KELOMPOK 3
Salsabila Novayanti Arliansyah (C021191021)
Devnet Vicente (C021191029)
Andi Tenriawaru Mulia P (C021191036)
Natasya Pinkan Mapaliey (C021191038)
Nur Fadillah Annisa (C021191040)
Anita Veronica (C021191043)
PSIKOLOGI B 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
PENGERTIAN FILSAFAT EROPA (BARAT)
Filsafat Eropa (barat) adalah filsafat yang berasal dari keinginan untuk mengarah
kepada pemikiran atau falsafah peradaban barat yang dimulai sejak Yunani kuno.
3. Eksistensialisme
Definisi eksistensialisme tidak mudah dirumuskan, bahkan kaum eksistensialis
sendiri tidak sepakat mengenai rumusan apa sebenarnya eksistensialisme itu. Sekalipun
demikian, ada sesuatu yang disepakati, baik filsafat eksistensi maupun filsafat
eksistensialisme sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral
Namun tidak ada salahnya, untuk memberikan sedikit gambaran tentang
eksistensialisme ini, berikut akan dipaparkan pengertiannya.
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang
berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan
keluar dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang
dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa
Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
Cara berada manusia itu menunjukkan bahwa ia merupakan kesatuan dengan alam
jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani, manusia selalu mengkonstruksi dirinya,
jadi ia tidak pernah selesai. Dengan demikian, manusia selalu dalam keadaan
membelum; ia selalu sedang ini atau sedang itu.
Untuk lebih memberikan kejelasan tentang filsafat eksistensialisme ini, perlu kiranya
dibedakan dengan filsafat eksistensi. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah
benar-benar seperti arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia
sebagai tema sentral. Sedangkan filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang
menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada
di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi cara beradanya tidak sama. Manusia berada
di dalam dunia; ia mengalami beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada
di dunia. Manusia menghadapi dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya
itu. Manusia mengerti guna pohon, batu dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti
bahwa hidupnya mempunyai arti. Artinya bahwa manusia sebagai subyek. Subyek
artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang yang disadarinya disebut obyek.
Salah satu tokoh dalam aliran ini adalah Jean Paul. Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir
tanggal 21 Juni 1905 di Paris. Ia berasal dari keluarga Cendikiawan. Ayahnya seorang
Perwira Besar Angkatan Laut Prancis dan ibunya anak seorang guru besar yang
mengajar bahasa modern di Universitas Sorbone. Ketika ia masih kecil ayahnya
meninggal, terpaksa ia diasuh oleh ibunya dan dibesarkan oleh kakeknya. Di bawah
pengaruh kakeknya ini, Sartre dididik secara mendalam untuk menekuni dunia ilmu
pengetahuan dan bakat-bakatnya dikembangkan secara maksimal. Pengalaman masa
kecil ini memberi ia banyak inspirasi. Diantaranya buku Les Most (kata-kata) berisi nada
negatif terhadap hidup masa kanak-kanaknya.
4. Skeptisisme
Skeptisisme adalah suatu bentuk ketidakpercayaan pada cara mengetahui manusia.
Misalnya ketidakpercayaan pada ingatan sebagai sumber ingatan, karena ingatan
sifatnya sangat rapuh dan subyektif. Ada juga para pemikir skeptis yang tidak percaya
pada kepastian pengetahuan manusia tentang dunia di luar dirinya. Bagi mereka
pengetahuan tentang dunia di luar diri manusia (external world) hanya sebentuk sensasi-
sensasi saraf otak semata, dan bukan pengetahuan yang asli. Ada satu bentuk
skeptisisme lainnya yang disebut sebagai solipsisme. Paham ini berpendapat bahwa yang
ada hanyalah diri manusia dan keyakinan-keyakinan subyektifnya. Segala sesuatu di luar
diri manusia tidak ada. Misalnya dunia di luar diri manusia itu sungguh ada, namun itu
pun tetap tidak bisa diketahui.
Secara umum skeptisisme adalah pandangan, bahwa orang tidak mungkin bisa sampai
pada pengetahuan. Di dalam pandangan para pemikir skeptis yang lebih moderat,
manusia masih bisa sampai pada pengetahuan, namun tidak akan pernah sampai pada
kepastian. Di dalam pandangan yang lebih radikal, pengetahuan manusia tidak pernah
bisa didasarkan pada argumen yang masuk akal. Salah satu skeptisisme ialah
skeptisisme metodis. Tidak ada pertanyaan pasti mengenai apa yang sedang terjadi
selain apa yang secara langsung dialami.
5. Positivisme
Kata “Positif” disini berarti factual (apa yang berdasarkan fakta-fakta). Pengetahuan
kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Positivisme menolak istilah metafisika.
Tugas khusus filsafat ialah mengkoordinasi ilmu-ilmu lain dan memperlihatkan kesatuan
antara begitu banyak ilmu yang beraneka ragam.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan
metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
Sesungguhnya aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk
memperoleh pengetahuan (seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya
idealisme Jerman Klasik). Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi
tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja
merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi
dapat menjadi pengetahuan.
Perkembangan pengetahuan manusia, baik manusia perorangan maupun umat
manusia sebagai keseluruhan, meliputi tiga jaman.
1. Jaman teologis
2. Jaman metafisis
3. Jaman positif
6. Dualisme
Orang yang pertama kali menggunakan konsep dualisme adalah Thomas Hyde
(1700), yang mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda
secara subtantif. Jadi adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran.
Yang termasuk dalam aliran ini adalah Plato (427-347 SM), yang mengatakan bahwa
dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni.
Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanya tiruan
dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka dunia ini berubah-ubah dan bermacam-
macam sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya
bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang
ideal di dunia idea sana (dunia idea).
7. Rasionalisme
Sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal).
Hanya pengetahuan yang diperoleh oleh akal lah yang memenuhi syarat yang dituntut
oleh sifat umum dan yang perlu mutlak, yaitu syarat yang dituntut oleh semua
pengetahuan ilmiah.
Dalam rasioalisme, ilmu pengetahuan haruslah satu, tanpa bandingnya, serta harus
disusun oleh satu orang sebagai suatu bangunan yang seluruhnya berdiri sendiri menurut
satu metode yang umum. Ilmu pengetahuan harus mengikuti jejak ilmu pasti. Salah satu
tokoh dalam rasionalisme adalah Renee Descartes.
8. Empirisme
Empirisme bertentangan dengan rasionalisme. Memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengenalan dan yang dimaksudkan ialah baik pengalaman lahiriah yang
menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja.
Dalam empirisme, Ada dua macam pengalaman: pengalaman lahiriah (sensation),
dan pengalaman batiniah (reflexion). Roh manusia bersifat pasif dalam penerimaan ide-
ide tersebut. Salah satu tokoh dalam empirisme ialah John Locke.
PERIODESASI FILSAFAT BARAT (EROPA)
1. Pra- Socrates
Ciri-ciri filsafat pra-socrates adalah rasional meta-fisik, dimana pemikiran yang
diikuti dengan kepercayaan kepada hal-hal ghaib, seperti memberikan sesajen kepada
Dewa Matahari. Masyarakat berpikir bahwa bumi mempunyai sumber daya yang
melimpah ini ada yang menciptakannya, tapi mereka belum tahu siapa yang
menciptakannya. Jadi masyarakat beranggapan bahwa yang memberi kesuburan
adalah pohon besar. Sebelum filsafat menaiki panggung Yunani banyak pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang diajukan oleh manusia, dan pertanyaan-pertanyaan ini
dijawab dengan oleh berbagai penjelasan teologi. Penjelasan-penjelasan agama ini
disampaikan dari generasi ke generasi dalam bentuk mitos.
Sebutan “pra-sokratik” sebenarnya kurang tepat karena perkembangan aliran
filsafat yang dimaksud ada zaman dengan hidup Sokrates sendiri. Filsafat ‘Pra-
Sokratik” sebenarnya merujuk pada aliran filsafat yang didominasi pada minat utama
untuk meneliti alam, matematika, susunan di dalamnya, dalam rangka penyelidikan
tentang asal-muasal, komponen-komponen alam, dan untuk memformulasikan
hipotesis tentang keberadaan dunia ini, maka para filsuf dari aliran ini seringkali
disebut sebagai filsuf alam (Phusikoi).
Tokoh-tokoh filsafat pada zaman Pra-Socrates
● Mazhab Mileteus.
Kontribusi filsuf-filsuf Miletian yaitu Thales, Anaximander dan naximenes
memperkenalkan gagasan tentang arkhe yang membentuk semesta. Gagasan ini
merupakan suatu langkah besar ketimbang kosmogoni yang dianut oleh bangsa
Yunani sebelumnya. Filsuf Mileteus membuat ide-ide kosmologis menjadi lebih
manusiawi. Gagasan tentang arkhe ini nantinya mempengaruhi filsuf-filsuf
selanjutnya tenang gagasan mengenai substans. Pemikiran Anaximander tentang
apeiron juga sangat menarik, hingga menjadi perdebatan para filsuf-filsuf
setelahnya tentang gagasan ‘kemenjadian’.
● Mazhab Phytagorian
● Mazhab Elea
3. Zaman Pertengahan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal
abad ke-17. Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya
dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau
pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen.
Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama. Maka dapat
dikatakan bahwa, filsafat yang berkembang pada zaman ini bercorak “Theosentris
(filsafat diarahkan atau diabdikan pada masalah ketuhanan atau agama)”.
Ini dapat dilihat dari bagaimana peran agama Kristen yang menonjol dan
mendominasi pemikiran mengenai perkembanga alam yang disesuaikan degan ajara
agama. Begitupun degan perkembangan filsafat, yang perlu diuji apakah tidak
bertentangan degan ajaran agama. Maka dari itu filsafat abad pertengahan yang
berkembang banyak membicarakan permasalahan teologis dan alam. Diatara filosof
abad pertengahan adalah:
St. Thomas Aquinas
Lahir di Lombardy, Rossa Sicca, daerah di kerajaan Napels, Italia pada tahun
1225 M. Semasa hidupnya, Thomas Aquinas berjasa dalam memberi kuliah bidang
filsafat dan teologi beberapa kota yang ada di Italia, yaitu kota Anangi, Orvetio,
Roma, dan Vitebro. St. Thomas Aquinas, seorang filosof dan teolog yang terkenal
pada era abad pertengahan, meninggal dunia ketika berusia sekitar lima puluh
tahun, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1274 M.
Aquinas percaya pada adanya “kebenaran teologis alamiah”, yaitu kebenaran-
kebenaran yang dapat dicapai melalui iman dan melalui akal bawaan atau akal
alamiah kita. Aquinas juga meyakini adanya jalan menuju Tuhan yang dimana,
satu jalan melalui iman dan wahyu Tuhan dan satu jalan lagi melaui akal dan
indra. Dari keduanya, jalan melalui iman dan wahyu jelas merupakan jalan yang
paling pasti, sebab orang sudah tersesat jika hanya mempercayai akal. Tapi degan
akal, manusia dapat mengetahui segala sesuatu disekitarnya pastilah mempunyai
‘sebab formal’, Tuhan mengungkapkan dirinya kepada umat manusia melalui kitab
suci dan juga melalui akal. Oleh karena itu, ada ‘teologi iman’ dan ’teologi alam’.
Kitap suci menajarkan kepada manusia cara menjalani hidup. Tapi, Tuhan juga
memberikan kesdaran yang memungkinkan kita membedakan antra yang salah
atas dasar ‘alam’. Hanya dengan melalui kitab lah, manusia bisa mendapat
informasi tentang Tuhan. Oleh karenanya tuntutan yang paling pasti menurut
Aquinas adalah mengikuti perintah kitab.
4. Zaman Renaisans
Pada zaman ini muncul kembali kesenian dan kebudayaan Yunani kuno. Kaum
humanism zaman renaisans mengambil titik tolak pada manusia itu sendiri bukan
pada Tuhan seperti pada abad pertengahan.Manusia mulai mempelajari mengenai
hakikat diri dan alam semesta sebagai pusat kenyataan.Renaisans dikenal dengan
kaum humanisnya.
Filsafat humanism dalam rupa ideology tersebar secara psikologis kepada orang-
orang pada masa renaisans.Pemahamannya bahwa ‘kita adalah yang utama’ jangan
terikat oleh aturan-aturan, pada masa ini aturan yang dimaksud adalah aturan-aturan
dari gereja.Sehingga terjadi perkembangan diberbagai bidang, karena orang tidak
dibatasi kemampuannya oleh aturan-aturan gereja pada abad pertengahan.
Kebudayaan tampil di depan menggantikan agama.
‘pengetahuan adalah kekuasaan’ kata filsof asal inggris Francis Bacon (1561-
1626) yang berarti bahwa manusia sudah dapat ikut campur terhadap alam dan dapat
mengontrolnya. Francis Bacon menegakan bahwa filsafat harus dipisahkan dengan
Theologi, sehingga pada masa Renaisans terjadi pergeseran nilai-nilai mengenai
agama.
5. Zaman Modern
Filsafat barat modern dimulai pada abat ke 16, yang masih dapat dikelompok
dalam beberapa periode, yakni:
a. Periode modern awal
Periode ini didominasi oleh pemikiran empiris dan rational. Rene Descartes, tokoh
filsafat asal Prancis lahir pada 31 Maret 1596 dan meninggal pada 11 Februari
1650, ia sangat menjunjung tinggi rasionalitas manusia. Menurutnya segalanya
tidak ada yang pasti, kecuali fakta yang membuktikan bahwa manusia itu
berfikir.Kemudian seorang filsuf bernama Nicolaus Copernicus memberikan
pandangan baru terhadap alam semesta dengan teorinya mengenai matahari yang
merupakan pusat dari tata surya.Ada juga Johannes Kepler, lahir di Jerman pada
27 Desember 1571, ia mendukung teori yang diberikan oleh Copernicus, dan ia
juga memberikan teorinya mengenai bagaimana planet bergerak. Kepler adalah
seorang Kristen yang taan, ia sangat yakin bahwa ‘alam, dunia manusia dunia
Allah, ketiganya sangat harmonis’ karena dunia diciptakan oleh pencipta yang
cerdas, sehingga konsep planet bergerak secara tidak beraturan tidak sesuai dengan
hal tersebut.
Perdebatan antara agama dan sains adalah perdebatan klasik. Dalam sejarah
filsafat modern, perdebatan tersebut menemukan momen radikalnya dalam
pemikiran Baruch Spinoza.Dalam sistem filsafatnya, agama dan sains berusaha
dipertemukansedemikian rupa.Istilah ‘Deus sive Natura’ atau ‘God or Nature’
adalah kata kunci dalam filsafat ketuhanan Spinoza.Apa yang dilakukan oleh
Spinoza memangcukup khas zaman itu, yaitu zaman ketika konsepsi manusia dan
alam mengalami perubahan radikal. Manusia dinilai bukan lagi sentral dari
kehidupan, melainkan bagian dari alam atau jagat raya. Olehnya, pada Spinoza,
Tuhan dan Alam berusaha disatukan.
b. Periode pencerahan
Pada abad ke 18 merupakan dimulainya babak baru yang berakar dari masa
renaissance serta yang menolarkan buah pahit dari rasionalisme dan emipirsme.
Abad ini di sebut zaman penyerahan (aufklarung atau enlightenment), baligh yang
disebabkan karena kesalahan manusia pada penafian penggunaan akalnya.Gerakan
abad ini mengarah kepada emansipasi spritualitas manusia dari pemikiran reflektif
kepada pemikiran penyelesaian masalah filosafis dengan memberikan alasan-
alasan (reasons). Oleh karenanya, abad ini merupakan sebuah gerakan kritis
dengan gerakan konsep pemikiran rasional yang menjadi aturan absolute (absolute
ruler) dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya abad ini juga dikenal sebagai age
of reason. Istilah yang dipergunakan dalam kesehariannya, acap kali berubah-ubah
(inter-changeble) antara aufklarung dan enlightenment.
Banyak yang dapat dikaji pada masa ini, terdapat tiga negara yang dipadang lebih
representatif, dengan tidak mengenyampingkan pentingnya studi pada negara-
negara yang lain, yaitu Inggris, Prancis dan Jerman.
1) Pencerahan di inggris
Banyak aliran filsafat yang berkembang di Inggris pada abad ini, yang sangat
dimungkinkan dipengaruhi keanekaragaman kepercayaan. Salah satu aliran
kepercayaan ialah aliran “deisme” yaitu suatu aliran di Inggris pada abad ke 18
yang megabungkan diri dengan Eduard Herbert dari Chereburry (1581-1648),
dikenal sebagai pemberi alas ajaran agama alamiah (natural religion). Deisme
merupakan aliran yang bersifat kontrotantif terhadap agama wahyu (revealed
religion) beserta kesaksian-kesaksiannya, buku-buku “al-kitab‟, kepada kritik
akal dalam menjabarkan agama dari pengetahuan alamiah, bebas dari segala
ajaran gereja.
Dalam bidang filsafat tokoh yang terkenal dalam kajian metafisika dan pengikut
aliran deisme ialah George Barceley. Dia dilahirkan di kota Kilkenny, Inggris,
pada tanggal 18 Maret 1685 dan meninggal pada tahun 1753. Dia belajar
Teologia di Dublin (1707), dan menjadi “imam” di Angkikan (1721), dan
kemudian mengajar teologia, bahasa Yunani dan Ibrani, serta menerbitkan
karangan-karangan tentang filsafat. Dia dikenal karena teorinya yang disebut
“idealisme, yang olehnya sendiri disebut “immaterialisme”, sebab ia
menyangkal adanya dunia yang diluar kesadaran manusia. Idealisme ini
menjelaskan fenomena alam yang mengembalikannya kepada ide-ide dalam
beberapa bentuk. Pendapat ini didasarkan pada analisa pengamatan penglihatan.
Dalam pandangan ini kita dapat melihat jarak (titik jarak diretina jatuh di titik
yang sama) sehingga kita tidak dapat melihat hal besar atau perubahan tempat
(gerakan). Menurut Berkeley : Tidak bisa dikatakan bahwa pengamatan ialah
seperti menangkap makna bahasa.
2) Pencerahan di perancis
Masa pencerahan di Prancis bermula dari kemudian golongan yang disebut
filosof, yang terdiri dari seniman, sastrawan, wartawan, ilmuan dan orang-
orang yang mendambakan tatanan kemasyarakatan dan kenegaraan. Mereka
tidak menghiraukan adanya pertentangan antara aliran filsafat juga tidak
berpihak pada seorang filosof atau aliran filsafat tertentu. Tokoh golongan
filosof yang terkenal antara lain Francois Marie Arouet, dikenal dengan
Voltaire. Ia seorang sastrawan dan dermawan yang dilahirkan di Paris pada 21
November 1694 dan meninggal pada 20 Mei 1778. Semula di sekolah yesuid.
Kemudian ia belajar sastra, sejarah, ilmu hukum, politik ilmu pengetahuan
alam, kesenian dan filsafat.Dia adalah pengikut kepercayaan diesme yang
timbul di Inggris. Sebagai golongan filosof ia mengumandangakan semboyan
yang terkenal “Esrasez I infame” (Crush the infamous). Kekuasaan raja yang
absolut harus diakhiri dan diganti dengan tata negara yang berbentuk Republik.
3) Pencerahan di jerman
Diantara tokoh pemikir pada era pencerahan di Jerman yang dianggap cukup
representatif untuk disebut adalah Immanuel Kant. Ia meneruskan usaha-usaha
yang telah dirintis pemikir sebelumnya dengan cara mensintesiskan antara
idealisme Crhistian Wolf di Jerman di satu pihak dan empirisme Lock atau
Hume di Inggris di pihak lain. Sintesisnya yang merupakan titik pangkal suatu
periode baru ini disebut kritisme.Imanuel Kant lahir di kingsberg, jerman pada
22 April 1724.Ia memperoleh pendidikan di Sekolah Tinggi di Collegium
Fridericianum, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas koningsberg.
Diantara karya- karyanya antara lain : Kritik dan Reinen Vernunft (kritik atas
Rasio Murni) (1781), kritik der praktikchen Vernunft (kritik atas daya
pertimbangan) (1790). Masa hidupnya dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
praktis dan tahap kritis, dimana tahun 1770 sebagai garis pembatasnya, yaitu
ketika ia menerima jabatan sebagian guru besar.
Dalam filsafat pengetahuan, Kant memulainya dengan membedakan antara
pengetahuan murni dan tidak murni. Menurutnya, penelitian pengetahuan itu
memberikan kepada kita nilai dan jangkauan pengetahuan di suatu pihak dan
syarat- syarat yang diperlukan dipihak lain.
Pengetahuan, menurutnya bersandar pada putusan, yang mengandung dua
pengertian yaitu subyek dan predikat. Bila predikat menambahkan sesuatu yang
baru pada subyeknya disebut putusan sintesis dan aposteriori sifatnya. Bila
tidak, maka disebut putusan analitis dan aprior sifatnya. Bila merupakan
kompromi dari keduanya maka putusan itu disebut apriori dan aposteriori
sekaligus.Menurut Kant, Pengertian empiris dibentuk dan diturunkan dari
pengertian-pengertian transendetal.Pengertian semacam itulah yang kemudian
oleh Kant disebut dengan istilah kategori.Setiap perbuatan berpikir tentu
disertai gagasan “aku”, sehingga munculah gagasan aku berpikir yang secara
fundamental menyatukan kategori.
6. Filsafat Kontemporer, abad 20
Perubahan-perubahan substansial dan proses radikalisasi menandai cara berpikir
zaman ini. Hal ini dipicu oleh perubahan radikal pada bidang sosial, budaya,
teknologi, ilmu pengetahuan dan gambaran diri manusia.Pada masa peralihan dari
abad 19 ke abad 20 banyak pemikir-pemikir yang memberikan pendasaran atas
pergeseran paradigma dan memperjuangkan revolusi berpikir.Filsafat abad ke-20 tak
mungkin dapat dipahami tanpa filsafat eksistensialisme, marxisme, analisis konsep
logis dan bahasa pragmatis, tanpa kritik peradaban dan moral, psikoanalisa dan teori
relativitas.Paradigma-paradigma ini berakar jauh di abad ke-19 dan menariknya
kebanyakan bukan dikembangkan oleh ahli filsafat.Awalnya tak ada tempat dalam
ilmu pengetahuan dan filsafat untuk model-model berpikir ini.
Sören Kirkegaard (1813-1855) misalnya belajar filsafat, namun menulis karya-
karya besar sastra dan filsafatnya seperti Entweder – Oder (1843), Furcht und Zittern
(1843), Der Begriff Angst (1844) dan Krankheit zum Tode (1849) di luar karier
universitas. Lewat analisis radikal atas eksistensi manusia dan kefanaannya dalam
situasi pengambilan keputusan sesaat (Der Augenblick, 1855), dalam rasa kagum dan
takut dan di hadapan kemungkinan hidup estetis, etis dan religius Kierkegaard
mendirikan filsafat eksistensialis (Jaspers), ontologi eksistensial (Heidegger) dan
eksistensialisme (Sartre dan Camus) yang mewarnai abad ke-20.
Juga Karl Marx (1818-1883) mengembangkan karya pentingnya Das Kapital (Jilid
I 1867) dan kumpulan tulisan Zur Kritik der politischen Ökonomie (1857-59) di luar
universitas.Pandangannya tentang materialisme historis dan dialektis berpengaruh
terhadap perkembangan sosialisme dan komunisme global.
Sigmund Freud (1856-1939) adalah seorang dokter ahli saraf. Di tempat praktik
dokter ia sering dikonfrontasi dengan persoalan gangguan dan penyakit psikis.
Persoalan ini mendorongnya untuk mengembangkan teori revolusi jiwa manusia
dalam hubungan dengan ketubuhan dan dimensi perasaan manusia terutama naluri
seksual.Ia mengajarkan struktur kesadaran manusia yang terdiri dari tiga bagian yakni
Ich, Es dan Über-Ich. Teori psikoanalisa Freud membahas ranah pengalaman dan
eksistensi manusia yang selalu ditekan, tabu untuk dibaicarakan atau mengalami
proses ideologisasi, yakni pengalaman masa kanak-kanak tentang seksualitas,
ketakutan, mimpi dan kegilaan. Pandangan Freud tentang ketaksadaran dan
analisisnya tentang cinta badaniah serta mimpi waktu tidur setiap hari (Die
Traumdeutung, 1900) telah melahirkan paradigma berpikir baru tentang masyarakat
moderen klasik. Menurut Freud, dalam praksis hidup sehari-hari dimensi
ketaksadaran memainkan peran jauh lebih penting ketimbang kesadaran.
Albert Einstein (1879-1955) mengembangkan teori tentang relasi antara ruang dan
waktu, cahaya dan masa (berat) yang kemudian dikenal dengan teori relativitas. Di
satu sisi teori ini melahirkan sebuah pemahaman baru tentang pengaruh timbal-balik
yang sangat erat antara keempat unsur di atas, di sisi lain memunculkan penilaian
metodologis yang baru tentang ketergantungan teori-teori fisika dari
hitunganhitungan geometris. Penemuan Einstein ini mendapat sambutan luar biasa
dari publik waktu itu.Einstein telah membawa sebuah revolusi kopernikan dalam teori
fisika.
Ilmuwan - ilmuan di atas telah ikut membentuk dan memberi arah bagi
perkembangan filsafat abad ke-20.Perkembangan ilmu pengetahuan telah meletakkan
basis bagi munculnya eksistensialisme, kritik kebudayaan radikal, analisa bahasa
logis, psikoanalisa dan diskursus yang intensif dengan teori-teori fisika serta ilmu
alam kontemporer.
DAFTAR PUSTAKA