Tim Penyusun:
JURUSAN S1 PSIKOLOGI
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Filsafat
A. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang berarti philosophy, yang terdiri
dari dua kata, yaitu Philo dan Shopia. Philo yang berarti cinta dan Shopia
berarti kebijaksanaan. Philosophy berarti cinta pada kebijaksanaan, dan orang
yang cinta pada kebijaksanaan lahirlah ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu
psikologi, sosiologi, kedokteran, fisika, biologi, dll. Sehingga dengan lahirnya
ilmu-ilmu tersebut, filsafat sering disebut dengan istiah mother of science.
Filsafat adalah disiplin ilmu yang mempelajari objeknya secara radiks,
mendalam, komperhensif, dan spekulatif sehingga diperoleh inti sari objek
tersebut. Belajar filsafat juga belajar tentang kehidupan, maka filsafat juga
sering disebut sebagai pandangan hidup (world view). Apabila dihubungakan
dengan keberadaan NKRI, maka dalam NKRI pun juga terdapat filsafat
sebagai pandangan hidup negara. Pandangan hidup negera Republik Indonesia
adalah pancasila. Di berbagai dunia juga terdapat fisafat, yang berasal dari
kebudayaan berbeda. Filsafat yang berasal dari kebudayaan lain yaitu:
Dalam dunia filsafat, terdapat beberapa cbang filsafat yang utama antara lain
1. Metafisika
Metafisika adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari hakekat realitas
terdalam dari segala sesuatu. Metafisika mempelajari hakekat terdalam dari
segenap realitas, yang bersifat material maupun non material. Metafisika juga
sering diartikan dengan ontologi yaitu ilmu yang mempelajari hakekat
keberadaan dari segala sesuatu. Metafisika dipilah menjadi dua bagian :
a.) Filsafat Ketuhanan
Filsafat ketuhanan adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hakekat
tuhan
b.) Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah bagian dari metafisika yang mempelajari hekekat
manusia. Kajian filsafat manusia meliputi :
1.) Apa itu Manusia ? Para filsuf memberikan memberi banyak nama
untuk hakekat indonesia. Antara lain :
Manusia makhluk bermain (homo luden), dikemukakan oleh
Huizinga
Animal rasional (hewan yang berfikir), dikemukakan oleh
Aristoteles
Makhluk spiritual dengan kecerdasan spiritual (homo faber),
dikemukakan oleh Karl Marx
Makhluk stimulus respon, dikemukakan oleh tokoh behavioristik
(john B. Watson, B.F kinner)
Makhluk dengan dorongan libido, dikemukaakan oleh tokoh
aliran Eksistensialisme (J.P Sartre dan M. Heidegger)
Makhluk Ekonomi , dikemukakan oleh tokoh ekonomi.
2.) Entitas (sesuatu) yang menyusun diri manusia. Entitas yang menyusun
manusia tersusun dari tubuh, jiwa dan roh secara terpisah. Dan dapat
terdiri dari dua entitas ecara bersamaan (jiwa dan raga), atau dapat
pluralis (jiwa, raga, dan roh).
3.) Tujuan hidup manusia yang menjadi pedoman hidup, bersifat
materialis dan spiritualis. Tujuan hidup manusia dapat dipengaruhi
oleh pandangan tentang apa itu manusia.
2. Kosmologi (Filsafat Alam)
Kosmologi adalah cabang filsafat yang melakukan kajian tentang
keteraturan alam semesta.
3. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang hakekat
pengetahuan, yang didalamnya juga mempelajari metode pengetahuan, sumber
pengetahuan, jenis pengetahuan dan validitas. Ada beberapa aliran dalam
epistemologi yaitu,
1.) Empirisme
Menyatakan bahwa sumber pengetahuan berasal dari pengalaman
indrawi. Dalam empirisme, instrumen untuk memperoleh pengetahuan
menekankan pada metode positivistik. Empirisme banyak berkembang
bidang-bidang ilmu alam dan ilmu sosia seperti, ilmu psikologi,
antropologi, dan sosiologi. Tokoh dalam empirisme yaitu, John Lock dan
Britania Raya
2.) Rasionalisme
Aliran epistemologi yang mementingkan rasio berfikir dalam
memperoleh pengetahuan. Tokohnya yaitu Rene Descrates (Filsuf
Perancis).
4. Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang hakekat nilai.
Hakekat nilai meliputi etika dan estetika. Etika mempelajari perilaku moral
manusia (baik dan buruknya manusia). Estetika mempelajari nilai keindahan.
B. Sejarah Filsafat
Terdapat beberapa periodisasi dalam sejarah filsafat
1. Periode Filsafat Alam / Filsafat pra-Sokrates
Periode ini terjadi pada abad ke 5 sebelum masehi. Pada masa ini
filsuf berusaha untuk memahami hakekat asal muasal alam semesta.
Tokohnya yaitu, Pitagoras, Herakleitus, Parminides, dan bapak filsafat
Barat Thales.
2. Periode Zaman Filsafat Klasik
Pada zaman ini disebut periode klasik karena banyak hasil dari
triumvirat tersebut menjadi klasik atau menjadi rujukan dari masa ke masa.
Sokrates mengembangkan metode dialektika yang masih dipakai oleh
manusia yaitu berpikir kritis. Metode dialektika kemudian dikembangkan
lagi oleh G.W.F. Hegel pada abad ke 18 Masehi dan Karl Marx pada abad
ke 19 Masehi. Plato terkenal karena pemikiranya yng bersifat idealisme
tentang negarayang dituangkan dalam sebuah karya berjudul negara
republik. Aristoteles merupakan murid plato yang teah mengembangkan
ilmu filsafat yang menjadi dasar berkembangnya ilmu-ilmu empiris.
3. Periode Zaman Pertengahan / kegelapan (dark age)
Periode ini berlangsung pada periode kejatuhan kekaisaran romawi
sampai masa renaisans. Periode ini disebut sebagai zaman kegelapan
karena, filsafat dan ilmu mengalami perlambatan perkembangan. Pada
masa ini ilmu hanya digunakan untuk membenarkan dogma-dogma dalam
agama. Tokoh dalam periode ini adalah Thomas Aquinas dan Agustinus.
4. Periode Zaman Modern / Renaisans
Periode terjadi pada abad ke 17. Pada periode zaman modern
menandai kebangkitan kembali ilmu dan filsafat serta kemanusiaan yang
berkembang pesat sampai abad ke 20. Tokoh utama pada periode ini adalah
Rene Descrates yang mengemukakan pentingnya berfikir dalam diri
manusia. Pada masa ini juga berkembang berbagai aliran filsafat antara lain
:
Empirisme, tokohnya John Locke dan David Hume
Rasionalisme, tokohnya Rene Descrates
Idealisme, tokohnya G.W.F Hegel
Pragmatisme, tokohnya C.S. Pierce, William James, pakar filsafat,
pendidikan dan psikologi John Dewey
Eksistensialisme, tokohnya Nietszche, Soren Kierkegaard, dan Jean
Paul Sarte.
5. Periode Zaman Postmodernisme Tahun 1980
Lyotard mengecam pendapat para filsuf modern, yang
mengemukakan bahwa pusat dari kemanusiaan berasal dari rasionalitas
atau fungsi berpikir manusia. Bukan hanya rasionalitas tetapi juga
ditentukan oleh pengetahuan manusia yang didalamnya terdapat aspek
sosial, politik, ekonomi yang bersifat spesifik. Menurut filsuf postmodernis
kebenaran bersifat relatif dan bergantung pada wacana yang bersifat
spesifik, sehingga banyak mempengaruhi cara berpikir, eni, arsitektur, dan
gaya hidup (cara berbusana) manusia di akhir abad ke 20 hingga saat ini.
b. Epistimologi Pancasila
Dalam Pancasila pengetahuan manusia adalah:
Pengetahuan diperoleh dari manusia sebagai makhluk tuhan
(sila pertama)
Pengetahuan sebagai makhluk yang beradap (sila kedua)
Pengetahuan akan kesadaran persatuan (sila tiga)
Pengetahuan diperolah melalui konteks sosial (sila empat)
Pengetahuan untuk memaksimalkan kesejahteraan (sila lima)
c. Aksiologi Pancasila
Yang dijelaskan adalah etika. Filsafat moral yaitu cabang filsafat yang
mempelajari hakikat baik buruk manusia, yang dalam Pancasila:
Etika bersumber pada nilai-nilai ketuhanan (sila satu)
Etika berprinsip nilai-nilai kemusiaan yang adil dan beradab
(sila dua)
Etika dalam ruang lingkup persatua Indonesia (sila tiga)
Etika dalam berdemokrasi yang berdasarkan pada sila ke empat
(sila empat)
Etika dalam mencapai kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
Liberalisme
Konservatisme
Komunisme
Sosialisme Nasional Jerman (nasizme)
Fasisme Italia dan Jepang
B. Ideologi Pancasila
Ideologi pancasila adalah nilai-nilai luhur budaya dan relegius
bangsa indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa. Pancasila sendiri memiliki makna lima dasar yang
digunakan untuk berpedoman dalam berbangsa dan bernegara. Dalam
praktiknya pancasila diterapkan dalam segenap wilayah kehidupan dalam
negara kesatuan republik indonesia. Sebagai warga negara yang baik kita
harus selalu senantiasa berpegang teguh pada ke-5 sila pancasila
tersebut.Penerapand dalam kehidupan sehari-hari mencakup dalam
bidang:
Ekonomi
Politik
Sosial-budaya
Pertahanan dan kemanan
Berketuhanan
\Berkeadilan dan berkeberadaban
Berpersatuan Indonesia
Berkerakyatan
Berkeadilan sosial
3.1 Kesimpulan