Anda di halaman 1dari 32

Filsafat dan perkembangannya

Pengertian Filsafat

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Arab ‫فلسة‬, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini,
kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta
dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di
Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia
seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.

Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling
tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.

Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan,


tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan
merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan
logika bahasa.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity ‘ketertarikan’.

Manusia Yunani pertama-tama mencoba menerangkan dunia dengan kejadian-kejadian


yang menyertainya secara mitologis dan lepas dari kontrol rasio. Selanjutnya semuanya itu
kemudian diterangkan dan disusun secara sistematis karena dengan mencari suatu
keseluruhan yang sistematis, mereka mampu mengerti hubungan antara mite itu dan
menyingkirkan mite yang tak dapat dicocokkan dengan mite yang lain.

Pemikiran mitologis tersebut dikaitkan dengan pemikiran keagamaan. Alasan mereka


adalah, ‘karena makhluk-nakhluk merupakan dasar alam, maka makhluk-makhluk itu perlu
dipuja dan disembah.

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta
semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran
keagamaan, peran mitologi kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/
ilmu).

Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain
yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah.

Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mitis
yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir
sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu
keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam
artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta
secara logis dan rasional.
Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-
pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah
yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu.

Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut
tema tertentu. Tema-tema itu adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu
yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan
alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.

Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang
pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas
berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu
pengetahuan.

Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai
atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .

Munculnya Filsafat

Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia,
dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di
Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara
intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato
dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-
komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat.

Klasifikasi filsafat

Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama ,
menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang
budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat
biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini
filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang
agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat
Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat
Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.

Filsafat Barat
‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi
falsafi orang Yunani kuno.

Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel
Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan
Jean-Paul Sartre.

Filsafat Timur
‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di
India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri
khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini
kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi
di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama
beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong
Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.

Filsafat Timur Tengah


‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat
dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris
tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-
orang Arab atau orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi!), yang menaklukkan
daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi
falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-
karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad
Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini
mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh
orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu
Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.

Filsafat Islam
‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama
Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya
adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain.
Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani
terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.
Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’,
dalam filsafat Islam justru Tuhan ‘sudah ditemukan.’

Filsafat Kristen
‘‘‘Filsafat Kristen’’’ mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan
zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman
kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya.
Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan.
Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh:
Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dsb. (HPK doc.)

(Sumber : dari berbagai sumber)


Ilmu dan perkembangannya
Sejarah Perkembangan Ilmu
by jadiwijaya • June 2, 2010 • 3 Comments

1. Pendahuluan

Menurut sejarawan Baverley Southgate (1996), pengertian sejarah dapat didefinisikan sebagai “studi
tentang peristiwa di masa lampau”. Dengan demikian, sejarah merupakan peristiwa faktual di masa
lampau, bukan kisah fiktif apalagi rekayasa. Definisi menurut Baverley Southgate merupakan pemahaman
paling sederhana. Pengertian sejarah menurut Baverley menghendaki pemahaman obyektif terhadap
fakta-fakta historis

Begitu juga dalam hal ilmu. Ilmu memiliki sejarah perkembangan yang sangat panjang. Menurut Tim Dosen
Filsafat Ilmu (2001:63), “perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah
berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif”.

Pembahasan artikel ini dititik beratkan pada perkembangan filsafat ilmu Barat. Karena memang selama ini
yang terlihat sebagai sentral adalah filsafat barat. Tetapi di lain sisi, juga akan menampilkan sejarah
perkembangan ilmu dari dunia Timur yang telah memberi kontribusi terhadap perkembangan ilmu.
Sehingga bisa diketahui bahwa semua ini adalah rangkaian sejarah dan peradaban manusia yang telah
terjadi, dan membawa dampak bagi perkembangan ilmu.

Melalui artikel ini saya ingin menjelaskan perkembangan ilmu dari zaman pra Yunani kuno sampai dengan
zaman Kontemporer. Hal itu bisa dilihat dari kaca mata periodisasinya, tokoh-tokoh ilmuwan yang terkenal
pada masa itu, dan juga karya-karya mereka. Selain itu juga akan memberikan contoh revolusi ilmu, yang
pada akhirnya memberikan gambaran implikasi revolusi itu bagi perkembangan ilmu

2. Periodisasi Perkembangan Ilmu serta Tokoh dan Karyanya

2.1 Zaman Pra Yunani Kuno

Pada zaman ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase. Pertama, zaman Batu Tua yang berlangsung 4
juta tahun SM (Sebelum Masehi) sampai 20.000/10.000 SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa
ciri khas, di antaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang,
mengenal cocok taman dan beternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan pengamatan
primitif menggunakan sistem “trial and error” (mencoba-coba dan salah) kemudian bisa berkembang
menjadi “know how“.

Kedua, zaman Batu Muda yang berlangsung 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai abad 20
SM. Dalam zaman ini telah berkembang kemampuan-kemampuan yang sangat siginifikan. Kemampuan itu
berupa kemampuan menulis (dinyatakan dengan gambar dan symbol atau lambang-lambang),
kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu), dan kemampuan berhitung. Dalam
zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika, perdagangan, dan hukum. Ketiga, zaman
Logam. Zaman ini berlangsung dari abad 20 SM sampai dengan abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian
logam sebagai bahan peralatan sehari-hari, baik sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan
peralatan perang.

Pada zaman Batu Tua, yang menjadi tokoh utama disebut-sebut dengan manusia purba. Belum ditemukan
secara spesifik data diri mereka, tetapi yang terlihat secara jelas adalah hasil karya mereka. Karya-karya
mereka yang fenomenal adalah peralatan yang terbuat dari batu dan tulang. Dengan berjalannya waktu,
pada zaman Batu Muda sudah ada kerajaan-kerajaan besar yang ikut andil dalam mengukir sejarah.
Kerajaan itu adalah Mesir, Babylon, Sumeria, Niniveh, India , dan Cina. Karya-karya yang didapat dari
zaman ini berupa batu Rosetta (Hieroglip), segitiga dengan unit 3,4,5 (segitiga siku-siku), nilai logam
sebagai nilai tukar, perundangan yang ditulis, lukisan di dinding gua, tulisan Kanji (Pistographic Writing),
dan zodiac (Salam, 2004: 30-34). Sedangkan menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001),
menemukakan bahwa di India sudah menemukan roda pemutar untuk pembuatan tembikar pada abad 30
SM dan punah (akibat bencana dan perang) pada abad 20 SM.
Pada zaman Logam didominasi oleh kerajaan Mesir. Tetapi kerajaan Cina dan Sumeria juga masih
mempunyai peran. Pada masa ini karya-karya yang ada berupa didominasi dengan alat-alat yang terbuat
dari besi dan perunggu. Seni membuat patung juga menjadi karya fenomenal pada masanya, bahkan
sampai saat ini. Contohnya adalah karya-karya dari Mesir, seperti patung istri raja Fir’aun (Neferitti).
Menurut Brouwer (1982) dalam buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001)
di antara abad 15 SM di Sumeria (Irak) telah menggunakan alat-alat dari besi. Selain itu, di Cina pada
abad 15 SM dinasti Shang telah menggunakan peralatan perang dari perunggu dan pada abad 5 SM
dinasti Chin telah menggunakan besi untuk peralatan perang

2.1 Zaman Yunani Kuno

Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap
“an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis)”, dan tidak menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap “receptive attitude mind (sikap menerima segitu saja)”. Sehingga
pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman
keemasannya (Zaman Hellenisme) di bawah pimpinan Iskandar Agung (356 – 323 SM) dari
Macedonia, yang merupakan salah seorang murid Aristoteles.

Pada abad ke-0 M, perkembangan ilmu mulai mendapat hambatan. hal ini disebabkan dengan kelahiran
Kristen. Pada pada abad pertama sampai abad ke-2 M mulai ada pembagian wilayah perkembangan
ilmu. Wilayah pertama berpusat di Athena, yang difokuskan di bidang kemampuan intelektual. Sedangkan
wilayah yang kedua berpusat di Alexandria, yang fokus pada bidang empiris.

Setelah Alexandria dikuasai oleh Roma yang tertarik dengan hal-hal abstak, pada abad ke-4 dan ke-5 M
ilmu pengetahuan benar-benar beku. Menurut Hull dalam buku karangan Salam (2004:52), hal ini
disebabkan oleh tiga pokok penting: 1) pengusa Roma yang menekan kebebasan berpikir 2) ajaran Kristen
yang tidak boleh disangkal 3) kerjasama gereja dan pengusa sebagai otoritas kebenaran. Walaupun begitu
pada abad ke-2 M sempat ada Galen (bidang kedokteran) dan tokoh aljabar, Pappus dan Diopanthus yang
berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan-ilmuwan terkemuka. Menurut Burhanuddin Salam (2004), M.
Thoyibi (1997), serta Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001), ada beberapa nama yang popular pada masa
ini, yaitu:

a. Thales (624-545 SM) dari Miletos, Yunani (sekarang bagian dari Turki) adalah filsufpertama sebelum
masa Sokrates. Menurutnya, zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada masanya ia
menjadi filusuf yang mempertanyakan isi dasar alam.

b. Pythagoras (582 SM – 496 SM) adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunaniyang paling
dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dan salah satu peninggalan Phytagoras
yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga
siku- siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di
dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Selain
itu, Pythagoras berhasil membuat lembaga pendidikan yang disebut “Pythagoras Society“. Selain itu,
dalam ilmu ukur dan aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan
menemukan hubungan antara nada dengan panjang dawai.

c. Socrates (470 SM – 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur
tradisi filosofis Barat yang paling penting. Socrates lahir di Athena. Ia tidak meninggalkan tulisan sebagai
karyanya. Tetapi pemikiranya dikenal melalui tulisan yang dibuat oleh muridnya, yaitu Plato. Salah satu
catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria
tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan
bahwa salah dan benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang
dengan lingkungan dan sesamanya. Sedangkan Sokrates sendiri mempunyai metode sendiri yang dikenal
dengan “Maieutike Tekhne” yang merupakan metode dialetika untuk melahirkan kebenaran.

d. Socrates percaya akan gagasan mengenai gaya tunggal dan transenden yang ada di balik pergerakan
alam ini. Dengan demikian, Socrates memiliki pandangan yang bertentangan dengan kepercayaan umum
masyarakat Yunani saat itu, yaitu kepercayaan pada kuil (oracle) dari dewa-dewa. Pandangan yang ia
bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan merusak ahlak pemuda-pemuda Athena.
Pengadilan dan cobaan yang dialaminya digambarkan dalam catatan Apology oleh Plato, sedangkan
serangkaian percakapannya dengan para siswanya ketika ia dipenjara digambarkan dalam Phaedo, juga
oleh Plato. Bagaimanapun, Socrates dinyatakan bersalah dan ia ditawarkan untuk bunuh diri dengan
meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya dengan tenang, meskipun para siswanya telah
berulangkali membujuknya untuk melarikan diri. Menurut Phaedo, Socrates meninggal dengan tenang
dengan dikelilingi oleh kawan-kawan dan siswanya.

e. Walaupun demikian, sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode
penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep
moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan
juga filsafat secara umum.

f. Aristoteles (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander
yang Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan
Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles
percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari
kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan Teologi (Metefisika). Logika Aristoteles
adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap
sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya
ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang
digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan
pada susunan pikir (syllogisme).

g. Dari keseluruhan kontribusi yang diberikan oleh Aristoteles, dapat dikatakan bahwa pemikiran
Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya.
Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad
ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan theologi Islam oleh Ibnu
Rusyid (1126 – 1198).

h. Plato (427 SM – 347 SM) ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling
terkenal ialah Republik (Politeia) di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”.
Selain itu, ia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain
hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini
tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-
konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai “kebajikan” dan “kebenaran”.
Konsep yang dikembangkan oleh Plato ini bertitik belakang dari perdebatan dari konsep yang diusung
oleh Parminedes yang menganggap sesuatu realitas itu berasal dari satu hal (The One) yang tetap, dan
konsep yang dikemukakan oleh Heraklios yang bertitik tolak dari hal yang banyak (The Many) yang selalu
berubah.

Selain itu, masih ada nama-nama seperti Anaximander (610 SM – 546 SM) siswa Thales,
sang filsuf pertama. Ia hidup pada abad ke 6 SM di Miletos. Berbeda dengan Thales, ia berpendapat
bahwa permulaan yang pertama, tidaklah bisa ditentukan (Apeiron), karena tidaklah memiliki sifat-sifat zat
yang ada sekarang. Anaximenes yang hidup pada abad ke 6 S.M., masih satu generasi
dengan Anaximander dan juga dianggap sebagai seorang “filsuf alam”, ia berpendapat bahwa zat yang
awal ada adalah udara. Ia menganggap bahwa semuanya di alam semesta dirasuki dengan
udara. Demokreitos (460-370 SM), ia mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi,
sehingga ia dikenal sebagai “Bapak Atom Pertama”. Karyanya dijadikan sebagai pelopor ilmu fisika materi
yang menutup kemungkinan akan adanya intervensi Tuhan atau dewa. Demokreitos juga menjadi orang
pertama yang berpendapat bahwa galaksi Bimasakti merupakan kumpulan cahaya gugusan bintang yang
letaknya saling berjauhan. Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001:69), pemikiran yang dikonsepkan
oleh Demokritos yang membahas tentang atom ini mengandung beberapa sifat pokok. Pertama,
materialistic-monistik yang menyatakan bahwa atom sekedar materi sendiri dan sekelilingnya
hampa. Kedua, developmental dynamics, yang menyatakan atom selalu bergerak. Ketiga, murni alamiah
(pure natural) yang menyatakan bahwa atom tidak dipengaruhi sesuatu disekelilingnya. Keeempat, bersifat
kebetulan (by chance) yang berarti bahwa pergerakan atom terjadi tanpa tujuan. Euklides (330-273 SM)
ialah ahli matematik dari Alexandria. Dalam bukunya yang berjudul Elemen, ia – sebagai bapak geometri –
mengemukakan teori bilangan dan geometri. Menurutnya satu hal yang paling penting untuk dicatat,
bahwa dalam pembuktian teorema-teorema geometri tak diperlukan adanya contoh dari dunia nyata tetapi
cukup dengan deduksi logis menggunakan aksioma-aksioma yang telah dirumuskan. Empedokles (484-
424 SM) adalah seorang filsuf Yunani berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur dasar yang ia
sebut sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain itu, ia menambahkan satu unsur lagi yang ia
sebut cinta(philia). Hal ini dilakukannya untuk menerangkan adanya keterikatan dari satu unsur ke unsur
lainnya. Empedokles juga dikenal sebagai peletak dasar ilmu-ilmu fisika dan biologi pada abad 4 dan 3
SM. Claudius Ptolemaeus (90 SM -168 M), dia adalah seorang matematikawan, astronom, ahli
geografi, astrolog dan seorang penyair dari satu epigram di Anthology Yunani. Dia tinggal di Mesir di
bawah Kekaisaran Romawi. Ptolemaeus adalah pengarang beberapa risalah ilmiah, tiga di antaranya akan
melanjutkan penting untuk kemudian Islam dan Eropa ilmu pengetahuan. Yang pertama adalah risalah
astronomi yang dikenal sebagai Almagest (The Great Risalah/Risalah Matematika). Yang kedua
adalah Geografi, yang merupakan diskusi teliti mengenai pengetahuan geografi Yunani-Romawi dunia.
Yang ketiga adalah risalah astrologi dikenal dalam bahasa Yunani sebagai Apotelesmatika atau lebih
umum dalam bahasa Yunani sebagai Tetrabiblos (Empat buku). Selain itu, karena ia hidup di Mesir
kemudian astronom arab, ahli geografi dan ahli fisika menyebutnya dengan namanya dalam bahasa
Arab: Batlaymus. Diophantus (antara 214 M – 298 M), adalah seorang ahli matematika dan karnya yang
sangat terkenal adalah Arithmetica. Karyanya ini barkaitan dengan memecahkan persamaan aljabar, hal ini
menyebabkan kemajuan luar biasa dalam teori bilangan, angka pecahan, dan juga membuat kemajuan
dalam notasi matematika. Galenus (129 M – 200 M), yang lebih dikenal dalam bahasa
Inggrissebagai Galen. Ia memiliki pengaruh besar dalam kedokteran Eropa. Galen melakukan perubahan
besar di bidang kesehatan. Hal yang ia lakukan di antaranya adalah oprasi pembedahan otak dan mata
(mengoperasi katarak), mengenalkan ilmu anatomi, dan mengemukakan empat cairan tubuh yaitu darah,
empedu kuning (yellow bile), empedu hitam (black bile) dan mukus. Empat hal ini akan berputar sesuai
dengan empat musim. Karya terbesarnya adalah tujuh belas buku dari On the Usefulness of the Parts of
the Human Body. Dan juga Archimedes, (sekitar 287 SM – 212 SM) ia adalah seorang ahli
matematika, astronom, filsuf, fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes, dianggap sebagai
salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini didasarkan pada temuannya berupa prinsip
matematis tuas, sistem katrol (yang didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian saja),
dan ulir penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan gerak matahari, bulan, planet-
planet, dan kemungkinan konstelasi di langit. Di bidang matematika, penemuannya terhadap nilai phi lebih
mendekati dari ilmuan sebelumnya. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia kemudian dijuluki
sebagai, “Bapak IPA Eksperimental”.

Selain di Yunani, astronom dan ahli matematika juga berkembang di India. Menurut Salam
(2004:48), Aryabhata (476 M), malahirkan perhitunagn desimal sederhana. Dibidang astronomi ia juga
memperkenalkan sejumlah fungsi trigonometri (termasuk sinus, versine, kosinus dan sinus
invers), trigonometri tabel, dan teknik-teknik dan algoritma dari aljabar.

b. Zaman Pertengahan

Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M
sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Ages). Zaman ini
ditandai dengan tampilnya pada Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada
pada zaman ini hampir semua adalah para Theolog. Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka
lakukan harus berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah terkait
erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini filsafat sering dikenal dengan sebagai “Anchilla
Theologiae (Pengabdi Agama)”. Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dipakainya karya-
karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.

Ketika Bangsa Eropa mangalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi milik Islam. Hal ini dimulai
dari munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M, perluasan wilayah, pembinaan hukum serta
penerjemahan filsafat Yunani, dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada abad ke-7 M sampai abad ke-
12 M. Pada masa ini Islam mandapatkan masa keemasannya (Golden Age).

Selain itu, pada abad ini terjadi perkembangan kebudayaan di Asia Selatan dan Timur, seperti Ajaran Lao
Tse (menjaga keharmonisan dengan alam) dan Confucius (konsep kode etik luhur mangatur akal sehat).

Pada masa kegelapan ini ilmu pengetahuan di Eropa tidak berkembang. Karya ilmuwan yang masih
menjadi pegangan hanya karya Aristoteles.Menurut Salam (2004), pada abad 12 M, yang diklaim sebagai
awal mula zaman Renaissance telah muncul beberapa nama yang mempelopori di bidang ilmu dan
eksperimen, yaitu:
1) Roger Bacon (1214 M – 1294 M), juga dikenal dengan sebutan Doctor Mirabilis (guru yang sangat
mengagumkan). Ia adalah seorang filsuf Inggris yang meletakkan penekanan pada empirisme, dan dikenal
sebagai salah seorang pendukung awal metode ilmiah modern di dunia Barat. Teorinya menyatakan
bahwa apa yang menjadi landasan awal dan ujian akhir dari semua ilmu pengetahuan adalah pengalaman,
dan syarat mutlak untuk mengolah pengetahuan adalah dengan matematika. Sehingga ia dikenal sebagai
pelopor empirisme

2) Thomas Aquinas (1225 M –1274 M) adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia. Ia
terutama menjadi terkenal karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan
ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa
Theologiae (Ikhtisar Teologi). Selain itu, karya Theologis Thomas yang sangat terkenal adalah “Summa
Contra Gentiles (Ikhtisar Melawan Orang-Orang Kafir)”

3) Gerard van Cremona (1114 M –1187 M), adalah seorang penerjemah Arab karya ilmiah. Dia adalah
salah satu orang paling penting di Toledo. Ia menerjemahkan sekitar 70 bahasa Arab dan karya-karya
klasik Yunani ke dalam bahasa Latin termasuk karya Euclidius, Al-Farabi, Al-Farghani dan karya-karya
lain.

4) Giovanni Boccaccio (1313 M – 1375 M) adalah seorang Italia penulis dan penyair. Karya yang
dihasilkan dalam periode ini meliputi Filostrato dan Teseida, Filocolo, sebuah versi prosa yang ada roman
Prancis, dan La Caccia di Diana, sebuah puisi dalam daftar sajak oktaf neapolitan perempuan. Boccaccio
terus bekerja, memproduksi Comedia delle ninfe fiorentine (juga dikenal sebagai Ameto) campuran prosa
dan puisi, tahun 1341, menyelesaikan lima puluh canto puisi alegoris Amorosa visione di 1342 M,
dan Fiammetta di 1343 M. Salah satu karya terakhirnya di Italia, satu-satunya karya penting lainnya
adalah Corbacci.

Sepanjang Eropa mengalami masa kegelapan, di sebelah selatan Laut Tengah berkembang kerajaan
bangsa Arab yang dipengaruhi dengan Islam. Dengan berkembangnya pengaruh Islam, maka semakin
banyak pula tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang berperan dalam perkembangan Ilmu. Dalam buku Sejarah
Filsafat Ilmu & Teknologi karangan Burhanuddin Salam (2004), buku Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya karangan M. Thoyibi (1997), serta buku Filsafat Ilmu yang disusun oleh Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM (2001), disebutkan beberapa tokoh ilmuwan muslim yang berpengaruh bagi sejarah
perkembangan ilmu. Mereka adalah sebagai berikut:

1) al-Fārābi (870 M – 950 M). Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di
dunia Islam. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan,
bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam
bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-
Fadhilah (Kota atau Negara Utama) yang membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan
politik dan hubungan antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan
hukum Ilahiah Islam.

2) al-Khawārizmī (780 M – 850 M). Hasil pemikirannya berdampak besar pada matematika, yang
terangkum dalam buku pertamanya, al-Jabar. Selain itu karyanya adalah al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-
jabr wa’l-muqabala (Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan
Menyeimbangkan), Kitab surat al-ard (Pemandangan Bumi). Karya tersebut masih tersimpan di
Strassberg, Jerman

3) al-Kindi (801 M – 873 M), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Al
Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika,
musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik

4) al-Ghazali (1058 M – 1111 M) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal
sebagai Algazel di dunia Barat. Karya-karyanya berupa kitab Al-Munqidh min adh-Dhalal, Al-Iqtishad fi al-
I’tiqad, Al-Risalah al-Qudsiyyah, Kitab al-Arba’in fi Ushul ad-Din, Mizan al-Amal, Ad-Durrah al-Fakhirah fi
Kasyf Ulum al-Akhirah, Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama) merupakan karyanya yang
terkenal, Kimiya as-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan), Misykah al-Anwar (The Niche of Lights), Maqasid al-
Falasifah, Tahafut al-Falasifah (buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof masa itu, yang
kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the
Incoherence), Al-Mushtasfa min ‘Ilm al-Ushul, Mi’yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge), al-
Qistas al-Mustaqim (The Just Balance), dan Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in
Logic)

5) Ibnu Sina (980 M –1037 M). Ia dikenal sebagai Avicenna di Dunia Barat. Ia adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih
banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang
kedokteran. Karyanya yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Karyanya
adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Al-Qanun fi At Tibb.

6) Ibnu Rusyd (1126 M – 1198 M) yang dalam bahasa Latin disebut dengan Averroes, dan ia adalah
seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan
fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Karya lain berupa Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu
fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran), Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat
dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).

7) Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M) adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisiadan sering disebut
sebagai bapak pendiri ilmu historiografi, sosiologi dan ekonomi. Karyanya yang terkenal
adalah Muqaddimah (Pendahuluan).

8) Jabir Ibnu Hayyan atau Gebert (721 M – 815 M). Dia adalah seorang tokoh Islam yang mempelajari
dan mengembangkan ilmu kimia.

9) Al-Razi (865 M – 925 M) yang dikenal dengan nama Razes. Seorang dokter klinis yang terbesar
pada masa itu dan pernah mengadakan satu penelitian Al-Kimi atau sekarang lebih terkenal disebut ilmu
Kimia.Di dalam penelitiannya pada waktu itu Al-Razi sudah menggunakan peralatan khusus dan secara
sistimatis hasil karyanya dibukukan, sehingga orang sekarang tidak sulit mempelajarinya. Disamping itu Al-
Razi telah mengerjakan pula proses kimiawi seperti: Distilasi, Kalsinasi dan sebagainya dan bukunya
tersebut merupakan suatu buku pegangan laboratorium Kimia yang pertama di dunia. orang pertama
membuat jahitan pada perut dengan benang dibuat dari serat, dan orang pertama yang berhasil
membedakan antara penyakit cacar dengan campak. Buku karya Al-Razi paling termasyhur berjudul Al-
Hawi Fi Ilm Al-Tadawi yang terdiri dari 30 jilid dan dirangkum ke dalam 12 bagian dan Al-Mansuri, berisi
tentang pembedahan seluruh tubuh manusia.

10) Ibnu Haitham dikenal dalam kalangan cerdik pandai di Barat, dengan nama Alhazen, adalah
seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan,
dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham
kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
Karyanya yang terkenal adalah tentang optik dari tahun 1000, dalam Book of Optics dan dan On Twilight
Phenomena. Selain itu, masih ada buku karangannya berupa Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandungi
teori-teori ilmu metametik dan metametik penganalisaannya; Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib mengenai ilmu
geometri; Kitab Tahlil ai’masa^il al ‘Adadiyah tentang algebra; Maqalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang
mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau; Maqalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan
geometri dalam urusan hukum syarak dan Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.

11) Al-Battani (850 M – 929 M) memberikan kontribusi untuk astronomi dan matematika.
Dalam astronomi, Al-Battani juga meningkatkan ketepatan pengukuran presesi sumbu bumi.

Selain dari daftar nama ilmuwan di atas, masih banyak lagi ilmuwan muslim yang lain. Dalam bidang fiqih
ada Imam Hanafi (699M – 767 M), Imam Malik (712 M -798 M), Imam Syafi’i (767 M – 820 M) dan Imam
Hanbali (780 M – 855 M) yang besar dengan kitab masing-masing. Sementara dalam bidang sosial,
terdapat nama Yaqut bin Abdullah al Hamawi (1179 M – 1229 M) yang mengarang kitab Mu’jam al-
Buldan (Kamus Negara). Ibnu Yunis, yang menggabungkan dokumen-dokumen penelitian yang dibuat 200
tahun sebelumnya dan menyiapkannya untuk tabel astronomi Hakimite. Umar al-Khayyãm, yang dikenal
dengan karya kalender Jalali-nya yang sempurna dan dipakai di Persia untuk penanggalan. Cendekiawan
seperti Will Durant dan Fielding H. Garrison, kimiawan Muslim dianggap sebagai pendiri kimia. Abu
Rayhan al-Birunisebagai perintis indologi, geodesi dan antropologi.

Sebagian bangsa di Asia juga mulai memperlihatkan perkembangan ilmu mereka. Dari Cina ada salah satu
contoh terbaik akan Shen Kuo (1031 M – 1095 M), seorang ilmuwan dan negarawan yang pertama kali
menggambarkan magnet-jarum kompasyang digunakan untuk navigasi, menemukan konsep utara
sejati, perbaikan desain astronomi Gnomon, armillary bola, penglihatan tabung, dan clepsydra, dan
menggambarkan penggunaan drydocks untuk memperbaiki perahu. Selain itu, Shen Kuo juga menyusun
teori pembentukan tanah, atau geomorfologi. Ada juga Su Song(1020 M – 1101 M) juga seorang astronom
yang menciptakan langit bintang atlas peta, menulis sebuah risalah farmasi dengan subyek
terkait botani, zoologi, mineralogi, dan metalurgi, dan telah mendirikan
besar astronomi clocktower di Kaifeng pada tahun 1088.

c. Zaman Renaissance

Zaman ini berlangsung dari abad 14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan dengan
kebangkitan, peralihan, atau lahir kembali (rebirth), yaitu dilahirkannya kembali sebagai manusia yang
bebas untuk berpikir. Zaman ini juga disebut dengan peralihan dan kebangkitan ketika kebudayaan abad
tengah mulai berubah menjadi kebudayaan yang modern, dan pemikiran yang terbebas dari dogma-dogma
agama. Hal ini ditandai dengan lahirnya penemuan-penemuan baru.

Pada masa kebangkitan ini, mulai bermunculan ilmuwan-ilmuwan baru. Mereka telah menemukan teori
atau konsep baru yang menjadi sejarah dalam perkembangan ilmu. Burhanuddin Salam (2004), M. Thoyibi
(1997), dan Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001) sepakat dengan tokoh ilmuwan yang berpengaruh pada
masa ini, mereka adalah:

1) Niklas Koppernigk atau Nicolaus Copernicus (1473 M – 1543 M) adalah


seorang astronom, matematikawan, dan ekonom yang berkebangsaan Polandia. Ia
mengembangkan teori heliosentrisme (berpusat di matahari). Teorinya tentang matahari sebagai pusat
Tata Surya, yang menjungkirbalikkan teori geosentris tradisional (yang menempatkan Bumi di pusat alam
semesta) dianggap sebagai salah satu penemuan yang terpenting sepanjang masa, dan merupakan titik
mula fundamental bagi astronomi modern dan sains modern (teori ini menimbulkan revolusi ilmiah). Karya
terobosannya berjudul On the Revolutions of the Heavenly Spheres (Mengenai perputaran Bola-Bola
Langit), yang diterbitkan pada tahun 1543 M.

2) Galileo Galilei (1564 M – 1642 M) adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawanItalia yang memiliki
peran besar dalam revolusi ilmiah. Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah
penyempurnaan teleskop (dengan 32x pembesaran) dan berbagai observasi astronomi seperti
menemukan satelit alami Jupiter -Io, Europa, Ganymede, dan Callisto- pada 7 Januari 1610. Buku
karangannya adalah Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence
pada 1632, dan Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze diterbitkan di Leiden
pada 1638. Galileo juga sempat mengamati planet Neptunus pada 1612 namun ia tidak menyadarinya
sebagai planet. Pada buku catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai sebuah bintang yang redup.

3) Tycho Brahe (1546 M – 1601 M) adalah seorang bangsawan Denmark yang terkenal
sebagai astronom/astrolog dan alkimiawan. Ia memiliki sebuah observatorium yang dinamai Uraniborg, di
Pulau Hven. Tycho adalah astronom pengamat paling menonjol di zaman pra-teleskop. Akurasi
pengamatannya pada posisi bintang dan planet tak tertandingi pada zaman itu. Untuk penerbitan karyanya,
Tycho memiliki mesin cetak dan pabrik kertas. Asistennya yang paling terkenal adalah Johannes Kepler.

4) Johannes Kepler (1571 M – 1630 M), seorang tokoh penting dalam revolusi ilmiah, ia adalah
seorang astronom Jerman, matematikawan dan astrolog. Ia paling dikenal melalui hukum gerakan
planetnya. Kepler sangat dihargai bukan hanya dalam bidang matematika, tetapi juga di bidang optik dan
astronomi. Penjelasan Kepler tentang pembiasan cahaya tertuang dalam buku Supplement to Witelo,
Expounding the Optical Part of Astronomy (Suplemen untuk Witelo, Menjabarkan Bagian Optik dari
Astronomi). Buku Kepler itu adalah tonggak sejarah di bidang optik. Ia adalah orang pertama yang
menjelaskan cara kerja mata. Kepler mengerti bahwa matahari bukan sekadar pusat dari tata surya.
Matahari juga berfungsi seperti sebuah magnet, berputar pada porosnya dan mempengaruhi gerakan
planet-planet. Bagi Kepler, semua planet adalah benda-benda fisik yang dengan harmonis diaturoleh
serangkaian hukum yang beragam. Apa yang telah ia pelajari dari Mars dan Bumi pasti berlaku juga atas
semua planet. Jadi, ia menyimpulkan bahwa setiap planet mengitari matahari dalam orbit elips pada
kecepatan yang bervariasi sesuai dengan jaraknya dari matahari. Karya Kapler yang lain berupa
buku Mysterium cosmographicum (Misteri Kosmmografis), Astronomiae Pars Optica (Bagian Optik dari
Astronomi), De Stella nova in pede Serpentarii (Tentang Bintang Baru di Kaki Ophiuchus), Astronomia
nova (Astronomi Baru), Dioptrice (Dioptre), Epitome astronomiae Copernicanae (diterbitkan dalam tiga
bagian dari 1618–1621), Harmonice Mundi (Keharmonisan Dunia), Tabulae Rudolphinae (Tabel-Tabel
Rudolphine), dan Somnium (Mimpi).
5) Francis Bacon (1561 M – 1626 M) adalah seorang filsuf, negarawan dan penulis Inggris. Karya-
karyanya membangun dan mempopulerkan matodologi induksi untuk penelitian ilmiah, seringkali disebut
metode Baconian atau, secara sederhana, metode ilmiah. Karya Francis Bacon yang terpenting
adalah Novum Organum. Dalam Novum Organum, Bacon baru rincian sistem logika ia percaya akan lebih
tinggi daripada cara lama silogisme, yang dikenal sebagai metode Bacon. Karya ini sangat penting dalam
perkembangan historis metode ilmiah.

6) Andreas Vesalius (1514 M – 1564 M), ia adalah ahli anatomi. Karyanya berupa buku De Humanis
Corporis Fabrica (Pengerjaan Tubuh Manusia). Karyanya yang lain ialah Tabulae Anatomicae Sex. tujuh
jilid dari De humani corporis fabrica, sebuah buku yang dipersembahkan untuk Charles V, Andrea Vesalii
suorum de humani corporis fabrica librorum epitome yang didedikasikan untuk Philip II dari Spanyol. Karya
ini menekankan keutamaan pembedahan dan memperkenalkan isilah pandangan anatomis tubuh
manusia. Maka dari itu, Vesalius disebut-sebut sebagai pemulai masa anatomi manusia modern. Vesalius
juga membuktikan bahwa tulang dada (sternum) terdiri dari tiga bagian. Ia pun juga menulis Radicis
Chynae, sebuah teks pendek mengenai tumbuhan obat.

d. Zaman Modern

Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada
abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan ditandai dengan adanya
penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Sontoso, dalam buku yang disusun oleh
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001:79) ada tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu
pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Liberia
dengan negara Perancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300, dan jatuhnya Istambul ke tangan
Turki pada tahun 1453.

Ilmuwan pada zaman ini membuat penemuan dalam bidang ilmiah. Eropa yang merupakan basis
perkembangan ilmu melahirkan ilmuwan yang populer. Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001: 79-
83), tokoh yang menjadi pioner pada masa ini adalah Rene Dekrates, Isaac Newton, Charles Darwin, dan
J.J. Thompson. Keterangan lebih lengkap sebagai berikut:

1) Isaac Newton (1643 M – 1727 M), ia adalah seorang fisikawan, matematikawan, ahli astronomi,
filsuf alam, alkimiwan, dan teolog. Bahka ia dikatakan sebagai bapak ilmu fisika klasik. Karya
bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687. Buku ini
meletakkan dasar-dasar mekanika klasik(menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak yang
mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad). Karyanya ini pada akhirnya
menyirnakan keraguan para ilmuwan akan heliosentrisme dan memajukan revolusi ilmiah. Dalam
bidang optika, ia berhasil membangun teleskop refleksi yang pertama dan mengembangkan
teori warna berdasarkan pengamatan bahwa sebuah kaca prisma akan membagi cahaya putih menjadi
warna-warna lainnya. Ia juga merumuskan hukum pendinginan, mempelajari kecepatan suara, serta
perhitungan Calculus (differensial/integral). Buku-buku karyanya adalah Method of Fluxions (1671), De
Motu Corporum 1684), Opticks (1704), Reports as Master of the Mint (1701–1725), Arithmetica
Universalis (1707), dan An Historical Account of Two Notable Corruptions of Scripture(1754).

2) René Descartes (1596 M – 1650 M), ia juga dikenal sebagai Renatus Cartesius. Ia adalah
seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah Discours de la
méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641). Descartes, kadang dipanggil “Penemu
Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”. Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi
di Eropa karena pendapatnya yang revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan
bahwa seseorang bisa berpikir. Hasil pemikirannya berupa konsep “Aku berpikir maka aku ada (I think,
therefore I am). Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai
pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern.

3) Charles Robert Darwin (1809 M – 1882 M) adalah seorang naturalis Inggris yang teori
revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama
(common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini dianggap
sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat). Perjalanan lautnya ke seluruh dunia selama lima tahun
di atas kapal HMSBeagle tulisan-tulisannya yang berikutnya menjadikannya seorang geologis terkemuka
dan penulis yang terkenal. Pengamatan biologisnya membawanya kepada kajian tentang transmutasi
spesies dan ia mengembangkan teorinya tentang seleksi alam pada 1838. Bukunya On the Origin of
Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Struggle for
Life (biasanya disingkat menjadi The Origin of Species) merupakan karyanya yang paling terkenal sampai
sekarang. Buku ini menjelaskan evolusi melalui garis keturunan yang sama sebagai penjelasan ilmiah
yang dominan mengenai keanekaragaman di dalam alam. Buku karangan Darwin tentang tanaman dan
binatang, termasuk manusia, dan yang menonjol adalah The Descent of Man, and Selection in Relation to
Sex dan The Expression of the Emotions in Man and Animals. Bukunya yang terakhir adalah
tentang cacing tanah..

4) Joseph John Thomson (1856 M –1940 M) ia adalah seorang ilmuwan yang penelitiannya
membuahkan penemuan elektron. Thomson mengetahui bahwa gas mampu menghantar listrik. Ia menjadi
perintis ilmu fisika nuklir. Struktur atom yang menjadi fokus Thomson ditulis dalam bukunya yang
berjudul Treatise on the Motion of Vortex Rings, Application of Dynamics to Physics and Chemistry, Notes
on Recent Researches in Electricity and Magnetism, Properties of Matter , Elements of the Mathematical
Theory of Electricity and Magnetism, Discharge of Electricity through Gases, The Structure of Light, The
Corpuscular Theory of Matter, Rays of Positive Electricity, The Electron in Chemistry dan Conduction of
Electricity through Gases. Dia juga menemukan sebuah metode untuk memisahkan jenis atom-atom dan
molekul-molekul yang berbeda, dengan menggunakan sinar positif.

Selain pioneer di atas masih banyak ilmuwan lain yang memegang peran dalam perkembangan ilmu.
Diantaranya seperti Michael Faraday (1791 M –1867 M) yang mendapat julukan “Bapak Listrik“, karena
berkat usahanya listrik menjadi teknologi yang banyak gunanya, dan Blaise Pascal (1623 M – 1662 M)
adalah seorang ahli matematika, fisika, dan agama filsuf. Karyanya berupa kontribusi penting pada
pembangunan mekanis kalkulator. Kemudian dari perkembangan ilmu sosial, muncul nama Auguste
Comte (1798 M – 1857 M). Menurut Thoyibi (1997:59), ia adalah tokoh yang mengusung “Filsafat
Positivisme” dengan karyanya Cours De Philosophie Positive (Uraian tentang filsafat positivisme). Istilah
dari “positif” ini sebagai sesuatu yang nyata, tepat, pasti, dan memberi manfaat.

e. Zaman Kontemporer

Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan
adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada
zaman ini bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Hal ini
disebabkan karena fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung
unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta.

Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20.
Pada zaman ini, ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi
titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM (2001: 83), fisikawan
yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14
Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April 1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah
seorang ilmuwanfisika. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi
pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan
Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotoelektrik dan “pengabdiannya
bagi Fisika Teoretis”. Karyanya yang lain berupa gerak Brownian, efek fotolistrik, dan rumus Einstein yang
paling dikenal adalah E=mc². Di artikel pertamanya di tahun 1905 bernama “On the Motion-Required by the
Molecular Kinetic Theory of Heat-of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid“, mencakup
penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial,
dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa
dekade setelah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik (atas dasar pengamatan dan
eksperimen) kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang
pada saat itu juga kontroversial.

Pada zaman ini juga melihat integrasi fisika dan kimia, pada zaman ini disebut dengan “Sains
Besar”. Linus Pauling (1953) mengarang sebuah buku yang berjudul The Nature of Chemical
Bond menggunakan prinsip-prinsip mekanika kuantum. Kemudian, karya Pauling memuncak dalam
pemodelan fisik DNA, “rahasia kehidupan”. Pada tahun ini juga James D. Watson, Francis
Crick dan Rosalind Franklin menjelaskan struktur dasar DNA, bahan genetik untuk mengungkapkan
kehidupan dalam segala bentuknya. Hal ini memicu rekayasa genetika yang dimulai tahun 1990 untuk
memetakan seluruh manusia genom (dalam Human Genome Project) dan telah disebut-sebut sebagai
berpotensi memiliki manfaat medis yang besar.
Pada tahun yang sama, percobaan Miller-Urey dibuktikan dalam sebuah simulasi proses primordial, yang
merupakan unsur dasar protein, sederhana asam amino, bisa dibangun sendiri dari molekul sederhana.
Pada tahun 1925, Werner Heisenberg dan Erwin Schrödinger memformulasikan mekanika
kuantum, yang menjelaskan teori kuantum sebelumnya. Kemudian ada juga pengamatan oleh Edwin
Hubble pada tahun 1929 bahwa kecepatan di mana galaksi surut berkorelasi positif dengan jarak,
mengarah pada pemahaman bahwa alam semesta mengembang, dan perumusan teori Big
Bang oleh Georges Lemaitre. Pengembangan bom atom di era “Sains Besar”selanjutnya terjadi selama
Perang Dunia II, yang mengarah ke aplikasi praktis dari radardan pengembangan dan penggunaan bom
atom. Meskipun proses itu dimulai dengan penemuan siklotron oleh Ernest O. Lawrence di tahun 1930-
an. Di bidang Geologi yang paling fenomenal adalah teori “pergeseran benua” oleh Alfred Wegener. Teori
“Lempeng Tektonik” itu sudah digagas pada tahun 1910-an, data dikumpulkan pada 1950 sampai 1960-an,
kemudian diakui dan digunakan pada tahun 1970.

Selain kimia dan fisika, teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat pada zaman ini. Sebut saja
beberapa penemuan yang dilansir olehnusantaranews.wordpress.comsebagai penemuan yang merubah
warna dunia, yaitu: Listrik, Elektronika (transistor dan IC), Robotika (mesin produksi dan mesin pertanian),
TV dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi, Komputer, Internet, Pesawat Terbang, Telepon dan
Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA, Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa
Material, Teknologi Kesehatan (laser, IR, USG), Fiber Optic, dan Fotografi (kamera, video). Kini,
penemuan terbaru di bidang Teknologi telah muncul kembali. Tempo (Rabu, 07 Mei 2008) dan sumber lain
telah memberitakan penemuan “Memristor”. Ini merupakan penemuan Leon Chua, profesor teknik elektro
dan ilmu komputer di University of California Berkeley. Keberhasilan itu menghidupkan kembali mimpi
untuk bisa mengembangkan sistem-sistem elektronik dengan efisiensi energi yang jauh lebih tinggi
daripada saat ini. Caranya, memori yang bisa mempertahankan informasi bahkan ketika power-nya mati,
sehingga tidak perlu ada jeda waktu untuk komputer untuk boot up, misalnya, ketika dinyalakan kembali
dari kondisi mati. Hal ini digambarkan seperti menyala-mematikan lampu listrik, ke depan komputer juga
seperti itu (bisa dihidup-matikan dengan sangat mudah dan cepat).

3. Contoh Revolusi Ilmu

Perkembangan ilmu dari zaman pra Yunani kuno sampai saat ini telah mengalami banyak perubahan. Hal
itu didorong oleh rasa keingin-tahuan manusia dengan hal-hal baru yang belum ada sebelumnya. Dengan
semua ini dapat mengembangkan potensi kreatif individu dan kelompok yang merupakan kemungkinan
dan kekuatan dalam rangka perubahan kehidupan manusia. Dalam tenggang waktu yang sangat lama ini
berbagai bidang ilmu mengalami revolusi. Sebagaimana pendapat Kuhn dalam buku C.Verhaak dan
Haryono Imam (1995), menyatakan bahwa ilmu memang berkembang secara revolusioner.

Dapat dikatakan bahwa revolusi dilakukan dengan membuang paradigma lama yang telah kritis dan
mengambil paradigma baru yang berlawanan dan bertentangan. Naman, paradigma baru tersebut
dianggap lebih rasional, logis, dan diyakini lebih memberikan janji atas kemampuannya memecahkan
masalah untuk masa depan.

Dari periodisasi serta pengenalan tokoh dan karyanya pada uraian di atas, kita bisa mengetahui contoh
revolusi yang terjadi. Adapun contoh dari revolusi ilmu tersebut dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:

Revolusi Astronomi

Dulu orang hanya mengetahui hanya ada lima planet di cakrawala kita. Kemudian dengan laju-
pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka ditemukan kembali tiga planet baru dan
ribuan planet kecil, hal ini mengindikasikan bahwasanya kemajuan dari aspek astronomi kian pesat.
Kemudian, masyarakat yang beradap sekarang percaya bahwa bumi dengan semua anggota tata
surya beredar mengelilingi matahari. Dan hal ini merupakan susunan kecil dari galaksi yang ada di
jagad raya ini. Tetapi, semula orang beranggapan, bahwa bumilah pusat alam semesta. Semua
benda angkasa beredar mengelilingi bumi. Beberapa tokoh dalam revolusi ini adalah Nicolaus
Copernicus, Kepler, dan Galileo.

Revolusi Fisika

Berawal dari hukum gerak dan grafitasi yang di bawa oleh Newton, dan penemuan listrik dan
magnetisme oleh Faraday, Ohm, dan lain-lain selama awal abad ke-19. Studi-studi ini mengarah pada
penyatuan dari dua fenomena menjadi satu teori elektromagnetisme, oleh Maxwell (dikenal
sebagai persamaan Maxwell). Pada awal abad ke-20 hal ini membawa sebuah revolusi dalam fisika.
Menurut Salam (2004), hal tersebut benar-benar menghantarkan manusia ke zaman listrik dan industri
modern. Hingga pada saat ini bidang fisika terus mengalami perkembangan. Akhirnya dari revolusi
fisika berkembang menjadi Revolusi Elektromagnetik (www.Keudekupi.com/Revolusi-
Teknologi). Revolusi elektromagnetik secara drastis mengubah cara hidup manusia. Revolusi
elektromagnetik menghadirkan sumber daya listrik, telekomunikasi radio, televisi, radar dan
telepon/telegraph, hingga sinar x yang digunakan dalam dunia yang sangat luas. Komunikasi yang
sebelumnya mengandalkan surat dan kurir, sehingga pesan sampai di tangan penerima setelah
beberapa lama, sekarang mengandalkan gelombang elektromagnetik yang merambat
dengan kecepatan sangat tinggi.

Sedangkan dalam Keudekupi.com yang membahas tentang revolusi teknologi, menambahkan ada
beberapa revolusi, diantaranya:

Revolusi Industri

Revolusi industri yang dimulai dengan pembuatan mesin uap di tahun 1789, memberikan percepatan
yang begitu besar terhadap perubahan prinsip-prinsip produksi dari pemanfaatan tenaga
hewan/manusia ke tenaga mesin. Mesin-mesin dihasilkan untuk kebutuhan pabrik dan transportasi.
Kapal layar berganti menjadi kapal uap. Muncul kereta api dan mobil untuk menggantikan kereta kuda.
Aktor pada revolusi ini adalah James Watt. Perkembangan setelah revolusi industri membawa
pada penggunaan minyak untuk menggerakkan mesin serta rekayasa pompa untuk membuat
ruang vakum dan ruang bertekanan tinggi.

Revolusi Semikonduktor

Revolusi ini dimulai dengan rekayasa transistor di tahun 1947. Revolusi ini dapat juga dinamakan
sebagai Revolusi Elektronika. Penemuan transistor membuat dunia elektronika menjadi sederhana dan
murah. Radio, televisi, telepon, perangkat pesawat terbang alat elektronik lainnya menjadi sederhana.
Dengan alat ini, ribuan produk yang memudahkan kehidupan manusia pun dihasilkan. Dunia komputer
juga merupakan produk atau efek dari revolusi semikonduktor ini. Begitu juga dengan teknologi laser,
internet (nirkabel) dan mobile communication (telepon genggam). Revolusi ini masih juga akan
berkembang ke penggunaan memristor.

Revolusi Fotografi

Awal mula dari revolusi ini dimulai pada tahun 1988. Revolusi ini mengubah total mekanisme fotografi dan
menenggelamkan penggunaan film emulsi dan kertas foto. Revolusi ini dimungkinkan oleh rekayasa CCD
(charge coupled devices) pada tahun 1969 dan diwujudkan sebagai piranti yang mampu merekam gambar
pada tahun 1974. Kualitas gambarnya pada waktu itu masih rendah dan masih hitam-putih, serta masih
bersifat analog. Perusahaan Fuji memulai era fotografi digital dengan prototipe komersial di tahun 1988,
yang kemudian diikuti oleh Kodak dengan kamera beresolusi 1,3 megapiksel di tahun 1991. Revolusi
fotografi digital ini, dapat kita lihat, memberikan efek yang dahsyat pada manusia. Fotografi digital
menyebabkan era fotografi pelat emulsi yang berkembang secara evolusi sejak abad 19 berakhir. Fotografi
menjadi hal yang sangat mudah, sangat murah, dan dipadu dengan teknologi komunikasi global, sebuah
gambar dapat langsung disebarkan ke seluruh dunia dalam waktu yang sangat-sangat singkat. Kamera
menjadi piranti yang terpasang di mana-mana, dari telepon genggam, laptop, bis, sudut-sudut ruangan
hingga ke satelit ruang angkasa.

4. Implikasi Revolusi Ilmu bagi Perkembangan Ilmu

Perkembangan ilmu hingga saat ini tidak lepas dari dampak revolusi ilmu. Revolusi yang telah terjadi tidak
berdampak pada suatu lokasi tertentu, tetapi telah berakibat untuk masyarakat luas diseluruh penjuru
dunia ini. Dengan revolusi ini, tentunya ilmu pengetahuan mendorong kehidupan manusia menuju suatu
keadaan yang lebih maju. Dengan hal ini menghasilkan teknologi-teknologi yang memudahkan manusia,
dan meningkatkan kehidupan manusia. Dalam jangka waktu yang lama menurut Thoyibi (1997:61) berawal
dari revolusi maka manusia akan bisa menjangkau kehiduannya dari segala segi dan sendinya dan hingga
akhirnya akan merubah kebudayaan manusia juga.

Dari konsekuensi kemajuan teknologi, ada pula dampak negatifnya. Menurut Thoyibi (1997:60) dengan
kemajuan ilmu pengetahuan yang ada, akan mendorong bertumbuhnya jiwa arogansi ilmiah yang akan
menghancurkan manusia sendiri. Dalam hal ini tentunya bisa dilihat dari aspek internal maupun eksternal.
Aspek internal dilihat dari konflik batin yang akan dialami ilmuwan (terutama ahli genetika dan bio-medika).
Menurut Verhaak dan Imam (1995), mereka akan dihadapkan dengan prinsip “lakukan apa saja sejauh
bida” atau prinsip “lakukan sesuatu asalkan semakin meningkatkan kemanusiaan”. Kemudian dari aspek
eksternal bisa dilihat dari dampak yang akan terjadi bagi lingkungan atau habitat manusia dan makhluk
hidup di bumi ini. Dari perkembangan ilmu yang tidak bisa dikendalikan itu bisa dilihat pada bidang
persenjataan, bidang kedokteran, dan bidang industri maju.

Arah dan fungsi filsafat ilmu

Fungsi dan Arah Filsafat Ilmu | Masih tetap dalam kajian Filsafat ilmu. Materi ini membahas
secara sederhana tentang Rumusan Filsafat Ilmu. Artikel filsafat yang dishare
oleh Informasinet sebelumnya tentang Pengantar Filsafat Ilmu dan Teori Hakikat Kebenaran.
Berikut Ulsan materi Fungsi dan Arah Filsafat Ilmu

A. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dasar dari kata ini adalah pengetahuan.
Penggunaan kata ilmu dalam proposisi bahasa Indonesia sering disejajarkan dengan kata science
dalam bahasa Inggris. Kata science itu sendiri memang bukan bahasa Asli Inggris, tetapi merupakan
serapan dari bahasa Latin, Scio, scire yang arti dasarnya pengetahuan. Ada juga yang menyebutkan
bahwa science berasal dari kata scientia yang berarti pengetahuan. Scientia bersumber dari bahasa
Latin Scire yang artinya mengetahui.1 Terlepas dari berbagai perbedaan asal kata, tetapi jika benar
ilmu disejajarkan dengan kata science dalam bahasa Inggris, maka pengertiannya
adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dipakai dalam bahasa Indonesia, kata dasarnya adalah
“tahu”.2 Secara umum pengertian dari kata “tahu”

Ilmu adalah suatu pengetahuan ilmiah yang memiliki syarat-syarat :


Dasar Pembenaran yang dapat dibuktikan dengan metode ilmiah dan teruji dengan cara kerja
ilmiah
Sistematik, yaitu terdapatnya sistem yang tersusun dari mulai proses, metode, dan produk yang
saling terkait. Intersubyektif, yaitu terjamin keabsahan atau kebenarannya

Sifat ilmu yang penting:


Universal : berlaku umum, lintas ruang dan waktu yang berada di bumi ini
Communicable : dapat dikomunikasikan dan memberikan pengetahuan baru kepada orang lain
Progresif : adanya kemajuan, perkembangan, atau peningkatan yang merupakan tuntutan modern
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia (
The Liang Gie, 2004:61)

B. Rumusan Filsafat Ilmu

Menurut John Loss filsafat ilmu dapat digolongkan menjadi empat konsepsi yaitu:
Berusaha menyusun padangan-pandangan dunia sesuai atau berdasarkan toeri-teori ilmiah yang
penting.
Memaparkan pra anggapan dan kecenderungan para ilmuwan

Sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep dan teori dari
ilmu.
Sebagai pengetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai sasarannya.

Enam problem atau permasalahan mendasar :


a. problem-problem epistimologi tentang ilmu
b. problem-problem metafisis tentang ilmu
c. problem-problem metodologis tentang ilmu
d. problem-problem logis tentang ilmu
e. problem-problem etis tentang ilmu
f. problem-problem estetis tentang ilmu

1. Berbagai Pendekatan Filsafat Ilmu

Menurut Peter Angelas, filsafat ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yang utama, yaitu :
Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan, dan metode analisis, perluasan dan
penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat
Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut stuktur perlambangannya.
Telaah mengenai saling kaitan dia antara di antara berbagai ilmu
Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan yang berkaitan penerahan manusia terhadap realitas,
hubungan logika dll.

2. Sejarah dan Perkembangan Filsafat Ilmu

Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sejak abad ke-17. kemudianpada tahun 1853, Auguste Comte
mengadaka penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasrnya, penggolongan ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh Augute Comte, sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu
sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan
tampil terlebih dahulu. Dengan mempelajari gejala-gejala yang paling sederhana dan umum secara
tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling
terkait untuk dapat berkembang lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut,
dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia, Biologi dan Sosiologi.

Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas, keteraturan dan ukuran
kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang terlebih dahulu adalah yang lebih tua sejarahnya,
secara logis lebih sederhana dan lebih luas penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya.
Jika dilihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada mulanya orang tetap
mempertahankan penggunaan nama atau istilah filsafat alam bagi ilmu pengetahuan alm. Hal ini
dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor ahli kimia yaitu John Dalton : New Priciles of
Chemical Philosophy.

Filsafat dimulai oleh Thales sebagai filsafat jagat raya yang selanjutnya berkembang kearah
kosmologi.
Dalam abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui dua jalur yaitu : filsafat alam dan filsafat
moral. Filsafat alam mempelajari benda dan peristiwa alamiah, sedangkan filsafat moral
mempelajari ewajiban manusia seperti etika, politik dan psikologi.setelah memasuki abad ke-20
filsafat dalam garis besar dibedakan menjadi dua ragam yaitu: filsafat kritis dan filsafat spekulatif.
Filsafat kritis memusatkan perhatian pada analisis secara cermat terhadap makna berbagai
pengertian yang diperbincangkan dalam filsafat misslnya substansi, eksistensi, moral, realitas, sebab,
nilai, kebenaran, keindahan, dan kemestian.filsafat spekulatif sendiri merupakan nama lain dari
metafisika.

3. Fungsi dan Arah Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu diharapkan dapat mensistematiskan, meletakkan dasar, dan memberi arah kepada
perkembangan sesuatu ilmu maupun usaha penelitian ilmuan untuk mengembangkan ilmu. Dengan
filsafat ilmu, proses pendidikan, pengajaran, dan penelitian dalam suatu bidang ilmu menjadi lebih
mantap dan tidak kehilangan arah.

Secara umum, fungsi filsafat ilmu adalah untuk :


• Alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat
lainnya.
• Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan.
• Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan.

Demkian, Ulsan tentang kajian filsafat ilmu pada materi Fungsi dan Arah Filsafat Ilmu. Semoga
bermanfaat. Wassalam...!!

Dasar pengetahuan

A. PENGERTIAN PENGETAHUAN
Mendefinisikan pengetahuan merupakan kajian panjang sehingga terjadi
pergulatan sejarah pemikiran filsafati dalam menemukan pengertian
pengetahuan. Hal ini wajar karena “keistimewaan” filsafat adalah
perselisihan, pergumulan pemikirannya itu berlangsung terus
selamanya. Suatu produk pemikiran filsafat selalu ada yang
menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang
merobohkan pemikiran itu. Kelakpun akan dijumpai yang satu
menegaskan sedang yang lain mengingkari. Begitulah seterusnya akan
selalu berada dalam bingkai dialektika.
Sedangkan Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisasi dan
diperoleh melalui proses keilmuan. Sedangkan proses keilmuan adalah
cara memperoleh pengetahuan secara sistematsi tentang suatu sistem.
Perolehan sistematis ini biasanya atau pada umunya berupa metode
ilmiyah. Dari proses metode ilmiah itu melahirkan “science”. Science
atau tepatnya Ilmu pengetahuan memilki arti spesifik bila digandengkan
dengan ilmu pengetahuan yaitu sebagai kajian keilmuan yang
tersistematis sehingga menjadi teori ilmiah-obyektif ( dapat dibuktikan
secara empiris ) dan prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa
diperiksa sehingga bisa jadi hasilnya bersesuaian atau bertentangan
dengan realita empiris).

Pengetahuan dalam pandangan Rasionalis bersumber dari “Idea”.


Tokoh awalnya adalah Plato (427-347). Menurutnya alam idea itu kekal,
tidak berubah-ubah. Manusia semenjak lahir sudah membawa idea
bawaan sehingga tinggal mengingatnya kembali untuk menganalisa
sesuatu itu.
Istilah yang digunakan Rene Descartes (1596-1650) sebagai tokoh
rasionalis dengan nama “innete idea”. Penganut rasionalis tidak percaya
dengan inderawi karena inderawi memiliki keterbatasan dan dapat
berubah-ubah. Sesuatu yang tidak mengalami perubahan itulah yang
dapat dijadikan pedoman sebagai sumber ilmu pengetahuan. Aristatoles
dan para penganut Empirisme-Realisme menyangggah yang
disampaikan oleh kaum Rasionalis. Mereka berdalih bahwa ide-ide
bawaan itu tidak ada. Hukum-hukum dan pemahaman yang universal
bukan hasil bawaan tetapi diperoleh melalui proses panjang
pengamatan empiric manusia. Aristatoles berkesimpulan bahwa ide-ide
dan hukum yang universal itu muncul dirumuskan akal melalui proses
pengamatan dan pengalaman inderawi.
Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan dengan empiric-
realitas-material merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan
bohong (mitos). Aliran empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu
diperoleh melalui pengalaman-pengalaman yang konkrit. Sedangkan
aliran rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapatkan
melalui penalaran rasional. Kedua pendekatan ini merupakan cikal bakal
lahirnya positivisme modern dalam kajian keilmuan.

B. DASAR-DASAR PENGETAHUAN
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap
dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapat melalui
kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan
yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Penalaran mempunyai ciri, yaitu: merupakan suatu proses berpikir logis,
dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu
pola tertentu atau menurut logika tertentu dan sifat analitik dari proses
berpikirnya, menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka
berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut aalah logika penalaran
yang bersangkutan, artinya kegiatan berpikir analisis adalah
berdasarkan langkah-langka tertentu. Tidak semua kegiatan berpikir
mendasarkan pada penalaran seperti perasaan dan intuisi.
Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan
kebenaran, kita dapat bedakan jenis pengetahuan. Pertama,
pengetahuan yang didapatkan melalui usaha aktif dari manusia untuk
menemukan kebenaran, baik secara nalar maupun lewat kegiatan lain
seperti perasaan dan intusi. Kedua, pengetahuan yang didapat tidak dari
kegiatan aktif menusia melainkan ditawarkan atau diberikan seperti
ajaran agama. Untuk melakukan kagiatan analisis maka kegiatan
penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal
dari sumber kebenaran yaitu dari rasio (paham rasionalisme) dan fakta
(paham empirisme). Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan
gabungan penalaran deduktif (terkait dengan rasionalisme) dan induktif
(terkait dengan empirisme).
. Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan
dengan suatu cara tertentu. Penarikan kesimpulan dianggap benar jika
penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara
penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika.

C. SUMBER PENGETAHUAN
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. pertama, mendasarkan diri
pada rasional dan mendasarkan diri pada fakta. Disamping itu adanya
intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa
melalui proses penalaran tertentu, seperti ”orang yang sedang terpusat
pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba menemukan jawabannya.
Salah satu pembahasan dalam epistimoogi adalah sumber-sumber ilmu
pengetahuan. Sumber pengetahuan pada masyarakat relegius berawal
dari sesuatu yang sakral dan transenden. Tuhan merupakan sumber
dan sebab pertama “causa prima” dari segala sesuatu. Manusia tidak
akan menemukan kebenaran yang hakiki selama meninggalkan yang
essensi ini.
Sumber ilmu pengetahuan untuk mengatahui hakekat segala sesuatu
bagi masyarakat relegius tidak cukup dengan menggunakan panca
indera dan akal saja tetapi ada dua unsur lain yaitu ” wahyu ( revelation)
dan ilham (intuisi)”. Wahyu itu adalah salah satu dari wujud “Ketuhanan”
dan ilham atau intuisi adalah termanifestaasikan dalam diri para nabi
dan rasul. Sehingga para agamawan mengatakan bahwa kitab suci
(wahyu) merupakan sumber ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh
manusia pilihan Tuhan kepada umat manusia.

D. Sarana Berpikir Ilmiah Untuk memperoleh Pengetahuan


Adapun sarana berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Bahasa
Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam
hidup dan kehidupan manusia, kelaziman tersebut membuat manusia
jarang memperhatikan bahasa dan mengganggapnya sebagai suatu hal
yang biasa seperti bernafas dan berjalan. Bahasa sebagai sarana
komunikasi antar manusia tanpa bahasa maka tak ada komunikasi,
tanpa komunikasi apakah manusia layak disebut dengan mahluk social?
Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan
komunikasi tidak terlepas dari bahasa seperti berpikir sistemastis dalam
menggapai ilmu dan pengetahuan dengan kata lain tanpa mempunyai
kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
berpikir secara sitematis dan teratur.

a. Pengertian Bahasa dan Fungsinya


Banyak Ahli Bahasa yang telah memberi uraian tentang pengertian
bahasa, sudah barang tentu setiap ahli berbeda-beda cara
menyampaikannnya. Bloch and Trager menyatakan bahwa bahasa
adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan
oleh suatu kelompok social sebagai alat untuk berkomunikasi,
sementara Joseph Broam mengatakan bahwa bahasa adalah suatu
sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitirer yang
dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok social sebagai alat
bergaul satu sama lain.
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, Pengertian Bahasa ada tiga
yaitu:
a) Sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap)
yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan
pikiran
b) Perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa
c) Percakapan (perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku yang
baik).
Jadi bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi yang
mempunyai makna tertentu dalam suatu kelompok social tertentu.
Para pakar juga berselisih paham dalam hal fungsi bahasa. Aliran
filsafat bahasa dan psikolingustik melihat fungsi bahasa sebagai sarana
untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan emosi sedangkan aliran
sosiolingustik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk
perubahan masyarakat.

Walupun tampak perbedaan, pendapat ini saling melengkapi, yang


secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah:
1. Koordinator kegiatan masyarakat
2. Penetapan pikiran dan pengungkapan
3. Penyampaian pikiran dan perasaan
4. Penyenangan jiwa
5. Pengurangan kegoncangan jiwa

b. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah


Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria
maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah, dengan menguasai hal
tersebut tujuan yang akan dicapai akan terwujud.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses
berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, baik
pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif, dengan kata
lain kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa,
menggunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu
mendapatkan kesimpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak
baik dan benar.
Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungisnya untuk komunikasi
disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikasi ilmiah, komunikasi
ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa
pengetahuan.

2. Statistika
Disadari atau tidak, statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, pertanyaan-pertanyaan seperti; Tiap bulan habis ± Rp.
50.000,- untuk keperluan rumah tangga, ada 60% penduduk yang
memerlukan perumahan permanen, 10% anak-anak SD mengalami
putus sekolah tiap tahun dan sebagainya. Dunia penelitian atau riset,
dimanapun dilakukan bukan saja telah mendapat manfaat yang baik dari
statistika tetapi sering harus menggunakannya, untuk mengetahui
apakah cara yang baru ditemukan lebih baik dari pada cara yang lama,
melalui riset yang dilakukan di laboratorium atau penelitian yang
dilakukan di lapangan.
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistika berarti table, grafik, daftar
informasi, angka-angka. Sedangkan statistika berarti ilmu pengumpulan,
analisis-analisis dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.
Banyak persoalan Apakah itu hasil penelitian riset atapun pengamatan,
baik yang dilakukan khusus ataupun berbentuk laporan dinyatakan atau
dicatat dalam bentuk bilangan atau angka-angka kumpulan angka-
angka itu sering disusun diatur disajikan dalam bentuk table atau daftar
sering pula disertai dengan gambar-gambar yang biasa disebut diagram
atau grafik supaya lebih dapat menjelaskan lagi tentang persoalan yang
sedang dipelajari.
Jadi ringkasnya bisa kita katakan bahwa statistika adalah pengetahuan
yang berhubungan dengan data, pengelolaan dan penarikan
kesimpulannya berdasarkan kumpulan data dan analisa yang dilakukan.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses
pengetahuan secara ilmiah, sebagai bagian dari perangkat metode
ilmiah, statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan
menyimpulkan karasteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan
terjadi secara kebetulan.
3. Logika
Logika adalah sarana berpikir sistematis, valit dan dapat dipertanggung
jawabkan, karena itu berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-
aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu.
Kata Logika dapat diartikan sebagai penalaran karena penalaran
merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar
pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar
kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara
tertentu.
Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas
dan dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara benar.
Terdapat dua cara penarikan kesimpulan yakni; Logika Induktif dan
Logika Deduktif logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang
bersifat umum. Sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam
menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang
bersifat individual (khusus).
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien tepat dan teratur
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.

PEMBAHASAN

2.1 Penalaran

Pengetahuan dapat dikembangkan oleh manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama,
manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran
yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan manusia untuk berpikir
menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti itu
disebut penalaran.

Dua hal utama inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni
bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Tidak semua
pengetahuan berasal dari proses penalaran, sebab berpikirpun tidak semuanya berdasarkan
penalaran. Bagian-bagian dari penalaran yakni:

1. Hakekat Penalaran

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa,
bersikap, dan bertindak. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti yang dikatakan Pascal
bahwa hati pun mempunyai logika tersendiri. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir
yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran (pengetahuan).

1. Berpikir
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang
disebut benar bagi setiap orang itu berbeda-beda sehingga kegiatan proses berpikir untuk
menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh sebab itu, cara
berpikir mempunyai kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan untuk menemukan
kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap
jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Penalaran sebagai suatu
kegiatan berpikir mempunyai ciri-ciri:

1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas bisa disebut logika. Artinya setiap
penalaran merupakan proses berpikir yang logis menurut pola tertentu yang tidak
akan menimbulkan kekacauan karena tidak konsistennya penggunaan pola berpikir.
2. Bersifat analitik dari proses berpikir. Penalaran merupakan kegiatan berpikir analitik
yang menggunakan logika ilmiah yang merupakan kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-lanhkah tertentu. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu
pola berpikir tertentu. Akan tetapi, tidak semua kegiatan berpikir menggunakan
langkah-langkah tertentu dan bersifat logis dan analistis.

1. Perasaan

Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.


Contohnya intuisi yang merupakan suatu kegiatan berpikir yang non analitik (tidak
mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu). Berpikir intuitif memegang peranan
yang penting dalam masyarakat yang berpikiran non analitik, yang kemudian sering
bergalau dengan perasaan.

1. Wahyu

Wahyu diberikan Tuhan lewat malaikat-malaikat dan nabi-nabinya ada yang percaya dan
ada yang tidak. Dengan wahyu kita mendapatkan keyakinan meskipun kegiatan berpikirnya
tidak menggunakan logika serta bersifat intuitif. Dalam hal ini, manusia bersifat pasif sebagai
penerima pemberitaan tersebut, yang kemudian dipercaya atau tidak tergangantung dari
keyakinan masing-masing.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat ditinjau dari
sumber yang memberikan pengetahuan tersebut. Panalaran, intuisi, dan wahyu adalah
sumber pengetahuan. Akan tetapi, penalaran merupakan cara berpikir dengan pola tertentu
yang disertai analisis. Sedangkan intuisi dan wahyu merupakan sumber pengetahuan
implisit yang tidak didasarkan pada pola berpikir tertentu, hanya berdasarkan perasaan dan
keyakinan.[1]

2.2 Logika

Logika diturunkan dari kata “logie” bahasa Yunani, yang berhubungan dengan kata “logos”,
yang berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan fikiran itu. Secara etimologi, logika
adalah bidang penyelidikan yang membahas fikiran, yang dinyatakan dalam bahasa.[2]
Menurut Anne, logika merupakan pengkajian berpikir shahih. Logika merupakan
pertimbangan akal pikiran supaya berpikir secara lurus, tepat dan sistematis, yang kemudian
dinyatakan lewat bahasa lisan atau tulisan.

Secara luas dapat dikatakan bahwa logika adalah cabang filsafat yang membicarakan
prinsip-prinsip dan norma-norma penyimpulan yang sah.

Logika dibagi dalam dua cabang pokok, yakni logika deduktif dan logika induktif.

1. Logika Deduktif

Logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
khusus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan secara deduktif, menggunakan pola
berpikir silogismus yang disusun oleh dua pernyataan dan satu kesimpulan. Dalam
silogisme dibedakan adanya dua premis, yaitu premis mayor dan premis minor serta adanya
kesimpulan yang merupakan pengetahuan yang didapat dari kedua premis tersebut.

Contoh: Semua manusia bernafas (Premis Mayor)

Budi adalah seorang manusia (Premis Minor)

Jadi Budi bernafas (Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan di atas, merupakan penarikan yang sah menurut logika deduktif.
Akan tetapi, kesimpulan tidak selalu benar walaupun premisnya benar, sehingga
penarikanya tidak sah. Ketepatan kesimpulan tergantung tiga hal yakni kebenaran premis
mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Apabila ketiga
syarat tersebut tidak terpenuhi, maka penarikan kesimpulan dapat dikatan tidak sah. Ilmu
yang disusun secara deduktif contohnya adalah matematika.

1. Logika Induktif

Penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat
individual. Misalnya, kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai
mata dan hewan lain juga mempunyai mata. Dari fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan
bahwa semua hewan mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini mempunyai dua
keuntungan yaitu, bersifat ekonomis dan dapat diproses lebih lanjut dengan menggunakan
pemikiran induktif dan deduktif.

Prinsip-prinsip dasar dalam logika

Aristoteles merumuskan tiga buah prinsip atau hukum dalam logika, yakni:

1. Prinsip Identitas,
2. Prinsip Kontradiksi, dan
3. Prinsip Penyisihan jalan tengah.
2.3 Sumber Pengetahuan

Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas
yang timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita.[3] Ada beberapa sumber untuk
mendapatkan pengetahuan, antara lain:

1. Akal atau rasio

Aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide disebut rasionalisme.
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.
Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide dan hanya
dapat diperoleh dengan akal budi saja. Jadi ide kaum rasionalis bersifat apriori dan
pengalaman didapatkan dari penalaran rasional. Masalah yang timbul dari berpikir seperti ini
adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurut
seseorang jelas dan dapat dipercaya. Hal ini terjadi karena premis-premis yang hanya
bersumber pada penalaran rasional dan tidak memperdulikan pengalaman.

2. Pengalaman

Aliran pemikiran yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan disebut


empirisme. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat dari
penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret. Masalah utama
yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris adalah bahwa pengetahuan
yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan
mengenai fakta atau kaitannya antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu
sistem pengetahuan yang sistematis. Pengalaman dalam empirisme yang dimaksud ialah
pengalaman inderawi. Pengetahuan inderawi ini bersifat parsial karena indera yang satu
berbeda dengan indera yang lainnya. Jadi pengetahuan inderawi berdasar pada perbedaan
indera dan terbatas pada sensibilitas indera tertentu.

3. Intuisi

Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi besifat personal dan tidak dapat diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan
sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan
yang dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat bekerjasama dalam menemukan
suatu kebenaran.

4. Wahyu

Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.


Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman. Agama
merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau
pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti
latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Singkatnya, agama
dimulai dari rasa percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu meningkat atau
menurun. Sedangkan pengetahuan muncul dari rasa tidak percaya, dan setelah melalui
proses pengkajian ilmiah, bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.

 Kriteria Kebenaran

1. Pengertian Kebenaran

Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Kebenaran menurut


setiap individu relatif berbeda-beda, sehingga setiap jenis pengetahuan mempunyai kriteria
kebenaran yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh watak pengetahuan yang berbeda.

2. Jenis-jenis Kebenaran

Ada tiga jenis kebenaran, yakni:

1. Kebenaran Epistimologis

Kebenaran epistimologis disebut juga kebenaran logis. Kebenaran epistimologis merupakan


kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Sebuah pengetahuan disebut
benar dan kapan pengetahuan disebut benar apabila apa yang terdapat dalam pikiran
subjek sesuai dengan apa yang ada dalam objek.

1. Kebenaran Ontologis

Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek. Kebenaran
ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala
sesuatu yang ada.

1. Kebenaran Semantik

Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan melekat dalam tutur kata dan
bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. Bahasa merupakan ungkapan
dari kebenaran.[4]

3. Teori Kebenaran

Ada tiga macam teori kebenaran, yakni:

1. Teori Koherensi

Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian
berdasarkan teori koheren.

1. Teori Korespondensi

Berdasarkan teori korespondensi, pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh
pertanyaan tersebut.

1. Teori Pragmatis

Berdasarkan teori pragmatis, pernyataan dianggap benar diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu parnyataan
adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat
yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria
kebenaran.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui sebuah


pengamatan. Saat seseorang mengamati suatu hal dan dia memperoleh sesuatu dari
pengamatannya, maka bisa disebut orang tersebut memperoleh sebuah pengetahuan.

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang
disebut benar bagi setiap orang itu berbeda-beda sehingga kegiatan proses berpikir untuk
menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh sebab itu, cara
berpikir mempunyai kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan untuk menemukan
kebenaran.

Ontologi

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam


Filsafat Ilmu
Sponsors Link

Ilmu komunikasi berhubungan dekat dengan filsafat. Filsafat merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang luas cakupannya. Ia berusaha untuk memahami sesuatu atau understanding dan memiliki kebijaksanaan
atau wisdom.
ads

Ada tiga macam landasan ilmu komunikasi dalam filsafat. Yaitu :

1. Ethos yang merupakan komponen filsafat yang berisi tentang rambu-rambu normatif dalam proses
pengembangan ilmu. Hasil yang dicapai dari ethos ini akan menjadi kunci penting diantara hubungan masyarakat
dan ilmu pengetahuan. (Baca juga: Teori Komunikasi Antar Budaya)
2. Pathosyaitu komponen filsafat yang membahas tentang aspek emosi. Aspek ini amat berkaitan erat dengan
perasaan manusia. Dengan kedua komponen yaitu Ethos dan Pathos tersebut, manusia memiliki peluang besar
dalam pengembangan ilmu pengetahuan. (baca: Teori Komunikasi Politik)
3. Sementara logos sebagai komponen filsafat yang ketiga, bertugas membimbing para ilmuwan untuk mengambil
suatu keputusan. Hal ini tentu berdasarkan pemikiran yang logis dan rasional.

Selain ketiga di atas, komponen yang lain adalah komponen pikir, yang terdiri dari tiga hal, yaitu etika, logika,
dan estetika. Semua komponen ini saling bersinergi dengan aspek kajian ontologi atau keapaan, epistemologi
atau kebagaimanaan, dan aksiologi yang bermakna kegunaan.

Baca juga:

 Sistem Komunikasi Interpersonal


 Proses Komunikasi Interpersonal
 Komunikasi Pembangunan

Berikut penjelasan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi sebagai bagian dari filsafat ilmu komunikasi.
Ontologi
Kata ontologi sendiri berakar dari bahasa Yunani. Onto berarti ada dan logos berarti ilmu. Dengan demikian,
ontologi dimaknai sebagai ilmu yang membahas tentang keberadaan. Atau dengan kata lain, ontologi berarti cara
untuk memahami hakikat dari jenis ilmu komunikasi. (baca: Teori komunikasi Massa)

Ontologi sendiri merupakan cabang ilmu filsafat mengenai sifat (wujud) atau fenomena yang ingin diketahui
manusia. Dalam ilmu sosial ontologi berkaitan dengan sifat pada interaksi sosial atau komunikasi sosial.
Ontology merupakan mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu
sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan (Stephen Litle John).

Membahas ilmu ini tentunya tak lepas dari pertanyaan tentang apa sebenarnya ilmu komunikasi itu, apa yang di
bahas di dalamnya, objek apa yang masuk kajiannya dan lain sebagainya. Jawaban-jawaban tersebut akan
membantu kita untuk memahami apa sebenarnya objek kajian dalam hakikat komunikasi. (Baca juga: Sejarah
Televisi Indonesia)

Dalam aspek ontologi, ilmu komunikasi khususnya pada komunikasi massa seperti berita, berfokus pada
keberadaan berita yang mempengaruhi keingintahuan masyarakat. Pada abad 19, pernah terjadi fenomena
berita yang ingin mendapatkan audiens, para redaksi menitikberatkan pada berita kriminalitas, seks,
menegangkan yang mengundang sensasi. Sehingga telah munculnya istilah ‘Jurnalisme Kuning’ pada masa itu.

Dalam aspek ontologi, bahwa Ilmu komunikasi dapat dipelajari dengan mengkaji 2 obyek, yaitu objek materi dan
objek formal. Ilmu komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling
abstrak dan paling tinggi dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makluk hidup atau benda. Hakikat inilah
yang dipandang sebagai obyek materi. Sementara jika dilihat dari objek formal maka ini adalah salah satu sudut
pandang yang mampu menentukan cakupan studi di dalamnya. Sejarah ilmu komunikasi, teori komunikasi,
tradisi ilmu komunikasi, dan komunikasi manusia adalah contoh-contoh dari aspek ontologis tersebut. (Baca
juga: Pengertian Media Menurut Para Ahli)

Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, fenomena jurnalisme yang dulu hanya bisa didapatkan melalui
televise dan radio, kini bisa didapatkan melalui online seperti youtube yang bisa diputar berulang kali. Dan
kelemahan televise pun telah dimanfaatkan oleh pihak redaksi online. Karena di televisi telah membatasi berita
yang terekspos seperti membatasi kata, gambar, dan sebagainya. sedangkan di online, masyarakat bisa bebas
mendapatkan berita yang akurat. (baca: Teori Public Relations)

Seperti pada zaman orde baru, Harmoko yang merupakan Menteri Penerangan pada masa itu, terdapat banyak
surat kabar kuning muncul yang diwarnai dengan antuias publik. Bahkan Arswendo Atmowiloto pun telah
menerbitkan Monitor “Jurnalisme Kuning di Indonesia.”

Baca juga:

 Media Komunikasi Modern


 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
 Teknik Dasar Fotografi

ads

Epistemologi
Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang asal, sifat, metode, dan batasan
pengetahuan manusia. Epistemologi sendiri dinamakan sebagai teori pengetahuan. Kata epistemologi berakar
dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari dua gabungan kata yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang
artinya ilmu. Jika diartikan secara keseluruhan, epistemologi adalah ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan
membangun ilmunya. (baca: Teori Komunikasi Kelompok)

Di dalam kajian epistemologi, ilmu komunikasi dititikberatkan pada berita yang sesuai dengan bukti dan fakta
untuk menjadi berita yang bernilai tinggi. Sehingga pesan yang disampaikan cenderung bersifat netral tanpa
memihak siapapun dengan sifat yang obyektif. Kunci standar penulisan yang menggunakan pendekatan
ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung
waktu kekinian (Charnley, 1965: 22;30). (Baca juga: Etnografi Komunikasi)

Dengan adanya aspek epistemologi, maka dapat membuat para wartawan lebih mendekati kejadian yang akurat.
Cara memperoleh faktanya pun menjadi landasan filosofis dalam sebuah berita yang disampaikan yang disusun
sesuai rencana yang matang, mapan, sistematis, dan logika. (baca: Teori Fenomenologi)
Persoalan-persoalan yang dibahas dalam epistemologi antara lain tentang apa sebenarnya yang dimaksud
dengan pengetahuan, bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu, darimana pengetahuan dapat diperoleh,
bagaimanakah cara menilai validitas, apa perbedaan antara pengetahuan apriori dengan pengetahuan
aposteriori. Selain itu dibahas juga apa perbedaan antara kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta,
kenyataan, kesalahan, bayangan, gagasan, kebenaran, kebolehjadian dan kepastian. Proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu beserta prosedurnya juga menjadi pembicaraan penting
yang akan mengarahkan kita ke cabang fisafat metodologi. (Baca juga: Strategi Komunikasi Pemasaran)

Dengan adanya perkembangan komunikasi sesuai era teknologi, iklan di televise pun mulai turun peminatnya,
setelah terjadinya kebebasan pers. Walaupun kebebasan pers tersebut masih ada yang masih mengabaikan
kualitas berita. Semua berita yang tersebar dapat didapatkan di mana saja seperti komputer bahkan telepon
genggam. Fenomena berita online ini mulai tidak terhindarkan lagi di dunia jurnalisme. Bahkan masyarakat pun
mulai menilai berita dari rating suatu berita.

Ilmu epistemologi mencakup tentang kemampuan untuk berpikir deduktif dan induktif. Berpikir deduktif artinya
mampu bersikap rasional kepada pengetahuan ilmiah dan konsisten dengan pengetahuan yang telah
dikurnpulkan sebelumnya. Ranah ini menuntut kita untuk berpikir secara sistematik dan kumulatif. Pengetahuan
ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyertakan argumen-argumen yang logis. Ilmu ini berusaha
menjelaskan objek yang berada dalam fokus penelaahan secara konsisten dan koheren dan rasional. (Baca
juga: Prospek Kerja Ilmu Komunikasi)

Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini terdiri dari dua gabungan kata
yaitu axios dan logos. Axios berarti nilai, sedangkan logos bermakna ilmu atau teori. Jika diartikan keseluruhan
maka artinya adalah “teori tentang nilai”. Aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang didapatkan. Ilmu ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, moral conduct, yaitu tindakan
moral yang melahirkan etika. Kedua, esthetic expression, atau ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life,
atau kehidupan sosial politik. Dari bahasan ketiga inilah lahir filsafat sosio-politik. Aksiologi merubakan cabang
filsafat yang berkaitan dengan etika, estetika, dan agama. Aksiologis merupakan bidang kajian filosofis yang
membahas value (Litle John).

Ilmu komunikasi khususnya berita, dalam kajian aksiologis bahwa fungsi berita dilihat dan dititikberatkan pada
suatu hiburan masyarakat. Sehingga para redaksi berita harus mampu menarik audiens dengan menampilkan
sesuatu yang ringan seperti halnya artike feature.

Baca juga:

 Teori Jarum Hipodermik


 Teori Komunikasi Persuasif
 Teori Interaksi Simbolik

Sehingga, para redaksi media pun mulai menargetkan untuk menaikan rating beritanya agar semakin banyak
peluang mendapatkan iklan. Dengan kata lain, berita akan bersifat ringan tanpa mengutamakan kepentingan
masyarakat karena iklan merupakan sumber utama pada suatu berita. Sehingga berita ringan dan hoax pun
tetap tersebar demi menaikan rating dan menghasilkan iklan sebanyak-banyaknya. (baca: Teori Difusi Inovasi)
Sponsors Link

Kesimpulan dan Hubungan


Semua bahasan di atas merupakan cabang ilmu yang dipelajari dalam ilmu komunikasi. Ilmu ini sangat penting
untuk dikuasai karena berkaitan dengan bagaimana cara menggunakan ilmu pengetahuan tersebut yang tidak
bertentangan dengan kaidah-kaidah moral di masyarakat. Ilmu ini juga berkaitan erat dengan operasionalisasi
metode ilmiah dalam menciptakan teori dan aplikasi ilmu komunikasi. Tentu dengan mempertimbangkan norma
moral dan profesional yang berlaku di masyarakat. (Baca juga: Macam-Macam Komposisi Fotografi)

Jika disimpulkan bahwa epistemologis adalah perkembangan, ontologi adalah eksistensinya, dan aksiologi
adalah nilainya pada suatu berita. Dalam hal ini, kebutuhan untuk mempengaruhi, kemampuan berbicara di
ranah publik, penyebaran informasi, propaganda, adalah merupakan beberapa manfaat yang didapatkan dari
pengaplikasian Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologisnya mampu menjawab kebutuhan manusia.

Dari bahasan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai etika
yang harus dimiliki seorang ilmuwan. Mempelajari bidang ilmu ini akan menjawab pertanyaan apa sebenarnya
manfaat dari ilmu pengetahuan. Selain itu apa hubungan ilmu pengetahuan dengan kaidah-kaidah moral dan
profesional jika dihubungkan dengan metode ilmiah. Semua jawaban ini akan mengarahkan kita pada cabang
ilmu filsafat yang sedang berkembang. (Baca juga: Teori Semiotika Charles Sander Peirce)

Di dalam buku Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi adalah nama lain dari value dan valuation.
Terdapat tiga macam value dan valuation. Yaitu yang pertama, nilai digunakan untuk menunjukkan suatu kata
benda abstrak. Kedua, nilai dilambangkan sebagai kata benda konkret. Sementara yang ketiga adalah
kemampuan nilai untuk digunakan sebagai kata kerja dalam menunjukkan ekspresi menilai. (baca: Teori Uses
and Gratifications)

Pada akhirnya aksiologi dianggap sebagai teori nilai. Dan dalam perkembangannya mampu melahirkan sebuah
masalah yang berkaitan dengan kebebasan pengetahuan pada nilai. Inilah yang disebut sebagai netralitas
pengetahuan atau value free. Sementara itu ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau
disebut value bound. Dengan begitu kita dapat memilih mana yang lebih baik antara netralitas pengetahuan dan
pengetahuan yang berkaitan dengan nilai. Demikian pembahasan ini membuat kita sadar betapa pentingnya ilmu
komunikasi dalam menunjang kehidupan manusia.(baca: Teori Interaksi Simbolik)

Demikian penjelasan terkait apa itu arti dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi sebagai bagian dari
dalam Filsafat Ilmu Komunikasi. semoga penjelasan ini memberikan pemahaman lebih terkait kajian yang ada di
dalam ilmu komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai