Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Filsafat adalah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar,
sehingga semua disiplin ilmu yang lain akan membutuhkan pijakan filsafat. Dengan
demikian, kajian ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan ditemukan
hakikat, seluk beluk, dan sumber pengetahuan yang mendasarinya. Kita akan
menemukan filsafat bersarang dimana – mana. Dalam ilmu pendidikan ada filsafat
pendidikan, Dalam agama ada filsafat agama, sebagaimana dalam Islam ada filsafat
Islam, dalam hukum ada filsafat hukum, dalam sejarah ada filsafat sejarah, dalam
sosiologi ada pula filsafat social, dalam politik ada filsafat politik, dan dalam
kehidupan sehari – hari pun ada filsafat kehidupan.

Pada dasarnya, filsafat mengajarkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan


manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk social, dan
makhluk tuhan yang untuk diaplikasikan dalam hidup.

Secara umum, studi filsafat bertujuan untuk menjadikan manusia yang susila.
Orang yang susila dianggap sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan orang yang
bijaksana. Sementara itu, tujuan khususnya adalah menjadikan manusia berilmu.
Dalam hal ini ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan yang selalu mencari kenyataan kebenaran dari semua problem pokok
keilmuan.

Untuk lebih mengetahui bagaimana latar belakang munculnya filsafat,


karakteristik berfilsafat, dan cabang-cabang filsafat, maka dalam makalah ini kami
memuat dan mengulas pembahasan tersebut dengan mengacu kepada sumber –
sumber yang berkaitan dengan filsafat umum sebagai rujukan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penulis merumuskan pokok masalah yang akan


dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang munculnya filsafat?
2. Bagaimana karakteristik berfilsafat?
3. Apa saja cabang-cabang filsafat?

1
C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui:


1. Latar belakang munculnya filsafat.
2. Karakteristik berfilsafat.
3. Cabang-cabang filsafat

D. MANFAAT

Adapun manfaat pembahasan dalam makalah ini adalah selain sebagai bahan
presentasi juga agar mahasiswa lebih mengetahui manfaat dan fungsi filsafat dalam
bidang agama, bidang pendidikan, bidang sosial, bidang politik, sejarah dan
kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT

Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di


daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.
Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta
pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta,
sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja
ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan
Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat
tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan
pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.

Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad


pertengahan filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi oleh
rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama
Kristen selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan filsafat
kontemporer didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu


pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan
oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek
pemikiran kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).

Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan
cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara
ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri
dari hal-hal mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan
selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati
secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka

3
mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran
untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.

Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi


pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta.
Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan
ilmu menjadi satu
.
B. KARAKTERISTIK FILSAFAT

Untuk mengetahui dan mengenal filsafat lebih jauh, maka kita harus
mengetahui karakter filsafat yang dirumuskan pada empat macam. Yaitu:

1. Skeptisis

Skeptisis adalah sikap keragu – raguan terhadap suatu kebenaran sebelum


memperoleh argumen yang kuat terhadap kebenaran tersebut. Dan sikap skeptisis ini
dapat dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu:
Pertama
Bersifat gradusi. Yaitu sikap ragu yang naik menjadi yakin.
Kedua
Bersifat degradasi. Yaitu sikap yakin yang turun menjadi ragu.
Ketiga
Bersifat bertahan. Yaitu tetap pada posisi semula.

Skeptisisme yang dimaksud dalam filsafat ialah didalam bentuk yang pertama,
yaitu graduasi. Rene Descartes yang merupakan salah seorang tokoh filsafat
dipandang sebagai figur, dengan ucapannya, “cogito ergo sum” (saya berfikir maka
saya ada). Kemudian Descartes menganjurkan agar setiap konsep / kebenaran, walau
telah diketahui kebenarannya tetapi harus diragukan terlebih dahulu sebelum
memperoleh argumentasi yang kuat terhadap kebenaran tersebut.

Oleh karena itulah sikap skeptisisme Descartes bersifat metodologis, yaitu


secara metode, segala sesuatu harus diragukan terlebih dahulu untuk menganalisanya
lebih dalam, sehingga memperoleh argumentasi tentang kebenaran sesuatu.

Dalam kaitannya dengan agama, skeptisisme memiliki makana eksklusif ,


yaitu bukan meragukan kebenaran ajaran agama. Karena hal itu bertentangan dengan

4
ajaran agama sendiri,1[1] melainkan meragukan kemampuan manusia dalam
memperoleh kebenaran tersebut. Dengan kata lain, adanya kebenaran tidak
diragukan, yang diragukan ialah kemampuan memperoleh kebenaran tersebut.

2. Komunalisme

Komunalisme berasal dari kata komunal yang berarti umum. Maksudnya ialah
hasil pemikiran filsafat adalah milik masyarakat umum. Tidak memandang ras, kelas
ekonomi, dan lain – lain. Misalnya, hasil pemikiran Yunani bisa dimanfaatkan oleh
orang Asia, Eropa, Afrika, dan lain – lainnya. Terlepas dari sesuai atau tidaknya
pemikiran tersebut dengan situasi dan kondisi dimana filsafat itu dipraktikkan.

3. Desintrestednes

Berasal dari kata interest yang berarti kepentingan, kemudian diberi awalan
dis yang berarti tidak. Disinterestedness berarti suatu kegiatan (aktifitas) kefilsafatan
tidak dimotivasi dan tidak bertujuan untuk kepentingan tertentu.

Jadi, seorang filsuf adalah seorang pemikir bebas, sesuai apa adanya bukan
bagaimana seharusnya. Disinilah keberadaan seorang filsuf diuji. Ia bertugas
“menjelaskan dunia” atau bahkan “merubah dunia”. Dengan kata lain, filsuf tidak
berada pada status mempertahankan, melainkan menjelaskan dan merobahnya kepada
kondisi ideal. Inilah pengertian filsafat sebagaimana yang dikemukakan oleh
Radhakrisnan, seorang filsuf India:
“It’s task of philosophy not merely to reflect the spirit of the in which but to lead it
forward”
( tugas filsafat bukan sekedar mencerminkan semangat masa dimana kita hidup,
melainkan membimbingnya untuk maju ).2[2]

Kemudian dalam ungkapan yang lain, Karl Marx member tugas filsuf untuk
merubah dunia. Seperti dalam ungkapannya:
“The philosopher have only interpered the world in differen way, but howefer is to
change it”
(tugas seorang filsuf tidak hanya sekedar menjelaskan dunia, melainkan sekaligus
merubahnya).3[3]

1[1] Dalam Islam misalnya, sikap meragukan ajaran agama sangat dilarang, karena bisa
menyebabkan orang ragu pada agamanya, bahkan kehulangan agamanya. Lihat Q.S. Al –
Baqarah ayat 2.

2[2] Dr. Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum, Penerbit Ciptapustaka Media, Bandung, 2005,
h. 27.

5
4. Universalisme

Istilah universalisme berasal dari kata universal yang berarti menyeluruh.


Yaitu berfilsafat adalah hak seluruh ummat manusia secara umum. Perbedaanya
dengan komunalisme ialah pada isinya. Jika komunalisme mengandung makna bahwa
isi / hasil temuan filsafat menjadi milik semua ummat manusia kapan dan dimana
saja. Sedangkan universalisme berbicara dari segi hak.. yaitu semua manusia berhak
melakukan kajian filsafat.

Keempat karakter ini dapat disimpulkan dengan untaian kata berikut:


“Tanah tak bertuan, Bumi tak berbatas, laut tak berdalam, dan samudera tak
bertepi”.4[4]

Dengan menerapkan karakter ini, seorang filsuf akan melahirkan sikap keutamaan
dalam dirinya berupa kebijakan kedalam pemahaman dan kepuasan.5[5]

C. CABANG-CABANG FILSAFAT

1. Metafisika

Filsafat memiliki cabang-cabang yang berkembang sesuai dengan persoalan


filsafat yang mana filsafat timbul karena adanya persoalan-peersoalan yang di hadapi
oleh manusia. Setelah adanya persoalan-persoalan tersebut maka muncullah cabang-
cabang filsafat. Dimana cabang-cabang filsafat yang tradisional itu terdiri atas empat
yaitu logika,metafisika,epistemologi,dan etika. Namun demikian berangsur-angsur
berkembang sejalan dengan persoalan yang di hadapi oleh manusia. Untuk
mempermudah pemahaman kita perlu diutarakan kepada cabang-cabang filsafat yang
pokok,yaitu:

Metafisika digunakan untuk menunjukkan karya-karya tertentu Aristoteles.


Dimana didalam metafisika terdapat persoalan -persoalan yang dapat di rinci menjadi
3 macam yaitu:
 Ontologi
 Kosmologi
 Antropologi

3[3] Harry Hamersma, Tokoh – Tokoh Filsafat Barat Modern, Penerbit Gramedia, Jakarta,
1984, h. 67.

4[4] Hasan Bakti, ibid, h. 28.

5[5] Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat, Rajawali Press, Jakarta, 1986, h. 32.

6
Aliran -aliran dalam metafisika cabang-cabang filsafat menimbulkan aliran-
aliran filsafat sebagai berikut :
a. Segi kuantitas; dipandang dari segi kuantitas maka muncullah aliran -aliran
filsafat antara lain:
a) Mononisme; aliran filsafat yang menyatakan bahwa hanya ada satu
kenyataan yang terdalam (yang funda mental)
b) Dualisme; yaitu aliran yang menyatakan adanya dua substansi pokok yang
masing-masing berdiri sendiri.
c) Pluralisme; yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui adanya satu substansi
atau hanya dua substansi melaikan mengakui adanya banyak substansi .

b. Dari segi kualitas; di mana di lihat dari segi kualitasnya yaitu dipandang dari
segi sifat nya maka terdapat beberapa aliran filsafat yaitu:
a) Spritualisme; aliran filsafat yang menyatakan bahwa kenyataan yang
terdalam alam semesta yaitu roh.
b) Materialisme yaitu aliran filsafat yang menyatakan bahwa tidak ada hal
yang nyata kecuali materi.

c. Dilihat dari segi proses terdapat beberapa aliran yaitu;


a) Mekanisme dimana mekanisme ini berasal dari bahasa yunani
mechan(mesin).menurut aliran ini semua gejala atau pristiwa seluruhnya
dapat diterangkan berdasarkan pada asas-asas mekanis(mesin).
b) Telelogis aliran ini tidak mengingkari hukum sebab akibat, tetapi
bependirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah hukum
sebab akibat tetapi awal mulah nya memang ada sesuatu kemauan
c) Vitalisme menyatakan bahwa hidup tidak dapat di jelaskan secara fisik
kimiawi .

2. Epistemologi

Epistemologi berasal dari bahasa yunani episteme(pengetahuan). Secara


umum epistemologi yaitu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat
pengetahuan manusia, yaitu tentang sumber, watak dan kebenaran pengetahuan
.
a. Rasionalisme

Aliran rasionalisme berpendapat bahwa ssemua pengetahuan beersumber


pada akal fikiran atau ratio. Tokoh-tokoh nya antara lain sebagai berikut: Rene
Descartes (1596-1650), ia membedakan ada nya tiga idea yaitu:innate ideas (ide

7
bawaan), yaitu sejak manusia lahir. Adventitous ideas, yaitu idea-idea yang berasal
dari luar manusia, dan idea yang dihasilkan oleh fikiran itu sendiri yaitu di sebut
faktitious ideas. Tokoh rasionalisme yang lain adalah spinoza (1632-1677),
Leibniz (1646-1716).

b. Empirisme

Empirisme adalah aliran ini beroendirian bahwa semua pengetahuan


manusia diperoleh melalui pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman
(kesan-kesan) dari alam impiris, selanjutnyas kesan-kesan tesebut terkumpul
dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Tokoh-tokoh impiris antara
lain:Jhon locke (1632-1704), menurutnya pengalaman dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu: - pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh
dari luar. pengalaman dalam (batin) (reflexion). Kedua pengalaman tersebut
merupakan idea-idea yang sederhana, yang kamudian dengan prosses asosiasai
membentuk idea yang lebih kompleks (Harun Hadiwijono;, lihat Ali Mudhofir:48:

David HUME (1711-1776); yang meneruskan tradisi impirisme. Hume


berpendapat bahwa, idea-idea yang sederhana adalah salinan (copy) dan sensasi-
sensasi sederhana atau idea-idea yang kompleks di bentuk dan kombinasi idea-idea
sederhana atau dari kesan-kesan yang kompleks. Aliran ini kemudian berkembang
dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan terutama pada abat 19 dan 20.

c. Realisme

Realisme yaitu suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa objek-objek


yang kita serap lewat indra adalah nyata dalam diri objek tersebut. Objek-objek
tersebut tidsk tergantuk pada subjek yang mengetahui atau tidak tergantung pada
fikiran subjek. Fikiran dan dunia luar saling berintriaksi , tetapi intraksi tersebut
mempunyai sifat dasar dunia tersebut. Tokoh-tokoh aliran realisme antara lain
sebagai berikut: Aristoleles (384-322 SM), menurut aristoteles realitas berada
dalam benda konkrit atau dalam proses-proses perkembangannya. Dunia yang
nyata adalah dunia yang kita serap. Bentuk (from) atau idea atau prinsip
keteraturan dan material tidak dapat dipisakan. Kemudian aliran realisme
berkembang terus dan kemudian berkembanglah aliran realisme baru, yang tokoh-
tokohnya adalah sebagai berikut: George Edward Moore, Bertrand Russell,
sebagai reaksi terhadap aliran ideaisme , subjektivisme dan absolutisme menurut
rialialisme baru bahwa eksestensi objek tidak tergantung pada diketahuinya objek
tersebut (lihat : Kattsoff 1986 : 110, Ali Mudhofir, 1985 : 49).

8
d. Kritisme

Kritisme yang kenyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan


dari empiris (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudian akal menempatkan,
mengatur dan menertibkan dalam bentuk-bentuk pengamatan yakni dalam ruang
dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan
pengolahan akan merupakan pembentuknya. Tokoh-tokohnya adalah Imanuel
Kant (1724-1804). aliran kritisme Kant ini nampaknya mensintesakan antara
rasionalisme dan empirisme (Ali Mudhofir, 1985 : 52)

e. Positivisme

positivisme dengan tokohnya August Comte yang memiliki pandangan


sebagai berikut : sejarah perkemabnagan pemikiran umat manusia dapat
dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu :

Tahap pertama : tahap theologis yaitu manusia masih dipercaya dengan


pengetahuan atau pengenalan yang mutlak. Manusia pada tahap ini masih dikuasai
oleh tahyul-tahyul, sehingga subyek dan objae tidak bisa dibedakan.

Tahap kedua : adalah tahap metafisis yaitu pemikiran manusia berusaha


memahami dan memikirkan kenyataan, akan tetapi belum mampu membuktikian
dengan fakta.

Tahap ketiga : yaitu tahap positiv yang ditandai dengan pemikiran manusia
untuk menemukan hukum-hukum dan saling hubungan lewat fakta. Maka pada
tahap inilah pengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan lewat fakta.
(Harun Hadi Wijono, 1983 : 110 : dibandingkan dengan Ali Mudhofir, 1985 : 52).

f. Skeptisisme

Skeptisisme menyatakan bahwa penyerapan indra adalah bersifat menipu


atau menyesatkan. Namun pada zaman modern berkembang menjadi skeptisisme
metodis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu pengetahuan
diakui benar. Tokoh-tokohnya adalah Rene Descartes (1596 – 1650)

g. Pragmatisme

Pragmatis, aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan


namun mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari

9
pengetahuan tersebut dengan kata lain perkataan kebenaran pengetahuan
hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan.
Tokoh-tokoh aliran pragmatisme antara lain : C.S Pierce (1839 – 1914), yang
menyatakabn bahwa yang terpenting adalah manfaat apa yang dapat dilakukan
pengetahuan dalam suatu rencana. Tokoh yang lainnya adalah Willyam Jammes
(1824 – 1910), yang menyatakan bahwa urusan kebenran sesuatu ghal adalah
ditentukan oleh akibat praktisnya.

3. Metodologi

Cabang filsafat tentang metodologi adalah membahas tentang metode


terutama dalam kaitannya dengan metode ilmiah. Hal ini sangat penting dalam ilmu
pengetahuan terutama dalam proses perkembangannya. Misalnya metode ilmiah
dalam ilmu sejarah, dalam ilmu sosiologi, dalam ilmu ekonomi dan sebagainya.
Metodologi membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah
misalnya sifat observasi, hipotesis, hukum teori, susunan eksperimen dan sebagainya
(Kattsoff 1986 : 73 ).

4. Logika

Logika adalah ilmu yang mempelajari pengkajian yang sistematis tentang


aturan-aturan untuk menguatkan sebab-sebab mengenai kesimpulan (Titus, 1984 :
18). Logika pada hakekatnya mempelajari teknik-teknik untuk memperoleh
kesimpulan dari suatu perangkat bahan-bahan tertentu, atau dari suatu premist.
Logika disebut juga sebagai suatu ilmu tentang penarikan kesimpulan yang benar
(Kattsoff : 1985 : 72). Logika dibagi menjadi dua macam yaitu logika deduktif dan
logika induktif. Logika deduktif berusaha untuk menemukan aturan-aturan yang
dapat dipergunakan untukl menarik suatu kesimpulan yang bersifat keharusan dari
peremis-premis tertentu. Logika Induktif, mencoba untuk menarik suatu kesimpulan
dari sifat-sifat perangakat bahan yang diamati

5. Etika

Etika atau filsafat prilaku sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan
tindakan manusia dengan penekanan yang baik dan yang buruk. Terdapat dua hal
permasalahan yaitu : menyangkut tindakan dan baik buruk apabila permasalahan
jatuh pada tindakan, maka etika disebut sebagai “filsafat normatif”. Dalam
pemahaman etika sebagai pengetahuan mengenai norma baik buruk dalam tindakan
mempunyai persoalan yang luas. Etika yang demikian ini mempersoalkan tindakan
manusia yang dianggap baik yang harus dijalankan, di bedakan denga tindakan buruk

10
atau jahat yang dianggap tidak manusiawi. Dengan demikian etika berbeda dengan
agama yang didalamnya juga memuat dan memberikan norma baik buruk dalam
tindakan manusia. Pasalnya , etika mengandalkan pada rasio semata yang lepas dari
sumber wahyu agama yang dijadikan sumber norma ilahi, dan etika lebih cendrung
bersifat analisis dari pada praktis.dengan demikian, etika adalah ilmu yang bekerja
secara rasional. Sementara dari kalangan non filsafat, etika sering digunakan sebagai
pola bertindak praktis ( Etika Propesi). Etika dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam yaitu: etika deskriftif.etika normatif, dan etika metaetika.
Aliran-aliran dalam bidang etika yaitu:

a. Idealisme

Yaitu suatu sistem moral antara lain mengakui hal-hal sebagai berikut: adanya
suatu nilai,asas-asas moral,atau aturan-aturan untuk bertindak,lebih mengutamakan
dengan kebebasan moral,lebih mengutamakan hal yang umum dari pada yang khusus.

b. Etika teleologi

yang menyatakan bahwa perbaikan pertindakan sepenuhnya bergantung pada


suatu tujuan, atau suatu hasil baik secara langsung maupun tidak langsung.yang
termasuk etika teleologi adalah utilitarisme.

c. Hedonisme

Aliran ini menyatakan bahwa kebahagiaan yang didasarkan pada suatu


kenikmatan adalah merupakan suatu tujuan dari tindakan manusia oleh karna itu
tindakan manusia baik dan buruk, etis atau tidak etis didasarkan pada suatu tujuan
kenikmatan manusia

d. Ultitarianisme.

Adalah aliran ini menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang
menimbulkan jumlah yang sebanyak-banyak nya. Aliran ini dikembangkan oleh
Bentham dan Mill bersaudara.

e. Intusionisme

aliran ini berpandangan bahwa jenis-jenis tindakan dapat diketahui baik atau
buruk secara langsung tanpa memikirkan nilai yang terdapat dalam akibat-akibat dari
tindakan tersebut

11
6. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tetang keindahan. Estetika


membicarakan tentang definisi, susunan dan peranan keindahan. Kata estetika
beerasal dari bahasa yunani 'Aesthetikaos' yang artinya bertalian dengan penjeratan
(pengindraan). Apakah fungsi keindahan dalam kehidupan kita? Apakah hubungan
antara yang indah dengan yang baik dan lain sebagainya?
a. Filsafat Hukum yaitu membahas tentang hakikat hukum
b. Filsafat bahasa yaitu membahas tentang hakikat bahasa
c. Filsafat sosial yaitu membahas tentang hakikat hubungan (intraksi
manusia dalam masyarakat)
d. Filsafat ilmu yaitu membahas tentang hakikat ilmu pengetahuan.
e. Filsafat politik yaitu membahasa tentang hakikat masyarakat dan negara
dengan segala apseknya.
f. Filsafat kebudayaan yaitu membahas tentang hakikat kebudayaan
g. Filsafat Lingkungan yaitu membahas tentang hakikat hubungan manusia
dengan lingkungannya.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa:

Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Karakter filsafat yang dirumuskan ada empat macam. Yaitu:


1. Skeptisis
2. Komunalisme
3. Desintrestednes
4. Universalisme

Cabang cabang filsafat ada 6 macam yaitu:


1. Metafisika
2. Epistemologi
3. Metodologi
4. Logika
5. Etika
6. Estetika

B. SARAN

Dari hasil pembahasan makalah tentang Filsafat ini, penulis


menyampaikan agar kiranya kita memahami tentang logika berfikir menurut
tokoh dan dekade para filosor pada zamannya. Sehingga dapat mengambil
manfaat dari hasil pemikiran tersebut sebagai upaya memperbaiki kehidupan dan
bermasyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Taftir, Ahmad. 2004. Filsafat Umum., PT. Remaja Rosdakarya. Bandung


Kaelan, M.S. 1996. Filsafat Pancasila. Paradigma. Yogyakarta
Dr. Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum, Penerbit Ciptapustaka Media, Bandung,
2005.
Harry Hamersma, Tokoh – Tokoh Filsafat Barat Modern, Penerbit Gramedia, Jakarta,
1984.
Dick Hartoko, Kamus Populer Filsafat, Rajawali Press, Jakarta, 1986.
C. I. Lewis, Mind and The World Order, Cet. 1929.
Curt John Ducasse, Philosophi as a Science, Cet. 1941.
The Liang Gie, Suatu Konsepsi Kearah Penertiban Bidang Filsafat, Karya Kencana,
Yogyakarta, 1997.
Drs. Atang Abdul Hakim M.A. dan Drs. Beni Ahmad Saebani M.Si, Filsafat Umum
Dari Metologi sampai Teofilosofi, Penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai