnya dunia di luar diri manusia itu sungguh ada, namun itu
pun tetap tidak bisa diketahui.
Secara umum skeptisisme adalah pandangan, bahwa orang tidak mungkin bisa sampai
pada pengetahuan. Di dalam pandangan para pemikir skeptis yang lebih moderat,
manusia masih bisa sampai pada pengetahuan, namun tidak akan pernah sampai pada
kepastian. Di dalam pandangan yang lebih radikal, pengetahuan manusia tidak pernah
bisa didasarkan pada argumen yang masuk akal. Salah satu skeptisisme ialah
skeptisisme metodis. Tidak ada pertanyaan pasti mengenai apa yang sedang terjadi
selain apa yang secara langsung dialami.

5. Positivisme
Kata “Positif” disini berarti factual (apa yang berdasarkan fakta-fakta). Pengetahuan
kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Positivisme menolak istilah metafisika.
Tugas khusus filsafat ialah mengkoordinasi ilmu-ilmu lain dan memperlihatkan kesatuan
antara begitu banyak ilmu yang beraneka ragam.

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan
metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk
memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya
idealisme Jerman Klasik). Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi
tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja
merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi
dapat menjadi pengetahuan.
Perkembangan pengetahuan manusia, baik manusia perorangan maupun umat
manusia sebagai keseluruhan, meliputi tiga jaman.
1. Jaman teologis
2. Jaman metafisis
3. Jaman positif
6. Dualisme
Orang yang pertama kali menggunakan konsep dualisme adalah Thomas Hyde
(1700), yang mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda
secara subtantif. Jadi adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran.
Yang termasuk dalam aliran ini adalah Plato (427-347 SM), yang mengatakan bahwa
dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni.
Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanya tiruan
dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka dunia ini berubah-ubah dan bermacam-
macam sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya
bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang
ideal di dunia idea sana (dunia idea).

7. Rasionalisme
Sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal).
Hanya pengetahuan yang diperoleh oleh akal lah yang memenuhi syarat yang dituntut
oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua
pengetahuan ilmiah.
Dalam rasioalisme, ilmu pengetahuan haruslah satu, tanpa bandingnya, serta harus
disusun oleh satu orang sebagai suatu bangunan yang seluruhnya berdiri sendiri menurut
satu metode yang umum. Ilmu pengetahuan harus mengikuti jejak ilmu pasti. Salah satu
tokoh dalam rasionalisme adalah Renee Descartes.

8. Empirisme
Empirisme bertentangan dengan rasionalisme. Memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengenalan dan yang dimaksudkan ialah baik pengalaman lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja.
Dalam empirisme, Ada dua macam pengalaman: pengalaman lahiriah (sensation),
dan pengalaman batiniah (reflexion). Roh manusia bersifat pasif dalam penerimaan ide-
ide tersebut. Salah satu tokoh dalam empirisme ialah John Locke.
PERIODESASI FILSAFAT BARAT (EROPA)

1. Pra- Socrates
Ciri-ciri filsafat pra-socrates adalah rasional meta-fisik, dimana pemikiran yang
diikuti dengan kepercayaan kepada hal-hal ghaib, seperti memberikan sesajen kepada
Dewa Matahari. Masyarakat berpikir bahwa bumi mempunyai sumber daya yang
melimpah ini ada yang menciptakannya, tapi mereka belum tahu siapa yang
menciptakannya. Jadi masyarakat beranggapan bahwa yang memberi kesuburan
adalah pohon besar. Sebelum filsafat menaiki panggung Yunani banyak pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang diajukan oleh manusia, dan pertanyaan-pertanyaan ini
dijawab dengan oleh berbagai penjelasan teologi. Penjelasan-penjelasan agama ini
disampaikan dari generasi ke generasi dalam bentuk mitos.
Sebutan “pra-sokratik” sebenarnya kurang tepat karena perkembangan aliran
filsafat yang dimaksud ada zaman dengan hidup Sokrates sendiri. Filsafat ‘Pra-
Sokratik” sebenarnya merujuk pada aliran filsafat yang didominasi pada minat utama
untuk meneliti alam, matematika, susunan di dalamnya, dalam rangka penyelidikan
tentang asal-muasal, komponen-komponen alam, dan untuk memformulasikan
hipotesis tentang keberadaan dunia ini, maka para filsuf dari aliran ini seringkali
disebut sebagai filsuf alam (Phusikoi).
Tokoh-tokoh filsafat pada zaman Pra-Socrates
● Mazhab Mileteus.
Kontribusi filsuf-filsuf Miletian yaitu Thales, Anaximander dan naximenes
memperkenalkan gagasan tentang arkhe yang membentuk semesta. Gagasan ini
merupakan suatu langkah besar ketimbang kosmogoni yang dianut oleh bangsa
Yunani sebelumnya. Filsuf Mileteus membuat ide-ide kosmologis menjadi lebih
manusiawi. Gagasan tentang arkhe ini nantinya mempengaruhi filsuf-filsuf
selanjutnya tenang gagasan mengenai substans. Pemikiran Anaximander tentang
apeiron juga sangat menarik, hingga menjadi perdebatan para filsuf-filsuf
setelahnya tentang gagasan ‘kemenjadian’.
● Mazhab Phytagorian
● Mazhab Elea

2. Zaman Keemasan Filsafat di Yunani


Puncak Filsafat Yunani dicapai pada Socrates, Plato dan Aristoteles. Filsafat dalam
periode ini ditandai oleh ajarannya yg “membumi” dibandingkan ajaran-ajaran filosof
sebelumnya.
Socrates (470-400 S.M)
Socrates adalah filsuf dari Yunani yang merupakan salah satu figur paling penting
dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi
pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani selain Plato dan Aristoteles. Socrates
adalah guru Plato, kemudian Plato pada gilirannya mengajar Aristoteles. Semasa
hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan, sehingga sumber utama
mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya, Plato.
Socrates yang dilahirkan di Athena, is adalah putra seorang pemahat dan seorang
bidan yang hanya sedikit dikenal kecuali nama mereka, yaitu Sophonicus dan
Phaenarete.
Socrates mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan
kita. Socrates  memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman keseharian
dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap
relatifisme (pandangan yg berpendapat bahwa kebenaran tergantung pada manusia)
yg pada umumnya dianut para sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yg baik itu
baik bagi warga Athena dan lain bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai
nilai yg sama bagi semua manusia dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang.
Pendiriannya yang terkenal adalah pandangannya yg menyatakan bahwa keutamaan
(arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme
etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu etika yg berlaku bagi semua
manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan Socrates menemukan metode induksi dan
memperkenalkan definisi-definisi umum. Akibat pandangannya ini Socrates dihukum
mati.
Plato(428-348 SM)
Plato adalah murid Socrates yang paling terkemuka yang sepenuhnya menyerap
ajaran-ajaran pendidikan besar itu, kemudian mengembangkan sistem filsafatnya
sendiri secara lengkap. la mendirikan akademi, suatu pusat untuk studi. Plato,
dilahirkan dalam keluarga Aristokrasi yang kaya (mungkin di Athena disekitar tahun
427 SM).
Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide, jiwa dan proses mengenal.
Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yg selalu berubah dan
dunia ide yg tidak pernah berubah. Ide merupakan sesuatu yg obyektif, tidak
diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada ide-ide tersebut.
Ide-ide berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Ide hadir didalam benda, ide-ide
berpartisipasi dalam konkret dan ide merupakan model atau contoh (paradigma) bagi
benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga memberikan dua
pengenalan. pertama pengenalan tentang ide; inilah pengenalan yg sebenarnya.
Pengenalan yg dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan
bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme
kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat) dan
bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera.
Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-
socratic yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yg ada-ada-nya
Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan
dunia ide tidak pernah berubah dan abadi.
Aristoteles (384-322 S.M)
Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Macedonia
tengah tahun 384 SM. Ayahnya yang benama Nicomacus adalah seorang tabib
pribadi Raja Amyntas III dari Macedonia. Ayahnya meninggal ketika Aristoteles
berusia 15 tahun. Karena itu, ia kemudian di asuh oleh pamannya yang bernama
Proxenus. Pada usia 17 tahun, Aristoteles pergi ke Athena balajar di Akademi Plato
dan menjadi murid Plato. Kemudian ia diangkat menjadi seorang guru selama 20
tahun di akademi tersebut. Di bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal
spekulasi filosofis. Aristoteles merupakan orang pertama di dunia yang dapat
membuktikan bahwa bumi bulat. Pembuktian yang dilakukannya dengan jalan
melihat gerhana.
Dengan meninggalnya Plato pada tahun 347 SM, Aristoteles meninggalkan Athena
dan mengembara selama 12 tahun.Aristoteles didakwa kurang ajar kepada dewa
dikarenakan penelitian-penelitian yang ia lakukan. Kerena takut di bunuh orang
Yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya melarikan diri ke
Chalcis. Satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, tepat pada tahun 322 SM,
Aristoteles meninggal pada usia 62 tahun.
Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda. Filsafat ilmu
merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
 Logika
Penemuan Aristoteles yang terbesar dalam bidang logika adalah silogisme
(syllogimos). Silogisme maksudnya uraian berkunci, yaitu menarik kesimpulan
dari kenyataan yang umum atas hal yang khusus dan dapat digunakan dalam
menarikkesimpulan yang baru dan tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Sebagai contoh ada dua pernyataan:
❖ Setiap manusia pasti akan mati
❖ Dia adalah manusia
Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa dia pasti akan mati.Menurut Aristoteles,
pengetahuan baru dapat dihasilkan melalui dua cara yaitu induksi dan deduksi.
Induksi yaitu bertolak dari kasus-kasus yang khusus menghasilkan pengetahuan
tentang yang umum. Sedangkan deduksi bertolak dari dua kasus yang tidak
disangsikan dan atas dasar itu menyimpulkan kebenaran yang ke tiga.Cara
deduksi inilah yang di sebut silogisme. Induksi tergantung pada pengetahuan
indrawi senngakan deduksi atau silogisme sama sekali lepas dari pegetahuan
indrawi.Itulah sebabnya mengapa Aristoteles menganggap deduksi sebagai cara
sempurna menuju pengetahuan baru.

3. Zaman Pertengahan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal
abad ke-17. Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya
dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau
pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen.
Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama. Maka dapat
dikatakan bahwa, filsafat yang berkembang pada zaman ini bercorak “Theosentris
(filsafat diarahkan atau diabdikan pada masalah ketuhanan atau agama)”.
Ini dapat dilihat dari bagaimana peran agama Kristen yang menonjol dan
mendominasi pemikiran mengenai perkembanga alam yang disesuaikan degan ajara
agama. Begitupun degan perkembangan filsafat, yang perlu diuji apakah tidak
bertentangan degan ajaran agama. Maka dari itu filsafat abad pertengahan yang
berkembang banyak membicarakan permasalahan teologis dan alam. Diatara filosof
abad pertengahan adalah:
 St. Thomas Aquinas
Lahir di Lombardy, Rossa Sicca, daerah di kerajaan Napels, Italia pada tahun
1225 M. Semasa hidupnya, Thomas Aquinas berjasa dalam memberi kuliah bidang
filsafat dan teologi beberapa kota yang ada di Italia, yaitu kota Anangi, Orvetio,
Roma, dan Vitebro. St. Thomas Aquinas, seorang filosof dan teolog yang terkenal
pada era abad pertengahan, meninggal dunia ketika berusia sekitar lima puluh
tahun, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1274 M.
Aquinas percaya pada adanya “kebenaran teologis alamiah”, yaitu kebenaran-
kebenaran yang dapat dicapai melalui iman dan melalui akal bawaan atau akal
alamiah kita. Aquinas juga meyakini adanya jalan menuju Tuhan yang dimana,
satu jalan melalui iman dan wahyu Tuhan dan satu jalan lagi melaui akal dan
indra. Dari keduanya, jalan melalui iman dan wahyu jelas merupakan jalan yang
paling pasti, sebab orang sudah tersesat jika hanya mempercayai akal. Tapi degan
akal, manusia dapat mengetahui segala sesuatu disekitarnya pastilah mempunyai
‘sebab formal’, Tuhan mengungkapkan dirinya kepada umat manusia melalui kitab
suci dan juga melalui akal. Oleh karena itu, ada ‘teologi iman’ dan ’teologi alam’.
Kitap suci menajarkan kepada manusia cara menjalani hidup. Tapi, Tuhan juga
memberikan kesdaran yang memungkinkan kita membedakan antra yang salah
atas dasar ‘alam’. Hanya dengan melalui kitab lah, manusia bisa mendapat
informasi tentang Tuhan. Oleh karenanya tuntutan yang paling pasti menurut
Aquinas adalah mengikuti perintah kitab.

4. Zaman Renaisans
Pada zaman ini muncul kembali kesenian dan kebudayaan Yunani kuno. Kaum
humanism zaman renaisans mengambil titik tolak pada manusia itu sendiri bukan
pada Tuhan seperti pada abad pertengahan.Manusia mulai mempelajari mengenai
hakikat diri dan alam semesta sebagai pusat kenyataan.Renaisans dikenal dengan
kaum humanisnya.
Filsafat humanism dalam rupa ideology tersebar secara psikologis kepada orang-
orang pada masa renaisans.Pemahamannya bahwa ‘kita adalah yang utama’ jangan
terikat oleh aturan-aturan, pada masa ini aturan yang dimaksud adalah aturan-aturan
dari gereja.Sehingga terjadi perkembangan diberbagai bidang, karena orang tidak
dibatasi kemampuannya oleh aturan-aturan gereja pada abad pertengahan.
Kebudayaan tampil di depan menggantikan agama.
‘pengetahuan adalah kekuasaan’ kata filsof asal inggris Francis Bacon (1561-
1626) yang berarti bahwa manusia sudah dapat ikut campur terhadap alam dan dapat
mengontrolnya. Francis Bacon menegakan bahwa filsafat harus dipisahkan dengan
Theologi, sehingga pada masa Renaisans terjadi pergeseran nilai-nilai mengenai
agama.

5. Zaman Modern
Filsafat barat modern dimulai pada abat ke 16, yang masih dapat dikelompok
dalam beberapa periode, yakni:
a. Periode modern awal
Periode ini didominasi oleh pemikiran empiris dan rational. Rene Descartes, tokoh
filsafat asal Prancis lahir pada 31 Maret 1596 dan meninggal pada 11 Februari
1650, ia sangat menjunjung tinggi rasionalitas manusia. Menurutnya segalanya
tidak ada yang pasti, kecuali fakta yang membuktikan bahwa manusia itu
berfikir.Kemudian seorang filsuf bernama Nicolaus Copernicus memberikan
pandangan baru terhadap alam semesta dengan teorinya mengenai matahari yang
merupakan pusat dari tata surya.Ada juga Johannes Kepler, lahir di Jerman pada
27 Desember 1571, ia mendukung teori yang diberikan oleh Copernicus, dan ia
juga memberikan teorinya mengenai bagaimana planet bergerak. Kepler adalah
seorang Kristen yang taan, ia sangat yakin bahwa ‘alam, dunia manusia dunia
Allah, ketiganya sangat harmonis’ karena dunia diciptakan oleh pencipta yang
cerdas, sehingga konsep planet bergerak secara tidak beraturan tidak sesuai dengan
hal tersebut.
Perdebatan antara agama dan sains adalah perdebatan klasik. Dalam sejarah
filsafat modern, perdebatan tersebut menemukan momen radikalnya dalam
pemikiran Baruch Spinoza.Dalam sistem filsafatnya, agama dan sains berusaha
dipertemukansedemikian rupa.Istilah ‘Deus sive Natura’ atau ‘God or Nature’
adalah kata kunci dalam filsafat ketuhanan Spinoza.Apa yang dilakukan oleh
Spinoza memangcukup khas zaman itu, yaitu zaman ketika konsepsi manusia dan
alam mengalami perubahan radikal. Manusia dinilai bukan lagi sentral dari
kehidupan, melainkan bagian dari alam atau jagat raya. Olehnya, pada Spinoza,
Tuhan dan Alam berusaha disatukan.

b. Periode pencerahan
Pada abad ke 18 merupakan dimulainya babak baru yang berakar dari masa
renaissance serta yang menolarkan buah pahit dari rasionalisme dan emipirsme.
Abad ini di sebut zaman penyerahan (aufklarung atau enlightenment), baligh yang
disebabkan karena kesalahan manusia pada penafian penggunaan akalnya.Gerakan
abad ini mengarah kepada emansipasi spritualitas manusia dari pemikiran reflektif
kepada pemikiran penyelesaian masalah filosafis dengan memberikan alasan-
alasan (reasons). Oleh karenanya, abad ini merupakan sebuah gerakan kritis
dengan gerakan konsep pemikiran rasional yang menjadi aturan absolute (absolute
ruler) dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya abad ini juga dikenal sebagai age
of reason. Istilah yang dipergunakan dalam kesehariannya, acap kali berubah-ubah
(inter-changeble) antara aufklarung dan enlightenment.
Banyak yang dapat dikaji pada masa ini, terdapat tiga negara yang dipadang lebih
representatif, dengan tidak mengenyampingkan pentingnya studi pada negara-
negara yang lain, yaitu Inggris, Prancis dan Jerman.
1) Pencerahan di inggris
Banyak aliran filsafat yang berkembang di Inggris pada abad ini, yang sangat
dimungkinkan dipengaruhi keanekaragaman kepercayaan. Salah satu aliran
kepercayaan ialah aliran “deisme” yaitu suatu aliran di Inggris pada abad ke 18
yang megabungkan diri dengan Eduard Herbert dari Chereburry (1581-1648),
dikenal sebagai pemberi alas ajaran agama alamiah (natural religion). Deisme
merupakan aliran yang bersifat kontrotantif terhadap agama wahyu (revealed
religion) beserta kesaksian-kesaksiannya, buku-buku “al-kitab‟, kepada kritik
akal dalam menjabarkan agama dari pengetahuan alamiah, bebas dari segala
ajaran gereja.
Dalam bidang filsafat tokoh yang terkenal dalam kajian metafisika dan pengikut
aliran deisme ialah George Barceley. Dia dilahirkan di kota Kilkenny, Inggris,
pada tanggal 18 Maret 1685 dan meninggal pada tahun 1753. Dia belajar
Teologia di Dublin (1707), dan menjadi “imam” di Angkikan (1721), dan
kemudian mengajar teologia, bahasa Yunani dan Ibrani, serta menerbitkan
karangan-karangan tentang filsafat. Dia dikenal karena teorinya yang disebut
“idealisme, yang olehnya sendiri disebut “immaterialisme”, sebab ia
menyangkal adanya dunia yang diluar kesadaran manusia. Idealisme ini
menjelaskan fenomena alam yang mengembalikannya kepada ide-ide dalam
beberapa bentuk. Pendapat ini didasarkan pada analisa pengamatan penglihatan.
Dalam pandangan ini kita dapat melihat jarak (titik jarak diretina jatuh di titik
yang sama) sehingga kita tidak dapat melihat hal besar atau perubahan tempat
(gerakan). Menurut Berkeley : Tidak bisa dikatakan bahwa pengamatan ialah
seperti menangkap makna bahasa.
2) Pencerahan di perancis
Masa pencerahan di Prancis bermula dari kemudian golongan yang disebut
filosof, yang terdiri dari seniman, sastrawan, wartawan, ilmuan dan orang-
orang yang mendambakan tatanan kemasyarakatan dan kenegaraan. Mereka
tidak menghiraukan adanya pertentangan antara aliran filsafat juga tidak
berpihak pada seorang filosof atau aliran filsafat tertentu. Tokoh golongan
filosof yang terkenal antara lain Francois Marie Arouet, dikenal dengan
Voltaire. Ia seorang sastrawan dan dermawan yang dilahirkan di Paris pada 21
November 1694 dan meninggal pada 20 Mei 1778. Semula di sekolah yesuid.
Kemudian ia belajar sastra, sejarah, ilmu hukum, politik ilmu pengetahuan
alam, kesenian dan filsafat.Dia adalah pengikut kepercayaan diesme yang
timbul di Inggris. Sebagai golongan filosof ia mengumandangakan semboyan
yang terkenal “Esrasez I infame” (Crush the infamous). Kekuasaan raja yang
absolut harus diakhiri dan diganti dengan tata negara yang berbentuk Republik.
3) Pencerahan di jerman
Diantara tokoh pemikir pada era pencerahan di Jerman yang dianggap cukup
representatif untuk disebut adalah Immanuel Kant. Ia meneruskan usaha-usaha
yang telah dirintis pemikir sebelumnya dengan cara mensintesiskan antara
idealisme Crhistian Wolf di Jerman di satu pihak dan empirisme Lock atau
Hume di Inggris di pihak lain. Sintesisnya yang merupakan titik pangkal suatu
periode baru ini disebut kritisme.Imanuel Kant lahir di kingsberg, jerman pada
22 April 1724.Ia memperoleh pendidikan di Sekolah Tinggi di Collegium
Fridericianum, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas koningsberg.
Diantara karya- karyanya antara lain : Kritik dan Reinen Vernunft (kritik atas
Rasio Murni) (1781), kritik der praktikchen Vernunft (kritik atas daya
pertimbangan) (1790). Masa hidupnya dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
praktis dan tahap kritis, dimana tahun 1770 sebagai garis pembatasnya, yaitu
ketika ia menerima jabatan sebagian guru besar.
Dalam filsafat pengetahuan, Kant memulainya dengan membedakan antara
pengetahuan murni dan tidak murni. Menurutnya, penelitian pengetahuan itu
memberikan kepada kita nilai dan jangkauan pengetahuan di suatu pihak dan
syarat- syarat yang diperlukan dipihak lain.
Pengetahuan, menurutnya bersandar pada putusan, yang mengandung dua
pengertian yaitu subyek dan predikat. Bila predikat menambahkan sesuatu yang
baru pada subyeknya disebut putusan sintesis dan aposteriori sifatnya. Bila
tidak, maka disebut putusan analitis dan aprior sifatnya. Bila merupakan
kompromi dari keduanya maka putusan itu disebut apriori dan aposteriori
sekaligus.Menurut Kant, Pengertian empiris dibentuk dan diturunkan dari
pengertian-pengertian transendetal.Pengertian semacam itulah yang kemudian
oleh Kant disebut dengan istilah kategori.Setiap perbuatan berpikir tentu
disertai gagasan “aku”, sehingga munculah gagasan aku berpikir yang secara
fundamental menyatukan kategori.
6. Filsafat Kontemporer, abad 20
Perubahan-perubahan substansial dan proses radikalisasi menandai cara berpikir
zaman ini. Hal ini dipicu oleh perubahan radikal pada bidang sosial, budaya,
teknologi, ilmu pengetahuan dan gambaran diri manusia.Pada masa peralihan dari
abad 19 ke abad 20 banyak pemikir-pemikir yang memberikan pendasaran atas
pergeseran paradigma dan memperjuangkan revolusi berpikir.Filsafat abad ke-20 tak
mungkin dapat dipahami tanpa filsafat eksistensialisme, marxisme, analisis konsep
logis dan bahasa pragmatis, tanpa kritik peradaban dan moral, psikoanalisa dan teori
relativitas.Paradigma-paradigma ini berakar jauh di abad ke-19 dan menariknya
kebanyakan bukan dikembangkan oleh ahli filsafat.Awalnya tak ada tempat dalam
ilmu pengetahuan dan filsafat untuk model-model berpikir ini.
Sören Kirkegaard (1813-1855) misalnya belajar filsafat, namun menulis karya-
karya besar sastra dan filsafatnya seperti Entweder – Oder (1843), Furcht und Zittern
(1843), Der Begriff Angst (1844) dan Krankheit zum Tode (1849) di luar karier
universitas. Lewat analisis radikal atas eksistensi manusia dan kefanaannya dalam
situasi pengambilan keputusan sesaat (Der Augenblick, 1855), dalam rasa kagum dan
takut dan di hadapan kemungkinan hidup estetis, etis dan religius Kierkegaard
mendirikan filsafat eksistensialis (Jaspers), ontologi eksistensial (Heidegger) dan
eksistensialisme (Sartre dan Camus) yang mewarnai abad ke-20.
Juga Karl Marx (1818-1883) mengembangkan karya pentingnya Das Kapital (Jilid
I 1867) dan kumpulan tulisan Zur Kritik der politischen Ökonomie (1857-59) di luar
universitas.Pandangannya tentang materialisme historis dan dialektis berpengaruh
terhadap perkembangan sosialisme dan komunisme global.
Sigmund Freud (1856-1939) adalah seorang dokter ahli saraf. Di tempat praktik
dokter ia sering dikonfrontasi dengan persoalan gangguan dan penyakit psikis.
Persoalan ini mendorongnya untuk mengembangkan teori revolusi jiwa manusia
dalam hubungan dengan ketubuhan dan dimensi perasaan manusia terutama naluri
seksual.Ia mengajarkan struktur kesadaran manusia yang terdiri dari tiga bagian yakni
Ich, Es dan Über-Ich. Teori psikoanalisa Freud membahas ranah pengalaman dan
eksistensi manusia yang selalu ditekan, tabu untuk dibaicarakan atau mengalami
proses ideologisasi, yakni pengalaman masa kanak-kanak tentang seksualitas,
ketakutan, mimpi dan kegilaan. Pandangan Freud tentang ketaksadaran dan
analisisnya tentang cinta badaniah serta mimpi waktu tidur setiap hari (Die
Traumdeutung, 1900) telah melahirkan paradigma berpikir baru tentang masyarakat
moderen klasik. Menurut Freud, dalam praksis hidup sehari-hari dimensi
ketaksadaran memainkan peran jauh lebih penting ketimbang kesadaran.
Albert Einstein (1879-1955) mengembangkan teori tentang relasi antara ruang dan
waktu, cahaya dan masa (berat) yang kemudian dikenal dengan teori relativitas. Di
satu sisi teori ini melahirkan sebuah pemahaman baru tentang pengaruh timbal-balik
yang sangat erat antara keempat unsur di atas, di sisi lain memunculkan penilaian
metodologis yang baru tentang ketergantungan teori-teori fisika dari
hitunganhitungan geometris. Penemuan Einstein ini mendapat sambutan luar biasa
dari publik waktu itu.Einstein telah membawa sebuah revolusi kopernikan dalam teori
fisika.
Ilmuwan - ilmuan di atas telah ikut membentuk dan memberi arah bagi
perkembangan filsafat abad ke-20.Perkembangan ilmu pengetahuan telah meletakkan
basis bagi munculnya eksistensialisme, kritik kebudayaan radikal, analisa bahasa
logis, psikoanalisa dan diskursus yang intensif dengan teori-teori fisika serta ilmu
alam kontemporer.
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, Kees. 1975. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Copleston, Frederick. 1993. A History of Philosophy (vol. 1): Greek and Rome.
New York: Image Books.
Hatta, Muhammad. 1980. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Penerbit Tinta Mas.
Gusti, Otto. (2016). Sejarah Filsafat Kontemporer dan Postmoderen. Kota Baru:
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero.
Gaarder, J. (2015). Dunia Sophie “Sebuah Novel Filsafat”. Bandung: Mizan.
Hamersma, Harry.Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Cet. V: Jakarta:
PT.Gramedia,192
Hadiwijono, Harun.Sari Sejarah Filsafat Barat II, cet: XVI: Yogyakarta: Kansius,
1980
Scruton, Roger.Sejarah Singkat Fiksafat Modern. Cet. II: Jakarta PT. Pantja
Simpati,1984
Praja, juhaya s. 2006. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Bandung: Yayasan PIARA
(Pengembangan Ilmu Agama dan Humaniora).
Beerling, R.F. 1966. Filsafat Dewasa Ini. Terj. Hasan Amin. Djakarta:Balai
Pustaka.
Dagun, Save M. 1990. Filsafat Eksistensialisme. Jakarta:Rineka Cipta.
Hadiwijoyo, H. (2011). Sari Sejarah filsafat Barat 2. Yogyakrta: KANISIUS.
Rapar, J. H. (1996). pengantar filsafat. Yogyakarta: KANISIUS.

Anda mungkin juga menyukai