PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat adalah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar,
sehingga semua disiplin ilmu yang lain akan membutuhkan pijakan filsafat. Dengan
demikian, kajian ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan ditemukan
hakikat, seluk beluk, dan sumber pengetahuan yang mendasarinya. Kita akan
menemukan filsafat bersarang dimana – mana. Dalam ilmu pendidikan ada filsafat
pendidikan, Dalam agama ada filsafat agama, sebagaimana dalam Islam ada filsafat
Islam, dalam hukum ada filsafat hukum, dalam sejarah ada filsafat sejarah, dalam
sosiologi ada pula filsafat social, dalam politik ada filsafat politik, dan dalam
kehidupan sehari – hari pun ada filsafat kehidupan.
Secara umum, studi filsafat bertujuan untuk menjadikan manusia yang susila.
Orang yang susila dianggap sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan orang yang
bijaksana. Sementara itu, tujuan khususnya adalah menjadikan manusia berilmu.
Dalam hal ini ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan yang selalu mencari kenyataan kebenaran dari semua problem pokok
keilmuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN
D. MANFAAT
Adapun manfaat pembahasan dalam makalah ini adalah selain sebagai bahan
presentasi juga agar mahasiswa lebih mengetahui manfaat dan fungsi filsafat dalam
bidang agama, bidang pendidikan, bidang sosial, bidang politik, sejarah dan
kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta,
sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja
ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan
Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat
tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan
pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan
cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara
ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri
dari hal-hal mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan
selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati
secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka
3
mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran
untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.
Untuk mengetahui dan mengenal filsafat lebih jauh, maka kita harus
mengetahui karakter filsafat yang dirumuskan pada empat macam. Yaitu:
1. Skeptisis
Skeptisisme yang dimaksud dalam filsafat ialah didalam bentuk yang pertama,
yaitu graduasi. Rene Descartes yang merupakan salah seorang tokoh filsafat
dipandang sebagai figur, dengan ucapannya, “cogito ergo sum” (saya berfikir maka
saya ada). Kemudian Descartes menganjurkan agar setiap konsep / kebenaran, walau
telah diketahui kebenarannya tetapi harus diragukan terlebih dahulu sebelum
memperoleh argumentasi yang kuat terhadap kebenaran tersebut.
4
ajaran agama sendiri,1[1] melainkan meragukan kemampuan manusia dalam
memperoleh kebenaran tersebut. Dengan kata lain, adanya kebenaran tidak
diragukan, yang diragukan ialah kemampuan memperoleh kebenaran tersebut.
2. Komunalisme
Komunalisme berasal dari kata komunal yang berarti umum. Maksudnya ialah
hasil pemikiran filsafat adalah milik masyarakat umum. Tidak memandang ras, kelas
ekonomi, dan lain – lain. Misalnya, hasil pemikiran Yunani bisa dimanfaatkan oleh
orang Asia, Eropa, Afrika, dan lain – lainnya. Terlepas dari sesuai atau tidaknya
pemikiran tersebut dengan situasi dan kondisi dimana filsafat itu dipraktikkan.
3. Desintrestednes
Berasal dari kata interest yang berarti kepentingan, kemudian diberi awalan
dis yang berarti tidak. Disinterestedness berarti suatu kegiatan (aktifitas) kefilsafatan
tidak dimotivasi dan tidak bertujuan untuk kepentingan tertentu.
Jadi, seorang filsuf adalah seorang pemikir bebas, sesuai apa adanya bukan
bagaimana seharusnya. Disinilah keberadaan seorang filsuf diuji. Ia bertugas
“menjelaskan dunia” atau bahkan “merubah dunia”. Dengan kata lain, filsuf tidak
berada pada status mempertahankan, melainkan menjelaskan dan merobahnya kepada
kondisi ideal. Inilah pengertian filsafat sebagaimana yang dikemukakan oleh
Radhakrisnan, seorang filsuf India:
“It’s task of philosophy not merely to reflect the spirit of the in which but to lead it
forward”
( tugas filsafat bukan sekedar mencerminkan semangat masa dimana kita hidup,
melainkan membimbingnya untuk maju ).2[2]
Kemudian dalam ungkapan yang lain, Karl Marx member tugas filsuf untuk
merubah dunia. Seperti dalam ungkapannya:
“The philosopher have only interpered the world in differen way, but howefer is to
change it”
(tugas seorang filsuf tidak hanya sekedar menjelaskan dunia, melainkan sekaligus
merubahnya).3[3]
1[1] Dalam Islam misalnya, sikap meragukan ajaran agama sangat dilarang, karena bisa
menyebabkan orang ragu pada agamanya, bahkan kehulangan agamanya. Lihat Q.S. Al –
Baqarah ayat 2.
2[2] Dr. Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum, Penerbit Ciptapustaka Media, Bandung, 2005,
h. 27.
5
4. Universalisme
Dengan menerapkan karakter ini, seorang filsuf akan melahirkan sikap keutamaan
dalam dirinya berupa kebijakan kedalam pemahaman dan kepuasan.5[5]
C. CABANG-CABANG FILSAFAT
1. Metafisika
3[3] Harry Hamersma, Tokoh – Tokoh Filsafat Barat Modern, Penerbit Gramedia, Jakarta,
1984, h. 67.
5[5] Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat, Rajawali Press, Jakarta, 1986, h. 32.
6
Aliran -aliran dalam metafisika cabang-cabang filsafat menimbulkan aliran-
aliran filsafat sebagai berikut :
a. Segi kuantitas; dipandang dari segi kuantitas maka muncullah aliran -aliran
filsafat antara lain:
a) Mononisme; aliran filsafat yang menyatakan bahwa hanya ada satu
kenyataan yang terdalam (yang funda mental)
b) Dualisme; yaitu aliran yang menyatakan adanya dua substansi pokok yang
masing-masing berdiri sendiri.
c) Pluralisme; yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui adanya satu substansi
atau hanya dua substansi melaikan mengakui adanya banyak substansi .
b. Dari segi kualitas; di mana di lihat dari segi kualitasnya yaitu dipandang dari
segi sifat nya maka terdapat beberapa aliran filsafat yaitu:
a) Spritualisme; aliran filsafat yang menyatakan bahwa kenyataan yang
terdalam alam semesta yaitu roh.
b) Materialisme yaitu aliran filsafat yang menyatakan bahwa tidak ada hal
yang nyata kecuali materi.
2. Epistemologi
7
bawaan), yaitu sejak manusia lahir. Adventitous ideas, yaitu idea-idea yang berasal
dari luar manusia, dan idea yang dihasilkan oleh fikiran itu sendiri yaitu di sebut
faktitious ideas. Tokoh rasionalisme yang lain adalah spinoza (1632-1677),
Leibniz (1646-1716).
b. Empirisme
c. Realisme
8
d. Kritisme
e. Positivisme
Tahap ketiga : yaitu tahap positiv yang ditandai dengan pemikiran manusia
untuk menemukan hukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta. Maka pada
tahap inilah pengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan lewat fakta.
(Harun Hadi Wijono, 1983 : 110 : dibandingkan dengan Ali Mudhofir, 1985 : 52).
f. Skeptisisme
g. Pragmatisme
9
pengetahuan tersebut dengan kata lain perkataan kebenaran pengetahuan
hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan.
Tokoh-tokoh aliran pragmatisme antara lain : C.S Pierce (1839 – 1914), yang
menyatakabn bahwa yang terpenting adalah manfaat apa yang dapat dilakukan
pengetahuan dalam suatu rencana. Tokoh yang lainnya adalah Willyam Jammes
(1824 – 1910), yang menyatakan bahwa urusan kebenran sesuatu ghal adalah
ditentukan oleh akibat praktisnya.
3. Metodologi
4. Logika
5. Etika
Etika atau filsafat prilaku sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan
tindakan manusia dengan penekanan yang baik dan yang buruk. Terdapat dua hal
permasalahan yaitu : menyangkut tindakan dan baik buruk apabila permasalahan
jatuh pada tindakan, maka etika disebut sebagai “filsafat normatif”. Dalam
pemahaman etika sebagai pengetahuan mengenai norma baik buruk dalam tindakan
mempunyai persoalan yang luas. Etika yang demikian ini mempersoalkan tindakan
manusia yang dianggap baik yang harus dijalankan, di bedakan denga tindakan buruk
10
atau jahat yang dianggap tidak manusiawi. Dengan demikian etika berbeda dengan
agama yang didalamnya juga memuat dan memberikan norma baik buruk dalam
tindakan manusia. Pasalnya , etika mengandalkan pada rasio semata yang lepas dari
sumber wahyu agama yang dijadikan sumber norma ilahi, dan etika lebih cendrung
bersifat analisis dari pada praktis.dengan demikian, etika adalah ilmu yang bekerja
secara rasional. Sementara dari kalangan non filsafat, etika sering digunakan sebagai
pola bertindak praktis ( Etika Propesi). Etika dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam yaitu: etika deskriftif.etika normatif, dan etika metaetika.
Aliran-aliran dalam bidang etika yaitu:
a. Idealisme
Yaitu suatu sistem moral antara lain mengakui hal-hal sebagai berikut: adanya
suatu nilai,asas-asas moral,atau aturan-aturan untuk bertindak,lebih mengutamakan
dengan kebebasan moral,lebih mengutamakan hal yang umum dari pada yang khusus.
b. Etika teleologi
c. Hedonisme
d. Ultitarianisme.
Adalah aliran ini menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang
menimbulkan jumlah yang sebanyak-banyak nya. Aliran ini dikembangkan oleh
Bentham dan Mill bersaudara.
e. Intusionisme
aliran ini berpandangan bahwa jenis-jenis tindakan dapat diketahui baik atau
buruk secara langsung tanpa memikirkan nilai yang terdapat dalam akibat-akibat dari
tindakan tersebut
11
6. Estetika
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
B. SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14